Anda di halaman 1dari 5

Laporan Rute Pemberian Obat (Farmakologi)

February 18, 2013 anonim No comments


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal yang
berkaitan denganobat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik,
farmakokinetik, dan juga dari segifarmakologi. Kali ini kami akan membahas
dalam bab farmakologi obat dengan sub-bab rute pemberian obat. Adapun yang
melatar-belakangi pengangkatan materi adalah agar kita dapatmengetahui kaitan
antara rute pemberian obat dengan waktu cepatnya reaksi
obat yangditampakkan pertama kali.
I.2 Tujuan percobaan
Adapun tujuan yang diharapkan dalam praktikum ini adalah :

Mengetahui beberapa hewan yang dapat digunakan untuk pengujian obat

Mengetahui cara pemberian obat

Mengetahui bagaimana pengaruh obat yang diberikan secara berbeda rute


pemberian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Golongan Hewan


Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di mana
faktorketurunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang
terlihat/karakteristikhewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu
(Sulaksonono, M.E., 1992):1). Hewan liar.2). Hewan yang konvensional, yaitu
hewan yang dipelihara secara terbuka.3). Hewan yang bebas kuman spesifik
patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan sistim barrier (tertutup).4). Hewan
yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara
dengansistem isolator Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan
tersebut di atas disesuaikandengan macam percobaan biomedis yang akan
dilakukan. Semakin meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil
percobaan yang dilakukan. Dengan demikian,apabila suatu percobaan dilakukan
terhadap hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila menggunakan
hewan percobaan konvensional ilmiah maupun hewan yang bebaskuman.
II.2 Rute Pemberian Obat
Rute pemberian obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu faktor
yangmempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis
anatomi dan biokimiayang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh
karakteristik ini berbeda karena jumlahsuplai darah yang berbeda; enzim-enzim
dan getah-getah fisiologis yang terdapat di

lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang
dapatmencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung
dari rute pemberianobat (Katzug, B.G, 1998).Please Like us on Facebook or
tweet this to continue reading.Memilih rute penggunaan obat tergantung dari
tujuan terapi, sifat obatnya serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu
mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut:a. Tujuan terapi
menghendaki efek lokal atau efek sistemik b. Apakah kerja awal obat
yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lamac. Stabilitas obat di dalam
lambung atau ususd. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-
macam rutee. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokterf.
Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-
macam ruteBentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan
besarnya obat yangdiabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi
pula kegunaan dan efek terapi obat. Bentuksediaan obat dapat memberi efek
obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik diperoleh jikaobat beredar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obatyang
bekerja setempat misalnya salep (Anief, 1994).Efek sistemik dapat diperoleh
dengan cara (Anief, 1994):a. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal b.
Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutanc. Inhalasi
langsung ke dalam paru-paru.Efek lokal dapat diperoleh dengan cara (Anief,
1994):a. Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung,
telinga b. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paruc. Rektal, uretral dan
vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran kencing
dankemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau larut
dalam cairan badanRute penggunaan obat dapat dengan cara (Anief, 1994):a.
Melalui rute oral b. Melalui rute parenteralc. Melalui rute inhalasid. Melalui
rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan sebagainyae.
Melalui rute kulitCara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah
lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal,
intramuskular, subkutan, dan intraperitonial,melibatkan proses penyerapan obat
yang berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yanglain, seperti melalui
intravena, intra-arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses
penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju
sisireseptor (receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui
hidung dan secarasetempat melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar
penting dalam menentukanaktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau
kehilangan obat selama proses penyerapan akanmemperngaruhi aktifitas obat
dan menyebabkan kegagalan pengobatan ( Siswandono danSoekardjo, B.,
1995).

Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang


kedokteran/biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai
model atau sarana percobaan haruslahmemenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu, antara lain persyaratan genetis / keturunan danlingkungan yang
memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudahtidaknya
diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya
padamanusia (Tjay,T.H dan Rahardja,K, 2002).Cara memegang hewan serta
cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Caramemegang hewan
dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan olehsifat
hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam
caranya akandapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi
hewan (ini akanmenyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan
darah, misalnya) dan juga bagiorang yang memegangnya (Katzug, B.G,
1998).Fenobarbital, asam 5,5-fenil-etil barbiturate merupakan senyawa organik
pertama yangdigunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi
penjalaran aktivitas bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Efek utama
barbiturat ialah depresi SSP. Semuatingkat depresi dapat dicapai mulai dari
sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anesthesia, koma,sampai dengan kematian.
Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menitdengan dosis
hipnotik. Tidurnya merupakan tidur fisiologis, tidak disertai
mimpi yangmengganggu (Ganiswara, 1995).Barbiturat secara oral diabsorbsi
cepat dan sempurna. Bentuk garam natrium lebih cepatdiabsorbsi dari bentuk
asamnya. Mula kerja bervariasi antara 10-60 menit, bergantung kepadazat serta
formula sediaan dan dihambat oleh adanya makanan didalam lambung.
Barbituratdidistribusi secara luas dan dapat lewat plasenta, ikatan dengan PP
sesuai dengankelarutannya dalam lemak, thiopental yang terbesar, terikat lebih
dari 65%. Kira-kira 25%fenobarbital dan hampir semua aprobarbital diekskresi
kedalam urin dalam bentuk utuh(Ganiswara, 1995).Resorpinya di usus baik (70-
90%) dan lebih kurang 50% terikat pada protein; plasma-t -nya panjang, lebih
kurang 3-4 hari, maka dosisnya dapat diberikan sehari sekaligus. Kurang
lebih50% dipecah menjadi p-hidrokdifenobarbitat yang diekskresikan lewat urin
dan hanya 10-30% dalam kedaan utuh. Efek sampingnya berkaitan dengan efek
sedasinya, yakni pusing,mengantuk, ataksia dan pada anak-anak mudah
terangsang. Bersifat menginduksi enzim danantara lain mempercepat
penguraian kalsiferol (vitamin D2) dengan kemungkinan timbulnyarachitis pada
anak kecil. Pengunaannya bersama valproat harus hati-hati, karena kadar
darahfenobarbital dapat ditingkatkan. Di lain pihak kadar darah fenitoin dan
karbamazepin sertaefeknya dapat diturunkan oleh fenobarbital. Dosisnya 1-2 dd
30-125 mg, maksimal 400 mg(dalam 2 kali); pada anak-anak 2-12 bulan 4
mg/kg berat badan sehari; pada status epilepticusdewasa 200-300 mg (Tjay dan
Rahardja, 2006).Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat
pemberian ke dalam darah.Bergantung pada cara pemberiannya, tempat
pemberian obat adalah saluran cerna (mulutsampai dengan rektum), kulit, paru,
otot, dan lain-lain. Cara pemberian obat yang berbeda- beda melibatkan proses
absorbsi obat yang berbeda-beda pula. Kegagalan atau kehilanganobat selama
proses absorbsi akan mempengaruhi efek obat dan menyebabkan
kegagalan pengobatan.Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan
adalah pemberian obat per oral, karenamudah, aman, dan murah . Dengan cara
ini tempat absorpsi utama adalah usus halus, karena

memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200m2. Pada pemberian
secara oral,sebelum obat masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke
seluruh tubuh, terlebih dahuluharus mengalami absorbsi pada saluran cerna
(Anonim,2007).Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses absorbsi obat
pada saluran cerna antara lain(Anonim,2007):1. Bentuk SediaanTerutama
berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak langsung
dapatmempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan yang
berbeda, maka proses absorpsi obat memerlukan waktu yang berbeda-beda dan
jumlah ketersediaan hayatikemungkinan juga berlainan.2. Sifat Kimia dan
Fisika ObatBentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari bahan obat
dapat mempengaruhikekuatan dan proses absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal
atau polimorfi, kelarutan dalamlemak atau air, dan derajat ionisasi juga
mempengaruhi proses absorpsi [2]. Absorpsi lebihmudah terjadi bila obat dalam
bentuk non-ion dan mudah larut dalam lemak.3. Faktor BiologisAntara lain
adalah pH saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran cerna,
waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus, serta banyaknya
pembuluh darah padatempat absorpsi.4. Faktor Lain-lainAntara lain umur,
makanan, adanya interaksi obat dengan senyawa lain dan adanya
penyakittertentu.Pemberian obat di bawah lidah hanya untuk obat yang sangat
larut dalam lemak, karena luas permukaan absorpsinya kecil, sehingga obat
harus melarut dan diabsorpsi dengan sangatcepat, misalnya nitrogliserin. Karena
darah dari mulut langsung ke vena kava superior dantidak melalui vena porta,
maka obat yang diberikan melalui sublingual ini tidak mengalamimetabolisme
lintas pertama oleh hati.Kerugian pemberian per oral adalah banyak faktor dapat
mempengaruhi bioavaibilitas obat.Karena ada obat-obat yang tidak semua yang
diabsorpsi dari tempat pemberian akanmencapai sirkulasi sistemik. Sebagian
akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus danatau di hati pada lintasan
pertamanya melalui organ-organ tersebut (metabolisme ataueliminasi lintas
pertama). Eliminasi lintas pertama obat dapat dihindari atau dikurangi
dengancara pemberian parenteral, sublingual, rektal, atau memberikannya
bersama makanan.Selain itu, kerugian pemberian melalui oral yang lain adalah
ada obat yang dapat mengiritasisaluran cerna, dan perlu kerja sama dengan
penderita, dan tidak bisa dilakukan saat pasienkoma.Pada pemberian obat
melalui rektal, misalnya untuk pasien yang tidak sadar atau muntah,hanya 50%
darah dari rektum yang melalui vena porta, sehingga eliminasi lintas pertama
olehhati juga hanya 50%. Akan tetapi, absorpsi obat melalui mukosa rektum
seringkali tidakteratur dan tidak lengkap, dan banyak obat menyebabkan iritasi
mukosa rektum.Pemberian obat secara parenteral memiliki beberapa
keuntungan, yaitu:1. efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan
dengan pemberian per oral.2. dapat diberikan pada penderita yang tidak
kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah.3. sangat berguna dalam keadaan
darurat. Kerugiannya antara lain dibutuhkan cara asepsis,menyebabkan rasa
nyeri, sulit dilakukan oleh pasien sendiri, dan kurang ekonomis.Pemberian
intravena (IV) tidak mengalami absorpsi tetapi langsung masuk ke dalam
sirkulasisistemik, sehingga kadar obat dalam darah diperoleh secara capat, tepat,
dan dapatdisesuaikan langsung dengan respon penderita. Kerugiannya adalah
mudah tercapai efektoksik karena kadar obat yang tinggi segera mencapai darah
dan jaringan, dan obat tidakdapat ditarik kembali.
Injeksi subkutan (SC) atau pemberian obat melalui bawah kulit, hanya boleh
digunakan untukobat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Absorpsinya
biasanya terjadi secara lambat dankonstan sehingga efeknya bertahan lama.
Injeksi intramuskular (IM) atau suntikkan melaluiotot, kecepatan dan
kelengkapan absorpsinya dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air.Absorpsi
lebih cepat terjadi di deltoid atau vastus lateralis daripada di gluteus
maksimus.Injeksi intraperitoneal atau injeksi pada rongga perut tidak dilakukan
untuk manusia karenaada bahaya infeksi dan adesi yang terlalu
besar.Pemberian secara injeksi intravena menghasilkan efek yang tercepat,
karena obat langsungmasuk ke dalam sirkulasi. Efek lebih lambat diperoleh
dengan injeksi intramuskular, danlebih lambat lagi dengan injeksi subkutan
karena obat harus melintasi banyak membran selsebelum tiba dalam
peredaran darah.Banyak faktor lain yg juga mempengaruhi absorpsi obat salah
satu nya adalah faktor patofisiologi tubuh

Anda mungkin juga menyukai