Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN JIWA DENGAN MASALAH


PSIKOSOSIAL GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL

Dosen Pembimbing:
Ns. Sukma Ayu Candra K, M.Kep.,Sp.Kep.J
Oleh :
Aida Berlian 1510002
Cahyani Tri F 1510007
Martha Ayu Agustin 1510031
Riska Eldyani AP 1510046
Rizky Novitasari S 1510048
Tyas Solit Naomiyah 1510053

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karuniaNya sehingga kami diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Keperawatan Jiwa 2 adapun
judul makalah ini yaitu Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Psikososial
Ganggan Kesehatan Hubungan Sosial
Dalam proses pembuatan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan baik materi atau moril dan dari semua pihak. Maka dari itu kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini dengan keadaan senang hati dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan untuk pembelajaran untuk
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 27 September 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku menarik diri adalah klien ingin lari dari kenyataan tetapi karena tidak
mungkin, maka klien menghindari atau lari secara emosional sehinga klien jadi pasif,
tergantung, tidak ada motivasi dan tidak ada keinginan untuk berperan. Setiap saat,
450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun
perilaku.
Di Indonesia, pravalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa.
Klien yang dirawat di rumah sakit pada umumnya tidak hanya mengalami masalah
fisik, namun mereka juga mengalami masalsh psikososial seperti berdiam diri, tidak
ingin bertemu siapapun, merasa kecewa atau putus asa, malu dan tidak berguna
disertai keraguan dan percaya diri yang kurang. Keluarga juga sering merasa
kekhawatiran dan ketidak pastian tentang keadaan klien ditambah lagi gengan
kurangnya waktu petugas kesehatan ( perawat dan dokter ) untuk mengonfirmasikan
kondisi klien kepada anggota keluarga klien. Klien dan keluarga sering tidak diajak
berkomunikasi, kurang diberi informasi yang dapat mengakibatkan perasaan sedih
ansietas, takut, marah, prestasi, tidak berdaya karena informasi yang tidak jelas
disertai ketidak pastian.
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus dapat meyakinkan bahwa
klien adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu
kesatuan dalam berintregasi terhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan berhubungan sosial yang
di intregasikan secara komperhensif kepada program asuhan klien, diharapkan klien
dan keluarga segera mungkin dapat berperan serta sehingga self-care (perawatan
diri) dan family support (dukungan keluarga) dapat terwujud. Termasuk tindakan
rehabilitatif (pemulihan keadaan), preventif (aktivitas, dan ikhtiar yang menyangkut
pengakhiran konflik), kuratif, promotif (seluruh kerja dan ikhtiar dalam rangka
mendorong pemulihan klien). Salah satu aspek yang dilakukan asuhan keperawatan
psikososial khususnya pada klien dengan gangguan hubungan sosial.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengertian gangguan hubungan sosial.
Bagaimana rentang respon pada gangguan hubungan sosial.
Bagaimana tanda dan gejala yang timbul pada klien gangguan hubungan sosial.
Bagaimana tahapan perkembangan pada gangguan hubungan sosial.
Bagaimana mengkaji pada klien gangguan hubungan sosial.
Bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan hubungan sosial
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan gangguan hubungan sosial
2. Tujuan khusus :
a) Mampu menjelaskan pengertian gangguan hubungan sosial atau menarik diri.
b) Mampu menjelaskan rentang respon pada gangguan hubungan sosial.
c) Mampu menjelaskan tanda dan gejala yang timbul pada klien gangguan
hubungan sosial.
d) Mampu menjelaskan tahapan perkembangan pada gangguan hubungan sosial.
e) Mampu mengkaji pada klien gangguan hubungan sosial.
f) Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan hubungan sosial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak bisa berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Damayanti, 2008).
Isolasi juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat
didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negative atau mengancam
(Nanda I, 2012).
Isolasi sosial merupakan upaya pasien untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain, maupun komunikasi dengan orang lain (Iyus,
2014)
2.2 Etiologi
Menurut stuart dan sundeen (2007) faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain:
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi mencakup:
1) Faktor perkembangan
Penyebab dari faktor perkembangan yaitu: kurangnya komunikasi antar
keluarga karena keluarga adalah tempat tutama yang memberikan pengalaman
bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain (Damayanti, 2008)
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan factor pendukung terjadinya gangguan berhubungan
dan dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut
oleh satu anggota keluarga (Damayanti, 2008)
3) Faktor biologis
Faktor biologis juga termasuk factor pendukung gangguan jiwa. Karena
gangguan jiwa dapat diturunkan pada anggota keluarga yang lainnya
(Damayanti, 2008)
b. Faktor presipitasi
Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal:
1) Stressor sosial budaya
Dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan kestabilitas
keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit
atau dipenjara.
2) Stressor biokimia
a) Teori dopamine: kelebihan dopamine padam esokortikal dan
mesolimbic merupakan indikasi terjadinya isolasi sosial
b) Menurunnya Mono Amino Oksidasi didalam darah akan
meningkatkan dopamine dalam otak. Karena fungsi MAO menurunkan
dopamine, sehingga menurunnya MAO merupakan indikasi terjadinya
isolasi sosial
c) Faktor endokrin
Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien isolasi
sosial. Dan prolactin mengalami penurunan karena dihambat.
1. Proses terjadinya masalah
1) Pola asuh keluarga
Pada anak yang tidak dikehendaki atau hamil diluar nikah membuat
mengeluarkan komentar-komentar negative, merendahkan, hingga
menyalahkan anak menyebabkan harga diri kronis yang membuat isolasi
sosial.
2) Koping individu tidak efektif
Saat individu menghadapi kegagalan menyalahkan orang lain,
ketidakberdayaan, menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan dan
menarik diri lingkungan, serta tidak mampu menerima realitas dengan rasa
syukur mengakibatkan harga diri rendah kronis yang membuat isolasi sosial.
3) Gangguan tugas perkembangan
Kegagalan menjalin hubungan intim dengan sesama jenis atau lawan jenis,
tidak mampu mandiri dalam mengerjakan tugas dan menyelesaikan pekerjaan,
ketergantungan pada orang tua merupakan penyebab harga diri rendah kronis
sehingga membuat isolasi sosial.
4) Stress internal dan eksternal
Stress yang disebabkan oleh ansietas yang berkepanjangan dan bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya mengakibatkan
harga diri rendah kronis yang membuat isolasi sosial.
2. Tanda dan gejala
a. Gejala subjektif
1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon vebal kurang dan sangat singkat
4) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Pasien merasa tidak berguna
8) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Pasien merasa ditolak
b. Gejala objektif
1) Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri dikamar
4) Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5) Pasien tampak sedih,ekspresi datar dan dangkal
6) Kontak mata berkurang
7) Kurang spontan
8) Apatis
9) Ekspresi wajah kurang berseri
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11) Mengisolasi diri
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13) Masukan makanan dan minuman terganggu
14) Retensi urin dan feses
15) Aktivitas menurun
16) Kurang energy
17) Rendah diri
18) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)
BAB III

