Anda di halaman 1dari 13

ANALIS SMK BANTUL

INSTRUMENTASI
MIKROBIOLOGI
o BAKTERIOLOGI
o PARASITOLOGI
o HELMINTHOLOGI
o PROTOZOOLOGI
o ENTOMOLOGI
o MIKOLOGI
o VIROLOGI
KIE
STANDAR LAB
KIMIA ANALITIK
HEMATOLOGI
o DARAH LENGKAP
o KIMIA DARAH
o MORFOLOGI
o ARTIKEL DARAH
REST AREA
HUMOR
Enter keyw ord Search

Main Menu
Animation
Education
Entertainment
Films
Music
Nature
New
Sports
Travel
Trialers
CONTRIBUTORS

HENDRO
Lihat profil lengkapku
CATEGORY

Administrasi Lab
Bakteriologi
Cairan Tubuh
Darah Lengkap
Dasar Penyakit
Entomologi
Helminthologi
Hematologi
Humas
Imunologi
Info Kesehatan
Instrumentasi
Keselamatan Kerja
KIE
Kimia Klinik
Parasitologi
Patofisiologi
Pekerjaan Berbeda
Pemeliharaan Alat
Pengetahuan Umum
Pewarnaan
Protozoologi
Sanitasi
Seroimunologi
Standar Laboratorium
Tekhnik Sampling
Urinalisis
Virologi
DOAKAN KAMI

Jika anda menerima kebaikan dari blog kami, maka doakan agar kami Senantiasa mencintai Allah,
selalu mentaati-Nya dan terjaga dari melanggar semua larangan-Nya.
REDUKSI URIN (GLUKOSA)
by HENDRO | in Urinalisis at Selasa, September 18, 2012
Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil penyaringan (filtrat)
berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan
glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat
yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali
diekskresikan ke dalam urin.

Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urin (kurang dari 130 mg/24
jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar
glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun.

*Pengertian*
Tes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada/tidaknya glukosa
dalam urine. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan penyaring dalam urinalisis.

*Tujuan*
Tujuan dari tes ini adalah untuk mendiagnostik ada atau tidaknya glukosa di dalam urine.

*Teori*
Pemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau menggunakan benedict ini memanfaatkan sifat
glukosa sebagai pereduksi. Zat yang paling sering digunakan untuk menyatakan adanya reduksi
adalah yang mengandung garam cupri. Reagen terbaik yang mengandung garam cupri adalah
larutan Benedict.
Prinsip dari tes Benedict = glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat (dalam benedict) menjadi
kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan Benedict tersebut. Jadi, bila urine
mengandung glukosa, maka akan terjadi reaksi perubahan warna seperti yang dijelaskan di atas.
Namun, bila tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari benedict
tidak akan berubah.

*Perhatian* = tes reduksi ini tidak spesifik karena ada zat lain yang juga mempunyai sifat pereduksi
seperti monosakarida (galaktosa, fruktosa, pentosa), disakarida (laktosa), dan beberapa zat bukan
gula (asam homogentisat, formalin, salisilat kadar tinggi, vitamin C).

Prosedur

Uji glukosa urin konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat glukosa sebagai zat
pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji.
Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa,
pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan reduksi seperti asam
homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi,
vitamin C, dsb.

* Alat dan bahan


o Tabung reaksi
o Lampu spiritus/ water bath
o Rak tabung reaksi
o Penjepit tabung reaksi
o Reagen Benedict
* Cara Kerja :
o Siapkan alat dan bahan
o Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi
o Teteskan sebanyak 5-8 tetes urin ke dalam tabung tersebut
o Masukkan tabung tadi ke dalam air mendidi (water bath) selama 5
menit atau langsung dipanaskan di atas lampu spiritus selama 3
menit mendidih.
o Angkat tabung, kocok isinya dan bacalah hasil reduksi
* Penilaian
o - : tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
o + : hijau kekuningan dan keruh ( sesuai dengan 0,5 - 1% glukosa)
o ++ : kuning kehijauan atau kuning keruh (1 - 1,5% glukosa)
o +++ : jingga atau warna lumpur keruh (2 - 3,5% glukosa)
o ++++ : merah bata atau merah keruh ( > 3,5% glukosa)
*Perhatian = membaca hasil harus segera setelah diangkat dan dikocok. Bila dibiarkan lebih lama,
hasilnya akan lebih positif.*

Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu
pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase
(GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah
warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna
coklat jika teroksidasi.

Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan spesimen acak
(random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin. Tunggu selama 60 detik,
amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick
dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan
secara visual.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji dipstick adalah :


Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi (hidrogen peroksida, hipoklorit,
atau klorin) dalam wadah sampel urin, atau urine yang sangat asam (pH di bawah 4)
Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C, asam hogentisat, salisilat
dalam jumlah besar, asam hidroksiindolasetat), berat jenis urine > 1,020 dan terutama bila disertai
dengan pH urine yang tinggi, adanya badan keton dapat mengurangi sensitivitas pemeriksaan,
infeksi bakteri.

Nilai Rujukan

Uji glukosa urin normal = negatif (kurang dari 50mg/dl)

Masalah Klinis

Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah; oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk
menunjang diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa
darah normal menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria ginjal.

Pembahasan
Urin atau air seni adalah cairan yng diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Fungsi utama urin adalah untuk membuang
zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan
materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (Chernecky and Berger, 2008).
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi
tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang
tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau
berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang
baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos Dari urin
kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. (Chernecky and Berger, 2008).
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita
diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Untuk
menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Cara
yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah
sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan reagen fehling
yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cupri. Sedangkan
pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa
oxidase (Prasetya, 2011).
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan
menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis
pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan
metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif
(Subawa.2010). Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A
adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium
natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat
sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO (Anonim, 2010).
Pada praktikum ini diketahui bahwa tabung A dan B menunjukkan hasil positif
terkandungnya glukosa dalam sampel urine. Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri
menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Perbedaan
intensitas warna merah dari tiap tabung tersebut secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam
urine yang diperiksa. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tabung B mengandung
glukosa dengan kadar tertinggi yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna dari biru
tua (warna fehling A dan B) menjadi kuning kemerahan dean terdapat endapan kuning merah.
Dilanjutkan dengan tabung A dengan warna kuning kehijauan dengan endapan kuning.
Sedangkan tabung C tidak menunjukkan terjadinya perubahan warna, yakni tetap berwarna biru
tua seperti warna larutan fehling A dan B sebelum dipanaskan.
Hal ini telah sesuai secara teoritis, dimana sampel yang digunakan pada tabung ketiga
merupakan sampel urine normal, sehingga tidak terjadi perubahan warna pada uji fehling yang
menunjukkan tidak adanya glukosa dalam sampel tersebut. Berikut ini adalah reaksi antara
aldehid dengan fehling yang menghasilkan endapan merah bata :
Cu2O + Glukosa -----> CuO endapan merah bata.
Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi
karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum tubulus
untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi diabetes mellitus,
tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau
karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan
sindroma Fanconi (Wirawan dkk, tt).
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Diabetes Melitus. Hal ini
dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang
disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat
menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa,
formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, dan vitamin C. Oleh karena
itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung
dalam sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengindikasikan
keberadaan penyakit diabetes. Penggunaan cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan
cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan
pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan
normal adalah 160-180 mg % (Wirawan dkk, tt).
Download makalah Pemeriksaan Glukosa Urin klik disini.

Related Posts
ANALISA SPERMA
SEDIMEN URIN
TRANSUDAT DAN EXUDAT

0 KOMENTAR:

Cari Blog Ini


Cari

PENGUNJUNG HENDROSMK

Free counters
PEMBACA BLOG INI

288469
POPULAR POSTS
COMMENTS

o PEWARNAAN BTA (BAKTERI TAHAN ASAM)

o MACAM-MACAM TELUR CACING PARASIT

o PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA TINJA

o CARA MEMELIHARA ALAT LABORATORIUM

o PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN

Blog Archive
2012
o September
PENGENALAN MIKROSKOP
PENGENALAN ALAT SAMPLING DARAH
HEMOGLOBIN
GOLONGAN DARAH
HEMOPOESIS
MENGHITUNG JUMLAH (ANTAL) LEKOSIT
MENGHITUNG JUMLAH (ANTAL) TROMBOSIT
INDEKS ERITROSIT
NILAI HEMATOKRIT
SAMPLING DARAH
KECEPATAN ENAP DARAH (KED)
MENGHITUNG JUMLAH (ANTAL) ERITROSIT
MENGENAL TROPONIN
ALAT GELAS LABORATORIUM
PEMELIHARAAN ALAT HEMATOLOGI
PEWARNAAN SITOKIMIA HEMATOLOGI
PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN
KODE WARNA TABUNG VAKUM DARAH
PEWARNAAN BTA (BAKTERI TAHAN ASAM)
PEWARNAAN GRAM
PENGECATAN BAKTERI SEDERHANA
MATERI DASAR KIMIA KLINIK
KOMPETENSI PLEBOTOMI
TREND PELAYANAN LABORATORIUM
TRANSUDAT DAN EXUDAT
SEDIMEN URIN
ANALISA SPERMA
DISTRIBUSI BAKTERI DI ALAM
PENGENALAN BAKTERI
PENYAKIT SISTEM RESPIRASI (PERNAFASAN)
SISTEM PERNAFASAN MANUSIA
GOLONGAN DARAH RHESUS
ISOLASI BAKTERI DAN TEHNIKNYA
PEWARNAAN KAPSUL BAKTERI
CARA SAMPLING URIN
PERSIAPAN SAMPLING LABORATORIUM
PROFIL PENYAKIT HEPATITIS
WASPADA BAHAYA HEPATITIS
PEWARNAAN SPORA BAKTERI
PEDOMAN KERJA DI LABORAORIUM
ATURAN KERJA DI LABORATORIUM
PENGENALAN LABORATORIUM
PERAWATAN LABORATORIUM
CARA MEMELIHARA ALAT LABORATORIUM
SAFETY, STERILISASI DAN FLORA NORMAL
SAMPAH MEDIS DAN PENGOLAHANNYA
KOMUNIKASI EFEKTIF
PENTINGNYA KOMUNIKASI DIDUNIA KERJA
GOLONGAN DARAH BOMBAY
PEWARNAAN GRANULA BAKTERI
MACAM-MACAM PEWARNAAN BAKTERI
NYAMUK AEDES AEGYPTI
PENGERTIAN KOLEGA DAN PELANGGAN
CARA MENINGKATKAN KINERJA
PENTINGNYA PENAMPILAN DIRI
KETRAMPILAN GURU MENGAJAR
KEAJAIBAN OTAK
10 LARANGAN SETELAH MAKAN
ARTIKEL TENTANG ETIKA
PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN
PENGANTAR URIN RUTIN
REDUKSI URIN (GLUKOSA)
PENGANTAR PROTOZOA
o Oktober
o November
2014
2015

2013 ANALIS SMK BANTUL. Blogger templates by Bloggertheme9


Proudly Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai