Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini, praktikan melakukan pengujian modulus kehalusan dari


beberapa jenis tepung. Setiap shift praktikum melakukan pengujian modulus
kehalusan dengan tepung yang berbeda serta dilakukan dalam dua kali
percoabaan. Tepung yang digunakan dalam praktikum ini ada tiga jenis tepung
yaitu tepung tapioka, tepung beras, dan tepung terigu. Untuk dapat menetapkan
modulus kehalusan maka dilakukan pengayakan pada tepung tersebut.
Pengayakan masih masuk ke dalam operasi pengecilan ukuran. Pengayakan ini
menggunakan ayakan Tyler dengan beberapa ukuran mesh.
Beberapa kriteria ukuran karakteristik bahan hasil pengecilan ukuran
diantaranya yaitu, nisbah reduksi (reduction ratio), Ayakan Tyler, modulus
kehalusan (fineness modulus), dan indeks keseragaman (uniformity). Salah satu
metode yang sering digunakan untuk penentuan kinerja atau performansi mesin
pengecil ukuran pada penggilingan biji-bijian adalah penentuan modulus
kehalusan. Pengukuran fineness modulus dilakukan dengan mesin Ayakan Tyler
dengan alat vibrator screen (ro-tap) yang nantinya proses pengayakan dengan
cara digoyangkan. Percobaan dilakukan dengan memasukan tepung kedalam
Ayakan Tyler yang sebelumya sudah diukur massa dari tepung tersebut sebanyak
200 gram. Ayakan Tyler yang digunakan pada percobaan memiliki tingkat ukuran
mesh 40, 50, 60, 70, 80 dan 100. Selanjutnya, tumpukan dari Ayakan Tyler
tersebut yang sudah dimasukan tepung, diletakan pada mesin tersebut. Mesin
dinyalakan dengan waktu selama 5 menit menggunakan stopwatch yang terdapat
pada mesin tersebut.
Pada praktikum tersebut, kelompok kami melakukan pengayakan untuk
tepung tapioka. Selanjutnya yaitu menghitung massa yang terdapat pada Ayakan
Tyler setelah dilakukan proses pengayakan atau pengecilan ukuran. Pada mesh 40
hingga mesh 80 tidak ada massa yang tertinggal, sedangkan massa tepung yang
tertinggal terdapat pada mesh 100 baik pada percobaan 1 maupun 2 sebesar 0,1
gram dan 1,23 gram. Apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya yang sama-
sama melakukan pengujian terhadap tepung tapioka, didapatkan jumlah sisa
tepung yang tertinggal terdapat pada mesh 100. Hal ini bisa saja terjadi kesalahan
ataupun ketika mengoncangkan Ayakan Tyler pada mesinnya, ada waktu jeda
yang diakibatkan kesalahan teknis dari mesin.
Dari hasil percobaan ini dapat dicari untuk mendapatkan nilai Fineness
Modulus (FM), Geometric Mean Diameter (Dgw), Geometric Standar Deviation
(Sgw) dari setiap tepung. Pada pembahasan pertama ini membahas pada nilai
modulus fineness dari hasil 2 kali percobaan tepung tapioka tersebut. Dapat dilihat
hasil diatas dari percobaan mengayak tepung tapioka didapatkan nilai fineness
modulus (FM) percobaan 1 adalah sebesar 1 x 10-3, Dgw sebesar 0,149279441 dan
Sgw sebesar 5,805025369 x 10-3. Kemudian untuk hasil percobaan 2 adalah
sebesar 2,3 x 10-3 untuk nilai FM, Dgw sebesar 0,149279441 dan Sgw sebesar
5,805025369 x 10-3. Dari kedua tersebut, yang memiliki nilai FM paling kecil
adalah tepung tapioka pada percobaan 1, sedangkan untuk nilai Dgw dan Sgw-nya
sama. Tepung tapioka dengan nilai FM terkecil sebesar 1 x 10-3 atau 0,001 artinya
jumlah bahan yang tertahan oleh ayak sangat sedikit. Dalam hal ini nilai
kehalusan berbanding tebalik dengan Dgw dan Sgw. Dalam artian semakin halus
suatu bahan, maka nilai Sgw dan Dgw-nya semakin besar.
Jika dilihat pada hasil pada grafik perbandingan, untuk percobaan 1 yang
kami lakukan menunjukan perbandingan hubungan % bahan tertinggal komulatif
VS log ukuran ayakan menadapatkan nilai regresi sebesar 0,6463. Begitu pula
grafik pada hubungan % bahan lewat VS ukuran ayakan menunjukan nilai regresi
sebesar 0,5826. Pada percobaan 2 perbandingan hubungan % bahan tertinggal
komulatif VS log ukuran ayakan menadapatkan nilai regresi sebesar 0,7439.
Begitu pula grafik pada hubungan % bahan lewat VS ukuran ayakan menunjukan
nilai regresi sebesar 0,7393. Ini menunjukan percobaan dengan menggunakan
tepung tapioka ini berjalan kurang baik dan kurang sesuai dengan yang sudah
diujikan. Nilai regresi ini sangat kecil, ini bisa terjadi karena perhitungan yang
dilakukan mungkin terjadi kesalahan. Argumen ini dikuatkan dengan melihat
jumlah pan yang ada pada tabel untuk tepung tapioka sebesar 192,9 pada
percobaan 1 dan 191,77 pada percobaan 2. Hal ini dibuktikan juga pada literatur
yang mengatakan nilai besaran dari pan yang minimal sebesar 90.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
1. Pengecilan ukuran bertujun untuk memperluas luas permukaan dan
mendapatkan ukuran yang diinginkan.
2. Modulus kehalusan (Fineness Modulus) menunjukan keseragaman
partikel dari hasil penggilingan/pengecilan ukuran. Modulus kehalusan
diartikan sebagai jumlah berat bahan yang tertahan di setiap ayakan
dibagi dengan 100.
3. Nilai fineness modulus yang paling kecil yaitu pada tepung tapioka pada
percobaan 1 sebesar 0,001, hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil
nilai FM maka semakin kecil nilai modulus kehalusan pada tepung
tersebut.
4. Semakin halus suatu bahan, maka nilai Sgw dan Dgw-nya semakin besar.
5. Pada mesh 40 hingga mesh 80 tidak ada massa yang tertinggal, massa
tepung yang tertinggal terdapat pada mesh 100 baik pada percobaan 1
maupun 2 sebesar 0,1 gram dan 1,23 gram, hal ini bisa saja terjadi
kesalahan ataupun ketika mengoncangkan Ayakan Tyler pada mesinnya,
ada waktu jeda yang diakibatkan kesalahan teknis dari mesin.
6. Nilai regresi pada percobaan 1 dan 2 sangat kecil, hal bisa terjadi karena
perhitungan yang dilakukan mungkin terjadi kesalahan.

6.2 Saran
Adapun saran yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah:
1. Lebih teliti dalam membaca alat ukur seperti mengukur massa tepung.
2. Berhati-hati dalam melakukan penggoyangan Mesin Tyler karena
ditakutkan ayakan akan jatuh ketika tidak ditahan.
3. Membaca prosedur praktikum sebelum melakukan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai