Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH DASAR-DASAR BIOTEKNOLOGI

KLONING SEL DAN INDIVIDU

KELOMPOK I
1. Resky Apriyani Simamora (RRA1C415001)
2. Tri Thantri (RRA1C415002)
3. Susilawasih (RRA1C415006)
4. Amlia Sastriani (RRA1C415008)
5. Ardia Fitri (RRA1C413008)

DOSEN PENGAMPU :

Dra. MUSWITA, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUANDAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bioteknologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
baik itu bakteri, fungi, virus, dan lain-lain maupun produk dari makhluk hidup enzim, alkohol
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Pada zaman sekarang ini
perkembangan Bioteknologi tidak hanya semata mata pada bidang ilmu biologi saja
melainkan juga perkembangan pada bidang bidang ilmu murni dan terapan lain seperti
biokimia, computer, genetika, biologi molekuler, maupun mikrobiologi. Penerapan
bioteknologi dalam kehidupan sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Beberapa penerapan
dalam bidang teknologi yang sudah banyak dilakukan misalnya bidang teknologi pangan
adalah pembuatan bir, roti, maupun keju, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-
varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis,
penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin,
antibiotik, dan insulin.

Di era Globalisasi ini banyak manusia berlomba-lomba melakukanpercobaan-


percobaan yang menggunakan teknologi untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda dari
biasanya tapi juga tidak merugikan orang lain .Salah satunya adalah kloning. Kloning
(Klonasi) adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya
pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia. Banyak
ilmuwan yang telah mencoba melakukan teknik kloning. Ada yang percobaannya berhasil dan
ada yang percobaannya gagal. Salah satu percobaan kloning yang berhasil adalah percobaan
mengkloning manusia dan mengkloning domba. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya di bidang kedokteran telah menghilangkan ketidakniscayaan itu. Melalui teknologi
kloning, siapapun bisa diduplikasikan. Pada Sub Bab inilah akan dibahas lebih lanjut tentang
kloning.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa poin mengenai :
1.2.1 Bagaimana sejarah kloning sel ?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan kloning sel ?

i
1.2.3 Bagaimana teknik kloning sel ?
1.2.4 Apa saja jenis-jenis klong sel ?
1.2.5 Apa saja macam-macam Kloning sel ?
1.2.6 Apa Manfaat dan Dampak dari Kloning ?
1.2.7 Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Kloning ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Menjelaskan sejarah kloning sel
1.3.2 Menjelaskan pengertian kloning sel
1.3.3 Menjelaskan teknik kloning sel
1.3.4 Menjelasakan jenis- jenis kloning sel
1.3.5 Menjelaskan Macam-macam kloning sel
1.3.6 Menjelaskan Manfaat dan Dampak kloning
1.3.7 Menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan kloning

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang telah
memberikan beragam nikmat-Nya kepada kita semua sehingga penyusun diberikan kelancaran
dalam menulis makalah yang berjudul Kloning sel dan individu. Salawat dan salam semoga
selamanya tercurah dan terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya serta seluruh umatnya termasuk kita yang akan melanjutkan perjuangan dakwahnya
semoga kita akan mendapatkan safaatnya nanti diakhirat, amin.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bioteknologi. Dalam
makalah ini kami uraikan berbagai hal terkait masalah tentang prinsip umum genetika.
Penyusun mengucapkan terimakasih banyak kepada Dra. Muswita, M.Si selaku Dosen
Pembimbing mata kuliah Bioteknologi, yang telah memberikan sebagian ilmunya kepada
penyusun dalam membimbing pembuatan makalah ini.

Tiada gading yang tak retak, begitupun dalam penulisan makalah ini tentu terdapat
banyak kesalahan baik secara struktural penulisan maupun isi materi yang diuraikan
didalamnya. Semua saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan
pada masa yang akan datang.

Jambi, 14 september 2017

penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ ..i

DAFTAR ISI...................................................................................... ..ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. ...1

1.1 Latar belakang ................................................................................ ...1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ ...1

1.3 Tujuan ....1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah kloning sel..2

2.2 Pengertian kloning sel.........4

2.3 Teknik kloning sel..5

2.4 Jenis- jenis kloning sel ...8

2.5 Macam-macam kloning sel.....9

2.6 Manfaat dari kloning sel ..12

2.7 Kelebihan dan Kekurangan cloning sel.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... .13

iv
BAB II

PEMABAHASAN

2.1 Sejarah Kloning Sel

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah banyak ditemukan


penemuan baru oleh para ilmuwan, khususnya dalam rekayasa genetika yang
merupakan tonggak lahirnya teknik kloning. Perkembangan bioteknologi melanda dunia
ilmu pengetahuan, tepatnya dengan keberhasilan Watson dan Crick dalam bidang
biokimia pada tahun 1953 yang berhasil mengungkap struktur kimia molekul DNA,
yaitu suatu materi genetik yang bertanggung jawab terhadap pemindahan sifat dari pada
induknya. Dengan diketahui struktur kimia DNA atau gen, manusia mulai
mempunyai kemampuan untuk mengontrol cara kerja DNA tersebut.

