PENDAHULUAN
mencapai derajat kesehatan yang optimal dan produktif sebagai perwuju dan dari
Dasar 1945 dan Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Untuk
kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan
masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena infeksi saluran
pernapasan akut terutama pada anak balita. Infeksi saluran pernapasan akut
adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai
memberikan gambaran klinik yang lebih berat dan buruk bila dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan karena infeksi saluran pernapasan
1
akut pada anak balita umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta belum
dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat
Status gizi yang kurang baik merupakan merupakan faktor yang dapat
karena daya tahan tubuh yang rendah yang akan mengakibatkan keadaan status
gizi yang kurang atau buruk. Anak balita yang kurang mendapat asupan energi
dan zat gizi, pola asuh yang kurang baik akan cenderung mempunyai status gizi
kurang dan buruk yang berisiko sering menderita penyakit infeksi termasuk
Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan secara eksklusif kepada bayi hingga usia
6 bulan selain sebagai bahan makanan bayi juga mengandung kolostrum yang
merupakan zat kekebalan alami yang berfungsi melindungi dari infeksi saluran
pernapasan akut karena dapat mencegah invasi saluran pernapasan oleh bakteri
2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oddy et al. (2003)
menemukan hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif <6 bulan
hubungan hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian yang
berisiko gangguan napas yakni bayi baru lahir yang bernapas cepat > 60
kematian paling banyak pada anak dan balita di negara berkembang. Menurut
diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% pertahun. Menurut
WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar
3
salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita
Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator
Tangga (SKRT) tahun 2001, bahwa angka kematian balita akibat penyakit sistim
pernapasan adalah 4,9/1.000 balita, yang berarti terdapat sekitar 5 dari 1.000
balita yang meninggal setiap bulan akibat infeksi saluran pernapasan akut, atau
berarti tiap tahun terdapat 140.000 balita yang meninggal akibat infeksi saluran
pernapasan akut. Data ini juga berarti bahwa rata-rata 1 anak balita Indonesia
meninggal akibat infeksi saluran pernapasan akut dalam setiap 5 menit. Selain itu
prevalensi nasional infeksi saluran pernapasan akut : 25,5 % (16 provinsi diatas
Jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada anak balita
74.278 kasus (36,26 %), 62.126 kasus (31,45 %), 72.537 kasus (35,94 %)
(Anonim, 2012). Sedangkan jumlah penderita ISPA pada anak balita di Kota
Kendari dari tahun 2010 hingga 2012, berturut-turut adalah 4.291 kasus (23,63
%), 3.671 kasus (28,09 %), 3.289 kasus (24,63 %) (Dinas Kesehatan Kota
Kendari, 2013).
(ISPA) di Puskesmas Abeli Kecamatan Abeli Kota Kendari pada tahun 2010
adalah 258 kasus, tahun 2011 adalah 289 kasus dan tahun 2012 adalah 271
4
kasus. Pada bulan Januari hingga Maret 2013 jumlah kasus infeksi saluran
pernapasan akut pada anak balita adalah 132 kasus (Januari 45 kasus, Februari
Dari hasil survey awal pada saat pengambilan data awal ditemukan
sebagian besar penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) anak balita di
Kecamatan Abeli Kota Kendari tahun 2013, bahwa masih banyak yang belum
mendapatkan imunisasi lengkap, status gizi tidak normal, banyaknya anak balita
yang tidak mendapatkan ASI ekslusif. Bertolak dari uraian diatas maka penulis
A. Perumusan Masalah
infeksi saluran pernapasan akut pada anak balita di puskesmas Abeli kota
pernapasan akut pada anak balita di puskesmas Abeli kota Kendari tahun
2013?
5
3. Bagaimanakah hubungan pemberian ASI dengan kejadian penyakit infeksi
saluran pernapasan akut pada anak balita di puskesmas Abeli kota Kendari
tahun 2013?
B. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak balita di Puskesmas Abeli Kota
b. Tujuan khusus
balita.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi (data
6
Akut, dan sebagai pengembangan dari ilmu keperawatan tentang Infeksi
2. Praktis
lain yang terkait seperti program gizi dan program kesehatan ibu dan anak.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang
selaput paru.
namun demikian anak akan menderita pneumonia bila infeksi paru ini
8
Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat
penyakit jalan napas bagian atas ini adalah virus dan tidak dibutuhkan
bagian atas dan bawah, asma dan bronkitis, menempati bagian yang
bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjaadi pada
g. Terapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak
2. Klasifikasi
9
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terdiri dari sekelompok kondisi
klinik dengan etiologi dan perjalanan klinik yang berbeda. Sampai saat ini ISPA
3) Infeksi Saluran Pernapasan Akut berat yaitu ISPA yang harus dirawat di
2007)
3. Etiologi
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut terdiri dari 300 lebih jenis virus,
10
a. Virus penyebab ISPA antara lain : golongan mikrovirus (termasuk
lain.
