Anda di halaman 1dari 30

JENIS & FUNGSI DERMAGA

Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan
penumpang. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar
untuk kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang
akan diproses lebih lanjut di pelabuhan. Dimensi dermaga didasarkan pada
jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut.
Menurut Triatmodjo (1996) dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu
wharf atau quay dan jetty atau pier atau jembatan. Wharf adalah dermaga
yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai.
Jetty adalah dermaga yang menjorok ke laut. Sebelum merancang dan
membangun dermaga, perlu diketahui untuk keperluan apa dermaga tersebut
didirikan.

1. Quay/wharf
2. Pier/jetty/jembatan

Pemilihan tipe dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan


dilayani, ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan
tanah dasar laut, dan tinjauan ekonomi untuk mendapatkan bangunan yang
paling ekonomis. Pemilihan tipe dermaga disesuaikan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi tipe struktur dermaga adalah sebagai berikut
(Triatmodjo, 1996 : 157-159 dalam HSB, 2009) :

1. Tinjauan topografi daerah pantai

Pada perairan yang dangkal hingga dalam yang berada cukup jauh dari
darat, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan
pengurukan yang besar. Sedangkan di lokasi dimana kemiringan dasar cukup
curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang perairan yang
dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan
wharf lebih tepat.

2. Jenis kapal yang dilayani

Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah
mempunyai konstruksi yang ringan dibanding dengan dermaga potongan
(general chargo), karena dermaga tersebut tidak memerlukan perlatan
bongkar muat barang yang besar (kran), jalan kereta api, gudang-gudang,
dsb. Untuk melayani kapal tersebut, penggunaan pier akan lebih ekonomis.
Dermaga yang melayani barang potongan dan peti kemas menemrima beban
yang besar di atasnya, seperti kran barang yang dibongkar muat peralatan
transportasi (kereta api dan truk). Untuk keperluan tersebut dermaga
tipe wharf akan lebih cocok.

3. Daya dukung tanah.

Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada


umumnya tanah di dekat daratan mempunyai daya yang lebih besar daripada
tanah di dasar lautr. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang belum
padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding
penahan tanah lebih menguntungkan. Tetapi apabila tanah dasar berupa
karang pembuatan wharf akan mahal karena untuk memperoleh kedalaman yang
cukup di depan wharf diperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan pier
akan lebih murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang.

Menurut Suraji (2011), ada beberapa tipe struktur dermaga, antara lain :

Dermaga tipe gravitasi

Dermaga tipe tiang turap

Dermaga tipe tiang turap dengan pelantar peringan

Dermaga tipe bendungan elak berongga tiang turap baja

Dermaga tipe bendungan elak ronggo pelat baja

Dermaga tipe pir terbuka dengan taing pancang vertikal

Dermaga tipe pir terbuka dengan pasangan tiang pancang miring

Dermaga tipe pir pir terpisah

Dermaga tipe pir terapung

Dermaga tipe tambatan kapal di laut lepas (dolpin)

Sedangkan menurut Wikipedia (2012), ada beberapa jenis dermaga yang


biasanya digunakan yaitu :

1. Dermaga quay wall

Dermaga quay wall ini terdiri dari struktur yang sejajar pantai, berupa
tembok yang berdiri di atas pantai, dan dapat dibangun dengan beberapa
pendekatan konstruksi diantaranya sheet pile baja/beton, caisson beton
atau open filled structure. Beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam pembangunan quay wall, yaitu :

Dermaga quay wall adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan
relatif berhimpit dengan pantai (kemiringan pantai curam).
Konstruksi dermaga biasanya dibangun langsung berhimpit dengan areal
darat.

Kedalaman perairan cukup memadai dan memungkinkan bagi kapal merapat


dekat sisi darat (pantai). Kedalaman perairan tergantung kepada ukuran
kapal yang akan berlabuh pada dermaga tersebut.

Kondisi tanah cukup keras

Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi


berpengaruh pada detail dimensi struktur yang dibutuhkan.

2. Dermaga dolphin (trestel)

Dermaga dolphin merupakan tempat sandar kapal berupa dolphin diatas


tiang pancang. Biasanya dilokasi dgn pantai yang landai, diperlukan
jembatan trestel sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan. Beberapa
pertimbangan yang digunakan dalam pembangunan dermaga dolphin:

Dermaga dolphin adalah sarana tambat kapal yang fasilitas bongkar


muatnya ada di haluan atau buritan.

Jarak kedalaman perairan yang disyaratkan dari pantai relatif cukup


panjang.

Terdapat konstruksi tambahan berupa jembatan dermaga (trestel),


tanggul atau dapat juga keduanya.

Sarana tambat yang akan direncanakan terdiri dari struktur breasting


dan mooring yang dihubungkan dengan catwalk.

Posisi breasting berfungsi utama sebagai sarana sandar kapal, tapi


juga dapat berfungsi sebagai sarana tambat kapal jika dipasang bollard,
sedangkan mooring dolphin berfungsi menahan kapal sehingga tetap berada
pada posisi sandar.

Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi


berpengaruh pada detail dimensi struktur yang dibutuhkan.

3. Dermaga apung/system Jetty (pier)

Dermaga apung adalah tempat untuk menambatkan kapal pada suatu ponton
yang mengapung diatas air. Digunakannya ponton adalah untuk
mengantisipasi air pasang surut laut, sehingga posisi kapal dengan
dermaga selalu sama, kemudian antara ponton dengan dermaga dihubungkan
dengan suatu landasan/jembatan yang flexibel ke darat yang bisa
mengakomodasi pasang surut laut. Biasanya dermaga apung digunakan untuk
kapal kecil, yach atau feri seperti yang digunakan di dermaga
penyeberangan yang banayak ditemukan di sungai-sungai yang mengalami
pasang surut. Ada beberapa jenis bahan yang digunakan untuk membuat
dermaga apung seperti :

Dermaga ponton baja yang mempunyai keunggulan mudah untuk dibuat


tetapi perlu perawatan, khususnya yang digunakan dimuara sungai yang
airnya bersifat lebih korosif.

Dermaga ponton beton yang mempunyai keunggulan mudah untuk dirawat


sepanjang tidak bocor.

Dermaga ponton dari kayu gelondongan, yang menggunakan kayu


gelondongan yang berat jenisnya lebih rendah dari air sehingga bisa
mengapungkan dermaga.

Description: Jenis-jenis Dermaga

Desain Dermaga

Dasar pertimbangan dalam perencanaan dermaga adalah sebagai berikut


(Wikipedia, 2012) :

Posisi dermaga ditentukan oleh ketersediaan lahan dan kestabilan tanah


disekitar sungai.

Panjang dermaga dihitung berdasarkan kebutuhan kapal yang akan


berlabuh, dasar pertimbangan desain panjang dermaga yang bisanya
dijadikan acuan adalah 1.07 sampai 1,16 panjang kapal (LOA)

Lebar dermaga disesuaikan dengan kemudahan aktivitas bongkar muat


kapal dan pergerakan kendaraan pengangkut di darat.

Letak dermaga dekat dengan fasilitas penunjang yang ada di daratan.

Elevasi dermaga ditentukan dengan memperhatikan kondisi elevasi muka


air sungai/pasang surut.

A. Desain Dermaga Quay Wall

Description: Jenis-jenis Quaywall

Jenis-jenis Quaywall
Struktur wall sangat tergantung kepada beberapa hal sebagai berikut:

Kondisi tanah, merupakan faktor utama dalam penentuan jenis quay wall
yang akan dipilih

Tekanan tanah

Muatan pada dermaga, beban merata, beban titik, gaya-gaya mooring


(yang diterima melalui bollard ataupun fender

Kedalaman didepan dermaga

Pengaruh pasang surut dan garis air

Faktor-faktor sekunder lainnya seperti angin, arus, gelombang, dan


beberapa faktor minor lainnya.

B. Desain Dermaga Apung

Platform terapung seperti halnya pontoon harus didisain hingga taraf


kestabilan dan keamanan yang diinginkan. Pontoon tersebut haruslah
memiliki area permukaan dan tinggi freeboard yang mencukupi sehingga
dapat berfungsi dengan baik. Dimensi pontoon yang didisain akan
tergantung dari tipe pembebanan yang digunakan. Beban-beban yang harus
dipertimbangkan yang dapat bekerja pada sebuah pontoon.

1. Beban statik dan beban hidup.

2. Reaksi dari jalan akses (jembatan atau gangway).


3. Tekanan hidrostatis.

4. Beban mati.

5. Gaya angkat.

Pelabuhan memberikan peran yang sangat besar bagi perkembangan negara


disegala aspek bidang kehidupan sosial, ekonomi, politik, pertahanan dan
keamanan negara. Pemerintah mendapatkan devisa dari pungutan tarif cukai
barang-barang yang keluar-masuk dari dan ke luar negeri dan kegiatan
dibidang pelayaran.

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state), warga


negaranya tinggal di pulau-pulau yang terpisah. Maka keberadaan
transportasi laut sangat vital mengingat tingkat kehidupan masyarakat
yang relatif rendah sehingga tidak memungkinkan menggunakan pesawat
sebagai alat transportasi utama. Karena itu pelabuhan dituntut untuk
meningkatkan pelayanannya dalam melayani perhubungan antar penduduk
antar pulau di seluruh Indonesia. Biaya operasional tarif angkutan
pelayaran yang realtif murah hingga saat ini membuat para
eksportir/importir memilih sarana ini untuk mengirimkan barangnya,
sebagai contoh jika pengangkutan minyak atau barang mencapai ratusan
ribu ton, kapasitas kapal yang besar sanggup membawa barang tersebut
dalam sekali muat, padahal jika diangkut dengan truk tanki atau truk
trailer akan membutuhkan ribuan unit kendaraan.

Dengan semakin meningkatnya peran penting transportasi pelayaran,


prasarana pelabuhan tidak terlepas sebagai bagian dari pelayaran.
Pelabuhan merupakan persinggahan kapal-kapal setelah melakukan
pelayaran. Segala sesuatu yang dimuat oleh kapal menentukan sarana
bongkar muat yang spesifik di pelabuhan. Semakin beragam jenis muatan
yang diangkut oleh kapal-kapal, semakin bervariasi juga jenis pelabuhan
berikut fasilitas pendukungnya. Pelabuhan juga sebagai tempat istirahat
bagi ABK dan kapal untuk mengisi BBM, perbekalan pelayaran, air tawar,
perbaikan dan perawatan kapal.

Ada dua istilah yang sering mengalami kerancuan makna, yaitu istilah
bandar (harbour) dan pelabuhan (port). Keduanya seringkali diartikan
sama padahal makna dari kedua intilah tersebut berbeda. Kalau bandar
(harbour, disebut juga pangkalan) adalah kawasan tempat berlabuh yang
terlindung dari gangguan oseanografis alam tempat berlabuhnya kapal-
kapal. Bangunan bandar hanya terdiri atas bangunan yang diperlukan untuk
melindungi perairan pelabuhan seperti pemecah gelombang, jetty dan
sebagainya.

Sementara pelabuhan (port) adalah daerah yang terlindung dari gangguan


alam seperti angin dan gelombang, tempat berlabuh dan bertambatnya
kapal-kapal untuk melakukan bongkar muat barang dan penumpang. Fasilitas
yang terdapat dalam pelabuhan lebih lengkap daripada di bandar,
didalamnya terdapat alat-alat bongkar muat muat seperti dermaga, keran,
gudang, gudang transito, cold storage, terminal, sarana transportasi
darat dan sebagainya. Selain itu pelabuhan juga memiliki sarana laut
yang lebih lengkap meliputi pemecah galombang, alur pelayaran, kolam
pelabuhan, dolphin, fender dan sebagainya. Jadi sangatlah jelas bahwa
pengertian bandar berbeda dengan pelabuhan, pelabuhan merupakan bandar
yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap utuk bongkar muat barang dan
penumpang.

Jika diartikan secara luas, pelabuhan bukan tempat berlabuh dan bongkar
muat saja, namun didalamnya juga terjadi kegiatan kegiatan penting
seperti pemungutan bea cukai, perdagangan, pelelangan, pengawasan
keamanan negara, administrasi pelayaran, pengurusan imigrasi dan
sebagainya. Bahkan karena sering disinggahi oleh kapal-kapal asing,
pelabuhan dan darah sekitarnya merupakan pusat pertukaran antar budaya.
Itulah sebabnya mengapa pada umumnya kota kota besar berada di pesisir
atau daerah sekitar pelabuhan.

Jenis Pelabuhan

Pelabuhan memiliki banyak sekali jenis dan fungsinya, tetapi secara


garis besar, pelabuhan dapat digolongkan menurut beberapa segi antara
lain:

1. Ditinjau dari segi penyelenggaraannya:

Pelabuhan umum, yaitu pelabuhan yang diselenggarakan untuk


kepentingan umum. Biasanya di Indonesia segala sesuatu yang
melingkupi hajat hidup orang banyak ditangani oleh pemerintah
dengan memberikan wewenang kepada badan usaha milik negara,
seperti Pelabuhan Indonesia I di Medan, Pelabuhan Indonesia II di
Jakarta, Pelabuhan Indonesia III di Surabaya dan Pelabuhan
Indonesia IV di Ujung Pandang.

Pelabuhan Khusus, Yaitu pelabuhan yang diselenggarakan atas dasar


kepentingan tertentu. Biasanya pelabuhan ini milik perusahaan yang
sangat membutuhkan pelabuhan sendiri khusus untuk kelancaran
kegiatan produksinya, seperti pelabuhan Semen Gresik, Pelabuhan
Pertamina, Pelabuhan LNG di Aceh dan sebagainya.

2. Ditinjau dari segi pengusahaannya.

Pelabuhan yang diusahakan, yaitu pelabuhan yang dikelola atas


dasar usaha (profit oriented) dengan memberikan fasilitas-
fasilitas kepada kapal kapal yang memasuki pelabuhan dengan
mengenakan biaya kepada kapal-kapal yang menikmatinya seperti sewa
berlabuh, sewa tambat, jasa pemanduan, jasa bongkar muat dan
sebagainya.

Pelabuhan yang tidak diusahakan, yaitu pelabuhan yang bersifat nir


laba (non profit oriented). Seluruh operasional kegiatan disubsidi
oleh pemerintah dan pengguna jasa pelabuhan tidak dikenakan uang
jasa, biasanya pelabuhan ini kecil dan dibawah pengelolaan Dirjen
Perhubungan Laut.

3. Ditinjau dari Fungsinya dalam Perdagangan Nasional dan Internasional.

Pelabuhan Laut, yaitu pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal


kapal asing, biasanya pelabuhan ini ramai dikunjungi oleh kapal-
kapal samudera.

Pelabuhan pantai, yaitu pelabuhan yang tidak diperuntukkan


disinggahi oleh kapal-kapal asing, hanya boleh disinggahi oleh
kapal domestik. Untuk kapal yang menyinggahi pelabuhan ini harus
mendapatkan izin terlebih dahulu.

4. Ditinjau dari Segi Penggunaannya.

Pelabuhan perikanan, yaitu pelabuhan yang khusus disediakan untuk


tempat berlabuh kapal-kapal penangkap ikan/nelayan.
Pelabuhan minyak, yaitu pelabuhan yang khusus disediakan untuk
kapal-kapal pengangkut minyak (tanker). Sarana pelabuhan ini
sangat spesifik, yaitu tersedianya jaringan pipa, pompa dan tanki-
tanki penampungan.

Pelabuhan barang, yaitu pelabuhan tempat bongkar muat kapal-kapal


barang, pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan niaga yang
didalamnya terdapat kegiatan ekspor/ import berupa barang-barang
potongan, biji-bijian, peti kemas dan sebagainya.

Pelabuhan Penumpang, pelabuhan ini berbeda dengan pelabuhan yang


lain karena fasilitas-fasilitas yang disediakan berbeda sama
sekali dengan pelabuhan barang. Pelabuhan ini mensyaratkan
fasilitas pelayanan dan kenyamanan penumpang juga kantor-kantor
pengurusan imigrasi.

Pelabuhan campuran, yaitu pelabuhan yang pemakaiannya terbatas


untuk penumpang dan barang, sementara untuk minyak dan ikan tetap
terpisah.

Pelabuhan militer, yaitu pelabuhan yang mempunyai daerah perairan


pelabuhan yang cukup luas sehingga memungkinkan pergerakan kapa-
kapal perang yang cepat. Pelabuhan militer dirancang untuk
pangkalan strategis sehingga jarang dijumpai peralatan bongkar
muat, bangunan-bangunan pelabuhan pun dipisahkan agak berjauhan.

5. Ditinjau Menurut Letak Geografis.

Pelabuhan alam, yaitu pelabuhan yang terlindung secara alami dari


gangguan ombak dan angin, pelabuhan ini biasanya terdapat di muara
sungai atau teluk yang memiliki ombak yang tidak begitu besar.

Pelabuhan buatan, yaitu pelabuhan yang dibuat di pesisir pantai


yang berbatasan langsung dengan laut. Untuk melindungi perairan
pelabuhan maka dibangun tanggul penahan gelombang dan dibuat alur
pelayaran.

Pelabuhan semi alam, yaitu pelabuhan yang merupakan perpaduan dari


kedua jenis diatas. Pelabuhan ini dibangun di daerah yang tertutup
secara alami dan dibangunkan pemecah gelombang dan alur masuk
pelabuhan untuk keluar masuknya kapal.
Dari pengenalan macam-macam pelabuhan tersebut, akan memudahkan teknis
pelaksanaan dalam perencanaan pelabuhan. Di berbagai negara, masih
banyak sekali macam-macam pelabuhan sesuai dengan kepentingan, kebutuhan
dan kemampuan negara-negara yang bersangkutan dalam mengelola serta
mengatur pelabuhan.

Beberapa contoh Pelabuhan

Pelabuhan Penumpang Pelabuhan Penyeberangan

Pelabuhan Peti Kemas Pelabuhan


Multipurpose

2.1.1. Kegiatan manajemen Konstruksi dan Investigasi Design

Menurut Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 69 Tahun 2001 Tanggal 17 Oktober


2001 Tentang Kepelabuhanan, pelabuhan pada umumnya membutuhkan
fasilitas-fasilitas pelabuhan sebagai berikut :

2.1.1.1. Rencana Peruntukan Lahan Untuk Penyediaan Kegiatan :

Fasilitas pokok, antara lain:

a. dermaga;
b. gudang lini 1;
c. lapangan penumpukan lini 1;
d. terminal penumpang;
e. terminal peti kemas;
f. terminal ro-ro;
g. fasilitas penampungan dan ppengolahan limbah;
h. fasilitas bunker;
i. fasilitas pemadam kebakaran;
j. fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun(B3);
k. fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SNP).

Fasilitas penunjang antara lain :

a. kawasan perkantoran;
b. fasilitas pos dan telekomunikasi;
c. fasilitas pariwisata dan perhotelan;
d. instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi;
e. jaringan jalan dan rel kereta api;
f. jaringan air limbah, drainase dan sampah;
g. areal pengembangan pelabuhan;
h. tempat tunggu kendaraan bermotor;
i. kawasan perdagangan;
j. kawasan industri;
k. fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, tempat rekreasi,
olah raga, jalur hijaudan kesehatan.)

2.1.1.2. Rencana Peruntukan Perairan Untuk Penyediaan Kegiatan :

Fasilitas pokok, antara lain :

a. alur pelayaran;
b. perairan tempat labuh;
c. kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal;
d. perairan tempat alih muat kapal;
e. perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang berbahaya;
f. perairan untuk kegiatan karantina;
g. perairan alur penghubung intra pelabuhan;
h. perairan pandu;
i. perairan untuk kapal pemerintah.

Fasilitas penunjang, antara lain :


a. perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang;
b. perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal;
c. perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar);
d. perairan tempat kapal mati;
e. perairan untuk keperluan darurat;
f. perairan untuk kegiatan rekreasi (wisata air).

Perencanaan Pelabuhan

Persyaratan dan Perlengkapan Pelabuhan

Pembangunan sebuah pelabuhan memerlukan biaya yang sangat besar. Oleh


karena itu perlu perencanaan yang matang dalam memperhitungkan dan
mempertimbangkan pembangunan suatu pelabuhan. Perencanaan harus bersifat
menyeluruh (terintegral) dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, politik,
teknis dan kelestarian ekosistem. Keempat aspek tersebut cukup penting
mengingat keterkaitan yang tidak dapat terpisahkan dari perencanaan
pembangunan pelabuhan. Tetapi biasanya yang paling penting adalah faktor
ekonomi karena pembuatan pelabuhan secara ekonomi harus layak, artinya
penghasilan yang diperoleh harus mampu menutupi biaya investasi/modal
maupun biaya pemeliharaan dan biaya operasional untuk jangka waktu
tertentu, serta untuk mendapatkan keuntungan.

Kebutuhan akan pelabuhan timbul untuk memenuhi beberapa hal dibawah ini:

1. Pembangunan pelabuhan yang didasarkan pada pertimbangan politik


seperti pelabuhan militer atau pangkalan strategis negara.

2. Pembangunan pelabuhan juga diperlukan untuk meningkatkan kegiatan


ekonomi didaerah sekitarnya dan untuk perdagangan antar pulau atau
antar negara (eksport/import) yang mendukung perkembangan kota
didekatnya atau negara.

3. Untuk mendukung kelancaran produksi suatu pabrik atau badan usaha,


maka diperlukan pelabuhan khusus seperti pelabuhan semen Gresik,
pelabuhan Pertamina dan sebagainya.

Pelabuhan dapat dikatakan sebagai gate of the state yang berarti gerbang
dari sebuah negara. Didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan bongkar muat
barang dan menaik-turunkan penumpang. Untuk bisa memberikan pelayanan
yang baik dan cepat, maka pelabuhan harus memenuhi beberapa persyaratan
berikut :
1. Adanya hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat
seperti jalan raya dan kereta api sehingga memperlancar arus
barang dari dan ke pelabuhan.

2. Pelabuhan berlokasi didaerah tempat konsentrasi penduduk dan


industri yang tinggi sehingga memperbesar peran pelabuhan.

3. Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup.

4. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus dapat membuang sauh


selama merapat di dermaga guna bongkar muat barang atau mengisi
bahan bakar.

5. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk mereparasi kapal-kapal


seperti bengkel, galangan kapal/dok dan sebagainya.

Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka pelabuhan pada umumnya


dilengkapi bangunan-bangunan seperti pemecah gelombang, alur pelayaran,
kolam palabuhan, dermaga, alat penambat, gudang, gedung terminal untuk
keperluan administrasi, fasilitas pengisian bahan bakar, fasilitas pandu
kapal, peralatan bongkar muat barang dan fasilitas-fasilitas lain untuk
keperluan penumpang dan anak buah kapal.

Survey Lokasi

Secara teknis pelabuhan merupakan salah satu bagian dari ilmu bangunan
maritim, dimana padanya dimungkinkan kapal-kapal belabuh atau bersandar
kemudian dilakukan bongkar muat. Pelabuhan dapat dibangun di suatu
teluk, daerah terlindung seperti muara atau sungai dan disebuah pantai
yang menghadap langsung ke laut lepas. Dari sudut teknis, maka dikenal
beberapa macam pelabuhan yaitu:

1) Pelabuhan alam (natural and protected harbour) adalah suatu daerah


yang menjorok kedalam (inlet) terlindung oleh suatu pulai, jazirah
atau terletak di suatu teluk, sehingga navigasi dan berlabuhnya
kapal dapat dilaksanakan.

2) Pelabuhan buatan (artificial harbour) adalah suatu daerah perairan


yang dibuat manusia sedemikian hingga terlindung dari ombak,
badai, arus dan pengaruh oseanografi lainnya yang memungkinkan
kapal dapat merapat dan melakukan bongkar muat dengan tenang.

3) Pelabuhan semi alam (semi natural harbour).


Setelah dilakukan peninjauan aspel ekonomi dan sosial politik,
selanjutnya perlu diadakan peninjauan faktor lokasi pelabuhan yang
meliputi:

A. Faktor Teknis

1. Tinjauan Topografi Geologi

Keadaan topografi pantai dan bawah laut merupakan pertimbangan


penting dalam proses pembangunan pelabuhan lebih lanjut. Faktor ini
harus memungkinkan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah
daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan
seperti dermaga, jalan raya, gudang, rel kereta api dan juga daerah
industri. Apabila daerah daratan sempit maka pantai harus cukup luas
dan dangkal untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan
pengerukan/reklamasi pantai. Jika topografi dasar laut tidak memenuhi
syarat untuk didirikan bangunan diatasnya sebab struktur tanah
terlalu lunak/berlumpur seperti daerah rawa, maka di tanah harus
direkayasa dengan menggunakan teknik-teknik tertentu seperti
penimbunan batu dan pasir, penanaman tiang tiang dan matras bambu
serta teknik injeksi uap panas untuk mengeraskan tanah.

Bangunan pelabuhan sangat erat kaitannya dengan karakteristik tanah


yang menjadi pemecahan utama masalah fondasi dan stabilitas bangunan.
Karakteristik dan struktur tanah sebagai pendukung bangunan
keseluruhan banyak ditentukan pada kekuatan tanah tersebut dan di
ukur sebagai tekanan tanah yang diijinkan. Jadi pada intensitas
pembebanan maksimum peritungan harus didasarkan pada:

o Daya tekan tanah maksimal.

o Penurunan bangunan yang direncanakan.

o Secara struktural, bangunan tersebut harus dapat memikul gaya gaya


yang timbul, yaitu gaya lateral dan vertikal dalam tanah sehingga
tidak merusak bangunan.

Intensitas pembebanan netto adalah perbedaan antara :

o Intensitas tekanan awal tanah pada taraf (niveau) fondasi yang


bersangkutan sebelum adanya bangunan.

o Total intensitas tekanan akhir tanah pada saat bangunan sudah


didirikan dan dimuati.
Kapasitas daya dukung ultimat (the ultimate bearing capacity) adalah
nilai intensitas pembebanan netto pada saat dimana tanah tergeser,
disebabkan gaya geser yang terjadi akibat kekuatan tekan tanah
maksimal. Berikut ini klasifikasi jenis tanah dengan pembagian utama
sebagai berikut:

berangkal (bolder)
kerakal (cobbles)
kerikil (gravel)
pasir (sand)
lanau (silt)
lempung (clay)
gambut (peats)

2. Tinjauan Sedimentasi.

Pelabuhan harus dirancang sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang


terjadi sekecil mungkin, bahkan kalau bisa tidak ada. Karenanya perlu
peninjauan masalah sedimentasi dalam perencanaan pelabuhan.

Sedimentasi merupakan proses yang tidak dapat dihindari karena air


laut dapat mengangkut partikel sedimen ke segala arah. Namun proses
sedimentasi dapat diantisipasi untuk memperkecil pengendapan di
pelabuhan. Proses erosi dan sedimentasi tergantung pada sedimen dasar
dan pengaruh hidrodinamika arus dan gelombang. Jika dasar laut
terdiri atas material yang mudah bergerak, maka gelombang akan
mengerosi dan membawa sedimen searah dengan arus. Sedimen yang
dipindahkan tersebut bisa berupa bed load (menggelinding, menggeser
dibawah laut) seperti pasir atau melayang untuk sedimen suspensi
lumpur. Apabika kecepatan arus berkurang, maka arus tidak mampu lagi
mengangkut sedimen sehingga akan terjadi sedimentasi di daerah
tersebut.

Cara menanggulangi atau memperkecil sedimentasi antara lain:

Mengetahui arah arus dan gelombang yang memotong, mencapai


pantai dan arah arus setelah mencapai pantai di sekitar
pelabuhan.
Membuat pemecah gelombang yang panjang agar sedimen tersuspensi
mengendap di bagian luar mulut pelabuhan dan sedimentasi di
mulut pelabuhan kecil. Pemecah gelombang harus di desain
sedemikian rupa sehingga sedimen sulit masuk ke pelabuhan.
Melakukan pengerukan secara berkala.

3. Tinjauan Gelombang Dan Arus

Dalam perencanaan suatu pelabuhan harus memperhatikan aspek gelombang


dan arus. Mulut pelabuhan diupayakan agar tidak menghadap langsung ke
arah datangnya ombak sebab energi gelombang dapat masuk dan
mengganggu aktuvitas bongkar muat. Sementara itu mulut pelabuhan juga
diusahakan tidak menghadap arus karena akan mengakibatkan sedimentasi
secara cepat sehingga akan mempertinggi biaya operasional
pemeliharaan.

