Anda di halaman 1dari 18

TUGAS ASKEB KOMUNITAS

MASALAH DI KOMUNITAS DENGAN KEMATIAN IBU DAN BAYI


(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Askeb Komunitas)

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Elsa Elfrida Kusuma
Ike Bana Meika
Vivian Anggraini
Yofer Teva

AKADEMI KEBIDANAN PAMENANG


Jl. Soekarno-Hatta 15 Bendo PareTelp. (0354)393102
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
BAB I
PEMBAHASAN

A. Definisi AKI dan AKB


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan kematian wanita sewaktu hamil,
melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak
tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang
berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara
kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya. (Sarwono,2002:22)
Kematian maternal didefinisikan sebagai setiap kematian ibu yang terjadi
pada waktu kehamilan, melahirkan, atau dua bulan setelah melahirkan atau
penghentian kehamilan.
Kematian maternal juga didefinisikan sebagai proporsi kematian pada
wanita usia reproduktif atau proporsi kematian pada semua wanita di usia
reproduktif yang disebabkan oleh penyebab maternal.
Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal
di umur antara lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup.
Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) ialah jumlah kematian
perinatal dikalikan 1000 dan kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir
hidup dan lahir mati pada tahun yang sama. (Sarwono,2002:786).

B. Tingkat Kematian Maternal dan perinatal


1. Kematian maternal (AKI)
Di Negara maju angka kematian maternal berkisar antara 5-10 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara sedang berkembang
berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat
kematian maternal di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000
kelahiran hidup. (Sarwono,2002:23)
Estimasi AKI Maternal Indonesia pada tahun 2002-2003 sebesar 307
kematian per 100.000 kelahiran. Di tahun 2007 AKI turun menjadi 228
per 100.000 kelahiran hidup). (Survei Demografi dan Kesehatan).

2. Kematian Perinatal (AKB)


Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)
berturut-turut tahun 1997, 2002- 2003 dan 2007, AKB Indonesia
adalah 46, 35 dan 34 per 1000 kelahiran hidup.

C. Penyebab Kematian Maternal dan Perinatal


1. Kematian Maternal (AKI)
1) Faktor reproduksi meliputi :
a. Usia
Usia paling aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30
tahun.
b. Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal.
c. Kehamilan tidak di inginkan

2. Komplikasi obstetric
a. Perdarahan pada abortus
Perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan trimester I
umumnya disebabkan oleh abortus, dan hanya sebagian kecil
saja karena sebab-sebab lainnya.
b. Kehamilan ektopik
Penyakit radang panggul, penyakit hubungan seksual atau
infeksi pada paska abortus sering merupakan factor predisposisi
pada kehamilan ektopik.
c. Perdarahan pada kehamilan trimester III
Penyebab utama perdarahan ini adalah plasenta previa dan
solusio plasenta.
d. Perdarahan post partum
Disebabkan oleh atonia uteri atau sisa plasenta sering
berlangsung sangat banyak dan cepat. renjatan karena
perdarahan banyak segera akan disusul dengan kematian
maternal, jika masalah ini tidak dapat di atasi secara cepat dan
tepat oleh tenaga yang terampil dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memadai.
e. Infeksi nifas
Terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan
syarat-syarat asepsis-antisepsis, partus lama, ketuban pecah dini
dan sebagainya.
f. Gestosis
Primipara dan gravida pada usia 35 tahun merupakan kelompok
resiko tinggi untuk gestosis.
g. Distosia
Panggul kecil, persalinan pada usia sangat muda, kelainan
presentasi janin, letak lintang dapat menyebabkan timbulnya
distosia.
h. Pengguguran kandungan
Pengguguran kandungan secara illegal, merupakan penyebab
kematian maternal yang penting. Sisa jaringan, serta tindakan
yang tidak steril serta tidak aman secara medis akan berakibat
timbulnya perdarahan dan sepsis.
3. Faktor-faktor pelayanan kesehatan
a) Kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal
b) Pelayanan yang kurang baik
c) Kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa.

D. Penyebab Kematian Perinatal


1. Infeksi
2. Asfiksia neonatorum
3. Trauma kelahiran
4. Cacat bawaan/kelainan kongenital
5. Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan dismaturitas
6. Imaturitas.

E. Upaya Memperbaiki AKI dan AKB dalam pemerintah


1) AKI
a) Pencegahan
1. Keluarga berencana.
Jika para ibu yang tidak ingin hamil lagi dapat memperoleh
pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana yang diharapkan, maka
akan berkuranglah prevalensi abortus provokatus serta prevelensi
wanita hamil pada usia lanjut dan paritas tinggi. Dengan
berkurangnya faktor resiko tinggi ini maka kematian maternal akan
turun pula secara bermakna. Oleh karena itu pelayanan keluarga
berencana harus dapat mencapai sasaran seluas-luasnya
dimasyarakat, khususnya golongan resiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan rujukan. Pemeriksaan
antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus
resiko tinggi dapat menurunkan angka kematian maternal. Petugas
kesehatan seharusnya dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko
yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetrik buru, dan
perdarahan selama kehamilan. Mereka harus mampu memberi
pengobatan pada penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan,
misalnya anemia. Mereka juga harus mampu mengenal tanda-tanda
dini infeksi, partus lama, perdarahan berlebihan dan mengetahui
bilamana saat yang tepat untuk merujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih lengkap.

2. Perbaikan pelayanan gawat darurat


Walaupun upaya pencegahan dengan identifikasi faktor-faktor
resiko telah dilakukan sebagaiman diuraikan diatas, namun masih
ada kemungkinan komplikasi berat terjadi sewaktu-waktu. Dalam
hal ini rujukan segera harus dilakukan, karena kematian dapat
terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena itu petugas kesehatan
harus dibekali dengan kemampuan melakukan tindakan-tindakan
darurat secara cepat, misalnya :
a) Perdarahan,
Perdarahan post partum sering memerlukan tindakan cepat dari
penolong persalinan, misalnya pengeluaran plasenta secara
manual, memberikan obat-obat oksitosin, masase uterus, dan
pemberian cairan pengganti cairan tranfusi darah.
b) Infeksi nifas.
Kematian karena infeksi nifas dapat dikurangi dengan
meningktkan kebersihan selama persalinan. Kepada penolong
persalinan senantiasa perlu diingatkan tentang tindakan . asepsis
pada pertolongan persalinan. Antibiotika perlu diberikan pada
persalinan lama dan ketuban pecah dini.
c) Gestosis.
Petugas kesehatan harus mampu mengenal tanda-tanda awal
gestasis seperti edema,.hipertensi, hiperrefleksia, dan jika
mungkin proteinuria. Jika gestosis memberat maka diperlukan
rujukan.
d) Distosia.
Gravida dengan postur tubuh kecil atau terlalu pendek, primi
atau grandemultigravida, perlu di curigai akan kemungkinan
terjadinya distosia oleh karena disproporsi sefalopelvix.
Pemanfaatan partograf untuk mendeteksi secara dini persalinan
lama terbukti dapat menurunkan angka kematian maternal.
e) Abortus provokatus.
Kematian karena abortus provokatus seharusnya dapat di cegah,
antara lain dengan pelayanan kontrasepsi efektif sehingga
kehamilan yang tidak diingkan dapat dihindari. Pengobatan pada
abortus incomplate adalah kuretase,yang seharusnya dapat
dilakukan di lini terdepan. Jika diragukan apakah sebelumnya
telah dilakukan usaha abortus provokatus, perlu diberikan
antibiotik, walaupun belum ada tanda-tanda infeksi. Jika sudah
terjadi infeksi, perlu diberikan antibiotik lebih tinggi secara
intravena.

3. Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan


a) Pengadaan tenaga terlatih di pedesaan.
Di indonesia sebagian besar persalinan masih ditolong oleh
dukun, khususnya yang berlangsung di desa desa. Para dukun ini
harus dimanfaatkan dan diajak bekerjasama antara lain dengan
melatih merek dalam teknik asepsis dan pengenalan dini tanda
tanda bahaya serta kemampuan pertolongan pertama dan
mengetahui kemana rujukan yang harus dilakukan pada
waktunya. Pada saat ini pemerintah sedang mengupayakan
pengadaan tenaga bidan untuk setiap desa, sehingga
diperkirakan perlu dididik sekitar 80.000orang bidan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut sampai pelita VI.
b) Peningkatan kemampuan puskesmas.
Puskesmas yang merupakan fasilitas rujukan pertama dari
petugas lini terdepan perlu dilengkapi dengan dokter terlatih
serta kelengkapan yang diperlukan untuk mencegah kematian
maternal. Puskesmas seharusnya mampu mengatasi perdarahan
akut, tersedia antibiotik dan cairan yang cukup, dan mampu
memberikan pertolongan bedah obstetrik sederhana.
c) Rumah sakit rujukan.
Rumah sakit rujukan harus dilengkapi dengan fasilitas tranfusi
darah, listrik, air bersih, alat alat operasi, anastesi, antibiotik dan
obat serta bahan lain, dan tenaga terlatih.

b) Unsur pelayanan kesehatan utama mencakup:


Salah satu upaya pemerintah dalam mempercepat penurunan AKI
adalah dengan menempatkan bidan di wilayah Indonesia khususnya di
wilayah pedesaan (Depkes RI, 1995). Upaya menurunkan Angka
Kematian Ibu yaitu dengan Safe Motherhood dan Making Pregnancy
Safer, yang mempunyai tujuan sama yaitu melindungi hak reproduksi
dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan,
kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Oleh karena itu,
kebijaksanaan Departemen Kesehatan adalah mendekatkan pelayanan
obstetri dan neonatal (kebidanan dan bayi baru lahir) kepada setiap ibu
hamil sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS),yang
mempunyai 3 (tiga) pesan kunci :
1. Semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2. Semua komplikasi obstetri mendapat pelayanan rujukan yang
adekuat.
3. Semua perempuan dalam usia reproduksi mendapat akses
Pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan
dan aborsi yang tidak aman (Depkes RI, 2001).
Bidan di wilayah pedesaan diharapkan mampu memberikan asuhan
kebidanan pada ibu dengan kehamilan normal, kehamilan dengan
komplikasi dan kehamilan resiko tinggi, serta mampu memberikan
pertolongan persalinan normal, sehingga dapat mempercepat
penurunan AKI (Depkes RI, 2002).

2) AKB
a. Perbaikan keadaan social dan ekonomi.
b. Kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli
kesehatan masyarakat, dokter umum, dan perawat kesejahteraan ibu
dan anak.
c. Pemeriksaan postmortem terhadap sebab-sebab kematian perinatal.
d. Pendaftaran kelahiran dan kematioan janin serta kematian bayi secara
sempurna.
e. Perbaikan kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik, antara
lain memperbaiki keadaan gizi ibu dan menemukan high risk mothers
untuk dirawat dan diobati.
f. Ibu dengan high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah sakit
yang mempunyai fasilitas yang cukup.
g. Perbaikan teknik diagnosis gawat-janin.
h. Persediaan tempat perawatan yang khusus untuk berat-badan lahir
rendah.
i. Perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan perbaikan
dalam teknik perawatan bayi baru lahir terutama bayi premature.
j. Penyelidikan sebab-sebab intrauterine undernutrition.
k. Pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh.

F. Strategi Percepatan Penurunan AKB


1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas baik ditingkat dasar maupun rujukan, terutama bagi bayi
dan balita dengan menggunakan intervensi yang telah terbukti
menurunkan AKB:
a. Tatalaksana penanganan asfiksia (bayi lahir tidak bisa menangis
spontan) dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
b. Kunjungan neonatal secara berkala.
c. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
d. Pelayanan Emergensi (darurat)
2. Menggerakkan dan mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga
dan masyarakat luas untuk hidup sehat.
3. Menggerakkan penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
4. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
anak.
G. ANGKA KEMATIAN IBU DI INDONESIA TAHUN 1991 2012

Dapat dilihat bahwa AKI di Indonesia sejak tahun 1991 hingga


2007 mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup. Pemerintah sejak tahun 1990 telah melakukan upaya
strategis dalam upaya menekan AKI dengan pendekatan safe
motherhood yaitu memastikan semua wanita mendapatkan perawatan
yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan
persalinannya. Di Indonesia, Safe Motherhood Initiative
ditindaklanjuti dengan peluncuran program Gerakan Sayang Ibu di
tahun 1996 oleh presiden yang melibatkan berbagai sektor
pemerintahan disamping sektor kesehatan. Salah satu program utama
yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian ibu adalah
penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang
bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir ke masyarakat. Pada tahun 2000 Kementerian
Kesehatan RI memperkuat strategi intervensi sektor kesehatan untuk
mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan strategi Making
Pregnancy Safer. Namun, pada tahun 2012 SDKI kembali mencatat
kenaikan AKI yang signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu, pada tahun 2012
Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal
and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di
provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal
yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi tersebut
dikarenakan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di
Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan
menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut
diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia
secara signifikan.

H. TREND ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
dampak Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), di samping Angka
Kematian Bayi (AKB). AKI dan AKB merupakan indikator
keberhasilan pembangunan daerah dan juga digunakan sebagai salah
satu pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). Angka Kematian Ibu di Jawa Timur cenderung menurun tiga
tahun terakhir. Hal ini bisa dipahami mengingat selama ini telah
dilakukan dukungan dari provinsi ke kabupaten/kota berupa fasilitasi
baik dari segi manajemen program KIA maupun system pencatatan
dan pelaporan, peningkatan klinis keterampilan petugas di lapangan
serta melibatkan multi pihak dalam pelaksanaan program KIA.
Menurut MDGs tahun 2015, target untuk AKI sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014, AKI Provinsi Jawa Timur
mencapai 93,52 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 97,39 per
100.000 kelahiran hidup.

Sumber : Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota Tahun 2010 2014


Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan data pada Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 6.


Kota Surabaya memiliki angka tertinggi jumlah kematian ibu yakni 39
kematian, sedangkan Kota Batu dan Kota Mojokerto memiliki angka
terendah yakni 1 kematian.

Gambar 3.2 Proporsi Penyebab Kematian Ibu Provinsi Jawa Timur Tahun 2010
2014
Sumber : Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota Seksi Kesehatan
Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dilihat dari penyebab kematian ibu tahun 2013-2014, terjadi
peningkatan pada factor pendarahan dan infeksi, sedangkan faktor PE/E
mengalami penurunan. Dari proporsi tahun 2014, faktor PE/E masih
menjadi faktor dominan (31,04%) penyebab kematian ibu di Jawa Timur
seperti digambarkan pada grafik 3.2 di atas.

I. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)


Keadaan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Neonatal (AKN) yang diperoleh dari laporan rutin relatif sangat kecil,
sehingga data AKB yang dikeluarkan oleh. Badan Pusat Statistik
(Provinsi Jawa Timur) diharapkan mendekati kondisi di lapangan.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Jawa Timur
Tahun 2011-2013, AKB Provinsi Jawa Timur tahun 2013 sebesar 27,23
per 1.000 kelahiran hidup. Namun, berdasarkan data yang direlease AKB
Provinsi Jawa Timur tahun 2014 di bawah target RENSTRA, namun
masih di atas target MDGs yang ditetapkan. Untuk mencapai target
MDGs, dukungan lintas program dan lintas sektor serta organisasi profesi
yang terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi sangat
diharapkan.

Gambar 3.3 Perkembangan Capaian, Target Renstra dan MDGs AKB (per
1.000 Kelahiran Hidup) Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 2014

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur

Angka Kematian Bayi (AKB) di atas 26,66 per 1.000 kelahiran


hidup masih didominasi oleh kabupaten/kota wilayah timur dan utara, hal
ini dapat disebabkan social budaya serta ekonomi, tidak semata-mata
karena ratio petugas kesehatan dengan penduduk yang cukup besar, dan
juga karena sarana/prasarana yang kurang berkualitas. Jumlah
kabupaten/kota yang memiliki AKB di atas angka provinsi adalah 20
kabupaten/kota (52,63 %). AKB tertinggi di Kabupaten Probolinggo yang
mencapai 61,48 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan terendah pada Kota
Blitar sebesar 17,99 per 1.000 kelahiran hidup. Komposisi kedua
kabupaten/kota tertinggi dan terendah tersebut masih sama dengan tahun
2013.
Gambar 3.4 Pemetaan Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur


BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
Kematian maternal/AKI merupakan kematian wanita sewaktu hamil,
melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung
dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan
dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh
penyebab tambahan lainnya.
Penyebab kematian maternal adalah karena faktor reproduksi, komplikasi
obstetric, factor-faktor pelayanan kesehatan. Penyebab kematian perinatal adalah
karena infeksi, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran, cacat bawaan/kelainan
kongenital, dll.
Upaya memperbaiki AKI adalah melalui pencegahan, perbaikan pelayanan
gawat darurat, perbaikan jaringan pelayanan kesehatan. Upaya memperbaiki AKB
adalah melalui perbaikan keadaan social dan ekonomi, kerjasama yang erat antara
ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat, dokter umum, dan
perawat kesejahteraan ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka


Manuaba,Ida Bagus.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai