Decubitus
Decubitus
PENDAHULUAN
Kita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kulit pada baju dan
aktivitas higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi.
Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang
khusus pada lansia. Khsusnya pada klien dengan imobilitas.
Seseorang yang tidak im-mobil yang tidak berbaring ditempat tidur sampai berminggu-
minggu tanpa terjadi dekubitus karena dapat berganti posisi beberapa kali dalam sejam.
Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser, sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh
yang kontak dengan alas tempat tidur.
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus
otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus
sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah yang
terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khsus.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi
oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan
spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang
tinggi pada penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju, prosentase terjadinya dekubitus
mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam perawatan.
Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit
berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan
perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga;
1. Tipe normal
Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC dibandingkan kulit
sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena
iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah
sebenarnya baik.
1. Tipe arterioskelerosis
Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulit sekitarnya.
Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah
(arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitus disamping faktor tekanan. Dengan
perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.
1. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.
Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh
karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut.
Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara
pasif dan berbaring diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70
mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg.
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nokrosis jaringan kulit.
Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat
reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak
akan mengalami dakubitus selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya.
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan yang dapat memudahkan
terjadinya dekubitus;
Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan
posisi dengan setengah berbaring
Faktor terlipatnya kulit akiab gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat
tidur, sehingga seakan-akan kulit tertinggal dari area tubuh lainnya.
Faktor teragannya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempatnya berbaring
akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan setempat.
Keadaan ini terjadi bila penderita immobil, tidak dibaringkan terlentang mendatar, tetapi pada
posisi setengah duduk. Ada kecenderungan dari tubuh untuk meluncur kebawah, apalagi
keadaannya basah. Sering kali hal ini dicegah dengan memberikan penhalang, misalnya
bantal kecil/balok kayu pada kedua telapak kaki. Upaya ini hanya akian mencegah
pergerakan dari kulit, yang sekarang terfiksasi dari alas, tetapi rangka tulang tetap cederung
maju kedepan. Akibatnya terjadi garis-garis penekanan/peregangan pada jaringan subkutan
yang sekan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu, dan akan terjadi penutupan arteriole
dan arteri-arteri kecil akibat terlalu teregang bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini
disebut Shering Forces.
Sebagai tambahan dari shering forces ini, pergerakan dari tubuh diatas alas tempatnya
berbaring, dengan fiksasi kulit pada permukaan alas akan menyebabkan terjadinya lipatan-
lipatan kulit (skin folding). Terutama terjadi pada penderita yang kurus dengan kulit yang
kendur. Lipatan-lipatan kulit yang terjadi ini dapat menarik/mengacaukan (distorsi) dan
menutup pembuluh-pembuluh darah.
Sebagai tambahan dari efek iskemia langsung dari faktor-faktor diatas, masih harus
diperhatikan terjadinya kerusakan edotil, penumpukan trombosit dan edema. Semua inidapat
menyebabkan nekrosis jarigan akibat lebih terganggunya aliran darah kapiler. Kerusakan
endotil juga menyebabkn pembuluh darah mudah rusak bila terkena trauma.
Faktor tubuh sendiri (faktor intrinsik) juga berperan untuk terjadinya dekubitus antara lain;
FAKTOR INTRINSIK
Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit akan
tipis (tortora & anagnostakos, 1990)
Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit berkurang
sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.
Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus yang
kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan insufisiensi
kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada sistem
pernapasan menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit menurun.
Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
Anemia
Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek
penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akam menyebabkan kadar
albumin darah menurun
Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, juga
mempermudah dan meperjelek dekubitus
Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
FAKTOR EKSTRINSIK
PENGELOLAAN DEKUBITUS
Usaha untuk meremalkan terjadinya dekubitus ini antara lain dengan memakai sistem skor
Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan adanya risiko tinggi untuk terjadinya dekubitus.
Dengan evaluasi skor ini dapat dilihat perkembangan penderita
Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya
dekubitus adalah:
umum; memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita, misalnya anemia diatasi,
hipoalbuminemia dikoreksi, nutirisi dan hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan
mineral (Zn) ditambahkan.
Bagitu tampak kulit yang hiperemis pada tubuh penderita, khsusnya pada tempat-tempat yang
sering terjadi dekubitus, semua usaha-usahan diatas dilakukan dengan lebih cermat untuk
memperbaiki iskemia yang terjadi, sebab sekali terjadi kerusakan jaringa upaya
penyembuhan akan lebih rumit.
Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium dan tindakan medik menyesuaikan apa yang
dihadapi:
1. Dekubitus derajat I
kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion,
1. Dekubitus derajat II
Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
meransang sirkulasi.
Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk meransang tumbuhnya jaringan
muda/granulasi,
Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malahan dapat merusakkan
pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sering sudah ada
infeksi;
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat disusahakan dapat mengalir keluar.
Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk masukknya
udara/oksigen dan penguapan.
Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit.
Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.
1.Dekubitus derajat IV
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan nekrotik;
Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang adal harus
dibersihkan , sebaba akan menghalangi pertumbuhgan jaringan/epitelisasi.
Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan mengurangi
perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga merupakan alternatif lain. Setelah jaringan
nekrotik dibuang danluka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenisasi pada
daerah luka,
Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai
pada transplantasi kulit setempat.
1. PENGERTIAN
Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus-menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. (M.Clevo Rendi,
2012)
Dekubitus adalah suatu daerah kerusakan selular yang terlokalisasi, baik akibat tekanan
langsung pada kulit, sehingga menyebabkan iskemia tekanan, maupun akibat kekuatan
gesekan sehingga menyebabkan stress mekanik terhadap jaringan. (Chapman dan Chapman,
1986,hal.106)
1. ETIOLOGI
1. Factor intrinsik : penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah penyakit yang
menyebabkan seperti DM, status gizi, anemia, penyakit-penyakit neurologic
dan penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, serta keadaan hidrasi.
2. Factor ekstrinsik : kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan
kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu
sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan posisi
yang kurang.
Ex : Kekuatan gesekan
Efek dari kekuatan gesekan adalah terganggunya mikrosirkulasi lokal melalui penggantian,
distorsi, atau terpotongnya pembuluh darah pada saat lapisan-lapisan kulit bergesekan (Chow
et al, 1976). Sebagai contoh, pasien merosot turun dari tempat tidur yang miring di sebabkan
karena teknik mengangkat yang kurang baik ;mikrosirkulasi lokal terganggu, dan pembuluh
darah mengalami ditorsi atau terpotong pada saat lapisan kulit bergerak secara relatif di
antara mereka.
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah
lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.
1. Stadium tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringan
subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang
dalam.
1. Stadium empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan,
kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga
termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.
1. Inkontenensia
Terdapat hubungan yang kuat antara inkontinensia dan dekubitus (Exton-Smith, 1987 ). Urin
dapat menyebabkan maserasi dan ekskoriasi kulit, serta abrasi superfisial akibat gesekan
menjadi jauh lebih mudah terjadi. Sebagai contoh, urin atau fekal.
1. Malnutrisi
Malnutrisi tidak secara langsung menyebabkan dekubitus, tetapi malnutrisi merupakan faktor
eksaserbasi yang sangat penting di dalam perkembangan dekubitus (Agarwal et al, 1985).
Sebagai contohnya, defisiensi zat makanan (protein, kalori, vitamin c, besi, seng); gangguan
malabsorbsi.
1. Usia
2. Tekanan arteriolar yang rendah
3. Stress emosional
4. Merokok
5. Temperature kulit
1. PATOFISIOLOGI
2. Immobil / terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring (lebih dari 2
jam), tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai
30-45 mmHg (normal: tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16mmHg-
33mmHg), iskemik,nekrosis jaringan kulit.
3. Selain factor tegangan, ada factor lain yaitu: factor terengngnya kulit misalnya
gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi setengah baring.
4. Factor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat
tidur, sehingga seakan-akan kulit tertinggal dari area tubuh lainnya.
1. PATHWAYS
Intoleransi aktivitas
buruk
Iskemik setempat
Hiperemi
Kemerahan
1. K
Kerusakan integritas Nyeri akut Resiko infeksi LA
kulit SIF
IK
ASI DAN STADIUM ULKUS DEKUBITUS
1. Klasifikasi
Berdasarkan waktu yang di perlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan
perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya , dekubitus dapat dibagi menjadi 3 :
1. Tipe norm
Mempunyai beda temperature sampai di bawah lebih kurang 2,5 derajat celcius dibandingkan
kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena
iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah
sebenarnya baik.
1. Tipe arteriosklerosis
Mempunyai beda temperatur kurang dari 1 derajat celcius antara daerah ulkus dengan kulit
sekitarnya. Keadaan ini memnunjukan gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh
darah ikut berperan untuk terjadinya dekubitus di samping factor tekanan. Dengan perawatan,
ulkus ini di harapkan sembuh dalam 16 minggu.
1. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.
1. Stadium
1. Dekubitus derajat I
1. Dekubitus derajat II
Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sudah ada
infeksi.
1. Dekubitus derajat IV
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula di sertai jaringan nekrotik.
Adanya dua prinsip utama dalam perawatan luka. Prinsip pertama menyangkut
pembersihan/pencucian luka. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan
teknik sabbing, yaitu ditekan dan di gosok pelan-pelan menggunakan kassa steril atau kain
bersih yang di basahidengan air steril atau Nacl 09%. Sedangkan luka basah dan mudah
berdarah di bersihkan dengan teknik irigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau
tidak ada bisa di ganti dengan air matang) atau Nacl 0,9%. Jika memungkinkan bisa di
rendam selama 10 menit dalam larutan kalium (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK di larutkan
dalam 10 liter air), atau di kompres larutan kalium pemanganat 1:10.000 atau rivanol 1:1000
menggunakan kain kassa.
Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terdapat infeksi karena dapat
merusak fibrilast yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka, menimbulkan alergi,
bakhan menimbulkan luka disekitarnya. Jika di butuhkan antiseptik, yang cukup aman adalah
feracylum 1% karena tidak menimbulkan bekas warna, bau, dan tidak menimbulkan realsi
alergi.
1. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (assesment)
Identitas pasien dan keluarga, pola sensori, pemeriksaan fisik (status kesehatan umum,
pemeriksaa head to toe, pemeriksaan penunjang), pemeriksaan tanda-tanda vital dan riwayat
penggunaan obat-obatan.
1. Intervensi
kriteria hasil :
Intervensi :
1. Berikan dorangan mobilitas ke tingkat yang paling tinggi. Berikan alat seperti pagar
tempat tidur dibagian atas kepala atau samping, bila mungkin, untuk memudahkan
gerakan mandiri (AHCPR,1992).
1. Buat perpindahan minor dalam posisi tubuh antara perubahan posisi tubuh
(smith,1990).
R : Perpindahan minor berat badan membantu reperfusi area yang tertekan (smith,1990).
1. Periksa tonjolan tulang setiap kali mengubah posisi. Bila area kemerahan tidak hilang
dalam 30 menit setelah mengubah posisi, ubah posisi klien lebih sering.
R : Posisi ini menghilangkan tekanan diatas trokhanter dan sakrum secara simultan. Posisi
flowers tinggi meningkatkan gesekan sakral.
R : Alat pengurang tekanan dapat meningkatkan interval waktu antara perubahan posisi yang
seharusnya (maklebust,1986).
1. Jangan gunakan busa berbentuk donat atau cincin karet (AHCPR 1992).
R : Alat ini menekan sistem pembuluh darah disekitarnya, meningkatkan area iskemia
(Ek,1985).
II. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan dasar luka
pada fekal/drainase urine.
Kriteria Hasil :
Intervensi
1. Ajarkan pentingnya kebersihan kulit yang baik. Gunakan emolin bila kulit kering,
tetapi jangan biarkan kulit basah karna terlalu banyak losion atau krim.
R : kulit kering rentang terhadap lecet dan infeksi. Emolin berlebih dapat menimbulkan
maserasi( keller, 1990)
R : kontak urin edan feses dapat menyebabkan maserasi kulit. Feses mungkin lebih
uleserogenik dari pada urin, karena bakteri dan toksin yang terdapat dalam feses(Allman,
1987
1. Pertimbangkan penggunaan balutan oklusif pada permukaan luka yang bersih, tetapi
jangan pada luka yang dalam
R : balutan oklusif melindungi permukaan luka dari urin dan feses, tetapi dapat menahan
bakteri pada luka dalam.
R : mencuci tangan yang tak tepat. Oleh pemberi perawatan merupakan sumber infeksi
primer dari transmisi infeksi pada klien yang dirawat dirumah sakit.
R : infeksi membentuk debris nekrotik dengan sekresi yang memberikan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Pembilasan membantu mengangkat debris nekrotik
dan mengurangi jumlah bakteri. Luka ketebalan parsial terinfeksi dapat berkembang menjadi
sepsis luka dengan peningkatan nekrosis, yang pada akhirnya menjadi lesi ketebalan penuh.
1. Gunakan sarung tangan yang baru untuk setiap penggantian balutan pada klien
dengan luka dekubtus multipel (AHCPR,1992)
R : Setiap ulkus dapat terkontaminasi oleh organisme yang berbeda, tindakan ini dapat
membantu mencegah insfeksi silang.
1. Pantau terhadap tanda infeksi luka lokal, misalnya drainage purulen dan selulitis.
Kriteria hasil
Klien akan:
Intervensi
a) Dorong latihan rentang gerak (ROM) dan mobilitas menahan beban berat badan bila
mungkin.
Rasional : Latihan dan mobilitas dapat meningkatkan aliran darah ke semua area.
c) Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin (lebih rendah dari 30 derajat) dan sanggah
kaki dengan papan kaki (AHCPR,1992).
Rasional : Tindakan ini membantu mencegah gesekan,tekanan yang terjadi bila dua
perbatasan lapisan jaringan bergerak berlawanan.Bila tonjolan tulang menggeser melewati
jaringan subkuta,kapiler subepidermal dapat menjadi lengkung dan tertekan,mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan.
Rasional : gatch lutut dapat meningkatkan pengumpula darah dan menurunkan sirkulasi pada
ekstremitas bawah.
e) Gunakan blok busa atau bantal busa untuk memberikan efek jembatan untuk
menyangga tubuh diatas dan dibawah area resiko tinggi atau area luka,mencegah area yang
sakit dari bersentuhan dengan permukaan tempat tidur,jangan memakai busa berbentuk donat
atau cincin yang dapat kembungkan(ACHPR,1992: Crewe,1987).
Rasional : tindakan ini membantu mendistribusikan tekanan pada area yang lebih besar.
f) Ganti atau kurangi tekanan pada permukaan kulit dengan alat seperti dibawah ini:
Matras udara.
Tempat tidur penurun panas-udara-rendah.
Tempat tidur udara cairan.
Sepatu bot vaskular atau bantal dibawah betis untuk menyangga tumit dari permukaan
tempat tidur.
Rasional : matras busa adalah untuk kenyamanan;umumnya ,alat ini tidak memberikan
penghilan tekanan yang adekuat.matras udara khusus nya dan tempat tidur udara
mendistribusikan ulang berat badan bahkan seluruh permukaan tubuh ( Maklebust,1986).
g) Kerahkan personel yang cukup untuk mengangkat klien dari tempat tidur atau kursi
tanda menggeser atau menarik permukaan kulit,gunakan lengan panjang atau stoking untuk
mengurangi friksi pada siku dan tumit.
Rasional : teknik pemindahan yang tepat menggurangi kekuatan friksi yang dapat
menggores atau melecetkan kulit.
h) Instruksikan klien yang sedang duduk untuk mengangkat tubuhnya sendiri dengan
menggunakan tangan kursi setiap 10 menit, bila mungkin , atau bantu klien untuk berdiri dari
kursi setiap 10 sampai 20 menit,tergantung faktor resiko yang ada.
i) Jangan meninggikan kaki kecuali betis disangga,sangga betis dan luruskan panggul
dan tulang lutut untuk menghindari perpindahan berat ke tuberositas iskhial saat duduk di
kursi (Zacharkow,1985).
