Abstraksi
Pemikiran pneumatologis Amos Yong dapat dikatakan mewakili teolog
Pentakosta yang progresif, produktif, di mana pemikirannya menjadi pionir cara
berteologi Pentakosta yang bersifat dialogis dan ekumenis, bahkan mampu
menariknya hingga pada diskursus agama-agama. Pemikiran Amos Yong terkait
dengan dialog agama-agama dari perspektif penumatologis, dengan pendekatan
yang lebih dialogis ketimbang apologetis. Hal ini merupakan terobosan dari
kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok Pentakosta/Kharismatik pada umumnya,
di mana mereka tidak pernah tertarik untuk mengkaitkan pneumatologi dengan
diskursus teologi agama-agama, melainkan berkutat pada persoalan Baptisan Roh
Kudus dan pengembangan karunia Roh Kudus yang sering disebut sebagai
anugerah kedua.
Dalam pneumatologinya, Yong menawarkan menawarkan tiga kriteria; divine
presence, divine absence dan divine activity, yang dapat memampukan gereja
untuk discern kehadiran dan pekerjaan Allah. Yong juga menekankan bahwa Roh
Kudus akan memampukan orang-orang Kristen menginternalisasi the hospitality
of God dengan menolong kita untuk berinteraksi secara positif sebagai host
dalam dunia yang pluralis secara agama. Sekalipun pertumbuhan gereja dianggap
penting, namun demikian misi eklesiologi harus di bawah konsep missio Dei,
yaitu misi yang berfokus pada peningkatan dan kemajuan Kerajaan Allah,
ketimbang Pertumbuhan Gereja. Hal ini dikarenakan gereja bukanlah Kerajaan
Allah, tetapi agenda dari Kerajaan Allah, sehingga misi tidak berpusat pada
gereja. Gereja berpartisipasi dalam misi Allah di dunia.
Abstract
Amos Yongs pneumatology could represent of progressive and productive
Pentacostal theologian, whose thought became pioneer to make theology of
pentacostal with ecumenical and dialogue manner, even brought it to the
Religion discourse. Amos Yongs thought was concerned to religions dialogue
with pneumatology perspective, preffering dialogue approach to apologetics. This
was a breakthrough of Pentacostal/Charismatics customs, which they had never
1
Dosen STT Bethel Petamburan, Jakarta
interested to correlate pneumatology with theology of religions discourses, yet
kept focus on issues of Baptism with Holy Spirit or spiritual gifts, which so-called
second blessing.
In Yongs pneumatology offered three criterions; divine presence, divine
absence and divine activity, which enable church to discern the presence and work
of God. Yong also emphasized that Holy Spirit will enable christians to
internalize the hospitality of God by helping us to interact positively as host in
religiously pluralistic world. Although the church growth was considered to be
important, yet mission of church must be under the concept of missio Dei, which
focused on enhancing or improving Gods Kingdom. Mission is not church-
centered, because church is not Gods Kingdom. Church is participated in Gods
mission throughout the world.
6
Hwang Yung, Mangoes or Bananas?
5
Lihat: Bong Rin Ro, Bible in Asia The Quest for an Authentic Asian
Context, 1982; Paul G. Hiebert, Christian Theology. Biblical Theology in
Anhtropological Insights for Missionaries, an Asian Context. (Oxford, UK., Regnum,
1985 1997), 224-225
Movement Theology. Namun, pengetahuannya akan agama-agama
belakangan, tuduhan-tuduhan itu Timur bersama dengan kuasa-kuasa
makin mereda, bahkan pemikiran- adikrotinya, sebagaimana pada
pemikiran pneumatologi Yonggi Cho Buddhisme, yoga, agama-agama
telah menjadi subjek yang secara Jepang seperti Soka Gakkai. Ia
rutin diangkat pada symposium merujuk evil spirit world dalam
Internasional Teologi Yonggi Cho, buku itu dimana berada di bawah
oleh para ahli-ahli dari seluruh dunia, kuasa dan otoritas ALLAH yang
baik para pengkritik Cho, hingga maha kuasa.
yang mendukungnya. Maka sebenarnya Pentakosta/
Allan Anderson dalam esainya Kharismatik (Neo-Pentakosta)
berjudul, Contextual Pentecostal merupakan pihak yang lebih bisa
7
Theology of David Yonggi Cho, diajak dialog terkait dengan usaha-
menyimpulkan bahwa Cho, usaha kontekstualisasi dunia roh
sebenarnya telah berhasil kepada agama-agama Asia. Paling
mengembangkan suatu teologi tidak untuk tingkat pengembangan
kontekstual di dalam tulisan-tulisan pengetahuan dan kesadaran akan
dan pelayanannya. Didukung oleh dunia Roh/roh itu sendiri. Memang,
beberapa disertasi (di Birmingham masih terganjal oleh masalah yang
dan di Fuller) mengenai tema-tema terkait dengan soteriologi. Sebab,
seperti Korean Church Growth and bagaimanapun, orang-orang
Yonggi Cho, dan atas dasar buku Cho Pentakosta/ Kharismatik masih
Fourth Dimension, Anderson menyakini bahwa akhirnya roh-roh
menyatakan untuk jangkauan tertentu pada kepercayaan lain harus
pesan Pentakostal Cho merupakan dimenangkan kepada Kristus. One
suatu teologi kontekstual yang telah more person for Christ adalah
beradaptasi dan mentransformasi pernyataan yang sering dilontarkan
situasi-situasi budaya dan agama . . . oleh orang-orang Pentakosta/
Konsep Cho dalam buku Fourth Kharismatik dan keyakinan mereka
Dimension dikaitkan dengan akan pekerjaan Roh Kudus seperti
pada masa Kisah Rasul yang
7
Asia Journal of Pentecostal Studies 7:1
membawa para tenung untuk
(2004), 101-123
meninggalkan praktek-praktek majik kontekstualisasi pesan Kristen pada
mereka dan mengikut Roh yang dunia roh, dimaksudkan untuk
disembah orang-orang Kristen. pemetaan daerah-daerah yang
Sementara itu, orang-orang Injili dikuasai oleh roh-roh untuk
sendiri tampaknya sudah mengunci kemudian dilakukan peperangan
kemungkinan pengembangan yang terhadapnya.
dinamis, dialogis dan berbasis
Penginjilan dan Dialog Antar
praksis, karena kesetiaan mereka
Agama/Iman
pada sola scriptura-nya. Orang-
Karena discernment of the Spirit
orang Pentakosta/ Kharismatik lebih
Amos Yong dalam rangka dialog
berbasis penghayatan kerja ALLAH
agama-agama maka, isu yang krusial
masa kini yang lebih dinamis. Peter
adalah bagaimana orang-orang
Wagner melihat bahwa orang-orang
Pentakosta/ Kharismatik
Pentakosta/Kharismatik adalah
memahaminya di dalam kerangka
people of prayer dan bahwa mereka
semangat mereka akan pemberitaan
percaya ALLAH mempunyai kuasa
Injil? Bagaimanapun, kita harus
atas Setan, penyakit, kemiskinan dan
mengakui konteks yang terus
alienasi. Pada tahun 1980an, orang-
berubah telah menantang kita
orang Pentakosta/Kharismatik dan
memikirkan ulang akan pola-pola
Para Penggagas Gelombang Ketiga
pendekatan kita terhadap Alkitab dan
mengutarakan pendekatan spiritual
pendekatan misi kita. Stephen B.
mereka kepada pelayanan dan misi.
Bevans dan Roger P. Schroeder
Mereka kemudian menggagas ide
benar berkata, berada di dalam
peperangan rohani (spiritual walfare)
misi artinya berubah secara
yang berfokus pada identifikasi roh-
berkesinambungan sebagaimana Injil
roh dimana mereka percaya bahwa
berhadapan dengan konteks-konteks
mengendalikan kawasan-kawasan
yang baru dan beragam. Namun
yang menjadi penentang bagi Injil8 .
perubahan seperti itu, bukanlah
Maka, pada Pentakosta/Kharismatik,
semena-mena, namun selalu ada hal-
8
hal tertentu yang bersifat konstan
Michael Pocock, et al., The Changing
Face of World Missions. Engaging yang-meskipun hal-hal itu bisa
Contemporary Issues and Trends. (Grand
Rapids, MI: Baker Books, 2005), 188 berbeda muatannya-selalu hadir
sebagai suatu kerangka kerja dengan sosial membuat orang-orang Injili
mana Gereja mengidentifikasikan sungkan untuk mengembangkan
dirinya sendiri dan sekitar mana dialog dengan kepercayaan-
9
pesan Injil mengambil bentuknya. kepercayaan/agama lain. Namun
Dalam konteks Indonesia, saya lebih menyetujui pandangan
dimana kenyataan pluralis agama, yang seimbang bahwa penginjilan
suku, ras dan bahasa membuat dialog dan dialog dapat diberlangsungkan
menjadi suatu keniscayaan. Penulis seperti pandangan Lessie Newbigin,
sendiri menyetujui pemikiran bahwa Johannes Nissen, dan David J. Bosh.
Penginjilan dan Dialog dapat Studi historis dan hermeneutik
dilakukan sekaligus. Tidak ada dari Misi PB dan Misi yang
pertentangan. Penginjilan seharusnya dilakukan oleh Johannes Nissen 10
tidak meniadakan dialog, dan dialog menunjukkan bahwa tidak ada
seharusnya tak mengorbankan referensi apapun di PB yang
penginjilan. Namun bagaimana hal mendukung cara-cara penginjilan
itu dapat dilakukan? Ini terkait yang meng-kristen-kan orang lain.
dengan apa definisi kita tentang PB secara hermeneutik menentang a
dialog dan apa definisi kita tentang triumphant evangelization paradigm.
penginjilan. Kristeninasi dan proselitisasi
Kelompok Injili dan Ekumenikal merupakan suatu konsep yang
telah cukup lama ada di dalam manipulatif dan tidak sesuai dengan
perdebatan-perdebatan khususnya Alkitab. Pemberitaan Injil
pada pertemuan-pertemuan WCC seharusnya konsern pada
dan IMC. Orang-orang Ekumenikal keselamatan ALLAH dan
cenderung terlalu menekankan pengampunan-Nya melalui Yesus
Dialog, sementara orang-orang Injili Kristus dan membiarkan orang
cenderung kepada proyek tersebut mengambil keputusan.
penyelamatan jiwa. Keutamaan (the Pelayanan diakonal sosial gereja
primacy) penginjilan atas aksi-aksi tidak boleh dipergunakan sebagai
sarana untuk mempengaruhi orang
9
Stephen B. Bevans dan Roger P.
10
Schroeder, Constants in Context: A Johannes Nissen, New Testament and
Theology of Mission for Today (Maryknoll, Mission Historical and Hermeneutical
NY.: Orbis, 2004), 72. Perspectives (2006)
dari kepercayaan lain merubah sosial dan ekonomi. Namun, ia telah
agamanya. Aksi sosial gereja harus secara penuh memberitakan Injil dan
murni sebagai panggilan bagi dengan demikian pekerjaannya
solidaritas kemanusiaan sebagai sebagai misionaris telah selesai.
teladan Yesus. Namun Newbigin menjelaskan
Maka kemudian benar apa yang bahwa penginjilan adalah suatu
dikatakan oleh Newbigin 11 , bahwa keharusan dan Kristus mempunyai
penginjilan tidak sekedar membawa tempat yang unik di dalam sejarah
orang-orang menjadi Kristen. Sukses dan tak dapat disamakan dengan
misi tidak dapat diukur baik oleh dewa-dewa dan juruselamat-
Pertumbuhan Gereja, dan bukan pula juruselamat agama lain. Maka karena
oleh memanusiakan masyarakat, Injil adalah kebenaran, ia harus
menghapuskan penyakit-penyakit dibagikan secara universal. Ia tak
sosial, menyediakan pendididkan, dapat sekedar opini privat. Ketika
kesembuhan, dan pengembangan kita sharekan, kita memberi
ekonomi. Newbigin mengajukan kesempatan kepada mereka untuk
contoh Rasul Paulus yang memahami kebenaran dengan cara
mengatakan kepada orang-orang mereka sendiri, memahami siapa diri
Kristen di Roma bahwa ia telah mereka karena mereka dapat kisah
menyelesaikan pekerjaannya di sejati dimana mereka merupakan
seluruh kawasan mulai dari bagian di dalamnya. Inilah suatu
Yerusalem hingga Adriatik dan ia tempat yang paling penting dari
tidak mempunyai lagi tempat untuk kebutuhan akan pemahaman yang
bekerja di sana (Rom. 15:23). benar terhadap Injil menurut
Dengan pernyataan ini, Paulus mau Newbigin. Maka, dimana Injil
menegaskan bahwa ia tidak diberitakan, pertanyaan tentang
menaklukkan semua orang di makna sejarah manusia sejarah
wilayah-wilayah itu, juga bukan universal dan kisah personal dari tiap
telah mengatasi masalah-masalah manusia-diajukan. Newbigin
menegaskan bahwa Kristus adalah
11
Lessie Newbigin, The Gospel in a the clue of history. Ia menolak
Pluralistic Society, (Grand Rapids, MK:
William Eerdmans & Geneva: WCC,1989),
proyek Yesus Sejarah-nya
121-125, 158, 182.
Schweitzer, teologi pluralisme Paul dalam Yesus Kristus, tetapi ia tidak
Knitter dan John Hick yang exclusivist dalam pengetrtian, tidak
menyangkal ke-pusat-an Yesus menyangkal kemungkinan
Kristus. keselamatan dari orang-orang non-
Oleh karena itu, kontribusi Christian. Ia juga inclusivist dalam
esensial dari Kristen untuk dialog pengertian bahwa ia menolak untuk
sederhananya menceritakan kisah, membatasi pekerjaan anugerah
kisa Yesus, kisah Alkitab. Jika ALLAH kepada jemaat Kristen,
orang Kristen menshare kisah yang tetapi ia menolak inklusifisme yang
merupakan kisah yang menganggap bahwa agama non
menyelamatkan dunia, maka ia Kristen sebagai sarana-sarana
bukan berarti tidak respek kepada keselamatan. Ia pluralist dalam
kisah-kisah pada agama-agama/ pengertian mengakui bahwa
kepercayaan-kepercayaan lain, yang, pekerjaan anugerah ALLAH di
barangkali, lebih baik dan sempurna. dalam kehidupan semau manusia,
Ia menuturkan kisah itu dengan tetapi ia menolak pluralism yang
sederhananya sebagai seseorang menyangkal keunikan dan
yang dipilih dan dipanggil ALLAH decisiveness dari apa yang ALLAH
untuk menjadi bagian dari kelompok telah kerjakan di dalam Yesus
yang dipercayakan kisah itu. Kristus.
Bukanlah bisnis kita untuk Penulis mempertimbangkan
mempertobatkan orang lain. Tetapi bahwa pandangan komprehensif dari
hanya pekerjaan Roh Kudus ALLAH Newbigin mengenai penginjilan dan
yang dapat menjamah orang-orang dialog sangat cocok dengan konteks
sehingga mereka dapat menerima Indonesia. Jika gereja-gereja di
kisah itu. Indonesia mengadopsi dan
Penulis, oleh karena itu, setuju mempraktekkan ini, dua gol akan
dengan pandangan Newbigin terkait tercapai. Pertama, ia akan
dengan hubungan Kekristenan menghadirkan kehadiran Kristen
dengan agama-agama dunia, yaitu yang penuh damai di Indonesia.
exclusivist dalam arti ia menegaskan Kedua, ia mendorong orang-orang
keunikan kebenaran pengwahyuan di Kristen untuk tetap confident
terhadap Injil. Yang pertama sukses menambah gedung gereja
merupakan poin kritikal bagi gereja/ atau gereja lokal. Tetapi saya tidak
orang Pentakostal dan Injili yang bermaksud untuk mengatakan bahwa
mengadopsi suatu penginjilan agresif penanaman gereja tidak penting.
triumphal dan kurang perhatian pada Tetapi ekspansi gereja-gereja di
usaha-usaha dialog. Yang kedua, Indonesia, secara khsusus di wilayah
kritikal poin untuk gereja-gereja arus perkotaan sudah sangat kritis dan
utama yang kurang di dalam tidak perlu. Misi sudah tidak
penginjilan. Kita tidak seharusnya dimengerti lagi sebagai pertumbuhan
berhenti memberitakan Injil hanya Kerajaan ALLAH, tetapi
karena ada praktek palsu darinya. Ini pertumbuhan gereja-gereja.
merupakan tuhas penting Gereja Sepanjang sebuah denominiasi
sebagaimana dikatakan oleh David J. atau/dan gereja-gereja lokal yang
Bosh, It is not an optional extra but bersangkutan belum mempunyai
a sacred duty.12 cabang di tempat itu mereka akan
membukanya. Sementara kaum
Isu Terkait Church Planting
Muslim menganggap gerakan
Kami, orang-orang Pentakosta/
Kristen sebagai suatu agresi. Ini
Kharismatik sangat giat melakukan
menyulut reaksi Muslim dengan
penanaman gereja (church planting),
menggunakan isu ijin mendirikan
sedemikian giatnya, maka tidak lagi
banguan sebagai tujuannya yang
mempedulikan rasio perbandingan
sudah dirancang. Mereka menekan
wilayah dengan gereja. Keberatan-
pemerintah untuk menekan
keberatan kepada SKB 1969/PBM
fenomena ini.
2006 semata-mata terkait dengan
Penulis berpandangan bahwa
pertanyaan teologis akan makna
pertumbuhan gereja seharusnya
memahami misi itu sendiri.
diukur secara geografis bukan
Penulis sendiri mempunyai
pertambahan gereja lokal semata.
pandangan bahwa misi tidak
Gerakan penanaman gereja dari
seharusnya disederhanakan sebagai
orang-orang Injil dan Pentakosta ini
dipengaruhi oleh konsep-konsep misi
12
David J. Bosh, Transforming
Mission. Paradigm Shift in Theology of
dan pertumbuhan gereja Peter
Mission (Maryknoll, NY.: Orbis, 1991), 413
Wagner. Ia sendiri dipengaruhi oleh diliputi oleh kehadiran Roh
McGavran, yang mempromosikan Kudus.15
bahwa pertumbuhan gereja sebagai Misi eklesiologi kita harus di
gol misi yang utama dan tak dapat bawah konsep Misi sebagai missio
16
tergantikan (a chief and Dei, Misi yang berfokus pada
irreplaceable goal of mission.). 13 peningkatan dan kemajuan Kerajaan
Sebagai hasilnya, penekanan pada ALLAH, ketimbang Pertumbuhan
pertumbuhan angka menjadi Gereja. ALLAH-lah yang menjadi
pengukur bagi suksesnya misi. Inisiator dan pemilik misi. Istilah
Kontras terhadap pandangan ini, yang kemudian popular di pertemuan
Eddie Gibbs mengkritik pandangan WCC di Uppsala tahun 1968
McGavran bahwa, ia tak membuat melahirkan formula: ALLAH
dengan jelas hubungan antara Gereja DuniaGereja, bukan seperti yang
dan Kerajaan ALLAH penanaman sebelumnya dimengerti ALLAH
Gereja menjadi sinonim dengan GerejaDunia. Dengan formula ini
14
membangun Kerajaan ALLAH. jelaslah bahwa ALLAH telah ada di
Lagi, kritik yang sama dilancarkan dunia sebelum gereja hadir di dunia
oleh Orlando E. Costas. Ia berkata, ini. Fokus misi bukanlah apa yang
Pengukuran secara angka itu sendiri dilakukan oleh gereja. Gereja
telah menjadi obesitas eklesialistik; bukanlah Kerajaan ALLAH, tetapi
organik dibingungkan oleh birokrasi;
menurunkan derajat konsepsual 15
W.R. Shenk, ed, Exploring Church
menjadi suatu abstraksi teoritis; dan Growth (Grand Rapids, MI: William
Eerdmans, 1983), 106.
16
diaconal diturunkan menjadi Istilah, mission Dei pertama sekali
diartikulasikan oleh Karl Barth (1932) yang
semacam aktifitas sosial murahan. melihat misi sebagai aktifitas ALLAH
sendiri (Bosh, 389). Istilah itu kemudian
Empat dimensi ini akan kurang dipopulerkan oleh Karl Hartenstein pada
tahun 1934 dan diterima secara meluas oleh
integritasnya secara teologis bila bila lingkungan ekumenikal pada the 1952
semuanya tidak dimotifiasi dan Willingen Conference of the International
Missionary Council. IMC menjelaskan misi
sebagai Misi ALLAH dari konsep Trinitas.
Kemudian hari, istilah inilah telah
13
Donal McGavran, Understanding mendapatkan perhatian meluas di literatur-
Church Growth 1980 (revised edition) literatur Kristen dan konferensi-konferensi.
(Grand Rapids, MI.: Williams Eerdmans), Para sarjana yang mempopulerkannya
24. diantaranya David J. Bosh, Charles van
14
Eddie Gibbs, I Believe in Church Engen, Darrell Guder, dan Christopher J.H.
Growth (London: Penguin, 1995), 15. Wright.
agenda dari Kerajaan ALLAH. Jadi memahami pertumbuhan gereja.
misi bukan berpusat pada gereja. Engen pada bagian ini
Gereja berpartisipasi dalam misi mengemukakan bahwa the yearning
ALLAH di dunia. Jika ALLAH for numerical growth (hasrat bagi
memiliki misi, maka gereja tidak pertumbuhan angka) merupakan
eksis untuk dirinya sendiri, ia ada suatu tanda esensial dari kehadiran
bukan untuk tujuannya sendiri. gereja yang sejati. Hasrat bagi
Dengan penjelasan ini, pertumbuhan angka aslinya
bagaimana seharusnya gereja2 di bersumber pada banyak motif
Indonesia memahami pertumbuhan penting di dalam Alkitab, semuanya
gereja dan pertumbuhan Kerajaan merujuk kepada realitas esensial
ALLAH di dalam pandangan dan yang sama. Namun van Engen,
praktek yang seimbang? Jika konsep menekankan bahwa the yearning
pertumbuhan gereja dipisahkan dari melibatkan suatu sikap terkait
konsep pertumbuhan Kerjaan Gereja, tempatnya di dalam misi
ALLAH, maka akan jatuh kepada ALLAH, dan perannya di dalam
strategi dan metode-metode dunia. Pemahaman yang seimbang
pragmatis dan duniawi. Ia akan ini berakhir dengan konsep gereja
menjustifikasi cara2 yang illegal dan misional, yang tidak mem-
tak Alkitabiah sepanjang bertumbuh fragmentasi teologi dan praktek serta
secara angka (kuantitatif). tempat ALLAH sebagai pusat bagi
pertumbuhan itu. Dalam kedaulatan
KESIMPULAN
ALLAH, pertumbuhan merupakan
Penulis lebih menyetujui konsep
efek alamiah dari kehadiran Roh
misi yang holistik, maka penulis
Kudus di dalam gereja.18
mengadopsi pandangan Charles van
Engens Yearning for Numerical
17
Growth. Dengan ini, penulis 18
Untuk skema komparasi dan
penjelasan detail mengenai perbedaan
percaya bahwa gereja harus konsep pertumbuhan gereja dan konsep
bertumbuh tetapi bagaimana kita gereja misional, lihat Gailyn van Rheenen,
Contrasting Missional and ChurchGrowth
Perspective dalam Mission Resources
17
Charles van Engen, Gods Missionary Network. Online: http://www.mrnet.org
People. Rethinking the Purpose of the /system
Local Church (Grand Rapids, MI: Baker /files/library/contrasting_missional_and_Ch
Books, 1995, the third printing), 81-84. urch_growth_perspectives.pdf
Penulis menyimpulkan dengan
mengutip pernyataan Karl Barth,
Suatu pertumbuhan yang secara
abstrak sekedar ekstensif bukanlah
pertumbuhan sebagai the communion
santorum. Oleh karenanya ia tidak
akan pernah sehat bila Gereja
mencoba untuk bertumbuh hanya
atau secara utama di dalam
pengertian horizontal, dengan
berpandangan pada jumlah terbesar
para pengikut. 19 Kembali, Wilbert
R. Shenk mengingatkan bahaya-
bahaya dalam Pertumbuhan Gereja,
Pada tempat pertama, ia cenderung
bersifat penultimate (tempat nomor
dua) bukan yang the ultimate
(tertinggi). Kedua, ia menghasilkan
myopia dalam visi dan
20
discernment.
19
Karl Barth, Church Dogmatics,
(Edinburgh: T.& T. Clark, 1957), 10
20
Shenk, Op.cit., 214-7
DAFTAR PUSTAKA
Shenk, W.R. ed, Exploring Church Growth, Grand Rapids, MI: William
Eerdmans, 1983
Yong, Amos. Discerning the Spirit(s): A Pentecostal-Charismatic Contribution
to Christian Theology of Religions, Sheffield, England: Sheffield
Academic Press, 2000
van Engen, Charles. Gods Missionary People. Rethinking the Purpose of the
Local Church, Grand Rapids, MI: Baker Books, 1995