KARIES SEKUNDER
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Gigi dan Mulut
RS Islam Sultan Agung Semarang
Periode 11 Oktober 24 Oktober 2015
Disusun oleh :
Eny Rizqiani
012106147
Pembimbing :
Drg.Hj. Aning Susilowati
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.2.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi karies sekunder
1.2.2 Mengetahui cara mendiagnosis karies sekunder
1.2.3 Mengetahui penatalaksanaan dari karies sekunder
1.3 MANFAAT
1.3.1 menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran gigi dan mulut
1.3.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu gigi dan mulut
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. H
Alamat : Mugas Barat 15 Rt 4 Rw 3 Mugasari
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Guru
Tanggal periksa : 17 Oktober 2015
2. Intra Oral
a. Jaringan Lunak
- Mukosa : tidak ada kelainan
- Lidah : Tidak ada kelainan
- Ginggiva : Tidak ada kelainan
- Palatum : Tidak ada kelainan
b. Jaringan keras
Nonmeklatur WHO
1.8 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8
4.8 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8
V. RENCANA PERAWATAN
- Pro tumpat rujuk ke sejawat dokter gigi
- Pengobatan : paracetamol sprn
VI. EDUKASI
- Menjaga kebersihan rongga mulut dengan menggosok gigi 2x sehari sesudah makan dan
sebelum tidur
- Pengobatan yang diberikan sifatnya hanya sementara
- Disarankan periksa ke dokter gigi untuk penatalaksanaan selanjutnya
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Karies sekunder menurut Tarigan (1995) merupakan salah satu kegagalan tumpatan
yaitu timbulnya proses karies baru dipermukaan gigi, dinding kavitas, di tepi dan di bawah
tumpatan.
Sedangkan Tarigan Kidd dan Bechal (1991), karies sekunder adalah karies yang tetap
paling mudah terserang karies. Hal ini disebabkan oleh karena celah yang terdapat
pertemuan kedua permukaan ini merupakan tempat yang baik untuk berkumpulnya
indikasi tentang bagaimana lesi dibentuk. Bila tumpatan telah di letakkan, email
disekitar tumpatan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu email permukaan dan email
pada dinding kavitas. Oleh karena itu lesi karies sekunder terdiri dari dua bagian (
Lihat gambar 2.1). Suatu lesi luar yang dibentuk pada permukaan gigi sebagai
akibat dari karies pertama dan kavitas lesi dinding yang hanya akan terlihat bila ada
bakteri, cairan, molekul, atau ion hidrogen diantara tumpatan dan dinding kavitas.
Celah di sekitar tepi tumpatan yang tidak terdeteksi ini secara klinik dikenal dengan
celah mikro.
Gambar 2.1 Diagram mengenai karies sekunder. Lesi karies terlihat dalam dua
bagian: lesi luar yang dibentuk pada permukaan gigi akibat serangan pertama dan lesi
dinding kavitas terbentuk ssebagai akibat kebocoran antara restorasi dan dinding kavitas
(dikutip dari Kidd dan Beckhal, 1991)
Banyak metode yang dibuat selama 25 tahun ini untuk menguji sifat
karies buatan. Dari semua percobaan ini menyimpulkan bahwa semua yang ada
saat ini bocor. Hal ini berarti bahwa timbulnya karies berjalan terus, pada
1991).
3.1.2 Penegakan Diagnosa Karies Sekunder.
diskolorisasi pada tepi tumpatan. Perubahan warna ini juga dapat disebabkan oleh
korosi dari amalgam atau pantulan cahaya dari amalgam melalui email yang
relative transparan. Perubahan warna pada daerah sekitar tumpatan dapat juga
berupa lesi di sekitar tumpatan dapat di lihat dengan ketajaman mata dengan
ketentuan gigi bersih dan kering. Namun lesi pada tepi ginggiva memerlukan
amalgam yang kecil, tepi tumpatan yang pecah, fissure yang dalam (parit) pada
tepi restorasi, serta grey discoloration mempunyai sentivitas 50% dan spesifikasi
atau distal gigi posterior. Walaupun lesi klas II terjadi pada permukaan proksimal,
umumnya dianggap sebagai kavitas campuran yaitu suatu kavitas yang mengnai
dua permukaan salah satunya adalah permukaan oklusal. Sehingga dalam praktek
Preparasi kavitas Klas II terdiri dari oklusal dove tail dan proksimal box,
yang dihubungkan oleh isthmus. Preparasi kavitas Klas II mulai dari oklusal yang
prekaries.
sedikit undercut.
pengunyahan.
B. Pembentukan Istmus
itsmus lebih kurang 1/3 jarak antar tonjol sulung. Itsmus lebih baik dibuat
dari sebelahnya.
konvergen,
gingival.
3.2.2 Amalgam
(43% - 54%), perak, timah, zinc dan tembaga. Bahan tambal merkuri pertama
dipakai oleh dokter gigi di Perancis pada tahu 1810. Kemudian penggunaan
meluas dibeberapa negara karena sifat kekerasannya, daya tahannya dan hargn ya
yang murah. Pada tahun 1985 formula amalgam di standardisasi dengan formula
(raksa) dan 50 persen bubuk campuran perak, timah, tembaga, merkuri dan zinc.
A. Kekurangan Amalgam
Ikatan bahan amalgam dengan gigi bersifat mekanis. Artinya , untuk dapat
tindakan pengeboran yang lebih besar. Otomatis stuktur gigii yang terbuang
termasuk bagi wanita hamil, anak-anak, dan penderita diabetes, kecuali pada
alergi.
B. Keuntungan amalgam
kearah titik kontak dari gigi tetangga untuk memastikan kontak yang
5. Pita matriks dengan hati-hati dibuka dari sekitar gigi sehingga titik
Sisi cembung dari ekskavator sendok besar (besar dan kecil) bisa
menyebabkan jaringan gigi sekitar tumpatan menjadi imun terhadap karies. Bila
Kidd dan Bechal (1991) ada beberapa cara tentang cara pencegahan karies senkunder,
diantaranya adalah :
Batas antara tumpatan dan gigi merupakan daerah yang yang potensial terhadap
sangat relevan dengan usaha pencegahan karies sekunder. Batas antara gigi dan
tumpatan harus dapat dibersihkan dengan mudah. Dahulu dikatakan bahwa batas
tepi kavitas harus terletak diantara yang bisa bersih sendiri (self cleaning area)
akan tetapi sekarang ini diketahui bahwa cara ini tidak dapat diandalkan dalam
upaya pengendalian plak. Karena itu, tepi kavitas biasanya harus dapat dilalui
oleh serabut sikat gigi, benang gigi dan lain-lain. Hal ini berarti pada permukaan
oklusal tepi kavitas tidak berakhir pada bagian fisur yang dalam di mana plak
boleh berada pada dititik kontak tetapi harus ditarik ke embrasur sehingga mudah
dibersihkan dengan sikat gigi. Pada pasien dengan menggunakan benang gigi
keuntungan tambahan yaitu dokter gigi dapat memproleh jalan masuk yang baik
amalgam dan merupakan predisposisi bagi retensi plak dan dapat mengakibatkan
karies sekunder. Pada tahun 1892 G.V Black sudah menaruh perhatian pada
tumpatan berparit ini dan mengatakan bahwa kerusakan ini disebabkan oleh
tekanan pengunyahan. Selain itu timbulnya amalgam berparit ini dapat mungkin
Sudut tepi amalgam misalnya, harus dibuat lebih besar 70 derajat karena jika
plak dan dapat menyebutkan karies sekunder, tumpatan berparit tidak perlu
pada tepi tumpatan berparit yang luas mungkin lebih tepatnya diperbaiki saja.
Bisa juga tumpatan berparit ini dibiarkan saja akan tetapi harus diamati dengan
baik sehingga masih bisa berfungsi sedikit lama lagi dan tentu saja hal ini
dilakukan hanya pada pasien dengan kondisi kebersihan mulut baik atau tidak
Porselen yang halus dan mengkilap merupakan permukaan yang tidak mudah
plak.
Masalah yang biasa timbul pada tumpatan amalgam adalah kerusakan atau
pecahnya daerah tepi yang biasa disebut tumpatan berparit (ditching). Walaupun
tidak harus diganti. Bila tidak terlihat adanya karies maka lesi harus diawasi atau
diperbaiki bagian yang pecahnya saja. Jika kemudian ditemukan karies sekunder
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pasien datang ke Puskesmas Pandanaran pada hari sabtu, 17 Oktober 2015 dengan
keluhan gigi rahang kanan bawah ngilu, keluhan ini muncul sejak 1bulan yang lalu.
Ngilu dirasakan jika pasien minum air dingin, berkumur saat wudhu. Gigi tersebut pernah
ditambal 10 tahun yang lalu. Pasien sudah membeli obat di apotik untuk mengatasi
ngilunya tetapi keluhan tidak berkurang.