4. Patofisiologi
tertimbun. Terdapat mukosiliaris yang terdiri dari sel-sel dan berlokasi dari
bronkus ke atas yang menghasilkan muscus dan sel-sel silia yang melapisi
sputum, dikeluarkan melalui hidung atau ditelan. Apabila dapat lolos dari
nafas bawah. Respon ini diperantarai oleh limposit, tetapi juga melibatkan
11
sel-sel darah putih lainnya misalnya magrofag, neutrofil dan sel mastr yang
sangat virulen, maka dapat timbul infeksi saluran pernapasan bagian bawah
(Corwin, 2003).
a. Hidung
hidung
b. Faring
12
rawan krikoid.letaknya di belakang hidung (nasofaring). Dibelakang mulut
2002).
c. Laring
otot yang mengandung pita suara. Diantara pita suara terdapat ruangan
dan bagian bawah. Pada waktu menelan gerakan laring ke atas menutup
pencernaan.
d. Trachea
sepatu kuda yang panjangnya sekitar 10 cm, dan terdiri dari 20 cincin tulang
rawan. Tempat dimana trachea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan
e. Bronkus
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebar seperti posisinya hamper vertical sedangkan bronkus kiri
lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trachea
dengan sudut yang lebih tajam. Bronkus kanan terdiri dari 6 sampai 8 cincin
13
yang mempunyai 3 cabang sedangkan bronkus kiri terdiri dari 9-12 cincin
f. Bronkiolus
Cabang utama Bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
cincing tulang rawan tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
fungsional paru- paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari :
1. Bronkiolus respiratorius
2. Duktus alveolaris
2002).
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ISPA ringan adalah batuk, pilek, serak, dengan atau
tanpa panas dan keluarnya cairan dari telinga yang lebih dari 2 minggu
Tanda dan gejala ISPA ringan di tambah dengan salah satu atau lebih
dari tanda berikut ini yaitu pernapasan cepat lebih dari 50 kali permenit
14
(tanda utama), wheezing panas 39 derajat celcius atau lebih, sakit telinga ,
keluarnya cairan dari telinga yang belum lebih dari 2 minggu dan campak.
Tanda ISPA ringan atau sedang di tambah dengan salah satu atau lebih
dari tanda berikut yaitu terdapat retraksi dada kedalam, stridor,tak mampu
atau tak mau makan.tanda lain dari ISPA berat yang lain yaitu sianosis,
7. Penatalaksanaan
1. Medis.
antibiotic.
c. Antistetik topical.
2. Keperawatan.
penggunaan antibiotic untuk kasus- kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi
15
8. Pencegahan
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah akan sangat rentan terhadap
1. Bayi harus disusui selama 2 tahun karena ASI adalah makanan terbaik
bagi bayi
3. pada anak makanan harus mengandung gizi yang cukup yaitu protein,
dalam tubuh.
16
2. Lingungan di jaga agar tetap bersih
orang dewasa
penutup hidung dan mulut untuk mencegah penularan pada anak- anak.
1. Pengertian
memerlukan zat-zat yang tinggi / kg berat badan. Dan paling sering menderita
penyakit akibat kekurangan gizi, dalam hal ini kekurangan energy protein
Oetama, 2001).
b. Umur 25 36 bulan
c. Umur 37 48 bulan
17
d. Umur 49- 59 bulan
Menurut Dewi (2010 ) perkembangan yang terjadi pada anak balita yaitu
2. Menyusun 6 kotak
4. Menyusun 2 kata
8. Menaruh minat kepada apa yang di kerjakan oleh orang orang yang
lebih besar
mereka
c. Usia 2 3 Tahun
18
2. Membuat jempatan dengan 3 kotak
tunjukan kepadanya
5. Menggambar lingkaran
diluar keluarganya.
d. Usia 3 4 Tahun
9. Banyak bertanya
19
e. Usia 4-5 Tahun
9. Mengenal 4 warna
kecil
orang dewasa.
20
c. Kurangi perhatian orang tua kepada mereka karena kesibukan atau hal-
hal tertentu.
d. Anak baita masih belum dapat mengurus diri sendiri dengan baik dan
akan dimakan.
e. Anak balita mulai turun ketanah dan berkenalan berbagai kondisi yang
Pernapasan Akut
Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang dapat menjadi penyakit ringan pada
orang muda yang sehat, tetapi menjadi serius pada anak-anak dengan daya
tahan tubuh yang masih lemah. Untuk itu pemerintah melakukan berbagai upaya
dalam menurunkan kejadian ISPA tetapi masih tetap sebagai penyebab kematian
pada bayi dan balita karena penanganannya hanya diarahkan pada faktor yang
bersifat kuratif atau pengobatan dibanding faktor lain seperti promotif dan
preventif, sedangkan diketahui bahwa ISPA adalah penyakit yang multikausa dan
1. Kelengkapan imunisasi
21
Imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit dengan cara
pemberian imunisasi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat
Ada dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
aktif, karena imunisasi aktif akan memberi kekebalan yang lebih lama.
Imunisasi pasif diberikan hanya dalam keadaan yang sangat mendesak, yaitu
bila diduga tubuh anak belum mempunyai kekebalan ketika terinfeksi oleh
1) Vaksin BCG
2) Vaksin DPT
22
Vaksin ini dibuat untuk keperluan khusus yaitu bila anak sudah tidak
4) Vaksin Tetanus
dan imunisasi pasif. Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah
toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan.
5) Vaksin Poliomielitis
Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, dan III yang sudah
Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, dan III yang masih hidup
6) Vaksin Campak
secara aktif.
7) Vaksin Hepatitis B
23
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit
penyakit lever.
Diharapkan juga dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan yang dapat
ISPA. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti
hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air,
TBC, dan lain sebagainya. Infeksi saluran pernapasan akut adalah salah satu
jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit yang tergolong
infeksi saluran pernapasan akut yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah
2. Status Gizi
Imunitas tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain status gizi.
Dimana semakin baik status gizi host maka akan semakin baik pula
adalah daya tahan tubuh yang rendah yang diakibatkan keadaan gizi yang
kurang atau buruk. Balita yang kurang mendapat asupan energy dan zat gizi,
pola asuh yang kurang baik akan cenderung mempunyai status gizi kurang
24
dan buruk yang berisiko sering menderita penyakit infeksi termasuk ISPA
gizi bagi setiap orang, khususnya bagi bayi dan anak balita, ibu hamil dan ibu
menyusui memerlukan perhatian khsusus. Bayi dan anak balita termasuk usia
adalah bayi dan anak balita karena mudah menderita sakit (Depkes RI dalam
Palloan, 2005).
gizi anak balita di Indonesa sampai saat ini adalah baku World Heath
25
Berat badan Gizi lebih >+2 SD
menurut umur Gizi Baik >-2 SD
(BB/U) Gizi Kurang sampai + 2 SD
Gizi Buruk <-2 SD
sampai >-3SD
<-3SD
Tinggi Badan Normal >2SD
Menurut Umur Pendek (Stunded) <-2 SD
(TB/U)
Berat Badan Gemuk >+2 SD
Menurut Tinggi Normal >-2 SD
Badan (BB/TB) Kurus (wasted) sampai + 2 SD
Kurus Sekali <-2 SD
sampai >-3SD
<-3SD
Sumber: Kepmenkes RI No.920/2002
gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang masa tubuh (otot
dan lemak). Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan keadaan yang
sekarang. Berat badan yang bersifat labil, penyebab infeksi dan lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini atau Curent Nutritional Status
(Arisman, 2010).
kemungkinan balita menderita ISPA karena daya tahan tubuh yang rendah
yang akan mengakibatkan keadaan status gizi yang kurang atau buruk. Balita
yang kurang mendapat asupan energy dan zat gizi, pola asuh yang kurang
26
baik akan cenderung mempunyai status gizi kurang dan buruk yang berisiko
3. Pemberian ASI
Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan secara eksklusif kepada bayi hingga
usia 6 bulan selain sebagai bahan makanan bayi juga mengandung kolostrum
yang merupakan zat kekebalan alami yang berfungsi melindungi dari infeksi
ASI ekslusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,
walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi
mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi
pemberian ASI tetap lebih murah, meskipun ibu menyusui membutuhkan zat
gizi ekstra. Bila anak disusui selama 2 tahun, berarti ia telah menerima ASI
sekitar 375 liter yang setara dengan 437 liter susu sapi. Jika dihitung
berdasarkan rata-rata kebutuhan ASI sebesar 800 cc/hari, bayi usia 6-7 bulan
pertama telah menghabiskan sekitar 150 liter susu yang setara dengan 22 kg
susu bubuk formula. Biaya ini belum memperhitungkan keperluan lain, seperti
pembelian dot, botol susu, alat pemasak, pendingin susu, bahan bakar, dan
yang lebih penting lagi biaya pengobatan pada bayi yang diberi susu formula
27
membengkak 10 kali lebih besar dibandingkan bayi yang diberi ASI (Arisman,
2010).
kekebalan tubuh) dari ibunya lewat ari-arinya. Tubuh bayi dapat membuat
sistem kekebalan tubuh sendiri waktu berusia sekitar 9-12 bulan. Sistem imun
bawaan pada bayi menurun namun sistem imun yang dibentuk oleh bayi itu
kesenjangan zat kekebalan pada bayi dan hal ini akan hilang atau berkurang
bila bayi diberi ASI. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih
banyak dari susu matang. Zat kekebalan pada ASI dapat melindungi bayi dari
penyakit mencret atau diare, ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena
penyakit infeksi, telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi. Dan pada
kenyataannya bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Depkes RI,
2001).
Dua belas jenis immunoglobulin terdapat dalam ASI. Dalam tubuh bayi
berasal dari serum darah ibu dan 12 jenis hanya ditemukan dalam ASI.
stafilokokus, virus polio, rotavirus, dan vibrio colera. Oleh karena itu, bayi yang
mendapat ASI ekslusif akan terhindar dari berbagai penyakit infeksi, penyakit
28
system pencernaan, serta berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus.
(Purwanti, 2004).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Betran et al. (2001), ASI eksklusif
dapat mencegah kematian bayi usia 0-3 bulan sebesar 66 persen, ASI parsial
dapat mencegah kematian bayi usia 4-11 bulan sebesar 32 persen. Alarcon et
al. (1997) mengemukakan bahwa bayi yang diberi ASI selain insiden ISPA-nya
dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah = BBLR). Hal ini
dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada
1) Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa
kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang
teratur)
2) Bayi small for gestational age (SGA): bayi yang beratnya kurang dari
kehamilan = KMK)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
lahir < 2500 gram. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dan BBLR cukup
29
bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/premature khususnya yang masa
bayi baru lahir yang bernapas cepat > 60 kali/menit, lambat < 30 kali/menit
dapat disertai sianosis pada mulut, bibir, mata dengan/tanpa retraksi dinding
5. Pengetahuan Ibu
mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencapai penalaran dan
30
Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan ada 6 yaitu:
1 Tahu (know)
2 Memahami (comprehention)
3 Aplikasi (application)
31
4 Analisis (analysis)
5 Sintesis (synthesis)
6 Evaluasi (evaluation)
atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Evaluasi ini dilandaskan
pada kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun yang
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
a. Faktor Internal
1Pendidikan
2Pekerjaan
3Umur
b. Faktor Eksternal
1Faktor Lingkungan
32
6. Faktor Lingkungan
adalah termasuk air borne disease karena salah satu penularannya melalui
udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan,
(indoor air quality) adalah ISPA. ISPA dapat meliputi bagian atas saja dan
peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah sejak lama sudah
dilihat dari segi ilmu lingkungan, penyakit terjadi karena adanya interaksi
33
Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu induk
ditunjukkan pada (Gambar 5). Ketiga faktor tersebut akan berinteraksi dan
sakit.
yang bersumber dari perokok, penggunaan bahan bakar kayu atau arang
1. Ventilasi
2. Kepadatan hunian
3. Suhu ruangan
4. Kelembaban ruangan
5. Penerangan alami
6. Lantai
7. Dinding
8. Atap
34
BAB III
KERANGKA KONSEP
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit yang termasuk PD3I
Imunitas tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain status gizi.
Dimana semakin baik status gizi host maka akan semakin baik pula imunitasnya.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan anak balita menderita ISPA adalah daya
tahan tubuh yang rendah yang diakibatkan keadaan gizi yang kurang atau buruk
(Depkes, 2005).
Pemberian ASI merupakan hal penting pada bayi terutama pemberian ASI
awal (kolostrum) karena kaya dengan antibodi yang mempunyai efek terhadap
kognitif, mencegah bayi terserang penyakit infeksi dan kronis. ASI terutama ASI
eksklusif menurunkan kematian bayi dan kejadian sakit pada anak yaitu diare atau
35
B. Kerangka Konsep Penelitian
Kelengkapan Imunisasi
Status Gizi
Pernapasan Akut
BBLR
Pengetahuan Ibu
Lingkungan
Keterangan:
Variabel Dependent
Variabel Independen
Gambar 1. Kerangka Konsep tentang kejadian ISPA pada anak balita ditinjau
dari beberapa faktor yang berhubungan yang akan diteliti
C. Variabel Penelitian
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
36
pada anak balita yang meliputi kelengkapan imunisasi, status gizi, dan
bebas. Variabel terikat dari penelitian ini adalah anak balita yang menderita
telah dilakukan oleh dokter terhadap anak 12-59 bulan yang tercantum dalam
Kriteria Objektif :
ISPA : bila anak balita (12-59 bln) dinyatakan menderita ISPA dari
Tidak ISPA : bila anak balita (12-59 bln) dinyatakan menderita penyakit lain
rekam medis.
2. Kelengkapan Imunisasi
Jenis imunisasi yang diterima anak sesuai program yaitu: BCG, DPT
1,2,3, Polio 1,2,3,4, Hepatitis B 1,2 3, dan campak. Jadwal dan dosis dapat
dibuktikan dengan KMS atau Buku KIA. Variabel ini diukur dengan
Kriteria Objektif:
37
Imunisasi lengkap : Jika jenis imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis
usia balita
Imunisasi Tidak lengkap : Jika salah satu jenis imunisasi BCG, DPT,
3. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan gizi anak umur 12-59 bulan yang di
Kriteria Objektif:
Gizi Buruk : Bila berat badan anak balita saat ditimbang > -3SD.
Gizi Kurang : Bila berat badan anak balita saat ditimbang < -2SD
sampai -3SD
Gizi Baik : Bila berat badan anak balita saat ditimbang > -2SD
sampai +2SD
Gizi Lebih : Bila berat badan anak balita saat ditimbang > +2SD
4. Pemberian ASI
sejak lahir sampai umur 6 bulan. Variabel ini diukur dengan menggunakan
skala Nominal.
38
Kriteria Objektif:
C. Hipotesis Penelitian
1. Kelengkapan Imunisasi
Pernapasan Akut
2. Status Gizi
Pernapasan Akut
Akut
3. Pemberian ASI
Pernapasan Akut
Pernapasan Akut
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Alasan dipilih rancangan studi
ini adalah mudah dilakukan dan murah karena hanya mengidentifikasi hubungan
A. Waktu
Tahun 2013.
B. Tempat
Tahun 2013.
40
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh anak Balita (12-59 bulan) yang
yang datang berobat di Puskesmas Abeli Kota Kendari pada bulan Januari
2. Sampel
a. Sampel
Puskesmas Abeli yang terpilih sesuai dengan kriteria sampel dan bersedia
b. Tehnik Sampling
41
atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
dari buku register kunjungan pasien di medical record puskesmas serta data
E. Instrumen Penelitian
cacatan rekaman medik, dan kohort bayi (KMS), adapun pengukuran masing-
diagnosa dokter. Cara pengumpulan data dengan melihat kartu status pasien
di puskesmas (dokumentasi).
2. Variabel status imunisasi dengan mengunakan kohort bayi (kartu KMS). Cara
42
4. Variabel pemberian ASI dengan menggunakan pengukuran Pengumpulan data
dilakukan pembersihan data yaitu mengecek data yang benar saja, yang
2. Analisa Data
43
Data dalam penelitian ini dilakukan analisis dalam 2 tahapan sebagai
berikut:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat di lakukan secara deskriptif dari masing-masing
f
X X 100%
n
Keterangan :
b. Analisis Bivariat
Untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel bebas
(Sugiyono, 2012)
44
1) Jika nilai p yang didapat lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol
ditolak yang berarti antara dua variabel (bebas dan terikat) yang
yang berarti bahwa antara dua variabel (bebas dan terikat) yang
2012 ).
2) Uji Fisher Exact
p=
Keterangan : ! = factorial
ditolak yang berarti antara dua variabel (bebas dan terikat) yang
yang berarti bahwa antara dua variabel (bebas dan terikat) yang
G. Penyajian Data
45
Penyajian data di lakukan setelah data diolah dan di sajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi serta tabel analisis hubungan antar variabel di sertai
narasi.
H. Etika Penelitian
rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan
yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
kelompok data tertentu yang akan di laporkan sebagai hasil penelitian (Alimul,
2007).
46
BAB V
HASIL PENELITIAN
1. Letak Geografis
umum.
Puskesmas Abeli dibangun pada tahun 1998 dengan luas lokasi 720m x
47
medik diagnostik serta peralatan penunjang diagnostik serta peralatan non
ruang kartu, ruang apotik, ruang poli umum, ruang tata usaha, ruang poli gigi,
poli KIA, ruang computer, ruang UGD, ruang rapat, ruang laboratorium, ruang
perumahan perawat.
B. Hasil Penelitian
jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 orang anak balita (12-59 bulan).
macam analisis yaitu analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan
48
Tabel 5.1 Distribusi Anak Balita menurut Umur di Puskesmas Abeli Kota
Kendari Tahun 2013
anak balita usia 36-47 bulan (28.6%), sedangkan terendah adalah usia
12-23 bulan (23.2%) dan pada usia 48-59 bulan (23.2%). Besarnya
proporsi pada kelompok umur 12-23 bulan dan 48-59 bulan. Hal ini terkait
49
Tabel diatas menunjukan bahwa persentase terbanyak adalah
anak balita jenis kelamin laki-laki 37 (66.1%) dan terendah pada anak
sebaran jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada jenis kelamin
perempuan.
sebagai berikut:
memperhatiakan anaknya.
50
d. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan ibu
Distribusi responden menurut tingkat pendidikan ibu anak balita
51
Pekerjaan Ibu Frekuensi (F) Presentase (%)
PNS 8 14.3
IRT 35 62.5
Swasta 13 23.2
Jumlah 56 100.0
Sumber: Data Primer 2013
besar adalah petani dan nelayan, sehingga ibu hanya mengurus anak-
2. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat secara umum variable penelitian
sedangkan anak balita dengan penyakit tidak ISPA ditemukan lebih kecil
52
b. Kelengkapan Imunisasi
Tabel 5.7 Distribusi Kelengkapan Imunisasi Pada Anak Balita di
Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013
c. Status Gizi
Tabel 5.8 Distribusi Status Gizi Pada Anak Balita di Puskesmas Abeli
Kota Kendari Tahun 2013
sedangkan anak balita dengan status gizi kurang ditemukan lebih kecil
53
Tidak Ekslusif 38 67.9
Jumlah 56 100.0
Sumber: Data Primer 2013
3. Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan dan keeratan hubungan antara variabel
independen dengan kejadian penyakit ISPA pada anak balita digunakan uji
chisquare, uji fisher, dan uji koefisien kontingensi pada analisis aplikasi
SPSS.
Kejadian ISPA
Kelengkapan Jumlah
ISPA Tidak ISPA p
Imunisasi
n % n % n %
Lengkap 34 60.7 7 12.5 41 73.2
Tidak Lengkap 8 14.3 7 12.5 15 26.8 0.03
Jumlah 42 75.0 14 25.0 56 100
Sumber: Data Primer 2013
54
dimana terdapat 34 (60.7%) ISPA dan 7 (12.5%) tidak ISPA, sedangkan
balita.
Tabel 5.11 Hubungan Status Gizi menurut Kejadian Penyakit ISPA Pada
Anak Balita di Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013
Kejadian ISPA
Jumlah
Status Gizi ISPA Tidak ISPA p
N % n % n %
Gizi Baik 30 53.6 5 8.9 35 62.5
Gizi Kurang 12 21.4 9 16.1 21 37.5 0.01
Jumlah 42 75.0 14 25.0 56 100
Sumber: Data Primer 2013
ISPA dan 5 (8.9%) tidak ISPA, sedangkan anak balita yang gizi kurang
55
sebanyak 21 anak balita, dimana terdapat 12 (21.4%) anak balita yang
(0.01<0.05) maka ini berarti H o ditolak dan Ha diterima. Jadi, status gizi
Kejadian ISPA
Pemberian ASI Jumlah
ISPA Tidak ISPA p
Ekslusif
N % n % n %
Ekslusif 10 17.9 8 14.3 18 32.1
Tidak Ekslusif 32 57.1 6 10.7 38 67.9 0.04
Jumlah 42 75.0 14 25.0 56 100
Sumber: Data Primer 2013
(57.1%) ISPA dan 6 (10.7%) tidak ISPA, sedangkan anak balita yang
(17.9%) anak balita yang menderita ISPA dan 8 (14.3%) anak balita tidak
menderita ISPA.
56
C. Pembahasan
1. Kelengkapan Imunisasi
2005).
penderita ISPA masih cukup banyak tetapi hal tersebut banyak disebabkan
faktor-faktor lain, karena kita ketahui bahwa kasus ISPA dapat terjadi karena
imunisasi alktif buatan tetapi pemberian ASI sangat berperan dalam sistem
kekebalan tubuh. Balita yang diberikan ASI sejak lahir akan memperoleh
kekebalan pasif dari zat-zat gizi yang terkandung dalam colostrum ASI.
balita, dimana terdapat 8 (14.3%) anak balita yang menderita ISPA dan 7
(12.5%) anak balita tidak menderita ISPA. Imunisasi yang lengkap membuat
57
apabila tidak didukung dengan cara hidup sehat dengan menghindari factor
risiko maka anak balita tetap dapat terserang penyakit seperti ISPA.
penyakit ISPA pada anak balita terkait dengan status imunisasi anak balita
factor risiko kejadian ISPA pada anak balita. Anak balita yang mempunyai
status imunisasi tidak lengkap berisiko mengalami ISPA 5,510 kali lebih tinggi
imunisasi yaitu status imun, faktor genetik, serta kualitas dan kuantitas
meskipun status imun balita baik tetapi bila kualitas vaksinnya rendah maka
2. Status Gizi
gizi. Dimana semakin baik status gizi host maka akan semakin baik pula
ISPA adalah daya tahan tubuh yang rendah yang diakibatkan keadaan gizi
58
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 56 anak balita umumnya
memiliki gizi baik sebanyak 35 anak balita, dimana terdapat 30 (53.6%) ISPA
dan 5 (8.9%) tidak ISPA. Status gizi baik atau status gizi optimal bila tubuh
anak balita yang gizi kurang sebanyak 21 anak balita, dimana terdapat 12
(21.4%) anak balita yang menderita ISPA dan 9 (16.1%) anak balita tidak
pencernaan dan ketika asupan makanan berkurang zat gizi yang diperlukan
tubuh menjadi rentan menderita ISPA. Gizi kurang maupun gizi buruk
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: anak balita tidak cukup mendapat makanan
bergizi seimbang, anak balita tidak mendapat asuhan gizi yang baik, dan
anak balita mungkin menderita penyakit infeksi. Masa usia 12-59 bulan
(0.01<0.05) maka ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, status gizi
59
berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita. Menurut Aritonang,
bahwa antara penyakit infeksi dan status gizi terjadi hubungan timbal balik
kekebalan tubuh sehingga anak akan lebih mudah terkena penyakit infeksi
kejadian gizi pada anak balita. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Sukarlan
(2002) bahwa status gizi merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap
yang terjadinya pada anak balita, seorang anak balita yang menderita gizi
kurang akan mudah terkena suatu penyakit infeksi seperti ISPA yang akan
Status gizi baik atau status gizi optimal bila tubuh memperoleh cukup
secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Pada
60
Pemberian ASI merupakan hal penting pada bayi terutama
infeksi dan kronis. ASI terutama ASI eksklusif menurunkan kematian bayi dan
kejadian sakit pada anak yaitu diare atau ISPA, dan membantu kesembuhan
(57.1%) ISPA dan 6 (10.7%) tidak ISPA, sedangkan anak balita yang
anak balita yang menderita ISPA dan 8 (14.3%) anak balita tidak menderita
ISPA.
biologis yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara
perkembangan dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI sebagai proteksi pasif
berpengaruh terhadap respon imun sistem anak melalui berbagai cara, yaitu
61
terhadap ISPA. Respon imun anak berkaitan dengan dosis ASI bekerja
secara biologikal selama 4 bulan atau 6 bulan atau bahkan beberapa tahun
(0.04<0.05) maka ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, pemberian ASI
ASI mengandung segala zat gizi dan zat-zat protektif yang dapat
didalam ASI adalah mineral, vitamin, lemak, karbohidrat, protein, air, enzim,
maka balita yang mendapatkan ASI ekslusif akan memiliki daya tahan tubuh
ISPA. ASI mampu memberi perlindungan baik secara aktif maupun pasif,
karena ASI tidak saja menyediakan perlindungan terhadap infeksi, tetapi juga
infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindung dari berbagai
macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit
62
BAB VI
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
saluran pernapasan akut pada anak balita, dimana faktor-faktor tersebut adalah
63
status imunisasi, status gizi, pemberian ASI ekslusif. Hasil penelitian ini dapat
anak balita.
2. Status gizi berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada anak balita.
anak balita.
B. Saran
faktor yang berhubungan dengan penyakit ISPA seperti status gizi, status
2. Dinas Kesehatan Kota Kendari perlu menyusun suatu kebijakan serta strategi
formal.
yang lebih khusus terhadap kebutuhan gizi dengan menimbang secara rutin
64
di Posyandu untuk memantau pertubuhan balitanya serta pemberian
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Surabaya: salemba Medika.
Alsagaff, Hood dan A. Mukty. 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press.
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi Edisi 2. Jakarta:
EGC.
65
Asrun, 2009. Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada Balita di Kabupaten Magelang.
Yogyakarta: Tesis, UGM.
Azwar, Asrul. 2005. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Bina Rupa
Aksaara.
Depkes RI. 2002. Informasi Tentang ISPA Pada Balita. Jakarta: Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat.
_________. 2005. Informasi Tentang ISPA Pada Balita. Jakarta: Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat.
Dewi, Vivian NL. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Dinkes Kota Kendari. 2013. Profil Dinas Kesehatan Kota Kendari. Kendari.
Kurniawan, 2008. http://www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/ispa-infeksi-saluran-
pernapasan-akut-ketahui-dan-waspadailah.hmtl/ diakses tanggal 18 Maret
2013.
Palloan, 2005. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi anak Balita
Usia 24-59 Bulan di Keamatan Palaran Kota Samarinda tahun 2005.
Makassar: Tesis tidak diterbitkan Unhas.
66
Prabu, 2008. http://putraprabu.wordpress.com/2008/01/15/faktor-resiko-ispa-pada-
balita/ diakses tanggal 18 Maret 2013.
Setiadi, 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
WHO. 2005. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
67
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan
di STIKES Mandala Waluya Kendari
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan
68
Dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak Balita Di
Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013, sebagai salah satu syarat untuk
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala dan hambatan yang
penulis dapatkan, namun berkat dorongan dan motivasi yang tak henti-hentinya dan
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang
pembimbing II atas semua waktu, tenaga, dan pikiran yang telah diberikannya dalam
yang telah banyak membantu dalam penyelesaian proposal ini dan bimbingan
6. Kepada ayah dan ibu yang telah berkorban begitu banyak untuk pendidikanku
selama ini.
vi
69
7. Adik-adikku (Juwit dan Syawal) yang telah memberikan semangat dan
Semoga segala amal ibadah semua pihak yang telah membantu mendapat
pahala disisi Allah SWT, Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin...
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
vii
70
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
RINGKASAN ........................................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah......................................................... 6
D. Manfaat Penelitian............................................................. 7
B. Kerangka Pikir.................................................................... 41
viii
C. Variabel Penelitian............................................................. 41
71
E. Hipotesis Penelitian............................................................ 44
E. Instrumen Penelitian............................................................. 48
H. Etika Penelitian..................................................................... 54
C. Pembahasan ....................................................................... 67
A. Kesimpulan .......................................................................... 75
B. Saran ................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
ix
No Teks Halaman
72
2 Distribusi Anak Balita menurut Umur di Puskesmas Abeli Kota 58
Kendari..
DAFTAR GAMBAR x
No Teks Halaman
73
1 Gambar Kerangka Konsep Penelitian 41
DAFTAR LAMPIRAN
xi
74
Lampiran II : Lembar Permintaan Menjadi Responden
Puskesmas Abeli
Lampiran XI : Dokumentasi
Lambang/Singkatan Arti/Keterangan
75
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut
SD Estndar Defiasi
f frekuensi
n jumlah sampel
Lampiran 1
xiii
LEMBAR KUESIONER/OBSERVASI
76
Nomor Kuesioner :........................
Tanggal :........................
A. Identitas Sampel
1. Inisial Anak Balita :........................
2. Jenis Kelamin :........................
3. Diagnosa Penyakit :........................
4. Pendidikan Ibu Balita :..
5. Alamat :........................
B. Karakteristik Keluarga
1. Inisial Kepala Keluarga :.......................
2. Umur :.......................
3. Pekerjaan :.......................
C. Kelengkapan Imunisasi
Berikan tanda ( ) jika diberikan imunisasi
1. BCG :(......) bulan
2. DPT :(......) DPT-1,(.......) DPT-2,(.......), DPT-3 (.......)
3. Hepatitis B :(......) HB-1, (.......) HB-2, (........),HB-3 (.......)
4. Campak :(......)
E. Pemberian ASI
1. Apakah anak balitanya diberikan ASI saat usia 0-6 bulan tanpa makanan
tambahan lain?
a. Ya b. Tidak
Lampiran 2
77
KEPADA
Yth. Bapak / Ibu
Di
Tempat
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di Program Studi S1
NIM : P201101320
Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Anak Balita Di Puskesmas Abeli Kota Kendari
Tahun 2013. Untuk kepentingan tersebut, saya mohon kesediaan bapak / ibu untuk
berkenan menjadi subjek penelitian (dijadikan sampel). Identitas dan informasi yang
Hormat saya
Lampiran 3
78
Dalam penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Penyakit ISPA Pada Anak Balita Di Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun
2013 ini, saya bersedia berperan serta sebagai sample. Dan saya telah mengetahui
maksud dan tujuan dari penelitian ini sesuai dengan penjelasan dari peneliti yang
Demikian, secara sadar dan sukarela serta tidak ada unsur paksaan dari
RINGKASAN
79
ESI PUTRI CITRA SUPDIANTI (P201101320)
ABSTRACT
iv
ii 80
Script, August 2013
The high incidence of acute respiratory infections (ARI) in the clinic Abeli
encourage researchers to determine the factors associated with the incidence of
respiratory infections in children under five. Several factors related to the incidence of
ARI in children under five is complete immunization, nutritional status, and exclusive
breast feeding.
This study aims to determine the factors associated with the incidence of
respiratory diseases among children in health care district Abeli Kendari.
The study was a cross sectional analytic with the number of those 56 samples,
using accidental sampling technique. The research was conducted on 1st June to 30th
June, 2013 at the health care district Abeli.
Results of this study showed that the results of statistical analysis with chi-
square and Fisher exact values obtained complete immunization p = 0:03 means that
there is a relationship between the completeness of immunization with ARI incidence,
nutritional status value of p = 0:01 means there is a relationship between nutritional
status with ARI events, giving exclusive breastfeeding p = 0.04 means that there is a
relationship between breastfeeding ekslisif with ARI incidence. Suggested the need to
play an active role in instilling habits and discipline used to living and healthy
behaviors with respect to the factors associated with respiratory diseases such as
nutritional status, completeness immunization and exclusive breastfeeding.
81