Oleh sebab itu dibuat pemecah gelombang untuk menahan energi


gelombang agar tidak masuk ke dalam pelabuhan. Sementara itu mulut
pelabuhan tidak dijulurkan menghadang ombak secara langsung, tetapi
sedikit menyerong /memotong arus sehingga diusahakan sedimentasi yang
terjadi sekecil mungkin.

4. Tinjauan Kedalaman Air.

Kedalaman laut sangat berpengaruh terhadap perencanaan pembangunan


pelabuhan. Di laut yang mengalami pasang surut, variasi muka air
kadang-kadang cukup tinggi. Biasanya tinggi pasang surut yang
kurang dari 5 meter masih dapat dibuat pelabuhan terbuka. Bila
pasang surut lebih dari 5 meter, maka terpaksa dibuat suatu
pelabuhan tertutup yang dilengkapi dengan pintu air untuk
memasukkan dan mengeluarkan kapal. Di sebagian besar perairan
Indonesia tinggi pasang surut tidak lebih dari 2 meter sehingga
masih memungkinkan untuk dibuat pelabuhan terbuka.

Pada umumnya kedalaman dari dasar kolam pelabuhan ditetapkan


berdasarkan sarat maksimum (maximum draft) kapal yang bertambat
dengan jarak aman (clearance) sebesar 0,8-1,0 meter dibawah lunas
kapal. Jarak aman ini ditentukan berdasarkan ketentuan operasional
pelabuhan (penambatan kapal dengan/tanpa kapal tunda) dan
konstruksi dermaga. Taraf dermaga ditetapkan antara 0,5 1,5 m.
Diatas MHWS sesuai dengan besarnya kapal.
Kedalaman air ditentukan pada frekuensi kapal-kapal dengan ukuran
tertentu yang masuk ke pelabuhan. Jika kapal-kapal besar masuk ke
pelabuhan sekali dalam beberapa hari, maka kapal tersebut hanya
boleh masuk pada waktu air pasang. Sedangkan kapal-kapal kecil
dapat masuk ke pelabuhan setiap saat.

B. Aspek Bina Pengusahaan

Dari segi manajemen pelabuhan (bina pengusahaan), pengaturan (prosedur)


kegiatan-kegiatan sejak kedatangan kapal, bongkar muat, keberangkatan
dan hubungan pelabuhan dengan daerah-daerah lain disekitarnya harus
dikelola secara efisien. Pengusahaan pelabuhan harus dapat menghasilkan
secara finansial segala biaya pembangunan (investasi) dan
pengoperasiannya dapat ditutup dari hasil pendapatan selama periode
tertentu. Jangka investasi biasanya dihitung selama 30 sampai 50 tahun
sehingga biaya penyusutan pun dapat dipikul. Pendapatan (revenue)
dikelola dengan sistem tarif jasa pelabuhan. Karena masa pengembalian
investasi yang panjang (low yielding) inilah, umumnya pengelolaan
pelabuhan umum di Indonesia ditangani oleh pemerintah.

Klasifikasi pelabuhan dilihat dari jasa yang diberikan dapat dibagi atas
tiga golongan :

Golongan a , ditinjau dari pemungutan jasa-jasa.

1) Pelabuhan yang diusahakan, ialah pelabuhan dalam pembinaan


pemerintah yang sesuai kondisi, kemampuan dan pengembangan
potensinya diusahakan sesuai dengan azas hukum perusahaan.
2) Pelabuhan yang tidak diusahakan, ialah pelabuhan dalam
pembinaan pemerintah yang kondisi,kemampuan dan pengembangan
potensinya masih menonjol sifat overheid-zorg.
3) Pelabuhan otonom, adalah pelabuhan yang kewenangannya
diserahkan untuk diatur secara mandiri.
Golongan b , ditinjau dari jenis perdagangan.

1) Pelabuhan laut, merupakan pelabuhan yang terbuka untuk segala


jenis perdagangan dalam dan luar negeri yang menganut undang-
undang pelayaran Indonesia.

2) Pelabuhan pantai, ialah pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan


dalam negeri.
Golongan c , ditinjau dari jenis pelayanan kepada kapal dan
muatannya.

1) Pelabuhan utama (major port) yaitu pelabuhan yang melayani


kapal-kapal besar dan membagi/mengumpulkan muatan.

2) Pelabuhan cabang (feeder port) yaitu pelabuhan yang melayani


kapal-kapal kecil dan mendukung pelabuhan utama.

C. Aspek Bentuk, Ukuran Dan Fungsi Pelabuhan

Ukuran dan bentuk pelabuhan didasarkan pada jumlah dan ukuran kapal yang
berlabuh. Hal ini berhubungan dengan besar kolam putar (turning basin)
yang menentukan luas minimum pelabuhan, yaitu luas kolam putar ditambah
dermaga yang besarnya juga sesuai dengan besar dan jumlah kapal.

Untuk kolam putar, ukuran ruang optimum adalah berdiameter empat kali
panjang kapal terpanjang yang berlabuh dan ukuran minimumnya harus
mempunyai diameter 20% lebih panjang dari panjang kapal terbesar yang
berlabuh. Semakin lebar kolam putar akan semakin mempermudah
pengoperasian kapal , sementara untuk kolam putar yang minimum sangat
sulit dilakukan kecuali dengan bantuan titik/ poros tetap seperti
dolphin atau penambat dermaga, pelampung atau jangkar.

Bentuk pelabuhan harus sesuai dengan fungsi dan kondisi pelabuhan serta
jenis kapal yang singgah. Beberapa pelabuhan memiliki dermaga terpisah
yang tegak lurus terhadap alur pelayaran dan pemecah gelombang, namun
ada beberapa pelabuhan lain memiliki dernaga menjadi satu dengan pemecah
gelombang disamping dermaga utama. Biasanya dermaga ini digunakan kapal
sebagai tempat penantian kapal menunggu giliran berlabuh di dermaga
utama.

Perencanaan pelabuhan tidak lepas dari fungsi perencanaan pelabuhan yang


akan dibangun. Secara garis besar pelabuhan dapat digolongkan menjadi 3:

- Pelabuhan terminal penumpang, pelabuhan ini harus dirancang


berikut fasilitas-fasilitas penumpang sehingga memberikan
pelayanan dan kenyamanan kepada penumpang.
- Pelabuhan terminal barang, pelabuhan ini harus direncanakan untuk
dapat menunjang kelancaran bongkar muat barang secara efisien
dengan fasilitas-fasilitas seperti keran, fork lift truck, kereta
barang, perahu-perahu (lighters) dan sebagainya, juga perlu
dilengkapi pipa-pipa dan pompa untuk melayani kapal-kapal yang
memuat barang curah dan cair.
- Pelabuhan industri, pelabuhan ini dikelola oleh sebuah perusahaan
dengan tujuan dapat meningkatkan produksi serta mempermudah
transportasi sehingga biaya dapat ditekan seefisien mungkin.
Fasilitas yang dibangun cukup sebatas peralatan yang diperlukan
untuk produk industri tersebut seperti jaringan pipa dan tanki
pada pelabuhan milik Pertamina dan keran khusus pada pelabuhan
perusahaan semen.

D. Jenis kapal

Panjang, lebar, sarat (draft) dan jenis kapal berhubungan langsung


dengan perencanaan pelabuhan . tiap kapal memiliki karakteristik
tersendiri dalam menangani muatannya. Muatan ini dapat berbentuk gas,
cair dan padat. Bentuk teknis kapal disesuaikan dengan jarak dan besar
muatan. Penanganan muatan (cargo handling) menentukan ciri khas dari
pelayanan dermaga yang mencakup karakteristik dan fasilitas pelabuhan.

Biasanya untuk mengenal macam-macam ukuran kapal yang menjelaskan


dimensi kapal, digunakan istilah yang mengartikan kapasitas angkut
seperti :

Dead weight tonnage (DWT, bobot mati) yaitu berat maksimum muatan
yang dapat diangkut kapal dalam keadaan pelayaran optimal (draft
maximum). DWT ini merupakan selisih antara displacement tonnage
(DPL, ukuran isi tolak) merupakan volume air yang dipindahkan sama
dengan berat kapal dikurangi displacement tonnage loadded ( berat
kapal maksimum) yaitu berat kapal yang bila masih dimuati lagi
akan mengganggu stabilitas kapal yang memperbesar kemungkinan
kapal tenggelam. Ukuran isi tolak dalam keadaan kosong disebut
displacement tonnage light, yaitu berat kapal tanpa muatan, dalam
hal ini termasik didalamnya perlengkapan berlayar, bahan bakar,
anak buah kapal dan sebagainya.
Gross register tons (GRT, ukuran isi kotor) atau biasanya cukup
disingkat GT (gross tonnage), adalah volume keseluruhan ruang
kapal (1 GRT = 2,83 m3 = 10 ft).
Netto register tons (NRT, ukuran isi bersih) adalah ruangan yang
disediakan untuk muatan dan penumpang. Besarnya sama dengan GRT
dikurangi ruangan-ruangan yang disediakan untuk nahkoda dan ABK,
ruang mesin, gang, kamar mandi, dapur, ruang peta.
Sarat (draft) ialah bagian kapal yang terendam air dalam keadaan
maksimum, atau jarak antara garis air pada beban yang direncanakan
(designed load water line) dengan titik terendah lunas kapal.
Panjang total (length overall, Loa) adalah panjang total ekstrem
dari ujung depan (haluan) sampai ujung belakang (buritan).
Panjang garis air (length between perpendiculars, Lpp) adalah
panjang kedua titik designed load water line pada titik
perpotongan haluan dan poros kemudi.
Lebar kapal (beam) adalah maksimum antara dua sisi kapal
.Selain dimensi kapal, karakteristik kapal seperti tipe dan fungsinya
sangat berpengaruh terhadap perencanaan pelabuhan. Beberapa tipe kapal
dapat dibedakan sebagai berikut:
Kapal penumpang, merupakan transportasi yang mengangkut penumpang
untuk tujuan antar pulau. Di Indonesia, kapal penumpang merupakan
kebutuhan vital mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan
dengan taraf hidup penduduknya yang relatif rendah sehingga peran
transportasi laut amat utama dibandingkan transportasi udara.
Kapal barang, kapal ini khusus dibuat untuk transportasi barang
baik lintas pulau maupun lintas negara. Kapasitas angkut yang
besar dengan biaya yang rendah membuat kapal hingga saat ini
dipilih eksportir/ importir untuk mengirimkan barangnya. Kapal ini
dapat dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan jenis barang
yang diangkut sepeti biji-bijian, barang-barang yang dimasukkan
dalam peti kemas (container) dan benda cair seperti minyak, gas
alam, bahan kimia dan sebagainya.
Kapal-kapal kecil, yang meliputi kapal khusus (seperti kapal
patroli, kapal perintis) dan kapal rakyat (seperti kapal layar,
kapal penangkap ikan).

Definisi Bagian Dari Dimensi Kapal


Keterangan :

Loa : Length over all (panjang keseluruhan)

Lpp : length between prependicular

Jenis Kapal dan Karakteristik Kapal

Untuk merealisir suatu pelabuhan, maka minimal ada tujuh data-data pokok
yang sangat dibutuhkan dengan urutan kegiatan yaitu:

a. Asal dan tujuan muatan (origin and desmation; O/D)

b. Klimatologi, meliputi angin, pasang surut, sifat air laut.

c. Topografi, geografi, struktur tanah.

d. Rencana pembiayaan, ukuran-ukuran keberhasilan secara ekonomis


dilihat dari segi investasi.

e. Pendayagunaan modal ditinjau dari segi operasional, terutama dalam


penanganan muatan (cargo handling).
f. Kaitan pelabuhan dengan jenis kapal yang menyinggahinya dan sarana
/ prasarana angkutan lain yang mendukung kegiatan di pelabuhan
berikut daerah pendukung secara keseluruhan (komprehensif).

g. Kaitan pelabuhan dengan pelabuhan lainnya dalam rangka lalu lintas


dan sistem jaringan guna mendukung perdagangan.

Ketujuh data pokok tersebut kemudian dijadikan dasar-dasar yang harus


diusahakan saling terkait agar rencana dasar pelabuhan (port master
plan) tersebut secara keseluruhan adalah layak. Kemudian dapat
menelorkan suatu rancangan teknis dengan berbagai alternatifnya untuk
dipilih alternatif terbaik yang paling menguntungkan sebagai acuan
pelaksanaan pembangunan.

A. Pekerjaan Survey Hydro-Oceanografi


1. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pekerjaan survey ini terutama untuk
mendapatkan gambaran tentang:konfigurasi dasar laut di sekitar lokasi
rencana pembangunan Pelabuhan.
o Kedudukan pasang surut,
o Kecepatan dan arah arus pada saat Spring Tide dan Neap Tide

2. Prosedur Pelaksanaan Pemetaan Bathymetri


Peralatan
Echosounder berupa alat perum gempa (Raytheon atau sejenis)
dengan kertas grafis sebagai pencatat dan jarum pemanas sebagai
penindas,
Kapal atau boat kecil,
Alat ukur optis (theodolit Wild T2 atau sejenis) atau peralatan
positioning yang lebih modern (GPS)
Handy Talki

Pelaksanaan Pekerjaan
Koordinat-koordinat titik-titik dalam peta bathymetri harus
menggunakan koordinat geografis kecuali bila lokasi survey
tidak terdapat BM koordinat nasional dari Bakosurtanal atau
UTM.
Semua perhitungan pekerjaan triangulasi maupun poligon harus
dilampirkan dalam laporan.
Pengukuran jarak basis lebih dari 200 meter diukur dengan alat
ukur optis GPS/ Total Station/ Theodolit Digital.
Kedalaman diukur dengan alat perum gema (Echosounder) Raytheon
atau sejenis dengan ketelitian yang sama
Bidang surutan yang dipakai adalah 0,00 LWS
Semua kertas echosounder hasil pengukuran dan data asli di
lapangan harus dilampirkan dalam laporan
Posisi sounding ditentukan dengan cara gabungan jalur arah dan
jarak dengan menggunakan mengukur sudut elektronis/ theodolit.
Bila ada areal di dekat garis pantai yang tidak dapat
disounding, maka kedalamannya akan diukur dengan bandul
pengukur hand-load disipat datar/ leveling dari darat.
Selama pekerjaan sounding kecepatan kapal akan tetap
dipertahankan konstan dan dalam satu jalur echosounder tetap
diaktifkan.
Haluan perum/ sounding diusahakan tegak lurus pantai, untuk
pengontrolan kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan
cara sounding silang minimum 5 jalur.
Peta bathymetri dibuat di atas kertas kalkir tahan air
(drafting film dan selalu menghadap utara)
Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur max 10
m.
Jarak antara lajur sounding adalah 25 m

Dalam peta yang akan disajikan harus memperhatikan atau


menggambarkan keadaan-keadaan penting seperti:
a) Garis kedalaman
Untuk peta bathymetri, kontur yang ditarik adalah: 0, -1, -
2, -3, -4, -5, -6, -7, -8, -10, -15, -20, dst.
Garis pantai dibuat lebih tebal, agar terlihat beda antara
daratan dan pantai
Di dalam peta supaya dicantumkan harga LWS terhadap MSL

3. Prosedur Pelaksanaan Pengukuran Pasang Surut


Peralatan:
Pengukuran pasang surut harus mempergunakan peralatan Tide Gauge

Pengamatan Pasang Surut:


Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk menentukan
kedudukan air tertinggi, duduk tengah dan air terendah yang
dicapai maupun kedudukan LWS
Pengamatan/ pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimal
selama 15 hari terus menerus dengan interval 20 menit, mulai jam
00.00 pada hari pertama dan terakhir pada jam 24.00 hari ke 15
(atau 24 jam x 15 hari)
Analisis Data:
Untuk perhitungan-perhitungan konstanta harmonis, duduk tengah,
air tinggi yang dapat dicapai maupun LWS mempergunakan metode
admiralty agar diurutkan sebagai berikut:
Rumus umum yang dipakai dalam perhitungan
Perhitungan konstanta harmonis dan elevasi duduk tengah (DT)
atau MSL
Perhitungan perbedaan pasang surut
Sketsa urutan tiap elevasi air untuk LWS, MSL (DT), HWS (AT)
yang dapat dicapai berdasarkan perhitungan.

4. Prosedur Pengukuran Arus


Peralatan:
Pengukuran arus harus mempergunakan peralatan:
Alat ukur baling-baling atau current meter
Perahu motor atau boat
Pelaksanaan:
Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan
interval waktu 30 menit dan dilakukan pada saat pasang
tertinggi (spring tide) dan pasang terendah (neap tide) pada
bulan yang sama
Posisi pengamatan arus adalah 0,2 d, 0,6 d, dan 0,8 d dari
permukaan air (d adalah kedalamn lokasi pengamatan)
Analisis Data
Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta bathymetri dan hasil
pengamatan arus dilampirkan dalam bentuk:
Grafik yang memperlihatkan hubungan antara pergerakan pasang
surut dan kecepatan arus serta arah arus.
Grafik arah dan kecepatan arus pada tiap kedalaman
pengukuran
B. Pekerjaan Penyelidikan Tanah

1. Maksud dan Tujuan


Hasil pekerjaan penyelidikan tanah ini dimaksudkan sebagai data
yang akan dipergunakan untuk melaksanakan konstruksi yang akan
dibangun di lokasi yang bersangkutan, hasil tersebut harus memadai
sebagai bahan analisa perencanaan dan perhitungan:
a. Perencanaan sistem pondasi
b. Analisa daya dukung (bearing capacity) untuk deep dan shallow
foundation
c. Analisa penurunan/ settlement
d. Analisa perbaikan tanah/ soil improvement

2. Datum dan Bench Mark


Semua ukuran kedalaman air, pengeboran, penyondiran, dan elevasi
tinggi permukaan tanah dan lain-lain harus ditera dalam detum
+0,00 MSL, penentuan elevasi datum dapat diambil dari BM yang
sudah ada atau bangunan-bangunan/ benda-benda lain yang sudah
diketahui elevasinya.

Peralatan
Peralatan pokok, kapasitas mesin bor 50 meter harus mampu menembus
lapisan tanah keras sedangkan peralatan bantu yang dipakai untuk
pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan dan ukuran seperti yang
akan diuraikan lebih lanjut di bawah ini, alat-alat harus dalam
keadaan baik tidak rusak maupun cacat sehingga dapat memenuhi
hasil pekerjaan, untuk pekerjaan pengeboran di laut dipergunakan
platform, konstruksi alat bantu ini harus sedemikian rupa sehingga
mampu menerima dan menahan beban pelataran dan pekerja di atasnya
dan platform kayu/ dek kerja ukuran 4 x 8 m. dalam segala hal
tidak diperkenankan memakai pontoon di dalam melakukan pengeboran
ini.

Metode Pelaksanaan
Pekerjaan Boring
Pekerjaan lapangan akan dilaksanakan mengikuti ASTM (American
Standard for Testing Material), pengeboran dilakukan sampai
kedalaman 30 meter dari dasar laut dengan pengambilan contoh tanah
tidak terganggu dan pelaksanaan SPT, setiap interval 2 meter (SPT
pertama kali dilaksanakan pada kedalaman 1 meter dari dasar laut),
pelaksanaan SPT dihentikan setelah harga SPT lebih besar 60
sebanyak tiga kali untuk penurunan berturut-turut setinggi 30 cm
sampai dengan ketebalan minimal 5 meter, sedangkan pengeborannya
sendiri tetap dilakukan sampai 30 meter dari dasar laut, apabila
sampai pada kedalaman 30 meter dari dasar laut belum didapati
lapisan tanah keras (SPT > 60) maka konsultan harus segera
melaporkan kepada pemberi tugas untuk mendapatkan petunjuk lebih
lanjut. Sebelum pelaksanaan pengeboran dimulai, semua peralatan
yang akan dipergunakan dalam pekerjaan tersebut harus sudah
dipersiapkan terlebih dahulu di tempat sehingga pelaksanaan dapat
berjalan lancar. Pengeboran dilakukan dengan alat bor mesin
(boring machine) yang mempunyai kemampuan dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Kapasitas mesin 50 meter, lobang bor yang terjadi sewaktu
pengeboran harus dilindungi dengan casing agar tidak tidak
terjadi kelongsoran-kelongsoran sehingga diperoleh hasil
pengeboran yang baik dan teliti.
2) Diesel engine kapasitas cukup besar
3) Water pump dengan diameter minimal 97 mm dan drilling rod
(4,50 cm)
4) Tabung sample panjang 50 cm dan diameter 7,5 cm
5) Piston dan piston rod untuk keperluan pengembalian undisturbed
sample

Data-data dari hasil pekerjaan lapangan


Dari setiap pengeboran harus dilakukan pencatatan pelaksanaan
pekerjaan terutama masalah teknis lapangan yang terjadi/ ditemui,
hasil pekerjaan lapangan tersebut dituangkan ke dalam borlog yang
menggambarkan:
1) Elevasi muka tanah
2) Number of blow standard penetration test dan kedalamannya
(dalam angka dan grafik)
3) Kedalaman tanah dari mana undisturbed sample diambil
4) Elevasi lapisan batas atas dan bawah dari setiap perubahan
lapisan tanah yang ditemui selama pengeboran
5) Diskripsi jenis tanah untuk tiap interval kedalaman
Undisturb Sampling
Untuk setiap interval kedalaman 3 meter diambil undisturbed dan
untuk pertama kalinya diambil sample dari kedalaman 4 meter dari
muka tanah yang bersangkutan, tabung contoh tanah (tube sample)
yang disyaratkan adalah seamlese/ tube sampler ukuran OD 3 inch
dan ID 2 7/8 inch (ID=Internal Diameter, OD=Outer Diameter), tebal
tabung 1/16 inch dengan panjang 50 cm, tabung yang dipakai type
fixed piston sample tersebut dari baja atau kuningan.
Tabel Tabung:
Baja = 1,5 + 0,1 mm
Kuningan = 2 + 0,1 mm dan ID = 75 + 0,5 mm
Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas harus dipenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Degree of disturbance = A(%) =\d<= 10%
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada waktu pengambilan
contoh tanah adalah:
1) Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah tabung diputar 360
derajat untuk melepaskan tabung bersama isinya cari tanah
dan kemudian diangkat keluar dari dalam tabung.
2) Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan
ruangan ini kemudian diberi paraffin panas sebagai penutup
dan pelindung tanah dalam tabung, tebal paraffin pada bidang
bawah minimum 3 cm.
3) Pengangkutan sample harus dilakukan hati-hati, sedapat
mungkin test dilakukan pada laboratorium yang dekat jaraknya
dengan lokasi pengeboran (bila memungkinkan)

Standard Penetration Test (SPT)


Pelaksanaan SPT pertama kali pada kedalaman -1 m dari seabed, SPT
kedua dan selanjutnya mulai setelah pengambilan undisturbed sample
pada kedalaman -4 m dari seabad (interval 3 m).
Keterangan-keterangan yang harus dipenuhi adalah:
1) Tabung SPT harus mempunyai ukuran OD 2 inch, ID 1 3/8 inch,
panjang 24 inch split spoon sample type.
2) Perhitungan dilakukan sebagai berikut:
Tabung SPT ditekankan ke dalam dasar lobang sedalam 15
cm;
untuk setiap interval 10 cm
3) Tabung diangkut ke permukaan tanah kemudian split spoon
sampler dibuka. Slauge yang terdapat dalam tabung harus
dibuang, kemudian terhadap sample diadakan klasifikasi.
Berdasarkan unified soil classification yang akan
dipergunakan untuk menyusun soil description atau lithology.
Bilamana dibutuhkan, tanah tersebut dapat dipakai untuk
laboratorium test yang tidak membutuhkan undisturbed. Untuk
itu sample harus dimasukkan dalam kantong plastik yang
ditutup dengan baik dan diberi identitasnomor boring dan
kedalamannya.

Percobaan SPT dihentikan setelah didapatkan harga SPT 60 sebanyak


3 (tiga) kali berturut.

Laboratorium Test
Atas masing-masing contoh tanah yang diperoleh dari pengeboran,
konsultan harus melakukan serangkaian percobaan-percobaan di
laboratorium untuk mendapatkan index dan physical properties.
Prosedur pelaksanaan percobaan harus mengikuti standard ASTM, dan
ladam pelaksanaannya harus dijaga agar contoh tanah (sample) tidak
menjadi disturb/ terganggu pada waktu mengeluarkan sample tube dan
pada waktu pembentukan speciment.
Dari tiap-tiap tabung sample, diadakan macam-macam percobaan
seperti disebut di bawah ini.
Testing yang harus dilakukan meliputi:
1. Grain size analysis dan atau hydrometer test D21/58, D
422/63.
2. Water content (Wt) undisturb sample D 2216/17.
3. Specific Grafity (GS).
4. Attenberg limit (khusus untuk tanah yang cohesive disturbed
sample) D 854.
5. Bulk density dan dry density untuk disturbed dan undisturbed
sample D.423/66, D.424/59.
6. Unit weight dari undisturbed sample D. 2937/71.

C. Pembuatan Desain
Lingkup pekerjaan
1. Penentuan dan penataan lay-out
Penentuan lay-out diperlukan untuk mengatur tata letak di wilayah
perairan pelabuhan agar operasional dapat berjalan lancar, efisien
dan aman.
Kedalaman perairan harus disediakan minimal -5 m LWS, untuk kapal
ukuran yang disesuaikan dengan hasil temuan lapangan pihak
konsultan.
Output yang dihasilkan meliputi:
Inventarisasi permasalahan lapangan yang ada;
Penyusunan perkiraan lalu lintas kapal yang akan melalui
Pelabuhan ini di masa mendatang;
Menentukan konstruksi break water;
Menata lay-out fasilitas perairan pelabuhan secara
keseluruhan.

2. Perhitungan konstruksi
Untuk perencanaan Break Water, penetapan alternatif sistem harus
didasarkan pada pertimbangan biaya pembangunan yang paling
menguntungkan dan kekuatan bangunan Break Water meliputi:
Berat sendiri konstruksi Break Water;
Beban hidup (merata) dan beban bergerak (terpusat);
Beban gempa;
Beban karena pengaruh cuaca : terutama uplift gelombang, angin
dan arus.

Data kedalaman laut, pasang surut dan bobot kapal digunakan


sebagian besar untuk perencanaan termasuk penentuan elevasi Break
Water, kedalaman lokal dan alur, letak dan panjangnya.
Data kondisi tanah digunakan untuk perencanaan beberapa besaran
seperti:
Daya dukung tanah dan tiang pancang, dan perhitungan consolidation
settlement (bila dibutuhkan).
Sistem pelaksanaan pembangunan fasilitas Pelabuhan yang dibutuhkan
berkaitan dengan sistem struktur, sistem podasi dan kondisi
lapangan, terkait dengan:
Peralatan;
Mobilitasi;
Logistik.
Konsultan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di
bawah ini sebagai suatu kesatuan pekerjaan dengan menggunakan
data-data dari desain Break Water prototype, hasil bathymetri, dan
penyelidikan tanah serta data-data sekunder, yaitu mencakup:
a Tata letak fasilitas perairan Pelabuhan Laut yang
direncanakan;
b Sistem struktur bangunan dan fasilitas Pelabuhan
lainnya;
c Bahan bangunan yang akan digunakan dan sumber
materialnya;
d Perencanaan sistem pondasi;
e Menyusun dokumen tender dan gambar-gambar perencanaan
standard.

3. Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) harus memiliki bentuk sruktur


tabel, tetapi seluruh kolom ada isinya dan bukan untuk keperluan
dokumen tender melainkan disimpan dan dirahasiakan hanya untuk
bouwheer (pemilik proyek).

4. Gambar Rencana
Gambar pelaksanaan harus dapat memberi pedoman kepada pelaksana
dalam mewujudkan konstruksi yang direncanakan. Pedoman tersebut
antara lain menyangkut: posisi konstruksi, dimensi konstruksi,
volume konstruksi, elevasi konstruksi, tahap pelaksanaan, dll.
Gambar pelaksanaan meliputi:
a. Gambar lay-out (dilengkapi dengan garis kontur, arah
mata angin, skala, posisi BM, dll);
b. Gambar denah struktur, mengikuti kewajaran denah
bangunan tersebut;
c. Gambar potongan memanjang dan melintang;
d. Gambar detail;
e. Dalam gambar pelaksanaan dilampirkan data: grafik
pasang surut, statigrafi tanah, dan peta bathymetri.

Anda mungkin juga menyukai