INSTRUMENTASI
Water Level Control (WLC) berbasis Mikrocontroller dengan Sensor Ultrasonik
Dosen Pengampu :
Bekti Wulandari, M.Pd
Oleh :
Deni Adi Setiawan(15507134018)
TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016/2017
Judul
Water Level Control (WLC) berbasis mikrocontroller dengan Sensor Ultrasonik
Abstrak
Kebutuhan akan air semakin meningkat seiring dengan bertambahnnya jumlah
penduduk, sedangkan jumlah air dari tahun ketahun semakin terbatas. Hal ini menjadi
salah satu permasalahan yang kompleks yang harus dihadapi makhluk hidup di bumi
khususnya manusia mengingat air merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Dari hal tersebut, air perlu dijaga agar tidak cepat habis demi kelangsungan
hidup manusia di bumi dengan cara menghemat pemakaian air seefisien mungkin. Pada
lingkungan sekitar sering dijumpai air yang meluap atau kosong dari tandon
penampungan, sehingga air akan terbuang dengan sia-sia. Jika hal semacam itu
dibiarkan terus menerus air akan terbuang secara percuma dan secara tidak langsung
telah melakukan tindakan pomborosan air. Dari permasalahan tersebut, alat untuk
pengontrol tandon secara otomatis sangat dibutuhkan guna meminimalisir terjadinya
tindakan pemborosan air.
Dari permasalahan tersebut, water level control sangat dibutuhkan. Tujuan
pembuatan water level control bertujuan untuk : (1). Mengurangi pemborosan listrik
akibat membludaknya air, (2). Mempermudah aktivitas manusia, (3). Menjaga
ketersediaan air bersih.
Sistem water level control terdiri dari mikrocontroller, sensor ultrasonik, LCD,
relay, dan pompa air. Mikrocontroller merupakan pusat kendali dari seluruh rangkaian,
dimana mikrocontroller akan mengambil data yang dikirimkan oleh sensor ultrasonik
kemudian ditampilkan oleh LCD. Data yang ditampilkan oleh LCD adalah data
ketinggian air. Sensor ultrasonik berfungsi sebagai pengukur ketinggian air. Relay
berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan pompa air secara otomatis yang
dikendalikan mikrocontroller.
Pengembangan water level control menggunakan 4 tahapan yaitu: (1) analisis
kebutuhan; (2) perancangan; (3) pembuatan; dan (4) Ujicoba. Hasil pengembangan
menunjukkan bahwa: (1) water level control yang dibutuhkan terdiri dari sensor
ultrasonik yang diletakkan diatas tandon penampung air dan menggunakan
mikrokontroler arduino UNO R3 sebagai kontrolernya; dan (2) hasil ujicoba
menunjukkan bahwa water level controler memiliki linieritas ..., sensisitivitas ...
akurasi 99,50% presisisi ... dan error 0,50% . Dari hasil ujicoba tersebut maka water
level control dapat direalisasikan dan selanjutnya diharapkan dapat dipatenkan serta
dipasarkan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem water level control
dapat bekerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan yaitu dapat mengontrol level
ketinggian air pada tandon penampungan secara otomatis dengan ketepatan 99,50 %
dan kesalahan 0,50 %.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dimakalah ini adalah:
1. Bagaimana membuat alat water level control (WLC) berbasis mikrocontroller dengan
sensor ultrasonik?
2. Bagaimana unjuk kerja alat water level control (WLC) berbasis mikrocontroller dengan
sensor ultrasonik?
Tujuan
Tujuan dari makalah yang di buat adalah :
1. Membuat automatic water level control menggunakan sensor ultrasonik HC-SR04.
2. Menerapkan automatic water level control menggunakan sensor ultrasonik HC-SR04
pada tandon penampung air.
Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Membantu mengontrol tandon penampung air secara otomatis sehingga tidak terjadi
keadaan tandon penampung air yang meluap atau kosong.
2. Menjaga stabilitas distribusi air pada tandon penampung air.
Spesifikasi perangkat
Water level control memiliki spesfifikasi sebagai berikut :
1. Membutuhkan tegangan 12VDC
2. Membutuhkan motor AC 220V
3. Menggunakan Arduino UNO R3
4. Menggunakan relay 6V
5. Memiliki sensor Ultrasonik HC-SR04
6. Menggunakan bazzer
7. Membutuhkan LCD 16x2
8. Menggunakan ULN2003
9. Membutuhkan IC7806
10. Membutuhkan Resistor 10K / Potensio 10K
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Arduino UNO R3
Uno Arduino adalah board berbasis mikrokontroler pada ATmega328
.Boardini memiliki 14 digital input / output pin (dimana6 pin dapat digunakan
sebagai output PWM), 6 input analog, 16 MHz osilatorkristal, koneksi USB,
jack listrik tombol reset. Pin-pin ini berisi semua yang diperlukan untuk
mendukung mikrokontroler, hanya terhubung ke komputer dengan kabel USB
atau sumber tegangan bisa didapat dari adaptor AC-DC atau baterai untuk
menggunakannya.
Setiap 14 pin digital pada Arduino Uno dapat digunakan sebagai input dan
output, menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan digitalRead(). Fungsi-
fungsi tersebut beroperasi di tegangan 5 Volt. Setiap pin dapat memberikan atau
menerima suatu arus maksimum 40 mA dan mempunyai sebuah resistor pull-up
(terputus secara default) 20-50 kOhm. Selain itu, beberapa pin mempunyai fungsi-
fungsi spesial:
Serial: 0 (RX) dan 1 (TX). Digunakan untuk menerima (RX) dan memancarkan (TX)
serial data TTL (Transistor-Transistor Logic). Kedua pin ini dihubungkan ke pin-pin
yang sesuai dari chip Serial Atmega8U2 USB-ke-TTL.
External Interrupts: 2 dan 3. Pin-pin ini dapat dikonfigurasikan untuk dipicu sebuah
interrupt (gangguan) pada sebuah nilai rendah, suatu kenaikan atau penurunan yang
besar, atau suatu perubahan nilai. Lihat fungsi attachInterrupt() untuk lebih jelasnya.
PWM: 3, 5, 6, 9, 10, dan 11. Memberikan 8-bit PWM output dengan
fungsi analogWrite().
SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin-pin ini mensupport komunikasi
SPI menggunakan SPI library.
LED: 13. Ada sebuah LED yang terpasang, terhubung ke pin digital 13. Ketika pin
bernilai HIGH LED menyala, ketika pin bernilai LOW LED mati.
Arduino UNO mempunyai 6 input analog, diberi label A0 sampai A5, setiapnya
memberikan 10 bit resolusi (contohnya 1024 nilai yang berbeda). Secara default, 6
input analog tersebut mengukur dari ground sampai tegangan 5 Volt, dengan itu
mungkin untuk mengganti batas atas dari rangenya dengan menggunakan pin AREF
dan fungsi analogReference(). Di sisi lain, beberapa pin mempunyai fungsi spesial:
TWI: pin A4 atau SDA dan pin A5 atau SCL. Mensupport komunikasi TWI dengan
menggunakan Wire library
Ada sepasang pin lainnya pada board:
4. Bazzer
Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah
sinyal listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, Buzzer yang merupakan sebuah
perangkat audio ini sering digunakan pada rangkaian anti-maling, Alarm pada Jam
Tangan, Bel Rumah, peringatan mundur pada Truk dan perangkat peringatan bahaya
lainnya. Jenis Buzzer yang sering ditemukan dan digunakan adalah Buzzer yang
berjenis Piezoelectric, hal ini dikarenakan Buzzer Piezoelectric memiliki berbagai
kelebihan seperti lebih murah, relatif lebih ringan dan lebih mudah dalam
menggabungkannya ke Rangkaian Elektronika lainnya. Buzzer yang termasuk
dalam keluarga Transduser ini juga sering disebut dengan Beeper.
Efek Piezoelectric (Piezoelectric Effect) pertama kali ditemukan oleh dua
orang fisikawan Perancis yang bernama Pierre Curie dan Jacques Curie pada tahun
1880. Penemuan tersebut kemudian dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jepang
menjadi Piezo Electric Buzzer dan mulai populer digunakan sejak 1970-an.
Cara Kerja Piezoelectric Buzzer
Seperti namanya, Piezoelectric Buzzer adalah jenis Buzzer yang
menggunakan efek Piezoelectric untuk menghasilkan suara atau bunyinya.
Tegangan listrik yang diberikan ke bahan Piezoelectric akan menyebabkan gerakan
mekanis, gerakan tersebut kemudian diubah menjadi suara atau bunyi yang dapat
didengar oleh telinga manusia dengan menggunakan diafragma dan resonator.
Jika dibandingkan dengan Speaker, Piezo Buzzer relatif lebih mudah untuk
digerakan. Sebagai contoh, Piezo Buzzer dapat digerakan hanya dengan
menggunakan output langsung dari sebuah IC TTL, hal ini sangat berbeda dengan
Speaker yang harus menggunakan penguat khusus untuk menggerakan Speaker agar
mendapatkan intensitas suara yang dapat didengar oleh manusia.
Piezo Buzzer dapat bekerja dengan baik dalam menghasilkan frekuensi di
kisaran 1 5 kHz hingga 100 kHz untuk aplikasi Ultrasound. Tegangan Operasional
Piezoelectric Buzzer yang umum biasanya berkisar diantara 3Volt hingga 12 Volt.
5. Relay
Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang
digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan
lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus
listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid
sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan
hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali 23 terbuka.
Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya
peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil
(misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC). Dalam pemakaiannya biasanya relay yang
digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan sebuah dioda yang diparalel dengan
lilitannya dan dipasang terbalik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada
tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada
saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.
Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta
kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body
relay. Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai
pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal)
sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja
dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman. Relay jenis
lain ada yang namanya reedswitch atau relay lidi. Relay jenis ini berupa batang
kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang dililitin kawat. Pada saat lilitan
kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling menempel
sehingga menjadi saklar yang on. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet
hilang dan kontak kembali terbuka (off).
Penemu relay pertama kali adalah Joseph Henry pada tahun 1835. Relay
merupakan suatu komponen (rangkaian) elektronika yang bersifat elektronis dan
sederhana serta tersusun oleh saklar, lilitan, dan poros besi. Penggunaan relay ini 24
dalam perangkat-perangkat elektronika sangatlah banyak terutama diperangkat yang
bersifat elektronis atau otomatis. Contoh di televisi, radio, lampu otomatis dan lain-
lain. Cara kerja komponen ini dimulai pada saat mengalirnya arus listrik melalui
koil,lalu membuat medan magnet sekitarnya sehingga dapat merubah posisi saklar
yang ada di dalam relay terserbut, sehingga menghasilkan arus listrik yang lebih
besar. Disinilah keutamaan komponen sederhana ini yaitu dengan bentuknya yang
minimal bisa menghasilkan arus yang lebih besar. Pemakaian relay dalam
perangkat-perangkat elektronika mempunyai keuntungan yaitu :
Dapat mengontrol sendiri arus serta tegangan listrik yang diinginkan.
Dapat memaksimalkan besarnya tegangan listrik hingga mencapai batas
maksimalnya.
Dapat menggunakan baik saklar maupun koil lebih dari satu, disesuaikan
dengan kebutuhan.
6. Penelitian yang Relevan (minimal 3)
a. Penelitian yg dilakukan oleh Ichwan Cahya Riyanto (2016) dengan judul
Sensor posisi untuk mengkontrol level air dalam tangki dengan limit switch
menyatakan bahwa water level control menggunakan sensor limit switch
berhasil tapi masih ada kekurangan dalam hal daya karena karena cara kerja
sensor tersebut sebagai switch on/off manual sehingga memungkinkan terjadi
pemborosan daya dikarenakan didalam range tertentu otomotasi switch akan
on/off, menanggapi hasil penelitian tersebut maka kami bermaksud untuk
mempermudah dan menghemat daya.
b. Penelitian yg dilakukan oleh Deni Adi Setiawan (2016) dengan judul water
level control menyatakan bahwa water level control menggunakan sensor
kawat berhasil tapi masih ada kekurangan dalam hal daya karena
menggunakan switch on/off manual sehingga pemborosan daya dan adanya
tegangan dari rangkaian yang ada di air sehingga kurang efektif dan kurang
aman menanggapi hasil penelitian tersebut maka kami bermaksud untuk
memaksimalkan agar tidak pemborosan daya dan tidak ada lagi tegangan di air
tersebut sehingga tidak membahayakan orang.
7. Kerangka pikir
Permasalahan
Perpaduan antara Microcontroller, sensor ultrasonic, dan Relay bisa
dikembangkan menjadi sebuah perangkat yg dapat menjadi solusi dari masalah
tersebut. Melalui tahapan-tahapan diantaranya:
(1) analisis kebutuhan;
(2) perancangan;
(3) pembuatan;
dan (4) Ujicoba. diharapkan dapat menjawab atas permasalahan yang ada agar
menjadi efektif dan efisien dalam kebutuhannya.
BAB III
PERANCANGAN
Blok Diagram
Spesifikasi Komponen
Sensor Ultrasonik HC-SR04
Supply tegangan :5V DC.
Arus Quiescent :< 2mA.
Sudut efektif :< 15 derajat.
Jarak pengukuran :2 450 cm.
Resolusi :0.3 cm.
Arduino UNO
Microcontroller : ATmega328
Operating Voltage : 5V
Input Voltage (recom): 7-12V
Input Voltage (limits) : 6-20V
Digital I/O Pins : 14 (of which 6 provide PWM output)
Analog Input Pins :6
DC Curr per I/O Pin : 40 mA
DC Curr for 3.3V Pin : 50 mA
Flash Memory : 32 KB (ATmega328) of which 0.5 KB used by bootloader
SRAM : 2 KB (ATmega328)
EEPROM : 1 KB (ATmega328)
Clock Speed : 16MHz
ULN2003
7 pasang transistor NPN dalam konfigurasi darlington.
6-15 V PMOS/CMOS logic compatible.
Ic (max) : 500 mA.
Vce (max) : 50 V.
Internal clamp diode.
Open Collector output
Package : PDIP 16-pin
7806
Input voltage :5V-18V
Ground : 0v
Regulated output:5.75V-6.25V
LCD 16x2
Terdiri dari 16 karakter dan 2 baris.
Mempunyai 192 karakter tersimpan.
Terdapat karakter generator terprogram.
Dapat dialamati dengan mode 4-bit dan 8-bit.
Dilengkapi dengan back light.
Flowchart Sistem
Mulai
Pemb Controller
Sensor
-caan Arduino uno
Ultrason
ik senso
Driver ULN2003
LCD Y Rel
Pompa
ay
hidup
Pompa
mati
Selesai
Flowchart Sistem
Skema
Skema Rangkaian
Pembuatan
a. Pemilihan Komponen
Pada saat pemilihan komponen dipilih komponen yang sesuai yang dibutuhkan serta
mempunyai nilai linearitas tinggi dengan harga yang terjangkau dan mudah
didapatkan.
b. Pembuatan desain /Perancangan system
Pembuatan rancangan dengan menggunakan software proteus dan kemudian dibuat
dalam bentuk hardware dan kemudian dikemas dalam bentuk box.
c. Perakitan Komponen
Setelah di desain di proteus, dilakukan proses perakitan Sensor , Arduino, LCD dll,
dengan benar sesuai dengan rancangan system, sehingga dapat bekerja dengan
efektif, efisien dan ideal.
d. Pengkodean
Pada tahap ini dibuat pengkodean pada controller yang berisi perintah dan
konfigurasi parameter untuk mengendalikan LCD , Buzzer, dan Relay, Serta
pembacaan sesnsor. Sehingga dapat bekerja secara terintegrasi dan sesuai dengan
yang diharapkan.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
a. Error
Manual Praktek Error%
5 4.82 3.69
8 7.81 2.03
11 10.58 3.81
14 13.45 3.92
17 16.45 3.23
20 19.37 3.15
23 22.32 2.95
26 25.23 2.65
29 29.19 2.79
32 31.09 2.84
b. Akurasi
Perhitungan akurasi secara teoritis adalah sebagai berikut :
%
= 100% %
: =
=
Hasil presisi adalah derajat konsistensi nilai output, jadi konsistensi dari nilai output
yang stabil akan menfapat nilai presisi yang baik.
d. Liniearitas
35
30
Sensor 25
20
15
10
5
0
5 8 11 14 17 20 23 26 29 32
Manual
K= kemiringan Garis
a = Omin K Imin
a = zero bias
Jadi, O ideal = 0.87I + 0.5
Karakteristik dari potensiometer sebagai sensor sudut mengalami linieritas,
meskipun tidak adana nilai yang naik turun.
e. Sensitivitas
Perubahan output dibandingkan perubahan input satu satuan . Secara matematis,
Sensitivitas menyatakan Rasio . Pada limit menuju nol, rasio tersebut menjadi
turunan , yaitu laju perubahan O terhadap I. Untuk Elemen Linieritas,
Sensitivitas sama dengan kemiringan atau gradien garis K. Jadi , Sensitivas dari
sensor ultrasonik adalah 0.55
BAB V
SIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari proyek ini adalah sebagai berikut:
a. Terciptanya prototype sebagai sensor ultrasonik yang digunakan untuk mengukur
level air. Didalam prototype terdiri dari 5 komponen utama yaitu Modul sensor
Ultrasonik , Arduino UNO , Relay , LCD 16x2 dan IC ULN2003.
b. Adapun karakteristik dari prototype sebagai sensor ultrasonik pada water level
control adalah error 2,03%, akurasi 97,97 % presisi 1.6, linieritas 0.87I + 0.5,
dan sensitivitas 0,56
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan dari proyek ini adalah :
a. Proyek ini tidak bekerja maksimal apabila tempat penampugan air ditutup maka
gelombang ultrasonik tidak bekerja sehingga membuat perangat ini error
b. Poyek ini masih menggunakan box plastik dan tidak ada pengaman dari sensor
sehingga rawan apabila terkena air.
5.3 Saran
Untuk memperbaiki kinerja dari prototype Water Level Control berbasis
arduino dengan sensor ultrasonik dan pengembangan lebih lanjut disarankan :
a. Penggunaan sensor ultrasonik dengan jangkauan sesuai kebutuhan serta resolusi
yang rendah.
b. Peletakan alat pada tandon diberi celah untuk meminimalisir error karena
gelombang .
DAFTAR PUSTAKA
27 Desember 2016.