Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keterampilan baerbahasa memiliki empat komponen salah satunya
komponen berbicara. Kemampuan berbicara berkembang setelah keterampilan
menyimak. Kegiatan berbicara sangat berhubungan dengan ekspresi lisan
sehingga kemampuan berbicara berhubungan erat dengan perkembangan kosa
kata yang diperoleh seseorang, dimulai dari kosakata lalu membentuk kalimat
kemudian membentuk sebuah paragraph. Banyak cara yang dilakukan dalam
kegiatan meningkatkan berbicara yang efektif dan lugas bagi peserta didik salah
satunya diskusi kelompok.
Diskusi kelompok sangat bermanfaat bagi perkembangan kemampuan
berbicara seseorang dimana orang tersebut di latih untuk berpikir secara
kritis karena salah satu tujuan dari diskusi kelompok yaitu untuk memecahkan
suatu permasalahan melalui proses berpikir kelompok. Pada intinya, Diskusi
kelompok adalah suatu kegiatan kerja sama atau aktifitas untuk menyelesaikan
suatu permasalahan melalui proses berpikir kelompok yang mengandung langkah-
langkah dasar tertentu yang harus di patuhi oleh seluruh kelompok.
Diskusi kelompok merupakan salah satu cara dimana manusia dapat
mengemukakan beberapa pendekatan untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok
pembicaraan adalah dengan jalan mengetahui segala hal yang dikatakan oleh
orang yang mempunyai pendapats yang berbeda dan pengalaman-pengalaman
yang berbeda kemudian di arahkan dengan satu tujuan pemikiran yang sama
secara berkelompok.
Etika komunikasi kelompok dikaitkan dengan watak atau kesusilaan yang
menentukan benar atau tidaknya cara penyampaian pesan kepada orang lain
sebagai anggota kelompok tersebut yang dapat mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku baik secara lisan ataupun tidak langsung. Etika komunikasi kelompok
memiliki standar perangkat-perangkat kriteria etika yang secara khusus telah
disarankan guna meningkatkan komunikasi etis dalam kelompok. Maksud dari

1
perangkat-perangkat ini adalah kriteria etika yang biasa dan standar dalam etika
komunikasi (henry Guntur. 2008).
Oleh karena itu, agar etika komunikasi dapat diterapkan secara langsung,
maka perlu di praktikkan secara langsung agar lebih terbiasa. Telebih lagi, etika
komunikasi yang baik memang sulit dilakukan karena memerlukan pelatihan yang
lama dan membutuhkan kebiasaan yang lama untuk menerapkan prinsip etika
yang bagus.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari diskusi kelompok?
b. Apa tujuan dilakukakannya diskusi kelompok?
c. Bagaimana cara melakukan diskusi kelompok yang benar?
d. Bagaimana cara menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok yang
baik?
e. Bagiaman cara menerapkan etika komunikasi kelompok dalam diskusi?

1.3 Tujuan
a. Dapat mengetahui pengertian diskusi kelompok.
b. Dapat mengetahui dan memahami tujuan dilakukannya diskusi kelompok.
c. Dapat melakukan diskusi kelompok dengan benar
d. Dapat menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok dengan baik
e. Dapat menerapkan etika komunikasi dalam diskusi kelompok.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kata diskusi berasal dari bahasa Latin discutio atau discusum yang berarti
bertukar pikiran. Dalam bahasa Inggris digunakan kata discussion yang berarti
perundingan atau pembicaraan. Sehingga dapat disimpulkan, diskusi adalah
proses interaksi dan bertukar pikiran yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang membahas suatu topik permasalahan untuk mencari solusi sehingga
menghasilkan kesepakatan bersama (Anwar Arifin, 1984).

2.1 Definisi Diskusi Kelompok


Diskusi kelompok adalah salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan
dalam bimbingan. Kegiatan diskusi kelompok merupakan kegiatan yang
dilakukan dengan melibatkan lebih dari satu individu. Kegiatan diskusi kelompok
ini dapat menjadi alternatif dalam membantu memecahkan permasalahan
seseorang.
Pengertian Diskusi kelompok menurut beberapa para ahli diantaranya
yaitu sebagai beikut:
1. Moh. Suryo (1975:107) mendefinisikan diskusi kelompok merupakan suatu
proses bimbingan dimana murid-murid akan mendapatkan suatu kesempatan
untuk menyumbang pikiran masing-masing. Dalam diskusi ini tertanam pula
tanggung jawab dan harga diri.
2. Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan
suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dan interaksi
tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.
Berdasarkan pengertian diskusi kelompok tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa diskusi kelompok yaitu suatu cara atau teknik bimbingan yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka,dimana setiap anggota
kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk menyumbang pikiran masing-
masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna pemecahan masalah atau
pengambilan keputusan. Dalam diskusi kelompok anggota kelompok

3
menunjukkan moderator (pimpinan), menentukan tujuan, dan agenda yang harus
ditaati.
Tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi kelompok adalah:
1. Dapat memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan
pembimbing diskusi.
2. Dapat membangkitkan motivasi dan semangat peserta diskusi atau siswa untuk
melakukan sesuatu tugas.
3. Mengembangkan kemamampuan siswa berpikir kritis,mampu melakukan
analisis dan sintesis atas data atau informasi yang diterimanya.
4. Mengembangkan keterampilan dan keberanian siswa untuk mengemukakan
pendapat secara jelas dan terarah.
5. Membiasakan kerja sama diantara para siswa.

2.2 Bentuk -bentuk Diskusi Kelompok di lihat dari Berbagai Aspek


Diskusi kelompok dapat dilakukan dengan beberapa bentuk,antara lain:
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008 : 222) bentuk-bentuk diskusi kelompok yaitu:
a) Dilihat dari jumlah anggota
Jika dilihat dari jumlah anggota, diskusi kelompok berbentuk kelompok besar
dan kelompok kecil. Kelompok berjumlah 20 orang atau lebih. Sedangkan
kelompok kecil berjumlah kurang dari 20 orang biasanya berjumlah 2-12
orang.
b.) Dilihat dari pembentukan
Jika dilihat dari pembentukannya diskusikelompok berbentuk formal dan
informal. Dalam bentuk formal, proses pembentukannya sengaja untuk
dibentuk suatu diskusi kelompok. Sedangkan informal, proses
pembentukannya diskusi secara spontan dan tanpa direncanakan.
c). Dilihat dari tujuan
Jika dilihat dari tujuan diskusi kelompok ada dua macam yaitu pemecahan
masalah dan terapi anggota. Pemecahan masalah memiliki ciri utama
menekankan pada hasil diskusi, sedangkan terapi anggota menekankan pada
proses diskusi.
d). Dilihat dari waktu diskusi

4
Jika dilihat dari waktu diskusi, diskusi kelompok ada dua bentuknya,
marathon dan singkat/regular. Marathon dilakukan terus menerus tanpa jeda
waktu selama 5-12 jam, sedangkan singkat dilakukan 1-2 jam dan dilakukan
secara berulang-ulang.
e). Dilihat dari masalah yang dibahas
Jika lihat dari masalah yang dibahas, diskusi kelompok ada dua macam yaitu
sederhana dan kompleks/rumit. Sederhana memiliki ciri utama masalah yang
dipecahkan relatif mudah, sedangkan kompleks/rumit masalah yang
diselesaikan sangat sulit.
f). Dilhat dari aktifitas kelompok
Jika dilihat dari aktifitas kelompok, diskusi kelompok ada dua macam, yaitu
terpusat pda pemimpin dan demokratis (terbagi kesemua anggota diskusi).
Diskusi yang terpusat pada pemimpin cenderung anggotanya yang kurang
aktif akan tetapi pemimpin yang lebih aktif. Sedangkan demokratis anggota
dan pemimpin sama-sama aktif dalam memberikan saran dan pendapat.

2.3 Komponen-komponen Diskusi Kelompok


a) Moderator
Seorang moderator harus memberikan arah yang jelas dan selalu
mendorong peserta diskusi agar selalu bergerak maju. Jika terjadi kelambanan, ia
harus mampu melancarkan kembali jalannya diskusi. Juga, jika pembicaraan
menyimpang dari garis yang telah ditentukan, ketua harus mampu meluruskan
kembali.
b) Notulis
Notulis adalah seorang sekretaris dalam diskusi, tugasnya menulis hal-hal
yang
pokok dalam setiap pembicaraan.
c) Pembicara
Tugasnya adalah menjelaskan makalah dengan penekanan pada hal-hal
yang dianggap penting.
d) Peserta

5
Peserta adalah orang-orang yang mengikuti diskusi, yang tugasnya
mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan jalan mencari keterangan.

2.4 Alur Berdiskusi Secara Umum


a. Fase Persiapan
Mempelajari subjek yang akan didiskusikan
Membagi peserta menjadi kelompok
Menentukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi
Mengidentifikasi hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta
Menunjukkan dan mengarahkan dengan jelas masalah yang dipecahkan
Menyiapkan dan membagikan bahan kepada peserta
Mengembangkan agenda yang mencakup semua poin yang dbutuhkan
dalam pemecahan masalah
Mengatur ruangan dan tempat duduk, papan tulis, dan alat-alat yang adkan
digunakan.

b. Fase Pelaksanaan
Pembukaan diskusi
Membuat outline singkat situasi yang akan didiskusikan
Mengeluarkan sebuah pendapat atau pertanyaan yang sifatnya dapat
merangsang pikiran peserta
Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada poin-poin yang
penting yang berhubungan dengan masalah
Memberikan ilustrasi dan demonstrasi yang dapat menarik perhatian
Pemeliharaan diskusi
Menjaga peserta agar tidak keluar dari subyek.
Membuat pertanyaan yang menghendaki atau menuntut jawaban dari
peserta.
Hindarkan pemunculan topic baru.
Membuat ringkasan terhdap bantuan pikiran peserta.
Siap-siap dengan komentar atau pertanyan untuk mengarahkan kembali
jika diskusi itu menuju jalan buntu.

6
Penutup diskusi

2.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Diskusi


Harus berlangsung pada suasana yang terbuka artinya semua pihak yang
terlibat siap menerima dan member informasi kepada siapapun.
Tiap peserta harus berpartisipasi penuh artinya tiap peserta mengambil
bagian dalam proses diskusi masing-masing menjadi pendengar yang baik
dan pembicara yang baik.
Selalu ada bimbingan dan kontrol artinya ketua senantiasa mengadakan
bimbingan dan kontrol agar diskusi tetap berjalan pada arah dan relnya.
Perdebatan harus didasarkan pada argumentasi kontra argumentasi bukan
emosi kontra emosi artinya diskusi yang mencari jalan penyelesaian.
Pengajuan pertanyaan harus jelas dan singkat dengan menggunakan bahasa
yang baik dan sopan.
Tidak adanya pemborong atau monopoli, diskusi yang baik adalah diskusi
yang berlangsung dalam suasana demokratis semua pihak mempunyai hak
yang sama.
Selalu ada kesimpulan yang disepakati dan sesuai dengan kenyataan.
Hand Phone harus disilent-kan.

2.6 Kriteria Diskusi Kelompok yang Baik


Sebuah diskusi berkualitas dan dikatakan hidup apabila dilihat dari segi
proses dan hasilnya tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut (Tarigan, Henry
Guntur, 2008):
a. Dari segi prosesnya, diskusi yang efektif diantaranya, semua peserta
mengambil bagian secara aktif, tidak ada peserta yang terlihat tidak aktif.
Pertentangan pendapat dan ketegangan dapat diatasi, sebelum diskusi
selesai. Diskusi memberikan rasa puas diantara anggotanya. Keterampilan
anggota diskusi makin bertambah.
b. Dari segi hasilnya, diskusi yang efektif, diantaranya jika masalah yang di
diskusikan dapat terpecahkan. Ada keputusan yang dapat direalisasikan.
Waktu diskusi tidak diperpanjang. Semua peserta diskusi menerima dan

7
menghormati keputusan diskusi, meskipun di luar tempat dan waktu
diskusi.
Berikut ini adalah tata cara dalam melaksanakan diskusi kelompok yang
seharusnya dipahami oleh moderator (Abert, 1961):
a. Pemandu membuka diskusi.
b. Pemandu mengemukakan tujuan-tujuan diskusi termasuk penyampaian
topik, tata tertib, dan proses yang harus diikuti. Pelaksanaan diskusi
dipimpin oleh pemandu.
c. Memelihara, mengontrol, menilai diskusi, sehingga tetap pada jalur
diskusi yang ditentukan dan tidak menyimpang dari tujuan. Pemandu
diskusi harus bertindak tegas dan bijaksana. Mengizinkan hanya seorang
peserta diskusi yang berbicara pada satu waktu. Diminta pada para
anggota untuk mengangkat tangan apabila ingin mengemukakan pendapat.
d. Mengatasi situasi-situasi sulit, misalnya pertentangan pendapat atau
pembicaraan dikuasai oleh seseorang. Memberi kesempatan kepada setiap
peserta diskusi yang ingin mengemukakan pendapat. Seandainya dua
orang atau lebih ingin berbicara, hendaknya mempersilahkan terlebih
dahulu peserta yang belum atau baru sedikit mengemukakan pikiran aatau
pendapatnya. Menjaga agar minat para peserta tetap besar dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang dari waktu ke
waktu, terutama sekali kalau diskusi itu mulai mengendor dan lamban.
e. Jika tidak tercapai kata mufakat dalam diskusi, putusan diskusi dapat
dilakukan dengan pengambilan suara terbanyak atau voting.
f. Pemandu menutup diskusi dengan mengemukakan hasil diskusi,
menyampaikan harapan-harapan didalamnya tercakup semua pendapat dan
keputusan yang telah disepakati bersama, dan diakhiri dengan salam
penutup.

2.7 Syarat-Syarat Peserta Diskusi


Syarat-syarat peserta diskusi yang baik dalam diskusi diantaranya adalah
sebagai berikut (Salisbury, 1995):
a. Memenuhi aturan main diskusi

8
b. Memahami dan menguasai materi diskusi
c. Aktif mengembangkan buah pikiran
d. Menghargai pendapat orang lain
e. Menghindari sifat emosional
f. Berbicara dengan sopan dan jelas serta tidak berbelit-belit
g. Tidak takut dikritik dan berani melontarkan pikiran
h. Berani berpendapat dan berbicara dengan terbuka.
i. Aktif dari awal hingga selesai
j. Tidak memotong pendapat orang lain
k. Bertatap muka dengan peserta lain saat mengemukakan pendapat dan tidak
terkesan main-main.
Cara mengemukakan pendapat yang baik, yang seharusnya diperhatikan
oleh peserta diskusi, antara lain (Henry Guntur, 2008):
a. Menggunakan bahasa yang baik, logis dan masuk akal.
b. Harus langsung mengena pada pokok persolan.
c. Menghilangkan rasa emosional dan jangan memaksakan kehendak
pendapanya harus diterima.
d. Materi pembicaraaan jangan menjatuhkan orang lain atau menjelekkan
orang lain.
e. Dalam mengemukakan pendapat merupakan solusi, bukan menambah
permasalahan.

2.8 Etika Komunikasi Kelompok


Etika komunikasi kelompok dikaitkan dengan watak atau kesusilaan
yang menentukan benar atau tidaknya cara penyampaian pesan kepada orang lain
sebagai anggota kelompok tersebut yang dapat mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku baik secara lisan ataupun tidak langsung. Etika komunikasi kelompok
memiliki standar perangkat-perangkat kriteria etika yang secara khusus telah
disarankan guna meningkatkan komunikasi etis dalam kelompok. Maksud dari
perangkat-perangkat ini adalah kriteria etika yang biasa dan standar dalam etika
komunikasi.

9
Cheney dan Tompskins merujuk pada Henry W. Johnstone Jr., untuk
mengingat standar-standar etika yang mereka anjurkan guna memandu
komunikasi kelompok. Empat tugas keetikaan Johnstone: Keteguhan hati,
keterbukaan, kelemah lembutan, dan keharuan, dimodifikasi oleh Cheney dan
Tompkins untuk diterapkan dalam konteks komunikasi kelompok antara lain:
a. Kehati-hatian, Komunikator dalam kelompok seharusnya menggunakan
kemampuan persuasifnya sendiri untuk menilai secara menyeluruh pesan-
pesan yang jelas dan yang tersembunyi dari kelompok tersebut dan harus
menghindari penerimaan atas pandangan konvensional secara otomatis
dan tanpa berpikir.
b. Mudah untuk dicapai, Komunikator dalam organisasi harus terbuka
terhadap kemungkinan diubahnya pesan dari orang lain dari orang yang
dibujuk. Keyakinan yang kita pegang secara dogmatis atau pandangan
berfokus sempit yang membutakan kita terhadap informasi yang berguna,
pandangan yang berbeda tentang suatu masalah, atau penyelesaian
alternatif,perlu diseimbangkan atau dikurangi.
c. Tanpa kekerasan, penipuan, terang-terangan atau pun tidak, terhadap orang
lain berdasarkan etika tidak diinginkan. Anggota juga harus menghindari
penggunaan sudut pandang persuasif yang menganjurkan suatu sikap yang
masuk akal.
d. Empati, Komunikator empatis benar-benar mendengarkan argumen, opini,
nilai dan asumsi orang lain, terbuka terhadap perbedaan pendapat,
mengesampingkan cetusan streosip berdasarkan julukan atau isyarat non
verbal, dan menghargai hak semua orang sebagai pribadi untuk memegang
pandangan yang berbeda. Dalam latar kelompok Empati melibatkan
keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan kelompok.
e. Gary Kreps menganjurkan apa yang ia sebut tiga prinsip penutup banyak
hal yang ia anggap berguna untuk mengevaluasi etika relative
komunikasi organisasi internal dan eksternal. Prinsip penutup ini berakar
pada nilai kejujuran, menghindari dan menyakiti, dan keadilan.

10
f. Anggota kelompok tidak boleh dengan sengaja menipu satu sama lain,
seperti contohnya memalsukan laporan dan menyembunyikan informasi
yang relevan dari badan-badan pengaturan pemerintah.
g. Komunikasi anggota kelompok tidak boleh dengan sengaja menyakiti
anggota kelompok lain atau anggota lingkungan organisasi yang relevan.
Anggota kelompok harus diperlukan secara adil. Pepatah perlakuan yang
sama bagi semua mungkin tidak cocok dengan setiap situasi.

11
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Pelaksanaan


Praktikum Pengembangan Kepribadian dilaksanakan hari Selasa, 25
Oktober 2016 pada pukul 11.00 WIB sampai 13.00 WIB untuk materi praktikum
dengan judul Etika Berkomunikasi dalam Berkelompok. Bertempat di kelas 2.1
lantai 2 Gedung Kesehatan, Program Studi D-IV Gizi Klinik, Jurusan Kesehatan,
Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum Etika Berkomunikasi dalam
Berkelompok sangat sederhana dan mudah ditemui, yaitu HVS dan alat tulis sera
BKPM.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Arifin, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Bandung:


Armico

Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana


Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai