NIM : 135020307111030
No. Urut : 21
Ringkasan Eksekutif
Sesi 1
Judul Building organizational integrity
Penulis D. Christopher Kayes, David Stirling, dan Tjai M. Nielsen
Jurnal Business Horizons Vol. 50, Tahun 2007, Hal. 61-70
Sesi 2
Tujuan Untuk mengetahui bagaimana cara membangun budaya organisasi yang
berintegritas, mengetahui halangan apa saja yang mungkin muncul dalam
membentuk budaya organisasi yang berintegritas, dan cara menyikapi
berbagai halangan yang mungkin muncul tersebut.
Deskripsi Public backlash to ethical lapses
Iklim bisnis saat ini sangatlah ketat. Hal tersebut akhirnya menjadi sebuah
tekann tersendiri bagi organisasi seperti tekanan untuk meningkatkan
pendapatan, peningkatan produktivitas, dan bertahan di tengah persaingan
global. Karena besarnya tekanan yang telah dihadapi oleh organisasi
tersebut, tidaklah mengherankan akhirnya organisasi akan melakukan segala
cara untuk mampu memperlihatkan hasil kinerja yang baik kepada investor
ataupun kreditor. Salah satu cara yang sangat sering ditempuh adalah berupa
kecurangan (fraud) yang dimana dianggap sebagai suatu penyimpangan
yang etika ang berat di mata masyarakat/publik.
Sementara praktek bisnis yang baik membutuhkan satu set aturan formal
dan peraturan hukum sebagai titik awal, organisasi dari semua jenis harus
menemukan cara untuk membantu karyawan individu menanggapi dilema
etika sehari-hari yang mereka hadapi. Setelah semua, tidak semua perilaku
jatuh di bawah lingkup aturan dan peraturan formal. Selain itu, penuntutan
dan tuntutan hukum terkait dengan banyak baru-baru ini skandal profil
tinggi menunjukkan bahwa perilaku yang tidak benar terjadi bukan karena
tidak adanya kode etik, tapi terlepas dari mereka.
Building integrity
Di berbagai industri dan fungsi bisnis, pengamatan dan penelitian penulis
telah menunjukkan bahwa pendekatan yang komprehensif untuk
membangun integritas organisasi memberikan metode yang paling
menjanjikan untuk membatasi risiko organisasi. Meskipun pendekatan
khusus yang digunakan dapat bervariasi berdasarkan fungsi dan nilai-nilai
organisasi, semua pendekatan yang komprehensif melibatkan perubahan
proses kunci di semua fungsi organisasi.
Characteristics of integrity
1. Pengambilan keputusan etis yang dilakukan.
2. Dukungan struktural dan prosedur yang memfasilitasi pembuatan
keputusan etis telah dikembangkan.
3. Sebuah budaya keterbukaan, tanggung jawab, dan komitmen untuk
beberapa tujuan bisnis telah diciptakan dan dipertahankan.
4. Perkembangan karyawan dihargai.
3. Core values
Perusahaan Gillette berfokus pada tiga nilai inti: prestasi, integritas, dan
kolaborasi. Yang pertama, prestasi, menekankan dedikasi untuk standar
tertinggi prestasi dan melebihi harapan pelanggan internal dan eksternal.
Nilai inti kedua, integritas, menandakan pentingnya saling menghormati dan
perilaku etis sebagai dasar hubungan dengan rekan kerja, pelanggan, dan
masyarakat. Terakhir, kolaborasi berfokus pada bekerja sama sebagai satu
tim dengan menekankan komunikasi terbuka, membangun akuntabilitas
yang jelas untuk keputusan, mengidentifikasi masalah dan solusi, dan
memaksimalkan peluang bisnis.
4. Culture
Sejauh ini, yang paling sulit dipahami dari empat praktik integritas adalah
membangun budaya integritas. Budaya muncul tidak dalam kontrol
organisasi formal, tetapi dalam tindakan informal dan nilai praktek bisnis
yang mendasari. Seperti kontrol formal, budaya dapat mengontrol perilaku,
tetapi melalui keyakinan tidak dapat dideskripsikan atau tersembunyi dari
praktik organisasi. Untuk membangun ntegritas organisasi diperlukan
membangun kesadaran etika ke dalam budaya organisasi.