3 Juli 2005
Pertumbuhan
s/t
MSY
S*
O S0 SMAX Stok(S)
(b)
Gambar 1 (a) menunjukkan stok ikan (S) merupakan fungsi waktu (t) ditulis :
S = s (t) ........... (1)
dimana S menujukkan jumlah stok ikan dan t sebaliknya. Sehingga dengan tingkat usaha
menunjukkan waktu. Kurva ini menunjukkan fungsi penangkapan tertentu akan diperoleh sejumlah hasil
logistik, dimana secara alami stok ikan tersebut tangkapan tertentu yang relatif konstan dalam
meningkat mengikuti kurva S = s(t) hingga suatu jangka panjang yaitu sama dengan besarnya tingkat
tingkat maksimum (Capasity = C), katakan titik C. pertumbuhan alami yang sesuai dan ini disebut
Pada titik maksimum (C), stok ikan tidak bertambah tangkapan lestari (Christy, 1986).
lagi, tingkat pertumbuhan sama dengan tingkat Bila dilaksanakan penangkapan ikan, maka
kematian, yang merupakan keseimbangan. perubahan netto ukuran stock ikan adalah :
Gambar 1 (b) menggambarkan tingkat s/t = f(s) - H(t) ........................... 3)
pertumbuhan stok ikan, dimana pertumbuhan dimana H(t) adalah volume panenan atau hasil
tersebut merupakan fungsi stok ikan. Schaefer penangkapan.
(1957) menggambarkan pertumbuhan alami stock Dalam analisis Schaefer (1954) bahwa hasil
ikan yang tidak dieksploitasi tersebut dengan tangkapan merupakan fungsi usaha. Jika hal tersebut
persamaan dipadukan dengan tangkapan lestasri tersebut di atas,
s/t = f(S) = r.s.(1 - s/K) ..... (2) maka dapat digambarkan kurva hasil usaha lestari
Dimana s/t menunjukkan pertumbuhan stok dan r (Sustainable Yield-Effort Curve) seperti pada
adalah laju pertumbuhan intrinsik. gambar 2.
Pada saat stok masih sedikit pertumbuhan Dari Gambar 2 terlihat bahwa pada tingkat
meningkat terus hingga mencapai titik maksimum stok yang masih melimpah, sedikit saja usaha
(C). Setelah titik maksimum, pertumbuhan menurun. penangkapan (effort) yang dapat memberikan hasil
Dan setelah stok mencapai jumlah maksimum, tangkapan sesuai dengan tingkat pertumbuhan alami.
pertumbuhan menjadi nol atau pada titik Pada tingkat usaha penangkan (effort=E) yang besar
keseimbangan. (berlebihan) kepunahan tidak tertutupi oleh
pertumbuhan akibatnya ikan akan mengarah kepada
Penangkapan Ikan kepunahan dan hasil selanjutnya akan menjadi
Dalam eksploitasi sumberdaya alam yang sangat kurang.
dapat diperbaharui, tingkat pemanenan jangka
panjang adalah sebesar tingkat pertumbuhan
alaminya. Apabila penangkapan ikan lebih besar dari
pertumbuhan maka pertumbuhan tersebut tidak
dapat menutupi penangkapan, akibatnya stok
berkurang, ikan makin sulit ditangkap dan hasil
penangkapan selanjutnya menurun dan begitu
50
Model Analisis dan Optimalisasi Pengusahaan Sumberdaya Perikanan
Dede Ruslan
Gambar 2 :
Kurva Hasil Usaha Lestari (Sustainable -Effort Curve) Penangkapan Ikan
Hasil (H) ES
E.S
H* h1 h2 h3
h0 h4
E*
O E0 E1 E2 E3 E4 Usaha(E)
(b)
Dengan demikian secara fungsional jumlah disebut sebagai hasil maksimum secara ekonomi
hasil atau besar volume panenan akan bergantung (Maximum Economic Yields) yang dalam kajian ini
pada jumlah usaha penangkapan (effort), koefisien selanjutnya disingkat "MEY".
daya tangkap(q), dan stok(s) (Gordon, 1986). Secara Untuk menemukan MEY, lebih dulu
matematis ditulis : dikonversi hasil tang-kapan menjadi penerimaan
H = f ( q, E, S ) ............. (4) dalam bentuk uang. Dimana pene-rimaan (Total
dimana : Revenue = TR ) adalah hasil tangkapan [h(t)] dikali
H = hasil dengan harga ikan (P) disingkat TR = h(t) x P. Dan
E = jumlah usaha penangkapan (effort) tingkat usaha penangkapan (effort) dirobah menjadi
S = stok biaya, dimana biaya total (TC) adalah effort (E)
q = koefisien daya tangkap (teknologi) dikali dengan tingkat harga per unit effort (W) atau
disingkat menjadi TC = E x W. Dengan demikian
Fungsi tersebut dapat diinterprestasikan penerimaan bersih dari pengusahaan sumberdaya
dalam per-samaan sebagai berikut : perikanan adalah total pendapatan (Total
H(t) = q.E.S ............................ (5) Revenue=TR) dikurangi dengan total biaya
sehingga besarnya jumlah usaha penangkapan penangkapan (Total Cost=TC) atau secara matematis
(Effort) adalah sebagai berikut : ditulis sebagai berikut:
E(t) = H / q.S ................................ (6) MEY = p.h(t) - w.E ............................ (9)
Secara biologi hasil maksimum secara Apabila persamaan (6) dan h = F(s) -
lestari dicapai pada saat kurva parabola mencapai ds/st disubstistusikan kedalam persamaan (9), maka
titik paling tinggi yaitu pada saat usaha sebesar E* diperoleh maxsimum economic yield atau hasim
atau hasil tangkapan sebesar H*. Keadaan ini disebut maksimum secara ekonomi (MEY) sebagai berikut :
hasil maksimum lestari (Maximum Sus-tainable MEY = p.h - w.h/q.s
Yields) yang dalam kajian ini selanjutnya disingkat = [p - w/q.s].h
"MSY". Dengan demikian hasil maksimum lestari = [p - w/q.s] [F(s) - ds/dt] ...................... (10)
(MSY) ini tercapai pada kondisi keseimbangan f(s)
= H(t) dan ds/dt = 0, sehingga : Bila w/q.s = w (c), maka MEY bernilai sebagai
s = K - q.E.S/r ....................... (7) berikut :
Penggabungan antara persamaan (5) dan (7) MEY = [p - w(c)].[F(s) - ds/dt] ...................... (11)
diperoleh persamaan fungsi produksi, yaitu :
h(t) = q.E [ K - q.E.K/r ] Nilai tersebut merupakan komponen dari
= q.K.E - q2.K/r.E2 ................... 8) tingkat optimal pengusahaan sumberdaya perikanan,
Bila dilihat dari segi ekonomi, usaha yang akan dicapai pada saat nilai sekarang (present
penangkapan yang optimal adalah pada saat value/PV) mencapai maksimum (Scott, 1955;
keuntungan maksimum (maximum profit). Hal ini Anderson, 1986).
51
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
Gambar 3 :
Kurva Penerimaan dan Biaya Produksi Perikanan
TC, TR
TC
TR
TC TR
O E E* E0 Usaha(E)
Dari grafik di atas, kurva total pendapatan (Total satuan pendapatan harus sama dengan "Marginal
Revenue = TR) adalah kurva tangkapan lestari yang Cost = MC" yaitu peruhaban setiap satuan biaya
diuangkan dan mencapai maksimum pada usaha ataupun kemiringan dari kurva Total Revenue (TR)
(effort=E) sebesar E*. Se-dangkan total biaya (Total sama dengan kemiringan kurva Total Cost (TC).
Cost = TC) merupakan fungsi li-near. Keseimbangan Hal ini dicapai pada saat effort sebesar E, total
tercapai pada effort sebesar E0 dan mak-simum penerimaan sebesar TR dan biaya sebesar TC.
economic yield = MEY terjadi pada E. Hal ini diper- Kondisi ini dicapai pada saat jum-lah penangkapan
jelas lagi oleh kurva turunannya, yaitu sebagai lebih kecil dari jumlah penangkapan un-tuk
berikut : mencapai maksimum sustainable yeild (MSY), yaitu
OE lebih kecil dari OE* (Anderson , 1977). Jadi
Dari grafik berikut ini dapat disimpulkan Maksimum economic yield (MEY) cenderung
bahwa untuk memaksimumkan keuntungan, mendukung kelestarian sumberdaya ikan.
"Marginal Revenue = MR" yaitu perubahan setiap
Gambar 4 :
Kurva Marginal Revenue dan Marginal Cost
MR, MC
MC
MR
0 E E* Usaha (E)
52
Model Analisis dan Optimalisasi Pengusahaan Sumberdaya Perikanan
Dede Ruslan
PENUTUP
Pengelolaan sumberdaya ikan yang
diarahkan untuk melestarikan sekaligus
mendatangkan manfaat ekonomi optimum hingga
masa mendatang perlu dilakukan, sehingga sifat
pemilikan bersama atas sumberdaya perikanan dan
kebebasan bagi nelayan untuk ikut serta melakukan
pengusahaan perikanan tidak mendorong untuk
menangkap ikan sabanyak mungkin. Dengan
demikian, penangkapan ikan yang dilakukan oleh
pengusahaan perikanan harus memperhitungkan hasil
maksimum yang lestari, yaitu terjadinya
keseimbangan antara maksimum suistanable yeild
dengan maksimum economin yeild.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.G. (1986). The economics of fisheries
manage-ment. Baltimore : John Hopkins
University Press.
Clark,C.W. (1985). Bioeconomics modelling and
fisheries management. New York : John Wiley
and Sond.
Gordon,H.S.(1954). The economic theory of a
common-property resource: The fishery. J.
Polit.Econ., 62: 124-42.
Schaefer, M.B. (1957). Some considerations of
population dynamics and economics in
relation to the management of marine
fisheries. J.Fish. Res. Board Can.,14:669-681
Scott,A.D.(1955). The fishery : The objectives of
sole ownership. J.Polit. Econ., 63: 115-124
53
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
Rusydi Abubakar
Staff Pengajar Jurusan Manajeman
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
Email : Rusydi_Abubakar @ yahoo.com
Abstract: An effective marketing program collects all of elemen of the marketing mix into one cohesive program
designed o obtain a companys terget in order to determine the companys position towards competition, in
order to win consumers as a target market facing such reality, compnies are required to be able to devlop an
active marketing policy and always follow technological and economical developments. The aim of this study is
to (1) analyze the affect of marketing mix on the purchasing decision of consumers in the jamu industry in Banda
Aceh (2) Knowing what type of the marketing mix element most effect consumers buying the decisions in the
jamu industry in Banda Aceh.The object of the study on independent variable :product, price,promotion and
place. There are 2 methods pf study used,namely th descriptive and verivication methods. The sample in this
study consist of 225 jamu industry consumers scattrd through 3(three) distric in Banda Aceh. The methods of
data collection is documentation, interview and quistionnaries while the data analysis methods is the descriptive
and paet analysis. The results of this study indicate that the elements of the marketing mix simultaneously affect
the consumers buying decision positively and partyaly indicate that the product,price,price and promotion
element have a positive affect,while the place (location) element has a negative effect. At the same time th
marketing mix involving product,price and promotion significantly affect th buyin decision of jamu industry
products in Banda Aceh. The most dominant variable the decision of consumers is th promotion variable,which
an be as high as 28,60 %.
Keywords : Marketing mix, consumer buying decision.
54
Pengaruh Pelaksanaan Bauran Pemasaran terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada Jamu di Banda Aceh
Rusydi Abubakar
ke merek lain, dan hanya 2,24 % yang berencana atau 2. Harga berpangaruh terhadap proses
siap-siap pindah ke merek lain. keputusan pembelian konsumen pada jamu
Persaingan bisnis industri jamu yang industri di Banda Aceh
semakin ketat, memaksa setiap perusahaan selalu 3. Promosi berpengaruh terhadap proses
berebut perhatian konsumen melalui pemenuhan keputusan pembelian konsumen pada
kebutuhan dan keinginan pelanggan, dengan industri jamu di Banda Aceh.
memperhatikan kecenderungan perubahan sosial, 4. tempat berpengaruh terhadap proses
menganalisis kiat-kiat pesaing dan mengamati keputusan pembelian pada industri jamu di
perubahan teknologi,ekonomi,politik dan sosial. Banda Aceh
Jika ada pelanggan yang menghentikan
pembeliannya atau pindah ke produk lain, perlu Tinjauan Pustaka
disikapi sebagai suatu perubahan perilaku konsumen. Kotler (2000:4), pemasaran pada umumnya
Perubahan perilaku konsumen semacam ini harus di pandang sebagai tugas untuk
dilihat sebagai kenyataan yang buruk. menciptakan,memperkenalkan, dan menyerahkan
barang dan jasa,pengayaan pengalaman, peristiwa,
Identifikasi Masalah orang, tempat,kepemilikan, organisasi, informasi dan
Sejauhmana pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran gagasan.
oleh industri jamu terhadap proses pengambilan Etzel,et.al (1997:60) bauran pemasaran
keputusan pembelian konsumen produk jamu di adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan
Banda Aceh. Dan bauran pemasaran yang mana inti dari system pemasaran perusahaan, yaitu :
pengaruhnya paling besar terhadap pengambilan produk,harga,tempat,dan promosi. Sedangkan
keputusan pembelian konsumen pada industri jamu. menurut Mc Charthy dalam buku Kotler (2000:15)
Hipotesis mengklasifikasikan alat-alat pemasaran ke dalam
Sedangkan sub hipotesis dalam penelitian empat kelompok yang dikenal dengan P dari
ini adalah : pemasaran, yaitu : product,price,place, and
1. Produk berpengaruh terhadap proses promotion.
keputusan pembelian konsumen pada
industri jamu di Banda Aceh. (Indriyo,1999 :111), hal ini digambarkan dalam
Gambar 1.
Sumber : Gito Sudarmo, Indriyo. 1999. Manajemen Pemasaran BPFE. Yogyakarta. (Hal.111).
Etzel et al. (1997:193)
55
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
Product I a set of tangiable and attributes, which bahwa merek membedakan produk atau jasa sebuah
may include packing,colour, price,quality,and brand, perusahaan dari produk saingannya. Dalam kaitannya
plus the seller service and reputation. A product may dengan produk industri jamu, perusahaan
be a good, service,place, person,or idea. memproduksi selera dan kondisi ekonomi (daya beli)
Baruan produk menurut Kotler (2000 : 398), masyarakat, walupun produk industri jamu
pruduct mix is the set of all products and items that a bentuknya kecil, tetapi mutunya baik dan manjur.
particular seller offers for sale. Jadi baruan produk Harga sering menjadi factor penentu dalam
adalah sekumpulan dari semua produk dan item pembelian,disamping tidak menutupi kemungkinan
produk seperti macam produk, kulaitas produk, factor-faktor lain.
rancangan produk, ciri-ciri produk, merek produk, Dengan demikian harga menjadi lebih
kemasan produk, ukuran produk, pelayanan, jaminan penting bagi konsumen sebagai tanda dari apa yang
dan pengembalian serta atribut lainnya yang secara diharapkan. Menurut Macrae (1996: 131), pembeli
khusus para penjual menawarkan untuk dijual kepada baik yang baru maupun yang lama menggunakan
para pembeli penilaian pelanggan terhadap produk harga sebagai suatu seleksi terhadap citra kualitas
industri jamu. Dapat dilihat dari sisi kemasan,dalam suatu merek. Berdasarkan kualitas dan harga menurut
hal ini menurut Arnold (1996:224) kenyataan bahwa Kotler (2000:520) menunjukkan sembilan
nilai-nilai inti dari merek cukup konsisten untuk kemungkinan strategi harga kualitas seperti
memungkinkan desain kemasan adalah sesuatu yang disajikan seperti pada Gambar 2.
penting Menurut Stanton (1996:269) menyatakan
Harga
Tinggi Sedang Rendah
1.Strategi premium 2. Strategi nilai-tinggi 3. Strategi nilai super
4. Strategi penetapan harga 5. Strategi nilai menengah 6. Strategi nilai baik
terlalu tinggi
7. Strategi peneuri 8. Strategi yang sesungguhnya 9. Strategi penghematan
tidak menghemat
Sumber : Kotler,2000, Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Prenhallindo. Jakarta (hal. 520).
Dalam pengertian umum bauran pemasaran Promosi yang pada akhirnya akan menghasilkan
menurut Kotler (2000:490) tempat adalah sebagai bahwa konsumen naiknya tingkat penjualan. Hal ini
berikut : didasarkan pada anggapan bahwa konsumen yang
Faktor tempat atau place berarti marketing membeli berdasarkan kebiasan, biasanya tidak
channel (distribution channel) are sets of begitu mengingat apa-apa yang akan dibelinya.
interdependent organization involved in the process Keinginan untuk membeli produk sering muncul
of making a products or service available for use or ketika konsumen diingatkan melalui iklan dengan
consumption. cara melihat produk itu di toko.
Sedangkan menurut Etzel,et al (1997:43) Berdasarkan beberapa pendapat pada
adalah sebagai berikut : pakar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Distribution channel consists of the set promosi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
of people firms involved in the transfer of title to a perusahaan guna memberikan informasi dan
product as the product moves from producer to promosi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
ultimate consumer or business user. perusahaan guna memberikan informasi dan untuk
Untuk mengantisipasi kesenjangan memperkenalkan produk kepada konsumen melalui
diantara produsen dan konsumen, maka Keegan beberapa media sesering mungkin untuk
(1996:128) menawarkan alternatif struktur aliran membangun kedekatan produk industri jamu
saluran distribusi produk sebagai berikut : pemilik dengan para pedagang dan konsumen dengan
pabrik produk konsumen dapat menjual langsung harapan agar tertarik untuk membeli produk yang
kepada pelanggan (menggunakan katalog atau ditawarkan.
materi cetakan yang lain), lewat toko sendiri Perilaku konsumen menurut Louden dan
ataupun dengan alternatif strukur yang lain untuk Delta dalam Marius P. Angipora (1999:94), adalah
produk konsumen proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik
Menurut Sutisna (2000:39). Iklan untuk individu dalan upaya memperoleh dan
produk yang dibeli berdasarkan kebiasaan menggunakan barang dan jasa (evaluasi,
seharusnya ditampilkan sesering mungkin untuk memperoleh, menggunakan barang atau jasa).
mengingatkan konsumen. Sedangkan Supranto Dilihat dari derajat keterlibatan konsumen
(2000:44) menyatakan bahwa seorang pelanggan menurut Kotler (2000 : 177),maka terdapat tipe
yang loyal akan membicarakan hal-hal yang bagus atau sudut pandang pengambilan keputusen
tentang produk atau perusahaan yang Selanjutnya keterlibatan tinggi (high involvement) dan
Arnol (1996:177) menyatakan : keterlibatan rendah(Low Involvement).
56
Pengaruh Pelaksanaan Bauran Pemasaran terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada Jamu di Banda Aceh
Rusydi Abubakar
Metedologi
Penelitian ini menganalisa pengaruh bauran a. Pada iterasi pertama dipergunakan rumus
pemasaran industri jamu terhadap proses keputusan sebagai berikut :
pembeli konsumen. Objek penelitian untuk variable
bebas/independent variable adalah bauran pemasaran
dengan sub variable yaitu : produk,harga.promosi
dan tempat.
Objek penelitian lainnya sebagai variabel
terikat/Dependent Variabel adalah keputusan
pembelian konsumen. Yang dijadikan respon adalah
pengguna produk jamu. Untuk menganalisa objek
penelitian ini dipergunakan pendekatan deskriptif dan
variatif, melalui analisis jalur (Path Analysis).
Manajemen penelitian ini merupakan
pendekatan Ilmu Ekonomi Terutama dari ilmu uang
memfokuskan pada bidang Manajemen Pemasaran
secara khusus pada aspek bauran pemasaran dan
pengaruhnya terhadap proses keputusan pembelian
konsumen pada industri jamu di Banda Aceh.
Variabel-varibel dalam penelitian pengaruh
pelaksanaan bauran pemasaran terhadap proses
keputusan-keputusan pembelian konsumen pada
indutri jamu Di Banda Aceh terdiri dari :
1. Variabel bebas/independent variabel (Variabel
X) adalah bauran pemasaran. Sub variable :
produk (X1),harga (X2), promosi(X3) dan
tempat (X4).
2. Produk terikat/Dependent variabel (variabel Y)
adalah proses keputusan pembelian konsumen.
Unit observasi pada penelitian ini adalah industri
jamu Kota Banda Aceh untuk mendapatkan data
sekunder,konsumen produk jamu yang ada di
Banda Aceh untuk mendapatkan data primer
sebagai unit analisis dalam penelitian ini. 2. Apabila ukuran sample minimal pada iterasi
1. Dalam penelitian ini ukuran sample untuk pertama dan iterasi kedua harganya sampai
konsumen (responden) ditentukan dengan bilangan yang satuannya sama,
berdasarkan bentuk pengujian statistik yang maka iterasi berhenti. Apabila belum sama,
akan digunakan untuk menguji hipotesis. lakukan iterasi ketiga dengan menggunakan
Hipotesis akan diuji dengan menggunakan rumus 4b, demikian seterusnya sampai
Analisis Jalur (Path Analysis). Dengan ukuran sample yang akan ditentukan sudah
demikian ukuran sample minimal untuk sama baru berhenti.
analisis jalur ini, dapat ditentukan melalui 3. Berdasarkan keterangan di atas dalam
rumus ukuran sample minimal untuk ukuran penelitian ini diambil :
korelasi koefisien yang dilakukan secara
iteratif (perhitungan berulang-ulang)
Menentukan ukuran sample secara iteratif
dengan langkah sebagai berikut :
57
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
58