RUPTUR UTERI
Oleh :
DYAH AYU LESTARI
NPM.112170026
Pembimbing:
1
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Ruptur Uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga uterus dan rongga
keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga
ikut ruptur dengan demikian janin sebagia atau seluruh tubuhnya telah keluar oleh
kontraksi terakhir rahim dan berada dalam kavum peritonei atau rongga abdomen.
Pada ruptura uteri inkomplit hubungan kedua rongga tersebut masih dibatasi
oleh peritoneum viserale.Pada keadaan yang demikian janin belum masuk ke dalam
rongga peritoneum. Apabila pada rupture uteri peritoneum pada permukaan uterus
Pada dehisens (regangan) dari parut bekas bedah sesar kantong ketuban juga
belum robek, tetapi jika kantong ketuban ikut robek maka disebut telah terjadi
ruputura uteri pada parut.Dehisens bisa berubah jadi ruputura pada waktu partus atau
akibat manipulasi pada rahim yang berparut, biasanya bekas bedah sesar yang
dehisens perdarahan minimal atau tidak berdarah, sedangkan pada ruptur uteri
perdarahannya banyak yang berasal dari pinggir parut atau robekan baru yang
meluas.
2
EPIDEMIOLOGI
Terjadinya rupture uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih
merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinya. Kematian ibu
dan anak akibat rupture uteri masih tinggi. Sebuah kajian deskriptif tentang profil
kematian janin dalam rahim di RS Hasan Sadikin, Bandung periode 2000-2002 men-
dapatkan 168 kasus kematian janin dalam rahim dari 2974 persalinan.Penyebab
kematian janin dalam rahim paling tinggi oleh karena faktor ibu yaitu ibu dengan
Lebih lanjut, dilakukan pula evaluasi kasus ruptur uteri di RS Hasan Sadikin
dan 3 rumah sakit jejaringnya pada periode 1999-2003. Hasilnya, insiden kasus
ruptur uteri di RS Hasan Sadikin 0,09% (1 : 1074). Insiden di rumah sakit jejaring se-
dikit lebih tinggi yaitu 0,1% (1:996). Di RSHS, tidak didapatkan kematian ibu, se-
dangkan di 3 rumah sakit jejaring didapatkan sebesar 0,4%. Sebaliknya, kematian pe-
rinatal di RSHS mencapai 90% sedangkan di rumah sakit jejaring 100%. Maka dari
itu dapat disimpulkan, kasus ruptur uteri memberi dampak yang negatif baik pada
KLASIFIKASI
1. Menurut sebabnya :
3
ii. Trauma uterus koinsidensial : instrumentasi sendok kuret atau
tidak berkembang
2. Menurut Lokasinya :
a. Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah
miemektomi
4
b. Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang
sulit dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis
3. Menurut etiologinya :
Rupture uteri spontanea dapat terjadi akibat dinding rahim yang lemah
spontan dapat pula terjadi akibat peregangan luar biasa dari rahim
seperti pada ibu dengan panggul sempit, janin yang besar, kelainan
ETIOLOGI
Ruptura uteri bisa disebabkan oleh anomali atau kerusakan yang telah ada
sebelumnya, karena trauma, atau sebagai komplikasi persalinan pada rahim yang
masih utuh. Paling sering terjadi pada rahim yang telah diseksio sesarea pada
5
persalinan sebelumnya. Lebih lagi jika pada uterus yang demikian dilakukan partus
C. pernah histerorafi
D. pelaksanaan trial of labor terutama pada pasien bekas seksio sesarea, dan
sebagainya.
Oleh sebab itu, untuk pasien dengan panggul sempit atau bekas seksio sesarea
klasik berlaku adagium Once Sesarean Section always Sesarean Section. Pada
keadaan tertentu seperti ini dapat dipilih elective cesarean section (ulangan)
6
PATOFISIOLOGI
Saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dengan demikian,
dinding korpus uteri atau segmen atas rahim menjadi lebih tebal dan volume korpus
uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya tubuh janin yang menempati korpus uteri
terdorong ke dalam segmen bawah rahim. Segmen bawah rahim menjadi lebih lebar
dan karenanya dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik keatas oleh kontraksi
segmen atas rahim yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran retraksi yang
Apabila bagian terbawah janin tidak dapat turun oleh karena suatu sebab
(misalnya : panggul sempit atau kepala besar) maka volume korpus yang bertambah
mengecil pada waktu ada his harus diimbangi perluasan segmen bawa rahim ke atas.
melewati batas fisiologis menjadi patologis yang disebut lingkaran bandl (ring van
bandl). Ini terjadi karena, rahim tertarik terus menerus kearah proksimal tetapi
tertahan dibagian distalnya oleh serviks yang dipegang ditempatnya oleh ligamentum
ligamentum pada sisi belakang (ligamentum sakrouterina), pada sisi kanan dan kiri
vesikouterina).
Jika his berlangsung terus menerus kuat, tetapi bagian terbawah janin tidak
kunjung turun lebih ke bawah, maka lingkaran retraksi semakin lama semakin tinggi
dan segmen bawah rahim semakin tertarik ke atas dan dindingnya menjadi sangat
tipis. Ini menandakan telah terjadi rupture uteri iminens dan rahim terancam robek.
Pada saat dinding segmen bawah rahim robek spontan dan his berikutnya dating,
7
Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea lebih sering terjadi terutama pada
parut pada bekas seksio sesarea klasik dibandingkan pada parut bekas seksio sesarea
profunda. Hal ini disebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus yang
tenang pada saat nifas memiliki kemampuan sembuh lebih cepat sehingga parut lebih
kuat. Ruptur uteri pada bekas seksio klasik juga lebih sering terjadi pada kehamilan
tua sebelum persalinan dimulai sedangkan pada bekas seksio profunda lebih sering
terjadi saat persalinan. Rupture uteri biasanya terjadi lambat laun pada jaringan
jaringan di sekitar luka yang menipis kemudian terpisah sama sekali. Disini biasanya
peritoneum tidak ikut serta, sehingga terjadi rupture uteri inkompleta. Pada peristiwa
ini perdarahan banyak berkumpul di ligamentum latum dan sebagian lainnya keluar.
DIAGNOSIS
Ruptura uteri iminens mudah dikenal pada ring van Bandlyang semakin
tinggi dan segmen bawah rahim yang tipis dan keadaan ibu yang gelisah takut karena
nyeri abdomen atau his kuat yang berkelanjutan disertai tanda-tanda gawat janin.
Gambaran klinik ruptura uteri adalah khas sekali. Oleh sebab itu pada umumnya
tidak sukar menetapkan diagnosisnya atas dasar tanda-tanda klinik yang telah
diuraikan. Untuk menetapkan apakah ruptura uteri itu komplit perlu dilanjutkan
Pada ruptura uteri komplit jari-jari tangan pemeriksa dapat menemukan beberapa hal
berikut :
1. jari jari tangan dalam bisa meraba permukaan rahim dan dinding perut yang
licin
2. dapat meraba pinggir robekan, biasanya terdapat pada bagian depan di
segmen bawah rahim
3. dapat memegang usus halus atau omentum melalui robekan
4. dinding perut ibu dapat ditekan menonjol ke atas oleh ujung-ujung jari-jari
8
tangan dalam sehingga ujung jari-jari tangan luar saling mudah meraba ujung
jari-jari tangan dalam.
GEJALA KLINIS
Gejala Saat Ini :
Ruptur uteri harus selalu diantisipasi bila pasien memberikan suatu riwayat
miomektomi.
Pemeriksaan Umum
9
Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari kehilangan darah akut,
Pemeriksaan Abdomen
intraperitoneum.
Pemeriksaan Pelvis
KOMPLIKASI
Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat dan sepsis akibat infeksi
adalah dua komplikasi yang fatal pada peristiwa ruptura uteri. Syok hipovolemik
terjadi bila pasien tidak segera mendapat infus cairan kristaloid yang banyak untuk
selanjutnya dalam waktu yang cepat digantikan dengan transfusi darah segar. Darah
mengandung semua unsur atau faktor pembekuan dan karena itu lebih bermanfaat
10
demi mencegah dan memngatasi koagulopati dilusional akibat pemberian cairan
Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptura uteri telah
terjadi sebelum tiba di rumah sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi
termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam keadaan yang demikian pasien
tidak segera memperoleh terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan
menderita peritonitis yang luas dan menjadi sepsis pasca bedah. Sayangnya hasil
pemeriksaan kultur dan resistensi bakteriologik dari sampel darah pasien baru
diperoleh beberapa hari kemudian. Antibiotika spektrum luas dalam dosis tinggi
dalam obstetrik.
Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus yang belum punya anak
hidup meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan mendalam. Jalan keluar
bagi kasus ini untuk mendapatkan keturunan tinggal satu pilihan melalui assisted
mungkin dikerjakan pada rumah sakit tertentu dengan biaya tinggi dan dengan
11
PENANGANAN
Dalam menghadapi masalah ruptura uteri semboyan prevention is better than
cure sangat perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap pengelola persalinan di
mana pun persalinan itu berlangsung. Pasien risiko tinggi haruslah dirujuk agar
persalinannya berlangsung di rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup dan
histerektomi dan resusitasi serta antibiotika yang sesuai. Diperlukan infus cairan
kristaloid dan transfusi darah yang banyak, tindakan antisyok, serta pemberian
a. Histerektomi
uterus) pada seorang wanita, sehingga setelah menjalani operasi ini dia tidak
bisa lagi hamil dan mempunyai anak. Histerektomi dapat dilakukan melalui
irisan pada bagian perut atau melalui vagina. Pilihan ini bergantung pada
jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan
Ada beberapa jenis histerektomi yang perlu kita ketahui. Berikut ini
adalah penjelasannya :
diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu,
12
o Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral. Histerektomi ini
ovarium.
b. Histerorafi
luka robekan masih bersih dan rapi pasiennya belum punya anak hidup.
PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada apakah ruptur uteri pada uterus yang masih utuh
atau pada bekas seksio sesarea atau suatu dehisens. Bila terjadi pada bekas seksio
sesarea atau pada dehisens perdarahan yang terjadi minimal sehingga tidak sampai
13
menimbulkan kematian maternal dan kematian perinatal. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah kecepatan pasien menerima tindakan bantuan yang tepat dan
cekatan. Ruptura uteri spontan dalam persalinan pada rahim yang tadinya masih utuh
mengakibatkan robekan yang luas dengan pinggir luka yang tidak rata dan bisa
ligamentum latum atau meluas ke atas atau ke vagina disertai perdarahan yang
banyak dengan mortalitas maternal yang tinggi dan kematian yang jauh lebih tinggi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary et.all, 2005. Obstetri Williams Edisi 21. EGC. Jakarta.
Norwitz, Errol dan Schorge, John, 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi
kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and gynekology.
Volume 99. No: 3. Maret 2003.
Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL, Casey BM.
Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual of Obstetrics. Edisi 2003.
The University of Texas Southwestern Medical Centre at Dallas. 2003
15