Kemampuan untuk mengontrol cara kerja DNA tersebut dengan asam


deoksiribonukleat, merupakan materi genetik yang terdapat didalam sel-sel makhluk
hidup (organisme), baik organisme tingkat tinggi seperti manusia, hewan, maupun
organisme tingkat rendah seperti jamur. Susunan kimia dari DNA merupakan dua
untaian spiral yang berpasangan. Rangkaian (segmen) tertentu dari DNA disebut
sebagai gen, dan gen inilah yang bertanggung jawab terhadap pemindahan sifat-sifat
makhluk dari indukkepada keturunannya serta mempunyai fungsi coding terhadap semua
proses metabolisme kehidupan makhluk hidup (Jenie,1991:1).

Menurut Solchan (1997:2) menyatakan bahwa secara embriologis seorang anak


tumbuh dan berkembang dari zigot yang merupakan hasil perpaduan sel telur ibu dan
sperma ayah. Pada sel gamet (oosit dan spermatozoa) masing-masing hanya
mengandung separuh bahan genetik sel somatik ibu dan sel somatik ayah. Sebagian
besar bahan genetik tersebut di dalam nucleus atau inti sel .

Perkembangan mutakhir dalam bidang genetika telah dibahas secara meluas tidak
saja dalam berbagai majalah ilmiah, tetapi juga dalam setiap media massa dan
elektronik. Luasnya jangkauan permasyarakatan dalam bidang genetika ini disebabkan
karena genetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang faktor pembawa sifat
keturunan. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan penelitian genetika yang mampu
memecahkan berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit kelainan genetik yang
tergolong parah dan sulit disembuhkan misal thalassemia (Pai,2010:10).

1
Penelitian tentang genetika pertama kali dilakukan oleh Gregor Mendel yang
dijuluki dengan bapak genetika. Ia melakukan dengan eksperimen tentang pola-
pola dasar pewarisan. Melalui eksperimen-eksperimen ini menyimpulkan memang
ada suatu pola terhadap pemindahan sifat-sifat. Sifat-sifat itu ditentukan oleh sepasang
unit, dan hanya sebuah unit yang diteruskan oleh setiap induk kepada keturunannya.
Pada permulaan tahun 1990, W.L Jhonson mengusulkan untuk menggunakan
istilah gen terhadap unsur pewarisan.

Gen-gen inilah yang meneruskan sifat induk kepada generasi berikutnya


melalui sel-sel benih. Gen itu tersusun dari asam deoksiribonukleat (ADN). Identifikasi
ADN sebagai substansi yang melakukan transformasi merupakan bukti kuat bahwa
materi genetik terbuat dari asam-asam nukleat. Pengetahuan yang diperoleh dalam bidang
genetika, biasanya disebut genetika molekuler, adalah begitu fundamental bagi konsep
hidup kita; dan implikasinya begitu luas dan mendalam, yang pada akhirnya manusia
mampu mengendalikan dan mengarahkan sistem kehidupan.

Pemahaman diatas merupakan peletak dasar bagi pemahaman kemampuan


manusia mengenai manipulasi gen, isolasi enzim-enzim yang melakukan fungsi-
fungsi spesifik dan penemuan unsur-unsur genetika ekstrakromosonal (UEK).
penemuan unsur-unsur genetika ekstrakromosonal oleh para ahli dijadikan alat untuk
melakukan fragmentasi dan rekombinasi ADN serta memindahkan ADN kedalam sel-sel
inang. Dua aspek rekayasa genetika yang lain yang masih harus disentuh adalah
identifikasi dan purifikasi fragmen-fragmen ADN yang membawa gen-gen spesifik, dan
cara untuk memproduksi berjuta-juta kopi fragmen. Reproduksi molekul-molekul ADN
kimerik (molekul ADN Rekombinan mengandung gen-gen dari berbagai sumber) dalam
sel-sel inang dikenal sebagai amplifikasi ADN atau pembuatan klon.

Penelitian kloning pertama berhasil pada tahun 1952 oleh Robert Briggs dan
Thomas King, yang berupa kloning dari sel cebong. Telur kodok A yang telah
dibuahi dikeluarkan intinya lalu diganti dengan sel telur kodok B yang berada pada fase
embrio. Hasilnya menjadi kodok baru yang mempunyai sifat seperti kodok B. Sepuluh
tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1962, pengklonan pada kodok dilakukan lagi
oleh John Gurdon. Ia berhasil merekayasa kloning yang dibuat dari sel-sel cebong yang
lebih tua dari yang dilakukan oleh Robert Briggs dan Thomas King. Pada tahun 1978,
Baby Laouse lahir melalui pembuahan bayi tabung, yang merupakan karya Dr Patrick
Steptoe dan R. G Edwards dari Inggris. Ahli kandungan inilah yang mempelopori

2
teknik bayi tabung. Bayi tabung ini tidak hanya dikenal di luar negeri saja, tetapi di
Indonesia pun telah banyak diterapkan. Transfer embrio manusia dari ibu satu ke ibu yang
lain berlangsung pertama kalinya pada tahun 1983, kemudian disusul dengan
keberhasilannya lagi pada tahun 1986. Inseminasi buatan pada manusia dilakukan oleh
Mary Beth Whitehead dengan mengandung Baby M hingga lahir, Ia berusaha
membesarkan Baby walaupun gagal di tengah jalan.

Pada tahun 1993, Dr Jerry Hall berhasil mengkloning embrio manusia dengan
teknik pembelahan (embrio splitting technique) walaupun akhirnya semua klon tersebut
rusak. Empat tahun kemudian tepatnya tanggal 23 Februari 1997 Dr Ian Wilmuth dari
Scotlands Rouselin Institute berhasil mengkloning mamalia pertama dengan kelahiran
domba dolly yang menggunakan teknik ahli inti sel somatik atau somatic sel nuclear
transfer (SCNT), setelah melakukan percobaan 227 kali. Untuk menghasilkan dolly, Ian
Wilmut dan rekan kerjanya mengambil sel kambing (kelenjar susu) anak domba
bernama Finn Dorset. Sel kambing tersebut kemudian ditempatkan pada cawan petri
berisi nutrisi berkonsentrasi sangat rendah. Karena kelaparan, sel berhenti membela dan
gen (sementara) berada dalam keadaan tertidur atau dalam bahasa ilmiah sel dalam fase
GO, mirip dengan keadaan inti sel sperma bergabung dengan inti sel telur seusai
pembuahan. Sedang sel telur mandul (dimandulkan) diambil dari domba Scottish
Blackface. Intinya (berikut DNA) dibuang, sehingga menjadi sel telur kosong dan
siap diproduksi menjadi embrio.

Sebagai gantinya dimasukkan sel donor berisi DNA atau sel kambing dalam
fase GO- yang berasal dari domba Finn Dorset. Setelah difusikan kedalam cawan tabung
reaksi, kemudian dalam tabung kedua sel berdekatan satu sama lain dan bereaksi dengan
memberikan kejutan listrik lemah. Kejutan listrik tersebut selain menghasilkan
fungsi juga merangsang sel untuk membelah. Setelah enam hari embrio domba
kloning terbentuk. Embrio yang dihasilkan kemudian ditanam dalam rahim domba
Scottish Blackface yang lain. Setelah masa gestasi, domba Blackface melahirkan
kembaran (kloning) domba Finn Dorset. Pada tahun yang sama lembu kloning pertama kali
juga lahir yang diberi nama gene (Aziz,2001:38).

2.2 Pengertian Kloning Sel

Kloning berasal dari bahasa Inggris cloning yang berarti suatu usaha untuk
menciptakan duplikat suatu organisme melalui proses aseksual atau dengan arti lain,
membuat fotokopi atau pengadaan dari suatu mahluk hidup dengan cara aseksual. Kata
3
kloning sebagai kata kerja merupakan istilah baru yang dalam kosa kata bahasa Inggris
tahun 1970-an belum ada. Mereka hanya mengenal kata clone yang berasal dari
bahasa Yunani kuno klon yang berarti terumbus. Clon merupakan suatu populasi
sel atau organisme yang terbentuk dari pembelahan yang berulang dari satu sel atau
organism. (Aziz, 2001:16-17).

Klon juga mempunyai arti menggandakan atau memperbanyak. Istilah Clone asal
mulanya muncul dengan arti memperbanyak DNA pada bakteri. Para ilmuwan
memperluas pengertian tersebut menjadi setiap individu yang darinya dapat dihasilkan
individu baru tanpa melalaui perkawinan meski satu saja disebut juga dengan mengklon.
Pada prinsipnya mengklon individu baru ialah mengganti inti telur dengan inti sel
definitif, lalu merangsang telur itu agar tumbuh, inti telur tersebut mengandung separuh
kromosom sel definitive yang disebut haploid. Sel haploid tidak dapat tumbuh menjadi
embrio dengan sendirinya sehingga inti sel telur harus diganti dengan inti sel yang
berasal dari embrio yang sudah mengalami pembuahan yang kromosomnya lengkap.
Gabungan inti telur dengan inti sperma disebut diploid.

Klon kemudian diartikan sebagai kumpulan organisme baik tanaman maupun hewan
yang mengandung perangkat gen yang sama. Anak kembar yang berasal dari satu
telur akan memiliki perangkat gen yang sama sehingga sulit dibedakan karena adanya
kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya. Apabila dipandang dari kesamaan
perangkat gennya, maka dua saudara kembar dari satu telur dapat dianggap sebagai
suatu klon yang terjadi secara alami atau kembar alami yang merupakan teknologi tuhan.

2.3 Teknik Kloning Sel

2.3.1 Transfer Nukleus

Transfer nukleus membutuhkan dua sel yaitu suatu sel donor dan suatu oosit atau
sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau nukleusnya. Proses
pembuangan nukleus tadi dinamakan enukleasi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan
informasi genetisnya. Ke dalam telur yang telah dienukleasi tadi kemudian dimasukkan
nukleus (donor) dari sel somatik. Penelitian membuktikan bahwa sel telur akan berfungsi
terbaik bila ianya dalam anfertilisasi, sebab hal ini akan mempermudah penerimaan
nukleus donor seperti dirinya sendiri. Di dalam telur, inti sel donor tadi akan bertindak

4
sebagai inti sel zigot dan membelah serta berkembang menjadi blastosit. Blastosit
selanjutnya ditransfer ke dalam uterus induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh
proses tadi berjalan baik, suatu replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi
sebenarnya setelah terbentuk blastosit in vitro, proses selanjutnya sama dengan proses
bayi tabung yang tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli Obstetri Ginekologi.

Gambar Transfer Nukleus

2.3.2 Tehnik Roslin


Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning. Tidak
saja hal tersebut membangkitkan antusias terhadap kloning, melainkan juga hal tersebut
membuktikan bahwa kloning binatang dewasa dapat disempurnakan. Sebelumnya,
tidak diketahui bahwa suatu nukleus dewasa ternyata mampu memproduksi suatu
hewan yang komplit. Bila terjadi kerusakan genetis dan deaktivasi gen yang
sederhana maka kedua keadaan tersebut kemungkinan bersifat menetap.
Hal tersebut di atas bukanlah suatu kasus yang menyusul setelah penemuan oleh Ian
Wilmut dan Keith Cambell tentang suatu metode yang mana mampu melakukan
singkronisasi siklus sel dari kedua sel donor dan sel telur. Tanpa singkronosasi siklus
sel, maka inti tidak akan berada pada suatu keadaan yang optimum untuk dapat diterima
oleh embrio. Bagaimanapun juga sel donor harus berjuang untuk dapat masuk ke Gap
Zero, atau stadium sel GO, atau stadium sel dorman.
Pertama, suatu sel (sel donor) diseleksi dari sel kelenjar mammae domba betina
berbulu putih (Finn Dorset) untuk menyediakan informasi genetis bagi
pengklonan. Untuk studi ini, peneliti membiarkan sel membelah dan membentuk jaringan
in vitro atau diluar tubuh hewan. Hal ini akan menghasilkan duplikat yang banyak dari
5
suatu inti yang sama. Tahap ini hanya akan bermanfaat bila DNA nya diubah, seperti
pada kasus Polly, karena perubahan tersebut dapat diteliti untuk memastikan bahwa
mereka telah dipengaruhi Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan
campuran, yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel.
Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan memasuki
stadium GO. Kemudian sel telur dari domba betina Blackface (domba betina yang
mukanya berbulu hitam = Scottish Blackface) dienokulasi dan diletakkan
disebelah sel donor. Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik
digunakan untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari
suatu embrio mulai diaktifkan. Teknik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti aktivasi
yang dilakukan oleh sperma, karena hanya beberapa sel yang diaktifkan oleh kejutan
listrik yang mampu bertahan cukup lama untuk menghasilkan suatu embrio.

Gambar : Domba Dolly muda (kiri), dengan ibu pengganti nya, diciptakan oleh
kloning di Roslin Institute

jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam hari,
diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di dalam oviduk lebih
awal, di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan dibandingkan dengan yang
diinkubasi di dalam laboratorium. Akhirnya embrio tadi ditempatkan ke dalam uterus
betina penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut selanjutnya akan
mengandung hasil cloning tadi hingga ianya siap untuk dilahirkan. Bila tidak
terjadi kekeliruan, suatu duplikat yang persis sama dari donor akan lahir.
Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama dengan
domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada efek yang
merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit genetis lainnya
yang terjadi atas kerusakan bertahap kepada DNA, dikemudian hari juga terjadi pada
Dolly atau hewan lainnya yang dikloning dengan metode ini.

6
Gambar tahap-tahapan dari proses kloning

7
2.3.1 Tehnik Honolulu
Pada Juli 1998, suatu tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan bahwa
mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik
identik.Tehnik ini diakreditasi atas nama Teruhiko Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi
dari Universitas Hawai. Tikus telah sejak lama diketahui merupakan mamalia yang
tersulit untuk dikloning, ini merujuk pada bahwa segera setelah suatu sel telur tikus
mengalami fertilisasi ia akan segera membelah. Domba digunakan pada tehnik Roslin
karena sel telurnya membutuhkan beberapa jam sebelum membelah, memungkinkan
adanya waktu bagi sel telur untuk memprogram ulang nukleus barunya. Meskipun
tidak mendapatkan keuntungan tersebut ternyata Wakayama dan Yanagimachi mampu
melakukan kloning dengan angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi (3 kloning
dari sekitar seratus yang dilakukan) dibandingkan Ian Wilmut (satu dari 277).

Gambar ;Tahapan dari proses kloning teknik Honolulu

Wakayama melakukan pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel yang


berbeda dibandingkan Wilmut. Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae yang
harus dipaksa untuk memasuki ke stadia GO. Wakayama awalnya menggunakan
tiga tipe sel yakni, sel Sertoli, sel otak dan sel kumulus. Sel Sertoli dan sel otak keduanya
tinggal dalam stadia GO secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada stadia
G0 ataupun G1.
Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari inti donor.

8
Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke dalamnya. Nukleus
donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap ekstrak sel dari tikus
tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk melahirkan Dolly, tanpa in
vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan justru pada sel-sel tersebut. Setelah
satu jam sel-sel telah menerima nucleus-nukleus yang baru. Setelah penambahan waktu
selama 5 jam sel telur kemudian ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk memberi
kesempatan sel-sel tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah.
Wakayama melakukan pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel yang
berbeda dibandingkan Wilmut. Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae yang
harus dipaksa untuk memasuki ke stadia GO. Wakayama awalnya menggunakan
tiga tipe sel yakni, sel Sertoli, sel otak dan sel kumulus. Sel Sertoli dan sel otak keduanya
tinggal dalam stadia GO secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada stadia
G0 ataupun G1.
Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari inti donor.
Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke dalamnya. Nukleus
donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap ekstrak sel dari tikus
tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk melahirkan Dolly, tanpa in
vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan justru pada sel-sel tersebut. Setelah
satu jam sel-sel telah menerima nucleus-nukleus yang baru. Setelah penambahan waktu
selama 5 jam sel telur kemudian ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk memberi
kesempatan sel-sel tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah.
Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-embrio. Embrio-embrio ini
kemudian ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate mother) dan akan
tetap berada di sana sampai siap untuk di lahirkan. Sel yang paling berhasil dari proses
ini adalah sel kumulus, maka penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe tersebut
(sel kumulus). Setelah terbukti bahwa tekniknya dapat menghasilkan cloning yang
hidup, Wakayama juga membuat cloning dari cloning, dan membiarkan mahluk klon
yang asli untuk melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka memiliki
kemampuan reproduksi secara sempurna. Pada saat dia mengumumkan keberhasilannya,
Wakayama telah menciptakan lima puluh kloning.
Teknik baru ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut
tentang bagaimana tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus
bereproduksi dalam kurun bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan domba. Hal ini
menguntungkan dalam hasil penelitian jangka panjang.

9
Gambar 4. Tahapan dari proses kloning teknik Honolulu

2.4 Jenis-Jenis Kloning Sel

Dikenal 3 jenis kloning biologi :

1. Kloning tingkat DNA

Kloning dilakukan terhadap untaian DNA untuk mendapatkan untaian DNA yang
identik, yang kemudian menggunakan plasmid bakteri menghasilkan molekul dengan sifat
genetik yang sama untuk kepentingan pembuatan monoklonal, antibody untuk keperluan
diagnostik,pembuatan vaksin.

2. Kloning untuk upaya terapi

Kloning ditujukan untuk menghasilkan sitem cell (sel punca).Sitem cell ini
dipanen dari kloning yang menghasilkan embrio manusia, namun tidak
dikembangkan menjadi mahluk baru. Secara singkat tahapan untuk melakukan kloning
terapeutik pada manusia:
a. Pertama mengambil biopsi sel somatik dari tubuh pasien dan inti dari sel somatik
tersebut ditransfer ke dalam sel telur donor yang telah dikeluarkan intinya
(unfertilized enucleated oocyte).
b. Sel telur hasil manipulasi dikultur sampai ke tahapan tertentu dan setelah mengalami
berbagai proses akan didapatkan sel punca embrionik.
10
c. Sel punca embrionik ini diarahkan perkembangannya menjadi suatu jaringan atau
organ tertentu yang akan dapat digunakan untuk transplantasi jaringan atau organ
dan tidak akan mengalami rejeksi sistem imun pada pasien itu sendiri
(immunologically compatible transplant).
d. Dengan menggunakan bantuan mikroskop, pergerakan sel telur ditahan dengan
holding pipette.
e. Kemudian, DNA dari sel somatik pasien (yang berada di dalam injection pipette)
diintroduksikan ke dalam sel telur enucleated. Sel telur hasil manipulasi dikultur
secara in vitro menjadi blastosit selama 5-6 hari.
f. Lalu, inner cell mass diisolasi dan dikultur di cawan petri sehingga akan
berkembang menjadi sel punca embrionik yang memiliki profil imunologi yang
sama dengan pasien.

3. Kloning untuk Reproduksi

Merupakan hal yang sangat menggelitik bagipara ilmuwan untuk menciptakan


machluk menggunakan teknologi kloning.Sel telur matang yang dibuang inti selnya, ke
dalamnya kemudian disuntikkan inti sel somatik,sehingga sel yang kemudian terbentuk
diupayakan untuk tumbuh kembang menghasilkan mahluk baru. Hal ini serupa dengan
reproduksi vegetatif, tanpa melalui proses pembuahan sel telur oleh benih laki-laki.

Kloning reproduktif mengandung arti suatu teknologi yang digunakan untuk


menghasilkan individu baru atau teknologi yang digunakan untuk menghasilkan hewan yang
sama dengan menggunakan teknik SCNT. Genetika individu klon tidak seluruhnya memiliki
kesamaan dengan sang induk, persamaan genetika individu klon dengan induknya hanya
terletak pada inti DNA donor yang berada di kromosom. Individu klon juga memiliki material
genetik lainnya yang berasal dari DNA mitokondria di sitoplasma.Teknologi kloning
reproduktif dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kepunahan hewan-hewan langka
ataupun hewan-hewan sulit dikembangbiakkan. Namun, laju keberhasilan teknologi ini
sangatlah rendah seperti pada contoh yaitu Domba Dolly merupakan contoh kloning
reproduktif yang satu-satunya klon yang berhasil lahir setelah dilakukan 276 kali percobaan.
Pada kloning reproduktif ini sel donor yang berupa sel somatik (2n) diintroduksikan
keenucleated oocyte. Keberhasilan proses aktivasi embrio konstruksi secara kimiawi atau
mekanik mengakibatkan terjadinya proses pembelahan sampai ke tahap blastosit. Kemudian,
embrio dimplantasikan ke dalam rahim untuk dilahirkan secara normal.Berbeda pada kloning
kesehatan yang setelah embrio mencapai tahapan blastosit, embrio dikultur secara in vitro
11
untuk didiferensiasikan menjadi berbagai jenis sel untuk kegunaan terapeutik atau kesehatan
(Wignjosoebroto, 1997:117).
Sampai saat ini, hewan klon yang berhasil diproduksi jumlahnya cukup banyak, di
antaranya adalah domba, sapi, kambing, kelinci, kucing, dan mencit.Sementara itu, tingkat
keberhasilan kloning masih rendah pada hewan anjing, ayam, kuda, dan primata.Masalah yang
kerap kali timbul dalam kloning reproduktif adalah biaya dan efisiensinya.Penelitian dalam
kloning reproduktif membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan tingkat kegagalannya tinggi.Di
samping tingkat keberhasilan yang rendah, hewan klon cenderung mengalami masalah
defisiensi sistem imun serta sangat rentan terhadap infeksi, pertumbuhan tumor, dan kelainan-
kelainan lainnya.

2.5 Macam-macam Kloning

1. Kloning Pada Tumbuhan

Nama lain dari kloning pada tumbuhan adalah kultur jaringan, yaitu
suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan
menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat
pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
sempurna kembali.

Ada dua teori dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang
pertama adalah teori bahwa sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun
letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel
tersebut. Yang kedua adalah teori totipotensi sel atau Total Genetic
Potential. Artinya, setiap sel yang memiliki potensi genetik mampu
memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi suatu tanaman lengkap.

Dalam kultur jaringan ada beberapa factor yang mempengaruhi regenerasi


tumbuhannya, yaitu :

1. Bentuk regenerasi dalam kultur in vitro, seperti pucuk adventif atau embrio
somatiknya.
2. Eksplan, yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal untuk
perbanyakan tanaman. Yang penting dalam eksplan ini adalah factor

12
varietas, umur, dan jenis kelaminnya. Bagian yang sering menjadi ekspan
adalah pucuk muda, kotiledon, embrio, dan sebagainya.
3. Media tumbuh, karena di dalam media tumbuh terkandung komposisi garam
anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media.
4. Zat pengatur tumbuh tanaman. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan zat ini adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa
induksi dalam kultur tertentu.
5. Lingkungan Tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi
temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan
ukuran.

2. Kloning Pada hewan

Kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan organisme


hewan dibentuk dari satu sel yang diambil dari organisme induknya dan secara
genetika membentuk individu baru yang identik sama. Artinya, hewan
kloning ini adalah duplikat yang persis sama baik dari segi sifat dan
penampilannya seperti induknya, dikarenakan adanya kesamaan DNA.

Di alam, sebenernya kloning bisa saja terjadi. Reproduksi aseksual pada


beberapa jenis organisme dan penemuan mengenai munculnya sel kembar
dalam satu telur juga merupakan apa yang disebut dengan kloning.
Dengan kemajuan bioteknologi sekarang ini, bukan mustahil untuk menciptakan
lebih lanjut mengenai kloning pada hewan.

Pertama kali para ilmuwan berusaha membentuk sel kloning pada hewan
tidak berhasil selama bertahun-tahun lamanya. Kesuksesan pertama yang
diraih oleh ilmuwan pada saat mereka berhasil mengkloning seekor kecebong
dari sel embrio di tubuh katak dewasa. Namun demikian, kecebong tersebut
tidak pernah berhasil tumbuh menjadi katak dewasa. Kemudian, dengan
menggunakan nuclear trasnfer di sel embrio, para ilmuwan mulai melakukan
penelitian terhadap kloning hewan mamalia. Tapi sekali lagi, hewan-hewan
tersebut tidak pernah mencapai hidup yang panjang.

Kloning pertama yang berhasil diujicobakan dan bisa bereproduksi


adalah seekor domba yang dinamakan Dolly. Dolly ditemukan oleh Ian
Wilmut dan kawan-kawanya di Skotlandia pada tahun 1997. Tapi tidak sama
13
dengan uji coba kloning sebelumnya yang menggunakan sel embrio, kloning
dolly menggunakan sel dari domba dewasa. Karena sel domba dewasa ini
dianggap sudah tua, maka, dolly pun jadi berumur pendek, walau tidak
sependek hewan lain hasil kloningan dengan menggunakan sel embrio.

Sekarang ini, para ilmuwan sudah sukses mengkloning banyak


hewan seperti tikus, kucing, kuda, babi, anjing, rusa, dan sebagainya dari sel
embrio maupun sel non-embrio, tergantung dari tujuan pengkloningan tersebut.
Jika, diharapkan hewan hasil kloning yang bisa bereproduksi, maka
digunakanlah sel non-embrio, sedangkan jika diharapkan hewan kloning
yang tidak harus bisa bereproduksi, maka digunakan sel embrio.

Proses kloning hewan melalui tahap berikut, yaitu mengekstrak nukleus


DNA dari suatu sel embrio kemudian ditanamkan dalam sel telur yang
sebelumnya intinya sudah dihilangkan. Kadang-kadang proses ini
distimulasi oleh manusia menggunakan alat dan bahan-bahan kimia. Sel telur
yang sudah dibuahi ini kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh sel
hewan inangnya dan membentuk sifat yang identik.

Beberapa ilmuwan menjadikan hewan hasil kloningan yang tidak bisa


bereproduksi sebagai bahan pangan. Namun baru-baru ini, diberitakan
bahwa hewan hasil kloning, tidak layak untuk dikonsumsi sebagai makanan
manusia walau belum ada bukti pasti mengenai hal tersebut. Penelitian lebih
lanjut mengenai hal ini masih terus dilakukan.

3. Kloning Pada Manusia

Setelah sukses dengan teknologi kloning hewan menyusui,


sekarang hanya tinggal menunggu waktu, timbulnya kabar yang
melaporkan lahirnya manusia hasil kloning. Contohnya saja pada Eve, yang
dikabarkan adalah bayi perempuan pertama hasil kloning, namun kebenaran
beritanya masih belum bisa dipastikan. Ada lagi berita mengenai hasil
kloning permintaan dari pasangan homoseksual dari Belanda. Namun,
bukti-bukti konkrit mengenai manusia hasil kloningannya sama sekali tidak
ada.

Beberapa sumber menyebutkan, para peneliti tersebut beralasan bahwa


hal ini menyangkut pribadi sekaligus melanggar privasi dari pendonor gen
14
jika diberitakan secara luas. Mungkin saja, penyembunyian berita-berita seperti
ini dilakukan, karena masih banyaknya kontroversi serta pro dan kontra yang
terjadi di masyarakat mengenai pengkloningan manusia yang dianggap
melanggar kodrat alam dan tidak sesuai dengan etika yang dianut dari agama.

Proses kloning pada manusia, sebenarnya tidak memiliki banyak


perbedaan dengan bayi tabung atau in vitro fertilization. Dalam proses ini,
sperma sang suami dicampur ke dalam telur sang istri dengan proses in
vitro di dalam tabung kaca.

Setelah sperma tumbuh menjadi embrio, embrio tersebut ditanamkan


kembali ke dalam tubuh si ibu, atau perempuan lain yang menjadi ibu
tumpang. Bayi yang lahir secara biologis merupakan anak suami-istri tadi,
walaupun dilahirkan dari rahim perempuan lain.

Proses kloning manusia dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :

1. Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi
berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian
dipisahkan dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan
perempuan kemudian intinya dipisahkan.
4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur
5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah
membelah (hari kedua) menjadi sel embrio.
6. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri
(hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama
dengan sel stem donor.

2.6 Manfaat Kloning

1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan

Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya


reproduksi-embriologi dan diferensiasi.

2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul

15
Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal
yang serupa tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti
pada domba, kambing dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel
donornya diambil dari bibit unggul, maka anggota klonnya pun akan
mempunyai sifat- sifat unggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih
meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal
ini ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga
anggota klonnya akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.

3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi

Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan


penyakit genetika thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan
untuk tidak mempunyai anak. Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani
terapi gen dengan terlebih dahulu dibuat klon pada tingkat blastomer. Jika
ternyata salah satu klon blastomer tersebut mengandung kelainan gen yang
menjurus ke thalasemia mayor, maka dianjurkan untuk melakukan terapi
gen pada blastomer yang lain, sebelum dikembangkan menjadi blastosit.

Contoh lain adalah mengkultur sel pokok (stem cells) in vitro, membentuk
organ atau jaringan untuk menggantikan organ atau jaringan yang rusak.

4. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan

Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara
medis infertilitas dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara
psikologis ia merupakan kondisis yang menghancurkan, atau membuat
frustasi. Salah satu bantuan ialah menggunakan teknik fertilisasi in vitro. (in
vitro fertilization = IVF). Namun IVF tidak dapat menolong semua
pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang tidak dapat
memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat menghasilkan
sperma, IVF tidak akan membantu.

Dalam hubungan ini, maka teknik kloning merupakan hal yang


revolusioner sebagai pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu
menghasilkan sperma atau telur. Mereka hanya memerlukan sejumlah sel

16
somatik dari manapun diambil, sudah memungkinkan mereka punya
turunan yang mengandung gen dari suami atau istrinya.

2.7 Kelebihan dan kekurangan kloning

Keunggulan kloning antara lain:


1. Kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan
hewan, meningkatkan produktivitasnya.
2. Mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit
kronis-guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek
samping terhadap kesehatan manusia.
3. Untuk memperoleh hormone pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin, terapi gen dan
diagnosis penyakit genetik.
4. Upaya konservasi pada hewan atau tumbuhan langka

Kelemahan kloning antara lain:

1. Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.


2. Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.
3. Menyulitkan pelaksanaan hukum-hukum syara. Seperti, hukum pernikahan, nasab,
nafkah, waris, hubungan kemahraman, hubungan ashabah, dan lain-lain.
4. Resiko kesehatan pada hewan yang dikloning.
5. Menurunkan tingkat keanekaragaman

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sejarah kloning bermula pada keberhasilan Watson dan Crick dalam bidang
biokimia pada tahun 1953 yang berhasil mengungkap struktur kimia molekul
DNA, yaitu suatu materi genetik yang bertanggung jawab terhadap pemindahan
sifat dari pada induknya. Dengan diketahui struktur kimia DNA atau gen,
manusia mulai mempunyai kemampuan untuk mengontrol cara kerja DNA
tersebut.
2. Kloning berasal dari bahasa Inggris cloning yang berarti suatu usaha untuk
menciptakan duplikat suatu organisme melalui proses aseksual atau dengan arti lain,
membuat fotokopi atau pengadaan dari suatu mahluk hidup dengan cara aseksual.
Kata kloning sebagai kata kerja merupakan istilah baru yang dalam kosa kata
bahasa Inggris tahun 1970-an belum ada. Mereka hanya mengenal kata clone
yang berasal dari bahasa Yunani kuno klon yang berarti terumbus. Clon
merupakan suatu populasi sel atau organisme yang terbentuk dari pembelahan yang
berulang dari satu sel atau organism.
3. Tekhnik kloning terdiri atas Transfer Nukleus, Tehnik Roslin, Tehnik Honolulu,
4. Jenis-jenis kloning yaitu Kloning tingkat DNA, Kloning untuk upaya terapi,
Kloning untuk Reproduksi
5. Macam-Macam Kloning yaitu kloning pada tumbuhan, kloning pada hewan dan
kloning pada manusia.
6 Manfaat kloning yaitu Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, Untuk
mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul, Untuk tujuan diagnostik
dan terapi, Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai
turunan

18
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M dan Imam Musbikhin. 2001. Kloning Manusia Abad XXI. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar
Jenie, Umar A.1996.Perkembangan Ilmu Teknologi Rekayasa Genetika.
Yogyakarta:Mimeo
Pai, Anna C.1992.Dasar-Dasar Genetika. Jakarta: Erlangga.
Solchan, S.1992.Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serta Rekayasa
Teknik Genetika dalam Perspektif Islam .Yogyakarta:Mimeo

Wildan , Yatim. 2001.Mengklon Individu.Jakarta:Kompas edisi Jumat, 27 April 2001,


hlm. 10
http://sains.kompas.com/read/2008/01/18/11035732/Ilmuwan.AS.Kloning.Embrio.Manusia.
diakses pada tanggal 14 November 2016 jam16:33
http://xa.yimg.com/kq/groups/20899393/651076761/name/Kloning.pdf

diakses pada tanggal 14 November 2016 jam15:19

19

Anda mungkin juga menyukai