Rasional : tuberositas iskhialadalah area utama untuk terjadinya luka dekubitus .bantalan
udara memberikan penghilang tekanan yang lebih baik daripada bantalan busa.
k) Inspeksi area lain terhadap resiko terjadinya dekubitus pada tiap perubahan posis :
Telinga
Siku
Oksipital
Trokhanter
Tumit
Iskia
Sakrum
Skapula
Skrotum
Rasional : klien dengan satu luka dekubitus lebih beresiko terjadinya luka dekubitus yang
lain.
1. Observasi terhadap eritema dan kepucatan ,dan palpasi area sekitar trhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan setipa perubahan posisi.
1. Ajarkan klien dan anggota keluarga untuk sering mengamati kulit .tunjukan klien cara
menggunakan cermin untuk melihat area yang sulit terlihat.
Rasional : inspeksi kulit teratur memungkinkan deteksi dini kerusakan.keterlibatan klien
meningkatkan tanggung jawab pada perawatan diri.
1. Kurangi atau hilangkan faktor yang menunjang perluasan luka dekubitus yang telah
ada :
1. Cuci diarea disekitar ulkus dengan perlahan menggunakan sabun ringan, bilas
secara menyeluruh untuk menhilangkan sabun, dan keringkan.
Rasional : masase kuat menusuk dan merobek pembuluh darah.memasase area kemerahan
dapat menyebabakan kerusakan kapiler dan melukai kulit.
Rasional : bila luka semi tersumbat dan permukaan luka masih basah,sel sel epidermal
bermigrasi lebih cepat di atas permukaan
Rasional : lepuh mengindiksaikan luka dekubitus tahap 2;cairan yang terdapat dalam lepuh
memberikan lingkungan untuk pembentukan jaringan granulasi.
1. Bilas dasar ulkus dengan larutan salin steril.bila luka terinfeksi lakukan irigasi kuat
Rasional : irigasi dengan larutan normal salin dapat membantu membuang sel sel mati dan
mengurangi jumlah bakteri.irigasi kuat jangan diguanakan pada luka yang mempunyai
jaringan granulasi dan epitalium baru.
1. Hindari menggunakan pembersih luka dan antiseptik topikal
1. Konsul dengan ahli bedah atau spesialis luka untuk melkukan debridemen jaringan
nekrotik secara mekanik atau bedah.
Rasional : ulkus nekrotik tidak akan sembuh sampai jaringan nekrotik dibuang.
1. Konsul dengan perawat spesialis atau dokter untuk pengobatan luka dekubitus dalam
atau terinfeksi.
Rasional : konsultasi dengan ahli dapat dibutuhkan untuk intervensi yang lebih spesifik.
Kriteria Hasil :
Kriteria untuk diagnosa keperawatan ini menunjukan kriteria hasil yang berkaitan
dengan perencanaan pemulangan. Rujuk pada rencana pemulangan.
Intervensi :
R : instruksikan spesifik ini membantu klien dan keluarga belajar untuk meningkatakan
penyembuhan dan mencegah infeksi.
1. Tanya anggota keluarga untuk menentukan besarnya bantuan yang mereka butuhkan
dalam merawat klien (maklebust,1991)
1. Tentukan peralatan dan bahan yang diperlukan (mis, alat penghilang tekanan,bantalan
kursi roda, balutan,).konsul dengan pelayan sosial, bila perlu, untuk bantuan dalam
mendapatkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
1. Bila diperlukan , rujuk klien dan keluarga kepelayanan kesehatan dirumah untuk
pengkajian terus-menerus dan evaluasi keperawatan yag rumit.
1. Dorong pemberian keperawatan yang ada untuk berbagai tugas keperawatan klien
R : keletihan peran dan kejenuhan dapat terjadi bila sesorang menyediakan seluruh waktunya
untuk memberikan perawatan. Istirahat sejenak atau bantuan dapat membantu mencegah
situasi ini.
R : strategi yang telah dilakukan harus dilanjutkan dirumah untuk terjadinya pemulihan
lengkap.