TINJAUAN KASUS

Nn. S umur 20 tahun. Pasien datang ke UGD RSJ JIWA Menur dengan keluarganya.
Berdasarkan hasil pengkajian, pasien tampak merasa tidak berguna, sulit berkomunikasi, sulit
tidur, wajah tampak letih, sering menunduk ketika berkomunikasi dengan oranglain dan
pandangan mata sering beralih. Data keluarga mengatakan bahwa pasien sering masuk ke
kamar jika kedatangan tamu karena merasa malu dan tidak nyaman. Jika berbicara dengan
oranglain Nn.S cukup mengeluarkan kata-kata seperlunya saja. Selain itu, Nn.S mengatakan
mempunyai riwayat kurang menyenangkan yaitu di bully oleh teman-teman sebayanya ketika
kelas satu SMA karena bentuk tubuhnya yang gemuk, pendek dan berjerawat pada wajahnya.
Pasien tampak tidak bisa menerima kondisi fisiknya saat ini sehingga enggan melihat dirinya
sendiri di cermin. Pasein mengatakan jika mempunyai masalah pasien tidak mau
menceritakan masalahnya dan memendamnya. Hasil TTV di dapatkan : TD=130/80 mmHg,
S= 36, N= 88 x/menit RR= 20 x/menit BB=52 Kg, TB=152 cm . tidak mempunyai riwayat
penyakit menular dan penyakit genetik.
BAB IV

PEMBAHASAN

I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 6 September 2017.
Tanggal Pengkajian : 7 September 2017
Ruang Rawat : Ruang mawar
Nomor Rekam Medik :135****
Diagnosa Medis : Gangguan Hubungan Sosial
A. Identitas
Nama Pasien : Nn. S
Usia : 20tahun
JenisKelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa Dominan : Bahasa Indonesia
Status Perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl. Siwalankerto timur, Surabaya
B. Alasan Masuk
Pasien tampak merasa tidak berguna, sulit berkomunikasi, wajah tampak letih,
sering menunduk, dan sulit tidur. Keluarga mengatakan pasien sering masuk ke
kamar jika kedatangan tamu karena merasa malu dan tidak nyaman. Jika berbicara
dengan oranglain Nn.S cukup mengeluarkan kata-kata seperlunya saja.
C. Fisik
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 152 cm
Tanda-tanda vital : TD :130/80 mmHg

RR : 20 x/mnt

S : 36 x/mnt

N : 88 X/mnt

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan


D. Psikososial
1. Genogram

45
dm

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan


2. Hubungan Pasien Dengan Kepala Keluarga

Keluarga pasien mengatakan pasien adalah anak kedua dari dua


bersaudara dan pasien mengatakan tidak pernah memiliki masalah dengan
anggota keluarga lainnya

3. Kebiasaan Yang Dilakukan Bersama Keluarga


Keluarga Pasien mengatakan dulu selalu bercanda dengan kakak
perempuannya dan selalu bermain dengan teman-teman di daerah rumahnya
4. Kegiatan Yang Dilakukan Keluarga Dalam Masyarakat
Keluarga Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, pasien
selalu aktif mengikuti kegiatan di masyarakat sekitar rumahnya seperti karang
taruna dan pengajian.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Pasien mengatakan orang terdekat yang sangat dia percaya adalah
ibunya
b. Peran serta dalam Kelompok :
Pasien mengatakan dulu aktif dalam kegiatan karang taruna, namun
sekarang pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain karena
merasa orang lain hanya akan menggunjingnya bahwa dirinya
berjerawat, pendek, dan gemuk .
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien mengatakan merasa minder dalam bersosialisasi dengan orang
lain
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Koping
6. Kultural dan spiritual
a. Bagaimana kebutuhan pasien terhadap spiritual dan pelaksanaanya ?
Pasien mengatakan tetap menjalankan kewajiban shalat 5 waktu
b. Apakah pasien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan
spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan ?
Pasien tidak mengalami kekerasan/ penganiayaan sehingga tidak ada
masalah dalam spiritualnya
c. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu ?
Pasien mengatakan ketika setelah shalat, rasa cemasnya sedikit berkurang

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

E. Status Mental
1. Penampilan
a. Cacat Fisik : Tidak Ada, pasien tidak tampak memiliki kecacatan
fisik.
b. Kontak Mata : Ada, namun terkadang pasien mengalihkan kontak
mata ketika berbicara dengan orang lain
c. Pakaian : Rapi, mengguanakan pakaian dengan rapi
d. Perawatan Diri : Pasien dapat melakukan aktivitas mandi secara
mandiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
F. Tingkah Laku

Tingkah Laku Jelaskan


Resah Pasien merasa minder karenadirinya berjerawat, gemuk , dan pendek.
Agitasi Ketika berbicara dengan oranglain pandangan mata pasien sering
beralih dan tidak fokus
Letargi Tidak ada penurunan kesadaran pada pasien
Sikap Pasien menjadi lebih menutup diri, menyendiri dikamar dan mengkritik
kondisi fisiknya dan menjadi kurang bersemangat dalam aktivitas
sehari-hari
Ekspresi Wajah Pasien saat diajak berbicara tampak sering memalingkan pandangan
dan gelisah. Serta sulit untuk diajak berbicara.
Lain Lain

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah Situasional

G. Pola Komunikasi

PolaKomunikasi PolaKomunikasi
Jelas Aphasia
Koheren Perseverasi
Bicara Kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak Bicara/dominan
Asosiasi Longgar Bicara Lambat
Flight Of ideas Sukar Berbicara :
Lainnya :

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

H. Mood dan Afek

Perilaku Jelaskan
Senang Tidak ada masalah
Sedih Pasien tampak sedih dan tidak bisa
menerima kondisi fisiknya
Patah Hati Tidak ada masalah
Putus Asa Tidak ada masalah
Gembira Tidak ada masalah
Euforia Tidak ada masalah
Curiga Tidak ada masalah
Lesu Tidak ada masalah
Marah/Bermusuhan Tidak ada masalah
Lain Lain

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

I. Proses Pikir

Perilaku
Jelas
Logis
Mudahdiikuti
Relevan
Binggung
Bloking
Delusi
ArusCepat
Asosiasi Lambat
Curiga
Memori Jangka Pendek Health : Utuh :

Memori Jangka Panjang Health : Utuh :

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

J. Persepsi

Perilaku Jelaskan
Halusinasi Pasien mengatakan tidak melihat,
mendengar bayangan sosok orang lain
Ilusi Pasien mengatakan tidak ada hal-hal yang
membuatnya berilusi
Depersonalisasi Pasien tidak pernah merasa dirinya adalah
wanita cantik
Derealisasi Pasien merasa kurang nyaman ketika ada
orang asing yang bertamu dirumah dan
hanya dikamar

Halusinasi Jelaskan
Pendengaran Pasien mengatakan tidak mendengarkan
bisikan, pendengaran pasien normal.
Penglihatan Pasien mengatakan penglihatan normal, dan
pasien mengatakan tidak melihat sosok lain
yang menghampirinya
Perabaan Pasien mengatakan tidak ada yang aneh
dengan indera perabaannya
Pengecapan Pasien mengatakan tidak merasa ada yang
aneh pada indera pengecapan
Penghidu Pasien mengatakan tidak mencium bau apa-
apa yang dapat mengganggunya
Lain Lain

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

II. ANALISA DATA

No. Data (Symptom) Etiologi Problem


1 DS: Gangguan peran Harga diri rendah
- Keluarga mengatakan situasional
bahwa pasien sering
masuk ke kamar jika
kedatangan tamu karena
merasa malu dan tidak
nyaman.

DO
- Px sering menunduk
ketika berkomunikasi
dengan oranglain dan
pandangan mata sering
beralih.
- Pasien tampak tidak
bisa menerima kondisi
fisiknya saat ini
sehingga enggan
melihat dirinya sendiri
di cermin.

2 DS Krisis maturasi Ketidakefektifan koping


- Pasien mengatakan jika
mempunyai masalah pasien
tidak mau menceritakan
masalahnya dan
memendamnya
- Keluarga mengatakan
bahwa pasien sering masuk
ke kamar jika kedatangan
tamu karena merasa malu
dan tidak nyaman
- Pasien mengatakan
mempunyai riwayat kurang
menyenangkan yaitu di
bully oleh teman-teman
sebayanya ketika kelas satu
SMA karena bentuk
tubuhnya yang gemuk,
pendek dan berjerawat pada
wajahnya
DO
- Pasien mengalami sulit
tidur dan wajah tampak
letih
- Pasien tampak menyendiri
dikamar
- Pasien tampak tidak bisa
menghadapi situasi

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan Gangguan peran
b. Ketidakefektifan Koping berhubungan dengan Krisis Maturasi

IV. INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan/Kriteria evaluasi Intervensi
Keperawatan
1. Harga Diri Rendah Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien
Situasional b.d beberapa kali pertemuan, untuk membina
perubahan peran pasien mampu : hubungan saling
sosial 1. mengetahui kekuatan percaya dengan
pribadi, orang lain
2. melakukan perilaku 2. Gali perasaan pasein
yang dapat sehubungan dengan
meingkatkan kehilangan.
kepercayaan diri, 3. Beri pasien support
3. Mempertahankan rasa dan biarkan klien
aman, tenteram, memutuskan
percaya diri, harga sesuatu untuk
diri dan martabat dirinya, misalnya
klien dalam hal
memotivasi.

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan


koipind b.d krisis beberapa kali pertemuan, saling percaya
maturasi pasien mampu : 2. Amati penyebab
1. Mengungkapkan ketidak efektifnya
kemampuan untuk koping
menanggulangi dan 3. Berikan terapi
meminta bantuan jika aktivitas fisik dan
perlu mental yg tidak
2. Menunjukkan melebihi
kemampuan untuk kemampuan pasien
memecahkan 4. Diskusi tentang
masalah dan ikut kemampuan dalam
serta bermasyarakat membanu pasien
3. Mempertahankan mengekspresikan
bebas dari perilaku emosi
yang destruktif pada
diri sendiri maupun
oranglain.
4. Mengkomunikasikan
kebutuhan dan
berunding dgn
oranglain untuk
memenuhi
kebuthuhan

V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No. Implementasi Evaluasi
1. 1. Mengidentifikasi kemampuan S : Klien mengatakan bahwa
dan aspek positif yang masih dirinyatelah menerima kondisi
dimiliki pasien. yang dialami saat ini
2. Membantu pasien menilai O : klien terlihat berinteraksi
kemampuan yang dapat dengan orang lain dan
digunakan. mengikuti kegiatan di
3. Membantu pasien masyarakat
memilih/menetapkan A : masalah teratasi
kemampuan yang akan dilatih. P : intervensi dihentikan
4. Melatih kemampuan yang
dipilih pasien.
5. Membantu menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang
dilatih.
2 1. Bina hubungan saling percaya S: Pasein mau menceritakan
2. Amati penyebab ketidak masalahnya
efektifnya koping O:
3. Berikan terapi aktivitas fisik - Pasien mampu
dan mental yg tidak melebihi beradaptasi dengan orang
kemampuan pasien asing
4. Diskusi tentang kemampuan - Pasien mampu tidur
dalam membantu pasien sesuai normal
mengekspresikan emosi A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2012. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta. EGC

Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC

Yusuf, AH dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai