Oleh
Ir. H. UMAR ZUNAIDI HASIBUAN, MM
(Walikota Tebing Tinggi)
Disampaikan pada
Kunjungan Studi Strategis Dalam Negeri (SSDN)
PPRA LVI Tahun 2017 Lemhannas Republik Indonesia
ke Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara
Selasa, 18 Juli 2017
PENDAHULUAN
Rasio
Rasio
terhadap
Luas terhadap
Kecamatan Kelurahan Luas Kota
(Km) Luas
Tebing
Kecamatan
Tinggi
1. Padang Hilir 11,441 100,00 29,76
1. Tebing Tinggi 3,5738 31,24 9,30
2. Damar sari 0,9762 8,53 2,54
3. Tambangan 1,3734 12,00 3,57
4. Tambangan Hulu 2,3916 20,90 6,22
5. Satria 0,5890 5,15 1,53
6. Bagelen 1,9123 16,72 4,97
7. Deblot Sundoro 0,6247 5,46 1,63
b. Tofografi
Berdasarkan letak geografisnya Kota Tebing Tinggi beriklim tropis.
Ketinggian 26 - 34 meter dpl (diatas permukaan laut) dengan topografi
mendatar 0 2 % dan bergelombang 2 15 %. Temperatur udara di kota
ini relatif cukup panas yaitu berkisar berkisar 250 320 C. Sebagaimana
kota di Sumatera Utara, Kota Tebing Tinggi mempunyai dua musim,
penghujan dan kemarau dengan jumlah curah hujan sepanjang tahun
rata-rata 1.776 mm/tahun dengan kelembaban udara 80 % - 90 %.
Sungai Padang merupakan sungai utama yang melintasi Kota
Tebing Tinggi sepanjang 2.150 m dengan lebar 65 m. Sungai besar
lainnya adalah Sungai Bahilang, Sungai Kelembah dan Sungai Sibarau.
Sedangkan sungai-sungai kecil yang berada di wilayah Kota yaitu Sungai
Segiling, Sungai Sibangauan, Sungai Mandaris, Sungai Sarimah, dan
Sungai Martebing. Sungai-sungai tersebut mempunyai pola aliran ke arah
utara dan timur laut. Adapun kawasan yang rawan genangan air/ banjir di
Kota Tebing Tinggi berada di Kelurahan Bandar Utama, Bandar Sakti,
Persiakan, Tualang, Bandar Sono dan Mandailing,
3. Gatra Penduduk
Kota Tebing Tinggi yang memiliki luas wilayah sebesar 38,438 km2 atau
3.843,80 ha, memiliki jumlah penduduk sebanyak 172.999 jiwa yang terdiri dari
86.414 jiwa laki-laki dan 86.585 jiwa perempuan, yang tersebar pada 5
kecamatan dan 35 kelurahan, sebagai berikut :
4. Gatra Ideologi
Berdasarkan data yang ada bahwa saat ini di Kota Tebing Tinggi sudah
tidak ada lagi yang membawa ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Keberadaan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI) di Kota
Tebing Tinggi tidak memiliki pengaruh yang berarti. HTI di Kota Tebing Tinggi
tidak terdaftar pada Badan Kesbangpol Kota Tebing Tinggi sebagai organisasi
masyarakat. Sedangkan FPI, masa kepengurusannya saat ini sudah berakhir.
Aksi unjuk rasa gabungan HTI dan FPI yang dilakukan dalam kasus Ahok hanya
dilakukan 2 kali dengan melibatkan 20 30 orang peserta aksi, itupun dengan
melibatkan anggota HTI dan FPI dari luar Kota Tebing Tinggi.
Terkait dengan aliran sesat, di Kota Tebing Tinggi saat ini masih terdapat
Jamaah Ahmadiyah yang tidak berkembang jumlah pengikutnya. Selain itu,
pernah ada aliran Sekte Api Roh Kudus. Berkat kerja keras dalam pembinaan
dilakukan oleh Badan Koodinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat
(BAKORPAKEM) yang diketuai oleh Kepala Kejaksaan Negeri Kota Tebing Tinggi,
aliran tidak dapat berkembang karena dipersempit ruang geraknya dan terus
diajak untuk kembali kepada ajaran agama masing masing. Bakorpakem Kota
Tebing Tinggi saat ini merupakan Bakorpakem yang terbaik di Sumatera Utara,
hal dibuktikan dengan keberhasilannya dalam menyadarkan pengikut aliran
sesat untuk yang kembali ke ajaran agamanya masing masing.
5. Gatra Politik
Kehidupan politik lokal berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari
Pemilihan Legislatif, Pemilihan Presiden, Pemilihan Gubernur, dan Pemilihan
Walikota berjalan dengan sukses, aman dan kondusif dengan tingkat partisipasi
masyarakat yang baik dengan tingkat partisipasi pada Pemilihan Legislatif
sebesar 70,30 %, Pemilihan Presiden sebesar 62,32 %, Pemilihan Gubernur
sebesar 60,37 %, dan Pemilihan Walikota Tahun 2017 yang lalu sebesar 55,80
%. Kasus kasus dan perselisihan tokoh politik di tingkat pusat hanya
berpengaruh pada internal organisasi politik yang bersangkutan, tidak
berpengaruh pada kehidupan politik lokal di masyarakat.
1. Pertanian 1.39
2. Pertambangan dan penggalian 0.17
3. Industri Pengolahan 14.97
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.13
5. Bangunan 21.6
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 24.49
7. Pengangkutan dan Komunikasi 9.84
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 5.96
9. Jasa-jasa 21.43
PDRB 100,00
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :
Kota Tebing Tinggi yang memiliki fungsi strategis baik dalam
letak/kedudukan secara goegrafis, maupun dalam program pembangunan
strategis nasional, memiliki luas wilayah dan sumber daya alam yang
sangat kecil.
PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI
Keterbatasan luas wilayah dan sumber daya alam tersebut memdorong
Pemerintah Kota Tebing Tinggi untuk dapat berkreasi dan berinovasi
memanfaatkan dan meningkatkan potensi sumber daya lain. Fungsi
strategis pada Kota Tebing Tinggi menjadi potensi besar untuk menjadikan
Kota Tebing Tinggi sebagai Kota Jasa dan Perdagangan.
Dialihkannya beberapa kewenangan daerah Kabupaten/Kota menjadi
kewenangan Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat membuat
sulitnya Pemerintah Kabupaten/Kota untuk berkreasi dan berinovasi
sebagaimana tuntutan dalam implementasi otonomi daerah.
2. Saran
Berkenaan dengan kesimpulan di atas, maka pada kesempatan ini
kami sampaikan beberapa saran sebagai berikut:
Sc
7. TANYA JAWAB
9. P E N U T U P : MC