Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes
scabiei. Skabies atau biasa dikenal kudis atau gudik merupakan salah satu
penyakit parasitik yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini
merupakan penyakit yang sangat menular baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga dapat mempengaruhi semua jenis ras di dunia tersebut
ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka
prevalensi yang bervariasi.1,2
Di beberapa negara berkembang prevalensi penyakit skabies
dilaporkan 6-27% populasi umum dan insiden tertinggi pada anak usia
sekolah dan remaja. Di Medan, dari data pola 10 penyakit tersering tahun
2010 didapatkan bahwa skabies menduduki urutan kelima setelah penyakit
infeksi akut lain pada saluran napas atas, hipertensi, penyakit pada sistem
musculoskeletal dan penyakit lain pada saluran napas atas. Pada bulan
Januari 2012, dilaporkan bahwa terdapat 26 dari 137 orang penghuni rumah
tahanan kelas II B Pacitan, Jawa Timur yang terjangkit penyakit skabies.3
Dari Survei yang dilakukan di Rumah Tahanan Negara, Medan menunjukkan
prevalensi skabies tahun 2009-2011 sebesar 42,9%.4
Prevalensi penyakit skabies ini meningkat terutama pada daerah yang
padat penduduk, dengan sanitasi yang buruk dan hidup berkelompok seperti
di asrama, rumah tahanan, barak tentara, pesantren, panti asuhan dan panti
jompo. Di Indonesia, penyakit ini tidak saja menjadi masalah di daerah
terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta. Kondisi kota
Jakarta yang padat merupakan faktor pendukung perkembangan skabies.
Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak
Indonesia (KSDAI) tahun 2001, dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di
Indonesia, jumlah penderita skabies terbanyak didapatkan Jakarta yaitu 335

1
2

kasus di 3 rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Ratnasari di sebuah pondok pesantren X, Jakarta Timur tahun 2014
didapatkan prevalensi skabies sebesar 51,60% dengan kepadatan hunian yang
tinggi. Perkembangan penyakit ini juga dipengaruhi oleh keadaan sosial
ekonomi yang rendah, tingkat higiene yang buruk, kurangnya pengetahuan,
dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan.2,3
Pelayanan kesehatan primer memegang peranan penting pada
penyakit skabies dalam hal penegakan diagnosis pertama kali, terapi yang
tepat, dan edukasi komunitas dalam pencegahan penyakit dan menularnya
penyakit ke komunitas, karena penyakit ini mudah sekali menular terutama
pada pemukiman yang padat. Transmisi atau perpindahan antar penderita
dapat berlangsung melalui kontak kulit langsung yang erat dari orang ke
orang. Hal tersebut dapat terjadi bila hidup dan tidur bersama, misalnya anak-
anak yang mendapat infestasi tungau dari ibunya, hidup dalam satu asrama,
atau para perawat. Selain itu perpindahan tungau juga dapat terjadi melalui
kontak tidak langsung, yaitu melalui pakaian atau alat mandi yang digunakan
bersama. 1,2,3
Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan
kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang
terdapat dalam satu keluarga, dan apabila kebutuhan berhadapan dengan
suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu ditanggulangi, meminta
bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai. Dokter keluarga ini berperan
melayani masyarakat sebagai kontak pertama dalam pengelolaan masalah
kesehatan individu, keluarga, ataupun masyarakat dengan cara yang
komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama
dalam hal konteks pelayanan kesehatan primer.5
Dokter keluarga menangani masalah kesehatan yang terkait dengan
faktor yang berpengaruh diidentifikasi dengan memperhatikan konsep
Mandala of Health dan diselesaikan dengan pendekatan individual untuk
penatalaksanaan klinisnya dan pendekatan keluarga dan komunitas untuk
3

penyelesaian faktor yang berpengaruh. Pendekatan tersebut diterapkan secara


menyeluruh, paripurna, terintegrasi dan berkesinambungan sesuai konsep
dokter keluarga. Peranan dokter keluarga ini sangat cocok untuk mengatasi
penyakit skabies yang memerlukan terapi yang tepat, edukasi komunitas
dalam pencegahan penyakit dan menularnya penyakit ke komunitas karena
penyakit ini dapat menularkan ke semua anggota keluarga apabila ada salah
satu anggota keluarga yang terkena, sehingga sangat perlu diberikan
pelayanan kesehatan yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinasi, dan bekerja sama agar dapat menyelesaikan masalah kesehatan
dengan tuntas.2
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan
menyajikan masalah kesehatan skabies ini dalam bentuk sebuah laporan
kasus dengan pendekatan dokter keluarga yang didapatkan melalui hasil
kunjungan rumah agar dapat menjadi bahan masukan kepada penulis dan
petugas kesehatan dalam pencegahan, penanggulangan dan pengobatan pada
penyakit skabies secara komprehensif.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang
dapat dirumuskan adalah :
1. Apa saja faktor resiko dan perilaku yang ditemukan pada pasien skabies?
2. Bagaimana penatalaksanaan yang komprehensif dengan pendekatan
kedokteran keluarga terhadap kasus skabies?
3. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga pada pasien menurut ilmu kedokteran
keluarga ditinjau dari aspek fungsi biologis, fungsi afektif, fungsi sosial,
fungsi penguasaan masalah dan fungsi ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan?
4

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran
keluarga ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti
ujian kepaniteraan klinik di bagian ilmu kedokteran keluarga Fakultas
Kedokteran Muhammadiyah Palembang.
1.3.2. Tujuan Khusus
Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan prinsip-prinsip
pelayanan kedokteran keluarga yang komprehensif dan holistik dalam
mengatasi masalah tidak hanya pada penyakit pasien, tetapi juga faktor
psikososial dari keluarga yang mempengaruhi timbulnya penyakit serta
peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat untuk Puskesmas
Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk
dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan
mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka
mengoptimalisasi peran puskesmas.

1.4.2. Manfaat untuk Mahasiswa


Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya
pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai