PANDUAN
(DPJP)
KOMITE MEDIK
(1) Dokter Penanggung Jawab Pasien merupakan staf medis fungsional yang diberikan tugas
khusus sebagai penanggung jawab dalam pelayanan kepada pasien.
(2) Staf medis fungsional yang dapat menjadi DPJP adalah staf medis fungsional dengan
kriteria:
a. Dokter Spesialis yang telah memiliki STR dan SIP di RSPG
b. Dokter Gigi Umum yang telah memiliki STR dan SIP di RSPG
(2) DPJP ditentukan oleh dokter jaga / dokter spesialis yang merawat pasien paling lambat 12
jam sesudah pasien masuk rawat inap.
(3) Kriteria DPJP ditetapkan berdasarkan:
a. Dokter pertama penerima konsultasi
b. Pilihan pasien bersangkutan
c. DPJP ditentukan dari hasil diskusi DPJP
d. Jika penyakit pasien tidak ada perbaikan, maka DPJP utama dapat digantikan
dengan sesuai dengan kondisi pasien saat itu.
(4) DPJP ditetapkan berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SOP) DPJP.
(5) DPJP wajib membuat rencana asuhan pelayanan terhadap pasien paling lambat 24 jam
sesudah pasien masuk rawat inap
(6) DPJP melaksanakan tugas:
a. Melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, diagnose
penyakit dan pemberian terapi dan melakukan evaluasi keberhasilan terapi.
b. DPJP bertugas sebagai melakukan assessment pasien, dari pasien masuk sampai
pasien keluar dari rumah sakit serta berkewajiban menjadi penanggungjawab
resume pasien bersangkutan
c. Memberikan informasi dan masukan tentang perkembangan kondisi pasien kepada
tim pelayanan.
d. Melakukan presentasi kasus medis dihadapan komite medis.
e. Membantu dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa kedokteran atau
pendidikan dokter spesialis dalam pendidikan klinis di Rumah Sakit.
f. DPJP boleh mengalihkan DPJP nya ke dokter spesialis sejenis atau ke dokter
spesialis konsultan lain bila dinilai potensinya, kewenangannya, keahliannya, atau
dari diagnosa utama/ primernya kurang tepat terhadap pasien tersebut.
g. Dalam hal kondisi pasien memerlukan penanganan lebih lanjut di luar kompetensi
DPJP, maka Komite Medik dapat merekomendasikan kepada Direktur Utama untuk
mengalihkan DPJP.
h. Aturan teknis DPJP akan dijelaskan pada SOP DPJP.
(7) Seorang DPJP dapat ditetapkan dan diberhentikan oleh Surat Keputusan Direktur
Utama cq Direktur Medik dan Keperawatan dengan persetujuan Komite Medik
BAB I
PENDAHULUAN
Pasien dalam menerima pelayanan medis harus dipertanggungjawabkan atas apa yang di
berikan maupun yang di informasikan. Mengingat bahwa pelayanan terhadap pasien
adalah pendekatan tim, baik medis maupun profesi lain, maka untuk hal di atas perlu di
tetapkan adanya Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Hal ini juga sesuai dengan
Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang
mengharuskan adanya DPJP. Maka dengan itu di perlukan suatu kebijakan yang
mengatur tatalaksana, tugas dan tanggungjawab dari Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP).
1 TUJUAN
1.1 Memberikan penjelasan tentang tugas, wewenang dan tanggungjawab DPJP di RSPG
1.2 Sebagai pedoman DPJP dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien di RSPG
2 RUANG LINGKUP
Kebijakan ini berlaku bagi semua DPJP dan semua dokter yang bertugas dalam memberikan
pelayanan
PENGERTIAN
1. Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP) adalah seorang dokter spesialis atau dokter
gigi yang diberi wewenang dan tanggung jawab sebagai dokter utama pemegang pasien
atau dokter yang bertanggungjawab atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien
2. DPJP bertugas sebagai assessment pasien, dari pasien masuk sampai pasien itu keluar
dari rumah sakit
DASAR HUKUM
3 DEFINISI
DPJP adalah staf medis yang memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola
rangkaian asuhan medis (perawatan pasien, informasi dan rencana perawatan, informasi
terapi, diagnosa dan keputusan tentang perujukan dan pemulangan) pasien rawat inap
serta mengupayakan keselamatan pasien dan meminimalkan terjadinya kejadian tidak
diharapkan
3.1 Direktur Medik dan Case Manager yang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan ini
bertanggung jawab untuk mengimplementasikan kebijakan ini dan harus memastikan
bahwa:
3.1.1 Mereka mengerti dan mematuhi kebijakan ini
3.1.2 Akan menggunakan kebijakan ini dalam hubungannya dengan semua kebijakan
dan SOP medis RSPI lainnya
3.1.3 Ketidak patuhan pada kebijakan ini dapat mengakibatkan tindakan indisiplin
3.1.4 Setiap anggota staf medis dapat mengisi laporan kejadian bila ditemukan
ketidakpatuhan.
3.2 Staf Medis Fungsional (Dokter) bertanggungjawab untuk mematuhi kebijakan ini dalam
perannya sebagai Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) ataupun sebagai anggota
tim, sehingga dipastikan konflik peran dapat dihindari
3.3 Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) harus tunduk dan patuh pada kebijakan ini
4 PRINSIP UMUM
4.1 Setiap pasien rawat inap di RSPG memiliki seorang Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP)
4.2 Kriteria DPJP disesuaikan dengan privileging yang dimiliki berdasarkan Surat Penugasan
Kewenangan klinis yang di keluarkan oleh Direktur utama
4.3 Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) di unit perawatan adalah seorang dokter
ahli/spesialis
4.4 DPJP pasien rawat inap di tentukan saat pertama kali di konsulkan oleh dokter jaga
emergensi berdasarkan diagnose/keluhan/penyakit, sesuai dengan kompetensinya atau
saat pasien telah mendapat pelayanan di poliklinik DPJP tersebut. Apabila atas
permintaan sendiri pasien memilih DPJP yang tidak sesuai dengan
diagnose/keluhan/penyakit, maka DPJP harus menjelaskan dan mengalih rawatkan
pasien ke dokter spesialis lain sesuai dengan kondisi pasien untuk menjadi DPJP
selanjutnya.
4.5 Batasan usia anak di RSPG adalah <14 tahun
4.6 Semua pasien anak (usia kurang dari 14 tahun) dibawah pengawasan Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) spesialis anak
4.7 DPJP memberikan pelayanan medis dengan pendekatan holistik dan membangun
komunikasi dan kooordinasi dengan anggota tim pelayanan dan unit lain bila dibutuhkan
atas dasar pertimbangan medis dan kepentingan pasien
4.8 DPJP memiliki wewenang merawat pasien dan akan memberikan keputusan medis terkait
dengan kondisi medis pasien.
4.9 DPJP dapat beralih ke dokter spesialis lain bilamana kondisi pasien cenderung/berubah
diluar kompetensi DPJP sebelumnya
4.10 DPJP harus memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga pasien tentang rencana dan
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kejadian yang
diharapkan atau tidak diharapkan sesegera mungkin.
4.11 DPJP harus datang dan memeriksa keadaan pasien dan memberikan instruksi medis
sesegera mungkin kepada pasien baru yang masuk rawat inap baik kasus emergency
maupun tidak emergency
4.12 DPJP harus menegakkan diagnosis pasti maksimal dalam 48 jam sejak pasien masuk
rumah sakit
4.13 DPJP dibantu oleh Case manager dan dokter jaga yang memantau dan
menginformasikan perkembangan pasien selama 24 jam
4.14 DPJP harus melakukan pertemuan dan diskusi terhadap pasien yang mendapat
perawatan lebih dari 5 hari sejak pasien masuk rumah sakit dengan dokter yang terlibat
dalam penanganan dengan dihadiri oleh Sub komite Mutu Komite Medik, case manager
dan Direktur Medis dan Ka sie pelayanan medis
4.15 DPJP wajib membuat re-assessment secara komprehensif terhadap pasien dengan masa
perawatan lebih dari 15 hari
4.16 DPJP menginformasikan kepada pasien mengenai adanya screening gizi terhadap pasien
dan bila diperlukan penanganan dokter ahli gizi.
4.17 Dalam hal dokter tidak berada di tempat, instruksi medis yang merupakan pendelegasian
wewenang dari DPJP dapat disampaikan kepada dokter jaga/case manager/perawat
untuk di jalankan/dilaksanakan dan dituliskan/di dokumentasikan dalam casenote
4.18 DPJP akan menggolongkan pasien rawat inap berdasarkan kriteria medis dan kondisi
klinis dalam kondisi :
4.18.1 Kondisi klinis khusus
- Pasien dengan kondisi klinis sedang sampai pasien kondisi klinis berat
- Pasien yang memiliki resiko penyebaran infeksi.
Dalam hal penetapan kebutuhan akan ruang isolasi untuk pasien infeksi ataupun
yang memiliki resiko penyebaran infeksi, DPJP harus berkoordinasi dengan
Infection Control Nurse
4.18.2 Kondisi klinis biasa
4.19 DPJP harus mengisi seluruh rekam medik pasien baik elektronik maupun manual
sesegera mungkin secara lengkap, akurat dan benar.
4.20 DPJP mempunyai kewajiban membuat Discharge Planning maksimum satu hari sebelum
pasien pulang
4.21 DPJP harus melakukan visit pasien setiap hari kecuali hari libur, kecuali DPJP memiliki
alasan khusus dan tertentu untuk tidak visit dengan memberitahuan sebelumnya kepada
case manager dan kepala unit keperawatan serta menginformasikan kepada pasien.
Selama hari libur tugas DPJP dapat diwakilkan kepada dokter spesialis sejenis atau
dokter jaga.
DPJP wajib mencarikan pengganti selama yang bersangkutan berhalangan dan
menginformasikan kepada manajemen. Adapun urutan dokter pengganti yang dimaksud
adalah :
4.21.1 Dokter purna waktu dengan spesialisasi / kewenangan klinis yang sama; atau
4.21.2 Dokter paruh waktu dengan spesialisasi / kewenangan klinis yang sama; atau bila
masih tidak memungkinkan
4.21.3 Dokter yang memiliki Surat Ijin Praktek (SIP) di rumah sakit lain, dan telah
mendapat persetujuan dari Direktur utama
4.21.4 DPJR atau dokter jaga saat itu dengan bimbingan atau konsultasi DPJP
4.22 Apabila DPJP cuti atau berhalangan hadir dalam waktu tertentu, maka DPJP wajib
menginformasikan secara tertulis kepada manajemen 1 minggu sebelumnya
4.23 Keputusan untuk mentransfer pasien dari unit satu ke unit lain harus sepengetahuan dan
seijin DPJP
4.24 Pada pasien yang mengajukan pulang atas permintaan sendiri, DPJP harus memberikan
penjelasan risiko atas keputusan yang di ambil pasien atau diwakilkan kepada dokter jaga
dengan persetujuan DPJP
5.2 Untuk NICU dan PICU; DPJP adalah dokter Intensivis Anak atau bila tidak memungkinkan
dapat di jabat oleh Dokter Spesialis Anak
6.2 RawatTim
DPJP setelah mendapat persetujuan pasien/keluarga dapat membuat tim perawatan
pasien sesuai dengan kondisi klinis pasien yang terdiri dari beberapa dokter spesialis.
6.2.1 Dalam hal rawat Tim, DPJP bertindak sebagai kapten. Kapten (DPJP) memiliki
wewenang untuk menentukan keputusan medis yang akan diambil yang
selanjutnya akan diatur dalam prosedur tersendiri
6.2.2 Kapten DPJP di tentukan berdasarkan pada keluhan/penyakit pasien saat berobat
dan merupakan DPJP yang pertama melayani pasien tersebut atau selama dalam
perawatan kapten DPJP menyerahkan kepada dokter spesialis lain dengan
mempertimbangkan kondisi klinis pasien
6.2.3 Kapten DPJP bertanggungjawab penuh terhadap semua pelayanan medis pasien
6.2.4 Kapten DPJP adalah dokter yang memimpin dokter-dokter spesialis dalam
pelayanan pasien yang merupakan anggota Tim
6.2.5 Sebelum memberikan penjelasan kepada pasien, setiap perubahan atau
penambahan terapi, tindakan, permintaan atas pemeriksaan lebih lanjut akan
dibicarakan oleh anggota tim di bawah kendali kapten DPJP
6.2.6 Pada pasien gravid harus dirawat dengan Tim, maka DPJP adalah dokter
kebidanan dan kandungan disamping DPJP berdasarkan keluhan
utamanya/kegawat daruratannya
6.2.7 Dalam rawat Tim harus mempertimbangkan beban finansial pasien
6.2.8 Pada kasus bedah yang akan dan telah dilakukan tindakan bedah serta harus
ditangani oleh Tim, maka DPJP adalah dokter bedah sampai permasalahan bedah
stabil, dan akan dikembalikan kepada DPJP lain yang sesuai dengan penyakit /
diagnose yang menyertai.
6.4 Apabila pasien meminta DPJP tertentu, sementara kompetensi DPJP yang diminta oleh
pasien tidak sesuai dengan diagnose/penyakit utama pasien, maka DPJP tersebut
berkewajiban memberikan pengertian kepada pasien / keluarga pasien bahwa yang
terbaik saat ini untuk menangani permasalahan medis pasien adalah Dokter lain, dan
meyakinkan pasien / keluarga untuk ditangani oleh DPJP lain
7 TRANSFER PASIEN
DPJP harus memberikan instruksi sesuai dengan prosedur untuk transfer pasien internal
RS dan transfer eksternal sesuai dengan Kebijakan Pemindahan Pasien.
8 INFORMED CONSENT
DPJP memastikan informed concent sudah di buat sebelum tindakan medis dilakukan
2. Seorang Dokter hanya diperbolehkan menjadi DPJP untuk kasus penyakit utama dari
pasien,yang merupakan bidang keilmuan yang dikuasainya.
3. DPJP bertugas sebagai assessment pasien, dari pasien masuk sampai pasien itu keluar
dari rumah sakit
4. DPJP boleh mengkonsulkan atau rawat bersama dengan spesialis lain sebagai dokter
ke 2 atau dokter ke 3 jika pasien tersebut ada komplikasi lain atau penyakit lain diluar
dari kewenangannya
5. Pasien dapat menerima pelayanan dari DPJP maupun dokter konsultan pada saat yang
sama (rawat bersama).
6. Apabila diperlukan konsultasi ke dokter lain, DPJP harus memberitahu kepada dan
mendapat persetujuan dari pasien / keluarganya.
7. DPJP harus menganalisa terapi/ tindakan yang diberikan kepada pasien baik dari dokter
ke 2 atau dokter ke 3, dan berhak tidak melaksanakan terapi/ tindakan tersebut bila
DPJP merasa terapi dan tindakan tersebut tidak perlu atau memperberat keadaan
pasien menurut keilmuannya
8. Saran maupun rencana pelayanan yang diberikan oleh dokter konsultan harus diketahui
oleh DPJP agar tidak bertentangan dengan pelayanan yang telah dan akan diberikan.
9. DPJP boleh mengalihkan DPJP nya ke dokter spesialis sejenis atau ke dokter ke 2 dan
ke 3 kalau di rasa potensinya, kewenangannya, keahliannya, atau dari diagnosa utama/
primernya kurang tepat terhadap pasien tersebut.
10. Apabila kasus penyakit utama yang ditangani oleh DPJP sudah dinyatakan sembuh
tetapi perlu pelayanan dibidang keilmuan yang lain, Dokter (DPJP) wajib menyerahkan
tanggungjawabnya kepada dokter lain sesuai dengan bidangnya. Dokter yang
memberikan pelayanan selanjutnya adalah DPJP yang baru.
12. Pasien dari IGD atau poliklinik di konsulkan atau di periksa oleh dokter spesialis tersebut
otomatis dokter spesialis tersebut sebagai DPJP pasien itu di ruang rawat inap ( sesuai
jadwal tugas )
13. Apabila pasien belum di lihat DPJP tetapi pulang paksa atau meninggal dunia maka
kelengkapan rekam mediknya adalah tanggung jawab dokter jaga
16. DPJP dalam kerjanya berkoordinasi dengan DPJR dan Kepala Ruangan
17. Apabila DPJP tidak masuk kerja, DPJP harus mendelegasikan ke spesialis sejenis atau
ke DPJR
18. DPJP memberikan Pelayanan Pendidikan Kesehatan kepada Pasien dan Keluarga
19. Rencana Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada Pasien . Rencana Pelayanan ini
harus ditulis di lembar khusus yang telah disediakan.
20. Penjelasan yang benar dan dapat dimengerti oleh pasien dan atau keluarganya
mengenai rencana pelayanan tersebut, termasuk prosedur yang akan
dilaksanakan,hasil pelayanan serta kemungkinan terjadi Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD).
21. Formulir rencana pelayanan dapat berupa isian jalur klinik (Clinical Pathway) dari
perkiraan diagnosis awal yang ditegakkan oleh dokter/DPJP.
22. Formulir rencana pelayanan yang harus diisi dan ditanda tangani oleh DPJP beserta
pasien yang dirawat atau pihak keluarga pasien.
11 DOKUMENTERKAIT
11.1 Kebijakan Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)
REFERENSI
11.7 JCI Accreditation Standards for Hospital, 4 th Edition, 1 Jan 2011