PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang
dapatmencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung
dari rute pemberianobat (Katzug, B.G, 1998).Please Like us on Facebook or
tweet this to continue reading.Memilih rute penggunaan obat tergantung dari
tujuan terapi, sifat obatnya serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu
mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut:a. Tujuan terapi
menghendaki efek lokal atau efek sistemik b. Apakah kerja awal obat
yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lamac. Stabilitas obat di dalam
lambung atau ususd. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-
macam rutee. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokterf.
Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-
macam ruteBentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan
besarnya obat yangdiabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi
pula kegunaan dan efek terapi obat. Bentuksediaan obat dapat memberi efek
obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik diperoleh jikaobat beredar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obatyang
bekerja setempat misalnya salep (Anief, 1994).Efek sistemik dapat diperoleh
dengan cara (Anief, 1994):a. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal b.
Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutanc. Inhalasi
langsung ke dalam paru-paru.Efek lokal dapat diperoleh dengan cara (Anief,
1994):a. Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung,
telinga b. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paruc. Rektal, uretral dan
vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur, saluran kencing
dankemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada keringat badan atau larut
dalam cairan badanRute penggunaan obat dapat dengan cara (Anief, 1994):a.
Melalui rute oral b. Melalui rute parenteralc. Melalui rute inhalasid. Melalui
rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan sebagainyae.
Melalui rute kulitCara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah
lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal,
intramuskular, subkutan, dan intraperitonial,melibatkan proses penyerapan obat
yang berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yanglain, seperti melalui
intravena, intra-arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses
penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju
sisireseptor (receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui
hidung dan secarasetempat melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar
penting dalam menentukanaktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau
kehilangan obat selama proses penyerapan akanmemperngaruhi aktifitas obat
dan menyebabkan kegagalan pengobatan ( Siswandono danSoekardjo, B.,
1995).
memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200m2. Pada pemberian
secara oral,sebelum obat masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke
seluruh tubuh, terlebih dahuluharus mengalami absorbsi pada saluran cerna
(Anonim,2007).Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses absorbsi obat
pada saluran cerna antara lain(Anonim,2007):1. Bentuk SediaanTerutama
berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak langsung
dapatmempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan yang
berbeda, maka proses absorpsi obat memerlukan waktu yang berbeda-beda dan
jumlah ketersediaan hayatikemungkinan juga berlainan.2. Sifat Kimia dan
Fisika ObatBentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari bahan obat
dapat mempengaruhikekuatan dan proses absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal
atau polimorfi, kelarutan dalamlemak atau air, dan derajat ionisasi juga
mempengaruhi proses absorpsi [2]. Absorpsi lebihmudah terjadi bila obat dalam
bentuk non-ion dan mudah larut dalam lemak.3. Faktor BiologisAntara lain
adalah pH saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran cerna,
waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus, serta banyaknya
pembuluh darah padatempat absorpsi.4. Faktor Lain-lainAntara lain umur,
makanan, adanya interaksi obat dengan senyawa lain dan adanya
penyakittertentu.Pemberian obat di bawah lidah hanya untuk obat yang sangat
larut dalam lemak, karena luas permukaan absorpsinya kecil, sehingga obat
harus melarut dan diabsorpsi dengan sangatcepat, misalnya nitrogliserin. Karena
darah dari mulut langsung ke vena kava superior dantidak melalui vena porta,
maka obat yang diberikan melalui sublingual ini tidak mengalamimetabolisme
lintas pertama oleh hati.Kerugian pemberian per oral adalah banyak faktor dapat
mempengaruhi bioavaibilitas obat.Karena ada obat-obat yang tidak semua yang
diabsorpsi dari tempat pemberian akanmencapai sirkulasi sistemik. Sebagian
akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus danatau di hati pada lintasan
pertamanya melalui organ-organ tersebut (metabolisme ataueliminasi lintas
pertama). Eliminasi lintas pertama obat dapat dihindari atau dikurangi
dengancara pemberian parenteral, sublingual, rektal, atau memberikannya
bersama makanan.Selain itu, kerugian pemberian melalui oral yang lain adalah
ada obat yang dapat mengiritasisaluran cerna, dan perlu kerja sama dengan
penderita, dan tidak bisa dilakukan saat pasienkoma.Pada pemberian obat
melalui rektal, misalnya untuk pasien yang tidak sadar atau muntah,hanya 50%
darah dari rektum yang melalui vena porta, sehingga eliminasi lintas pertama
olehhati juga hanya 50%. Akan tetapi, absorpsi obat melalui mukosa rektum
seringkali tidakteratur dan tidak lengkap, dan banyak obat menyebabkan iritasi
mukosa rektum.Pemberian obat secara parenteral memiliki beberapa
keuntungan, yaitu:1. efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan
dengan pemberian per oral.2. dapat diberikan pada penderita yang tidak
kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah.3. sangat berguna dalam keadaan
darurat. Kerugiannya antara lain dibutuhkan cara asepsis,menyebabkan rasa
nyeri, sulit dilakukan oleh pasien sendiri, dan kurang ekonomis.Pemberian
intravena (IV) tidak mengalami absorpsi tetapi langsung masuk ke dalam
sirkulasisistemik, sehingga kadar obat dalam darah diperoleh secara capat, tepat,
dan dapatdisesuaikan langsung dengan respon penderita. Kerugiannya adalah
mudah tercapai efektoksik karena kadar obat yang tinggi segera mencapai darah
dan jaringan, dan obat tidakdapat ditarik kembali.
Injeksi subkutan (SC) atau pemberian obat melalui bawah kulit, hanya boleh
digunakan untukobat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Absorpsinya
biasanya terjadi secara lambat dankonstan sehingga efeknya bertahan lama.
Injeksi intramuskular (IM) atau suntikkan melaluiotot, kecepatan dan
kelengkapan absorpsinya dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air.Absorpsi
lebih cepat terjadi di deltoid atau vastus lateralis daripada di gluteus
maksimus.Injeksi intraperitoneal atau injeksi pada rongga perut tidak dilakukan
untuk manusia karenaada bahaya infeksi dan adesi yang terlalu
besar.Pemberian secara injeksi intravena menghasilkan efek yang tercepat,
karena obat langsungmasuk ke dalam sirkulasi. Efek lebih lambat diperoleh
dengan injeksi intramuskular, danlebih lambat lagi dengan injeksi subkutan
karena obat harus melintasi banyak membran selsebelum tiba dalam
peredaran darah.Banyak faktor lain yg juga mempengaruhi absorpsi obat salah
satu nya adalah faktor patofisiologi tubuh