Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata (641-trauma kimia)


Mata merupakan salah satu alat indra yang terdiri atas susunan yang komplek.
Mata terdiri atas bola mata, rongga orbita, kelopak mata, pembuluh darah dan sistem
persarafan. Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai anatomi bola mata. Bola
mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior sekitar 24 mm. Bagian bola mata
paling depan adalah kornea. Bola mata memiliki 2 kelengkungan yang berbeda akibat
kornea mempunyai kelengkungan yang lebih tajam.1

Gambar 1 Anatomi Bola Mata


Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan yaitu:
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut
kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.1
2. Uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea dan sklera dibatasi oleh ruang yang
potensial dimasuki darah apabila terjadi trauma yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea terdiri atas iris, corpus siliar dan koroid. Corpus siliar yang terletak
dibelakang iris menghasilkan humor aqueous.1
3. Retina merupakan lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semi transparan
yang terletak paling dalam dan berbatas dengan koroid. Retina terdiri atas 10 lapisan
(dari dalam keluar): (1) membran limitans interna; (2) lapisan serat saraf yang
mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju N II; (3) lapisan sel
ganglion; (4) lapisan pleksiform dalam yang mengandung sambungan sel ganglion
dengan sel amakrin dan sel bipolar; (5) lapisan nukleus dalam badan-badan sel
bipolar, amakrin dan horizontal; (6) lapisan pleksiform luar yang mengandung
sambungan sel bipolar dan sel horisontal dengan fotoreseptor; (7) lapisan nukleus luar
sel fotoreseptor; (8) membran limitans eksterna; (9) lapisan fotoreseptor segmen
dalam dan luar batang dan kerucut; (10) epitel pigmen retina.2
Kornea atau dalam bahasa latin disebut cornum yang berarti seperti tanduk adalah
jaringan transparan pada mata yang tembus cahaya. Transparansi kornea disebabkan oleh
strukturnya yang seragam, avaskularitas dan deturgensinya. Dari anterior ke posterior,
kornea terdiri atas 5 lapisan: lapisan epitel (berbatasan langsung dengan epitel
konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement dan lapisan
endotel. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh darah limbus, humor aqueous dan air
mata.1,2
2.2 Definisi
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi
karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai
kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola
mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat
merusak struktur bola mata tersebut.3
Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7
yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata.Tingkat keparahan trauma
dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat
kimia tersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda.3
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam
laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan
peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat rumah tangga.
Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.Irigasi daerah yang terkena
trauma kimia merupakan tindakan yang harus segera dilakukan.1
2.3 Epidemiologi
Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat
mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada
satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan
setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima
pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus
trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya.2,4
Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali
lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral
sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta
mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan
trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara
international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan.
Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat
mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih
banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.4

2.4 Etiologi
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik
pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2
macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang bersifat
basa.Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan dikatakan bersifat
basa bila mempunyai pH > 7.5

Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam
kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara
anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi
protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan
tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam.
Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan
daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.3
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian.Asam lemah ini secara cepat melewati
membran sel, seperti alkali.Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan
menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium
membentuk insoluble complexes.Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari
immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion
potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi,
dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan
neurologik.3
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan
terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung
terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga
terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak
menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam
keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.
Bila bahan asam mengenai mata makaakan segera terjadi koagulasi protein epitel
kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak
tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan
hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak
bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih
dalam.6

Gambar 2 Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Asam

Bahan kimia bersifat asam: asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam
hidrklorida,zatpemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat
ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan
penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata.Asam Hidroflorida dapat ditemukan
dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang
kuat.6,7

Trauma Basa
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa
memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi
sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.Trauma basa akan
memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada
bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan
menembus kornea, kamera okuli anteriorsampai retina dengan cepat, sehingga berakhir
dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.
Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan
dehidrasi.3

Gambar 3Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Basa/Alkali9

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada
pH yang tinggi alkaliakan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi asam
lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi
lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basaakan menghilang dan terjadi
penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma
kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke
dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh
darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan
memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan
langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan
dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen
kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan
ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam
sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea
mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila
terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila
alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan
siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat
yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan
jaringan kornea.3
Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin lemari
es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih dalam rumah
tangga, soda kuat.6,7

2.5 Patofisiologi
Patofisiologi dan Gejala Trauma Asam Pada Mata.

Bahan kimia asam

Asam cenderung berikatan dengan protein

Menyebabkan koagulasi protein plasma

Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut

Luka hanya terbatas pada permukaan luar saja.

Asam masuk ke bilik mata depan menimbulkan iritis dan katarak.

Gangguan persepsi penglihatan


Gambar menunjukkan koagulasi protein yang berlaku pada mata akibat trauma asam, dan
menimbulkan kekeruhan pada kornea, dimana yang nantinya akan cenderung untuk masuk ke bilik
depan mata dan bisa menimbulkan katarak.

Gambar menunjukkan mata yang pada bagian konjungtiva bulbi yang hiperemis dan pupil yang
melebar karena peningkatan tekanan intraokular.
Penangganan Trauma Asam.

Pada saat mata terkena asam di tempat kejadian, tindakan pertama yang harus diambil adalah
dengan irigasi bagian mata yang terkena dengan menggunakan air keran yang mengalir atau
menggunakan garam fisiologis jika ada selama 15-30 menit.

Pada saat di rumah sakit, dapat diberikan anestesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3% dan
kemudian bisa diberi antibiotic. Pada trauma asam, karena terbentuknya barrier proteksi, mata yang
terkena pada dasarnya akan kembali normal.

Trauma Basa Pada Mata.

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki
dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan
masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada
mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai
retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran
jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi,
disertai dengan dehidrasi.

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang
tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel.
Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali.
Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau
keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea
akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung
disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal
epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan
berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan
dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea.

Selain itu gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat
terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat
pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia.
Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup
dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan
fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat
yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea.
Bahan kimia bersifat basa contohnya NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin lemari
es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih dalam rumah tangga, soda
kuat.

Patofisiologi Trauma Basa Pada Mata.

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan yang timbul
setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:

Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal sebagai berikut:

Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi
pembuluh darah pada limbus.
Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi
permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten pada epitel kornea dengan
perforasi dan ulkus kornea bersih.
Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan
presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.
Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan
iris dan lensa.
Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk
memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.

Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:

Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-sel
epitelial yang berasal dari stem cell limbus
Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis kolagen
yang baru.

Patofisiologi trauma basa yang merusak mata :

Bahan kimia alkali

Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam lemak membran sel
penetrasi lebih lanjut

Mukopolisakarida jaringan menghilang & terjadi penggumpalan sel kornea

Serat kolagen kornea akan membengkak & kornea akan mati

Edema terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma, cenderung disertai masuknya
pemb.darah (Neovaskularisasi)

Dilepaskan plasminogen aktivator & kolagenase (merusak kolagen kornea)

Terjadi gangguan penyembuhan epitel

Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam

3.1.Diagnosa
Diagnosa pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan
trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan
anamnesa singkat.

3.2.Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat
segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea. Sedangkan pada
trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa hari sesudah
kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat
dibanding trauma asam.8
Anamnesa
Pada anamnesa sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau tersemprot
gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. SSSPerlu diketahui apa
persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali
atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi)serta kapan terjadinya trauma tersebut.6,12
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera terjadi.
Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba
tiba.Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma. Dan
harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat salah satunya
apabila trauma terjadi akibat ledakan.8

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia sudah
terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral.Obat anestesi topikal atau
lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum
dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan
perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik
limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi,
peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan berulang.7,12

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH bola
mata secara berkala dengan kertas lakmus.Irigasi pada mata harus dilakukan sampai
tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit
lampbertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan
indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri
untuk mengetahui tekanan intraocular.7,12
Gambar 5 Kertas Lakmus untuk Pemeriksaan pH7
3.3.Diagnosa Banding
Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata,
terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis, konjugtivitis
hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-lain.

3.4.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma
ataupun jenis trauma itu sendiri.Namun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya
infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang.
Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan anamnesa
dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia mencakup:

Penatalaksanaan Emergency10
1. Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata
dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang
harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling
sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik.Jika perlu dapat diberikan
anastesitopikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi dalam waktu
yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang
terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang
konstan.
2. Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang
terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya
perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva
forniks.
3. Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi pada kornea.
Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan
artificial tear (air mata buatan).
Gambar 6 Irigasi dan Pembebatan pada MataGambar 7 Irigasi dengan Kanul 6

Gambar 8 Irigasi dengan Lensa Morgan6,7

Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-
obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.
Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi
inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.8,10
1. Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan
sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya
diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1%
EDdan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat
diberikan Prednisolon IV 50-200 mg
2. Sikloplegikuntuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.
Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
3. Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan
penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas
kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik
dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
4. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra
okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral
asetazolamid (diamox) 500 mg.
5. Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin
efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan
mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan
sistemik (doksisiklin 100 mg).
6. Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan
barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi
respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari.
Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah
trauma.
Pembedahan10
1. Segera. Pembedahan yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi
limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan
forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:
Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus
kornea.
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar
donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi
normal.
Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis
2. Lanjut. Penanganan bedah pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:
Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan
simblefaron.
Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini
untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat
dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.

3.5.Komplikasi
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan
jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada
mata antara lain:10

1. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus,


sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler
3. Sindroma mata kering
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.
Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pHcairan akuos dan
menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-
lahan. Trauma kimia asamsukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi
katarak traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup
6. Entropion dan phthisis bulbi

Gambar 9 Simblefaron Gambar 10 Phthisis bulbi

3.6.Prognosis
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan olehbahan penyebab trauma
tersebut.Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah
satu indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas
pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk
paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye dimana
prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.8
Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat
menyebabkan simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi
inflamasi pada kamera okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.8

Gambar 11 Cooked Fish Eye Appearance8


DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.

2. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta. 2000.

3. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.

4. Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries. Diakses 28
September 2016.http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/

5. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints.


Diakses 30 September 2016.http://www.acep.org/content.aspx?id=26712

6. Eye Teachers of American Foundation. Eye Trauma. Diunduh pada tanggal 28


September 2016. http://www.ophthobook.com/videos/eye-trauma-video

7. American Academy of Ophthalmology. Chemical Burn. Diunduh pada 28 September


2016. http://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfm

8.

Anda mungkin juga menyukai