Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No.

3 Juli 2005

Pertumbuhan
s/t

MSY

S*
O S0 SMAX Stok(S)
(b)
Gambar 1 (a) menunjukkan stok ikan (S) merupakan fungsi waktu (t) ditulis :
S = s (t) ........... (1)

dimana S menujukkan jumlah stok ikan dan t sebaliknya. Sehingga dengan tingkat usaha
menunjukkan waktu. Kurva ini menunjukkan fungsi penangkapan tertentu akan diperoleh sejumlah hasil
logistik, dimana secara alami stok ikan tersebut tangkapan tertentu yang relatif konstan dalam
meningkat mengikuti kurva S = s(t) hingga suatu jangka panjang yaitu sama dengan besarnya tingkat
tingkat maksimum (Capasity = C), katakan titik C. pertumbuhan alami yang sesuai dan ini disebut
Pada titik maksimum (C), stok ikan tidak bertambah tangkapan lestari (Christy, 1986).
lagi, tingkat pertumbuhan sama dengan tingkat Bila dilaksanakan penangkapan ikan, maka
kematian, yang merupakan keseimbangan. perubahan netto ukuran stock ikan adalah :
Gambar 1 (b) menggambarkan tingkat s/t = f(s) - H(t) ........................... 3)
pertumbuhan stok ikan, dimana pertumbuhan dimana H(t) adalah volume panenan atau hasil
tersebut merupakan fungsi stok ikan. Schaefer penangkapan.
(1957) menggambarkan pertumbuhan alami stock Dalam analisis Schaefer (1954) bahwa hasil
ikan yang tidak dieksploitasi tersebut dengan tangkapan merupakan fungsi usaha. Jika hal tersebut
persamaan dipadukan dengan tangkapan lestasri tersebut di atas,
s/t = f(S) = r.s.(1 - s/K) ..... (2) maka dapat digambarkan kurva hasil usaha lestari
Dimana s/t menunjukkan pertumbuhan stok dan r (Sustainable Yield-Effort Curve) seperti pada
adalah laju pertumbuhan intrinsik. gambar 2.
Pada saat stok masih sedikit pertumbuhan Dari Gambar 2 terlihat bahwa pada tingkat
meningkat terus hingga mencapai titik maksimum stok yang masih melimpah, sedikit saja usaha
(C). Setelah titik maksimum, pertumbuhan menurun. penangkapan (effort) yang dapat memberikan hasil
Dan setelah stok mencapai jumlah maksimum, tangkapan sesuai dengan tingkat pertumbuhan alami.
pertumbuhan menjadi nol atau pada titik Pada tingkat usaha penangkan (effort=E) yang besar
keseimbangan. (berlebihan) kepunahan tidak tertutupi oleh
pertumbuhan akibatnya ikan akan mengarah kepada
Penangkapan Ikan kepunahan dan hasil selanjutnya akan menjadi
Dalam eksploitasi sumberdaya alam yang sangat kurang.
dapat diperbaharui, tingkat pemanenan jangka
panjang adalah sebesar tingkat pertumbuhan
alaminya. Apabila penangkapan ikan lebih besar dari
pertumbuhan maka pertumbuhan tersebut tidak
dapat menutupi penangkapan, akibatnya stok
berkurang, ikan makin sulit ditangkap dan hasil
penangkapan selanjutnya menurun dan begitu

50
Model Analisis dan Optimalisasi Pengusahaan Sumberdaya Perikanan
Dede Ruslan

Gambar 2 :
Kurva Hasil Usaha Lestari (Sustainable -Effort Curve) Penangkapan Ikan

Hasil (H) ES

E.S

H* h1 h2 h3

h0 h4

E*
O E0 E1 E2 E3 E4 Usaha(E)
(b)

Dengan demikian secara fungsional jumlah disebut sebagai hasil maksimum secara ekonomi
hasil atau besar volume panenan akan bergantung (Maximum Economic Yields) yang dalam kajian ini
pada jumlah usaha penangkapan (effort), koefisien selanjutnya disingkat "MEY".
daya tangkap(q), dan stok(s) (Gordon, 1986). Secara Untuk menemukan MEY, lebih dulu
matematis ditulis : dikonversi hasil tang-kapan menjadi penerimaan
H = f ( q, E, S ) ............. (4) dalam bentuk uang. Dimana pene-rimaan (Total
dimana : Revenue = TR ) adalah hasil tangkapan [h(t)] dikali
H = hasil dengan harga ikan (P) disingkat TR = h(t) x P. Dan
E = jumlah usaha penangkapan (effort) tingkat usaha penangkapan (effort) dirobah menjadi
S = stok biaya, dimana biaya total (TC) adalah effort (E)
q = koefisien daya tangkap (teknologi) dikali dengan tingkat harga per unit effort (W) atau
disingkat menjadi TC = E x W. Dengan demikian
Fungsi tersebut dapat diinterprestasikan penerimaan bersih dari pengusahaan sumberdaya
dalam per-samaan sebagai berikut : perikanan adalah total pendapatan (Total
H(t) = q.E.S ............................ (5) Revenue=TR) dikurangi dengan total biaya
sehingga besarnya jumlah usaha penangkapan penangkapan (Total Cost=TC) atau secara matematis
(Effort) adalah sebagai berikut : ditulis sebagai berikut:
E(t) = H / q.S ................................ (6) MEY = p.h(t) - w.E ............................ (9)
Secara biologi hasil maksimum secara Apabila persamaan (6) dan h = F(s) -
lestari dicapai pada saat kurva parabola mencapai ds/st disubstistusikan kedalam persamaan (9), maka
titik paling tinggi yaitu pada saat usaha sebesar E* diperoleh maxsimum economic yield atau hasim
atau hasil tangkapan sebesar H*. Keadaan ini disebut maksimum secara ekonomi (MEY) sebagai berikut :
hasil maksimum lestari (Maximum Sus-tainable MEY = p.h - w.h/q.s
Yields) yang dalam kajian ini selanjutnya disingkat = [p - w/q.s].h
"MSY". Dengan demikian hasil maksimum lestari = [p - w/q.s] [F(s) - ds/dt] ...................... (10)
(MSY) ini tercapai pada kondisi keseimbangan f(s)
= H(t) dan ds/dt = 0, sehingga : Bila w/q.s = w (c), maka MEY bernilai sebagai
s = K - q.E.S/r ....................... (7) berikut :
Penggabungan antara persamaan (5) dan (7) MEY = [p - w(c)].[F(s) - ds/dt] ...................... (11)
diperoleh persamaan fungsi produksi, yaitu :
h(t) = q.E [ K - q.E.K/r ] Nilai tersebut merupakan komponen dari
= q.K.E - q2.K/r.E2 ................... 8) tingkat optimal pengusahaan sumberdaya perikanan,
Bila dilihat dari segi ekonomi, usaha yang akan dicapai pada saat nilai sekarang (present
penangkapan yang optimal adalah pada saat value/PV) mencapai maksimum (Scott, 1955;
keuntungan maksimum (maximum profit). Hal ini Anderson, 1986).

51
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005

Gambar 3 :
Kurva Penerimaan dan Biaya Produksi Perikanan

TC, TR

TC

TR

TC TR

O E E* E0 Usaha(E)

Dari grafik di atas, kurva total pendapatan (Total satuan pendapatan harus sama dengan "Marginal
Revenue = TR) adalah kurva tangkapan lestari yang Cost = MC" yaitu peruhaban setiap satuan biaya
diuangkan dan mencapai maksimum pada usaha ataupun kemiringan dari kurva Total Revenue (TR)
(effort=E) sebesar E*. Se-dangkan total biaya (Total sama dengan kemiringan kurva Total Cost (TC).
Cost = TC) merupakan fungsi li-near. Keseimbangan Hal ini dicapai pada saat effort sebesar E, total
tercapai pada effort sebesar E0 dan mak-simum penerimaan sebesar TR dan biaya sebesar TC.
economic yield = MEY terjadi pada E. Hal ini diper- Kondisi ini dicapai pada saat jum-lah penangkapan
jelas lagi oleh kurva turunannya, yaitu sebagai lebih kecil dari jumlah penangkapan un-tuk
berikut : mencapai maksimum sustainable yeild (MSY), yaitu
OE lebih kecil dari OE* (Anderson , 1977). Jadi
Dari grafik berikut ini dapat disimpulkan Maksimum economic yield (MEY) cenderung
bahwa untuk memaksimumkan keuntungan, mendukung kelestarian sumberdaya ikan.
"Marginal Revenue = MR" yaitu perubahan setiap

Gambar 4 :
Kurva Marginal Revenue dan Marginal Cost

MR, MC

MC

MR

0 E E* Usaha (E)

52
Model Analisis dan Optimalisasi Pengusahaan Sumberdaya Perikanan
Dede Ruslan

PENUTUP
Pengelolaan sumberdaya ikan yang
diarahkan untuk melestarikan sekaligus
mendatangkan manfaat ekonomi optimum hingga
masa mendatang perlu dilakukan, sehingga sifat
pemilikan bersama atas sumberdaya perikanan dan
kebebasan bagi nelayan untuk ikut serta melakukan
pengusahaan perikanan tidak mendorong untuk
menangkap ikan sabanyak mungkin. Dengan
demikian, penangkapan ikan yang dilakukan oleh
pengusahaan perikanan harus memperhitungkan hasil
maksimum yang lestari, yaitu terjadinya
keseimbangan antara maksimum suistanable yeild
dengan maksimum economin yeild.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.G. (1986). The economics of fisheries
manage-ment. Baltimore : John Hopkins
University Press.
Clark,C.W. (1985). Bioeconomics modelling and
fisheries management. New York : John Wiley
and Sond.
Gordon,H.S.(1954). The economic theory of a
common-property resource: The fishery. J.
Polit.Econ., 62: 124-42.
Schaefer, M.B. (1957). Some considerations of
population dynamics and economics in
relation to the management of marine
fisheries. J.Fish. Res. Board Can.,14:669-681
Scott,A.D.(1955). The fishery : The objectives of
sole ownership. J.Polit. Econ., 63: 115-124

53
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005

PENGARUH PELAKSANAAN BAURAN PEMASARAN TERHADAP PROSES


KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA JAMU DI BANDA ACEH

Rusydi Abubakar
Staff Pengajar Jurusan Manajeman
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
Email : Rusydi_Abubakar @ yahoo.com

Abstract: An effective marketing program collects all of elemen of the marketing mix into one cohesive program
designed o obtain a companys terget in order to determine the companys position towards competition, in
order to win consumers as a target market facing such reality, compnies are required to be able to devlop an
active marketing policy and always follow technological and economical developments. The aim of this study is
to (1) analyze the affect of marketing mix on the purchasing decision of consumers in the jamu industry in Banda
Aceh (2) Knowing what type of the marketing mix element most effect consumers buying the decisions in the
jamu industry in Banda Aceh.The object of the study on independent variable :product, price,promotion and
place. There are 2 methods pf study used,namely th descriptive and verivication methods. The sample in this
study consist of 225 jamu industry consumers scattrd through 3(three) distric in Banda Aceh. The methods of
data collection is documentation, interview and quistionnaries while the data analysis methods is the descriptive
and paet analysis. The results of this study indicate that the elements of the marketing mix simultaneously affect
the consumers buying decision positively and partyaly indicate that the product,price,price and promotion
element have a positive affect,while the place (location) element has a negative effect. At the same time th
marketing mix involving product,price and promotion significantly affect th buyin decision of jamu industry
products in Banda Aceh. The most dominant variable the decision of consumers is th promotion variable,which
an be as high as 28,60 %.
Keywords : Marketing mix, consumer buying decision.

PENDAHULUAN menuntut pnghapusan subsidi danproteksi sehingga


Era pasar bebas dunia tahun 2020,akan dapat membanjirkannay produk-produk asing di
terjadi liberaliasi ekonomi yan berpangruh trhadap pasar dalam negeri.
stuktur pasar yang tidak mengenal lagi batas-batas Program pemasaran yang efektif meramu
antar negara. Persaingan tidak hanya pada skala kota semua unsur-uns0,38ur marketing mix menjadi suatu
dn wilayah akan tetapi persaingan kualitas daripad program terpadu yang dirancang untuk mencapai
kuantitas poduk dan pelayanan. Namun selain sasaran perusahaan. Pengambilan keputusan tentang
tantangan dan persaingan trdapat peluang bagi pelaku produk,harga, promosi,dan tempat penjualan
ekonomi untuk ikut memberikan kegiatan pemasaran hendaknya dapat menciptakan program pemasaran
yang makin luas. yang kohesif di pasar sasaran. Dengan demikian
Dalm erbagai usaha bisnis yang berkmbng program pemasaran menggabungkan semua
saat ini, baik yang meghsilkan barang maupun jaa, kemampuan pemasaran perusahaan tersebut akan
pern pemasaran sangatlah penting karena merupakan menjadi sekumpulan kegiatan yang menentukan
salah satu fakto kunci penentu kebrhasilan bisnis. posisi perusahaan terhadap pesaing, dalam rangka
Dengan katalin : pemasaran merupakan inti seluruh bersaing merebut pasar sasaran.
aktivitas bisnis.Ini berkitan dengan fungsi Permintaan obat tradisional (jamu) makin
pemasaran,sebagai penghubung antara prusahaan dan meningkat. Omset penjualan jamu meningkat 40
konsumen (C.M.Lingga Purnama,2001 :1). prsen setiap tahun. Pada tahun 2000 nilai penjualan
Liberalisasi perdagangan merupakan jamu diperkirakan Rp. 800 milliar. Dengan
tuntututan adanya globalisasi, yaitu suatu peningkatan sekitar 38 % berarti nilai pnjualan
pelaksanaan regim kesepakatn system perdagngan menmbus Rp. 1,2 triliun. Adapun hingga akhir tahun
dunia, hilangnya batas-batas negara yang bias 2002, diperkirakan terjadi kenaikan setara,
menghambta kelancarn arus barang, jasa, modal dan setidaknya menembus angka penjualan Rp. 1,8
finansial secara internaioanl.Ada dua sisi dari triliun. Yang menggembirakan konsumsi terbesar
libralisasi perdgnagn, sisi pertama bahwa liberalisasi jamu tersebut adalah pasar dalam negeri. Artinya
membrikan peluang (opportunities), melalui masih banyak konsumen jamu loyal di negeri ini. Hal
penurunan hambtan-hambatan tariff dannon tariff dn ini juga dikuatkan temuan survei MARS (Marketing
meningkatk akses produk-produk domstik ke pasar Research Specialist) baru-baru ini., bahwa lebih dari
internaional. Sisi kedua, liberlisi perdagnagn juga 85,40 % konsumen jamu adalah konsumen loyal.
menjadi ancaman (threat), karena perdagangan beba Disebutkan hanya 12,36 % bisa dibujuk untuk pindah

54
Pengaruh Pelaksanaan Bauran Pemasaran terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada Jamu di Banda Aceh
Rusydi Abubakar

ke merek lain, dan hanya 2,24 % yang berencana atau 2. Harga berpangaruh terhadap proses
siap-siap pindah ke merek lain. keputusan pembelian konsumen pada jamu
Persaingan bisnis industri jamu yang industri di Banda Aceh
semakin ketat, memaksa setiap perusahaan selalu 3. Promosi berpengaruh terhadap proses
berebut perhatian konsumen melalui pemenuhan keputusan pembelian konsumen pada
kebutuhan dan keinginan pelanggan, dengan industri jamu di Banda Aceh.
memperhatikan kecenderungan perubahan sosial, 4. tempat berpengaruh terhadap proses
menganalisis kiat-kiat pesaing dan mengamati keputusan pembelian pada industri jamu di
perubahan teknologi,ekonomi,politik dan sosial. Banda Aceh
Jika ada pelanggan yang menghentikan
pembeliannya atau pindah ke produk lain, perlu Tinjauan Pustaka
disikapi sebagai suatu perubahan perilaku konsumen. Kotler (2000:4), pemasaran pada umumnya
Perubahan perilaku konsumen semacam ini harus di pandang sebagai tugas untuk
dilihat sebagai kenyataan yang buruk. menciptakan,memperkenalkan, dan menyerahkan
barang dan jasa,pengayaan pengalaman, peristiwa,
Identifikasi Masalah orang, tempat,kepemilikan, organisasi, informasi dan
Sejauhmana pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran gagasan.
oleh industri jamu terhadap proses pengambilan Etzel,et.al (1997:60) bauran pemasaran
keputusan pembelian konsumen produk jamu di adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan
Banda Aceh. Dan bauran pemasaran yang mana inti dari system pemasaran perusahaan, yaitu :
pengaruhnya paling besar terhadap pengambilan produk,harga,tempat,dan promosi. Sedangkan
keputusan pembelian konsumen pada industri jamu. menurut Mc Charthy dalam buku Kotler (2000:15)
Hipotesis mengklasifikasikan alat-alat pemasaran ke dalam
Sedangkan sub hipotesis dalam penelitian empat kelompok yang dikenal dengan P dari
ini adalah : pemasaran, yaitu : product,price,place, and
1. Produk berpengaruh terhadap proses promotion.
keputusan pembelian konsumen pada
industri jamu di Banda Aceh. (Indriyo,1999 :111), hal ini digambarkan dalam
Gambar 1.

Sumber : Gito Sudarmo, Indriyo. 1999. Manajemen Pemasaran BPFE. Yogyakarta. (Hal.111).
Etzel et al. (1997:193)

55
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005

Product I a set of tangiable and attributes, which bahwa merek membedakan produk atau jasa sebuah
may include packing,colour, price,quality,and brand, perusahaan dari produk saingannya. Dalam kaitannya
plus the seller service and reputation. A product may dengan produk industri jamu, perusahaan
be a good, service,place, person,or idea. memproduksi selera dan kondisi ekonomi (daya beli)
Baruan produk menurut Kotler (2000 : 398), masyarakat, walupun produk industri jamu
pruduct mix is the set of all products and items that a bentuknya kecil, tetapi mutunya baik dan manjur.
particular seller offers for sale. Jadi baruan produk Harga sering menjadi factor penentu dalam
adalah sekumpulan dari semua produk dan item pembelian,disamping tidak menutupi kemungkinan
produk seperti macam produk, kulaitas produk, factor-faktor lain.
rancangan produk, ciri-ciri produk, merek produk, Dengan demikian harga menjadi lebih
kemasan produk, ukuran produk, pelayanan, jaminan penting bagi konsumen sebagai tanda dari apa yang
dan pengembalian serta atribut lainnya yang secara diharapkan. Menurut Macrae (1996: 131), pembeli
khusus para penjual menawarkan untuk dijual kepada baik yang baru maupun yang lama menggunakan
para pembeli penilaian pelanggan terhadap produk harga sebagai suatu seleksi terhadap citra kualitas
industri jamu. Dapat dilihat dari sisi kemasan,dalam suatu merek. Berdasarkan kualitas dan harga menurut
hal ini menurut Arnold (1996:224) kenyataan bahwa Kotler (2000:520) menunjukkan sembilan
nilai-nilai inti dari merek cukup konsisten untuk kemungkinan strategi harga kualitas seperti
memungkinkan desain kemasan adalah sesuatu yang disajikan seperti pada Gambar 2.
penting Menurut Stanton (1996:269) menyatakan

Harga
Tinggi Sedang Rendah
1.Strategi premium 2. Strategi nilai-tinggi 3. Strategi nilai super
4. Strategi penetapan harga 5. Strategi nilai menengah 6. Strategi nilai baik
terlalu tinggi
7. Strategi peneuri 8. Strategi yang sesungguhnya 9. Strategi penghematan
tidak menghemat

Sumber : Kotler,2000, Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Prenhallindo. Jakarta (hal. 520).

Dalam pengertian umum bauran pemasaran Promosi yang pada akhirnya akan menghasilkan
menurut Kotler (2000:490) tempat adalah sebagai bahwa konsumen naiknya tingkat penjualan. Hal ini
berikut : didasarkan pada anggapan bahwa konsumen yang
Faktor tempat atau place berarti marketing membeli berdasarkan kebiasan, biasanya tidak
channel (distribution channel) are sets of begitu mengingat apa-apa yang akan dibelinya.
interdependent organization involved in the process Keinginan untuk membeli produk sering muncul
of making a products or service available for use or ketika konsumen diingatkan melalui iklan dengan
consumption. cara melihat produk itu di toko.
Sedangkan menurut Etzel,et al (1997:43) Berdasarkan beberapa pendapat pada
adalah sebagai berikut : pakar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Distribution channel consists of the set promosi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
of people firms involved in the transfer of title to a perusahaan guna memberikan informasi dan
product as the product moves from producer to promosi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
ultimate consumer or business user. perusahaan guna memberikan informasi dan untuk
Untuk mengantisipasi kesenjangan memperkenalkan produk kepada konsumen melalui
diantara produsen dan konsumen, maka Keegan beberapa media sesering mungkin untuk
(1996:128) menawarkan alternatif struktur aliran membangun kedekatan produk industri jamu
saluran distribusi produk sebagai berikut : pemilik dengan para pedagang dan konsumen dengan
pabrik produk konsumen dapat menjual langsung harapan agar tertarik untuk membeli produk yang
kepada pelanggan (menggunakan katalog atau ditawarkan.
materi cetakan yang lain), lewat toko sendiri Perilaku konsumen menurut Louden dan
ataupun dengan alternatif strukur yang lain untuk Delta dalam Marius P. Angipora (1999:94), adalah
produk konsumen proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik
Menurut Sutisna (2000:39). Iklan untuk individu dalan upaya memperoleh dan
produk yang dibeli berdasarkan kebiasaan menggunakan barang dan jasa (evaluasi,
seharusnya ditampilkan sesering mungkin untuk memperoleh, menggunakan barang atau jasa).
mengingatkan konsumen. Sedangkan Supranto Dilihat dari derajat keterlibatan konsumen
(2000:44) menyatakan bahwa seorang pelanggan menurut Kotler (2000 : 177),maka terdapat tipe
yang loyal akan membicarakan hal-hal yang bagus atau sudut pandang pengambilan keputusen
tentang produk atau perusahaan yang Selanjutnya keterlibatan tinggi (high involvement) dan
Arnol (1996:177) menyatakan : keterlibatan rendah(Low Involvement).

56
Pengaruh Pelaksanaan Bauran Pemasaran terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada Jamu di Banda Aceh
Rusydi Abubakar

Gambar 3. Empat Tipe Perilaku Konsumen.


High Involvement Low Involvement
Significant Differences between Complex Buying Behavior Variety-seeking Buying Behavior
Bands
Faw Differences between Bands Dissonace-reducing Buying Habitual Buying Behavior.
Behavior
Sumber : Kotler,2000.Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Prenhallindo. Jakarta. (hal.177).

Metedologi
Penelitian ini menganalisa pengaruh bauran a. Pada iterasi pertama dipergunakan rumus
pemasaran industri jamu terhadap proses keputusan sebagai berikut :
pembeli konsumen. Objek penelitian untuk variable
bebas/independent variable adalah bauran pemasaran
dengan sub variable yaitu : produk,harga.promosi
dan tempat.
Objek penelitian lainnya sebagai variabel
terikat/Dependent Variabel adalah keputusan
pembelian konsumen. Yang dijadikan respon adalah
pengguna produk jamu. Untuk menganalisa objek
penelitian ini dipergunakan pendekatan deskriptif dan
variatif, melalui analisis jalur (Path Analysis).
Manajemen penelitian ini merupakan
pendekatan Ilmu Ekonomi Terutama dari ilmu uang
memfokuskan pada bidang Manajemen Pemasaran
secara khusus pada aspek bauran pemasaran dan
pengaruhnya terhadap proses keputusan pembelian
konsumen pada industri jamu di Banda Aceh.
Variabel-varibel dalam penelitian pengaruh
pelaksanaan bauran pemasaran terhadap proses
keputusan-keputusan pembelian konsumen pada
indutri jamu Di Banda Aceh terdiri dari :
1. Variabel bebas/independent variabel (Variabel
X) adalah bauran pemasaran. Sub variable :
produk (X1),harga (X2), promosi(X3) dan
tempat (X4).
2. Produk terikat/Dependent variabel (variabel Y)
adalah proses keputusan pembelian konsumen.
Unit observasi pada penelitian ini adalah industri
jamu Kota Banda Aceh untuk mendapatkan data
sekunder,konsumen produk jamu yang ada di
Banda Aceh untuk mendapatkan data primer
sebagai unit analisis dalam penelitian ini. 2. Apabila ukuran sample minimal pada iterasi
1. Dalam penelitian ini ukuran sample untuk pertama dan iterasi kedua harganya sampai
konsumen (responden) ditentukan dengan bilangan yang satuannya sama,
berdasarkan bentuk pengujian statistik yang maka iterasi berhenti. Apabila belum sama,
akan digunakan untuk menguji hipotesis. lakukan iterasi ketiga dengan menggunakan
Hipotesis akan diuji dengan menggunakan rumus 4b, demikian seterusnya sampai
Analisis Jalur (Path Analysis). Dengan ukuran sample yang akan ditentukan sudah
demikian ukuran sample minimal untuk sama baru berhenti.
analisis jalur ini, dapat ditentukan melalui 3. Berdasarkan keterangan di atas dalam
rumus ukuran sample minimal untuk ukuran penelitian ini diambil :
korelasi koefisien yang dilakukan secara
iteratif (perhitungan berulang-ulang)
Menentukan ukuran sample secara iteratif
dengan langkah sebagai berikut :

57
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005

frekuensi dan proporsi. Sedangkan mengetahui


tingkat masing-masing item dari variabel maupun
antar variabel penelitian digunakan teknik
perbandingan skor total responden terhadap skor
maksimumnya.
Untuk dapat mencapai tujuan yaitu
mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung dari masing-masing variabel bauran
pemasaran terhadap keputusan pembelian konsumen
Pada iterasi pertama ini diperoleh sample dan menguji hipotesis penelitian, maka teknik analisi
sebanyak 75 orang responden yang ditetapkan secara data digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis).
random.
Iterasi kedua : Menurut Harun Al-Rasyid (2001:7), langkah kerja
Jumlah sample pada iterasi kedua dapat pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: Gambar 4
dihitung dengan rumus diatas sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan iterasi kedua


diperoleh sample sebanyak 75 orang responden yang
hampir sama dengan hasil iterasi I. Selanjutnya untuk
menentukan banyaknya sample pada masing-masing
kecamatan di hitung dengan metode alokasi
proporsional menurut (Moh. Nazir,1999:361)
sebagai berikut :
Analisis dan Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan penyebaran kuisioner
terhadap 225 orang responden yang berada di Kota
Banda Aceh, khususnya yang berada di Kecamatan
Baiturrahman, Kuta Alam, dan Kecamatan Syiah
Kuala. Karekteristik responden disajikan pada
Tabel.1
Tabel 1. Karekteristik responden Pengguna Produk
Jamu Saat ini
No Uraian Frekuensi Persentase
(%)
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan 1 Ya 212 94,22
bauran pemasaran yang diterapkan oleh industri 2 Tidak 13 5,78
jamu, dari hasil angket setiap item pertanyaan dicari Jumlah 225 100,0
besarnya persentase dengan menggunakan rumus : Sebagian besar konsumen industri jamu
mengkonsumsi jenis jamu kesehatan, yaitu sebanyak
51,11 persen atau 115 orang. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar konsumen mengkonsumsi
jamu hanya untuk menjaga atau memulihkan
kesehatannya saja, bukan digunakan sebagai obat
untuk menyembuhkan penyakit. Perincian mengenai
jenis produk jamu yang dikonsumsi industri jamu
disajikan pada table 2.

Rumus di atas digunakan untuk


menganalisis deskriptif dimana respon jawaban
responden pada setiap item digunakan perhitungan

58

Anda mungkin juga menyukai