Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang sangat menyolok pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, meliputi
hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian
hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain.Filsafat Yunani Kuno yang
tadinya merupakan suatu kesatuan kemudianmenjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987,
Nuchelmans, 1982).Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa
denganmunculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan
antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa
sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalahidentik dengan filsafat. Pendapat
tersebut sejalan dengan pemikiran VanPeursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu
ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada
sistemfilsafat yang dianut.Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento
Wibisono(1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasidengan
menunjukkan bagaimana pohon ilmu pengetahuan telah tumbuhmekar-bercabang secara
subur. Masing-masing cabang melepaskan
diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masingmasing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin
lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan
pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah
ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu
tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat
dilihat sebagai suatu sistem yang jalitaat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat
benar-tidaknyadapat ditentukan.Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau
pembagiandalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626)
mengembangkansemboyannya Knowledge Is Power, kita dapat mensinyalir
bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individualmaupun sosial
menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yangtimbul menurut Koento Wibisono
(1984), adalah bahwa ilmu yang satusangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain
serta semakinkaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmuterapan
atau praktis.Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yanglainnya, dibutuhkan
suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani sertamewadahi perbedaan yang muncul. Oleh
karena itu, maka bidang filsafatlahyang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan
pendapatImmanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas- batas
dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab ituFrancis bacon (dalam
The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibuagung dari ilmu-ilmu (the great mother of
the sciences).Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan,
karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan a higher level of knowledge,maka lahirlah
filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan
filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objeksasarannya:
Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutamadiarahkan pada komponen-
komponen yang menjadi tiang penyangga bagieksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi
dan aksiologi. Hal inididukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999),
yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmuatau tentang
dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafatdewasa ini tidak dapat
berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmutidak dapat tumbuh dengan baik tanpa
kritik dari filsafat. Dengan mengutipungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento
Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena
terlibatdengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yanglain tidak
mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangatmemerlukan landasan
pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidaksalah.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian filsafat?
b. Apa pengertian dan hakekat ilmu?
c. Apa kedudukan filsafat dalaam pengetahuan?
d. Apa teori kebenaran dari filsafat?

3. Tujuan
a. Menjelaskan apa arti filsafat
b. Mengetahui pengertian dan hakekat ilmu
c. Dapat menjelaskan kedudukan filsafat dalam pengetahuan
d. Mengetahui teori-teori kebenaran filsafat
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN FILSAFAT

Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani
philosophia yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos
(philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani
Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu
ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula
kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai
kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The
Liang Gie, 1999).
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah
dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara
harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang
kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia
dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Menurut Surajiyo (2010:1) secara etimologi kata filsafat, yangg dalam bhs Arab
dikenal dengan istilah falsafah dan dalam Bahasa Inggris di kenal dengan istilah philoshophy
adalah dari Bahasa Yunani philoshophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan
shopia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian,
seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
Secara terminologi, menurut Surajiyo (2010: 4) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai
pada hakikatnya. Filsafat bukan mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang
dicari adalah hakikat dari sesuatu fenomena. Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan
sesuatu adalah sesuatu itu adanya. Filsafat mengkaji sesuatu yang ada dan yang mungkin
ada secara mendalam dan menyeluruh. Jadi filsafat merupakan induk segala ilmu.
Susanto (2011: 6) menyatakan bahwa menurut Istilah, filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala
sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri secara sungguh-sungguh guna
menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta
berpikir secara rasional-logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan manusia.
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai
istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli
matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 +
b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya philosophos (pencinta kearifan). Baginya kearifan
yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh
para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia
merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam
perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap
alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The
Liang Gie, 1999).
Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang
ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong
pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa
dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya
untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap
awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam
perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya
dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento
Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri.
Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.

Filsafat menurut para ahli

1.Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhurmurid Socrates dan guru
Aristoteles, mengatakan: Filsafatadalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu
pengetahuanyang berminat mencapai kebenaran yang asli).

2.Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah


ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnyaterkandung ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika,ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab
danasas segala benda).
3.Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan
ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuantentang sesuatu yang maha
agung dan usaha-usaha untukmencapainya.
4. Ibnu Sina dalam pernyataannya yang terkenal menyatakan, Jiwa berbeda dengan Jasad
(The Soul si distinct krom The Brody).
5. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelumIbnu Sina, mengatakan :
Filsafat adalah ilmu pengetahuantentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat
yang sebenarnya.
6.Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa piker Barat, mengatakan :
Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal
segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: Apakah yang dapat
kita ketahui? (dijawab oleh metafisika); Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab
olehetika); Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab olehagama); Apa itu manusia (
dijawab olh Antropologi )
7. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan:Filsafat adalah suatu ikhtiar
untuk berpikir radikal, artinya mulaidari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang
hendakdimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itufilsafat berusaha untuk
sampai kepada kesimpulan-kesimpulanyang universal.
8. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmuyang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenaiketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga
dapatmenghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnyasejauh yang dapat dicapai
oleh akal manusia, dan bagaimanasikap manusia itu seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.Yang menjadi persamaan dari semua para ahli tentangfilsafat yaitu sebuah
ilmu untuk menyelidiki segala sesuatusecara mendalam. Sedangkan perbedaannya adalah
kalaumenurut plato dan Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui nilai
kebenaran tentang segala sesuatu.Sedangkan menurut yang lainnya bahwa filsafat itu adalah
ilmuuntuk memahami atau mendalami secara radikal dan integralserta sistematis hakikat
Tuhan, hakikat alam semesta, hakikatmanusia. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan
konotasifilsafat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan
dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembanganfilsafat itu sendiri.
9.Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagaiWissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-
ilmu , yakni ilmu umum,yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidangatau
jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidangdan seluruh jenis ilmu mencari
kebenaran dari seluruhkenyataan.
10. Paul Nartorp (1854 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat(ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusiadengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang
memikulsekaliannya .
11. Notonegoro : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknyadari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah , yangdisebut hakekat.
12. Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya
ada dan berbuat, perenungantentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai
mengapayang penghabisan
.13. Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikapdan kepecayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanyaditerima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses
kritikatau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjungtinggi; (2) Filsafat adalah
suatu usaha untuk memperoleh
suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan
tentang arti kata dan pengertian ( konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat
perhatianmanusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
14. Rene Descartes yaitu merupakan kumpulan segala pengetahuan,di mana Tuhan, alam dan
manusia menjadi pokok penyelidikannya. Dalam bukunya
De Homine Figures, diamempertanyakan eksistensi dirinya. Apakan itu suatu
kebenaranataukah tidak.
15. Stephen R. Toulmin, menyatakan filsafat adalah Sebagai suatucabang ilmu, filsafat ilmu
mencoba pertama-tama menjelaskanunsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan
ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan,metode-metode penggantian
dan perhitungan, pra-anggapan- pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya
menilailandasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauanlogika formal,
metodologi praktis, dan metafisika
.16. Prof. Mr.Mumahamd Yamin : Filsafat ialah pemusatan pikiran ,sehingga manusia
menemui kepribadiannya seraya didalamkepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
17. Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran danrenungan manusia dengan akal
dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,
fundamentalis,universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukankebenaran yang
hakiki (pengetahuan, dan kearifan ataukebenaran yang sejati.
18. Bertrand Russel : Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan
sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-
masalahyang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,
keseluruhannya. Yang universal ialah yang mengenaikeseluruhan. Berfikir tentang hujan
misalnya, bukan terbatasdengan kemarin atau yang ahri ini, tapi seluruh hujan. Berfkirtentang
manusia tidak hanya mengenai manusia Indonesia,manusia Afrika, manusia Eropa, tapi
manusia sebagai makhluk.Lawan umum atau universal ialah khusus. Perkara yang
khususmasuk lapangan ilmu.

2. PENGERTIAN DAN HAKEKAT ILMU

Menurut Burhanudin Salam (2005:10) Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir
secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan
berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense. Sehingga
definisi ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar-benar disusun dengan
sistematis dan metodologis untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji
atau diverifikasi kebenarannya. Secara filosofis, semua kajian yang menelaah secara kritis
dan analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan secara menyeluruh adalah epistemology
atau teori pengetahuan (theory of knowledge; Erkentnistheorie). Istilah ini berasal dari bahasa
yunani yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Secara
harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya untuk menempatkan sesuatu tepat pada
kedudukannya.
The Liang Gie (1987) (dalam Surajiyo, 2010) memberikan pengertian ilmu adalah
rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh
pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan
keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti
manusia.
Secara filosofis, semua kajian yang menelaah secara kritis dan analitis tentang dasar-
dasar teoritis pengetahuan secara menyeluruh adalah epistemology atau teori pengetahuan
(theory of knowledge; Erkentnistheorie). Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu
episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah episteme
berarti pengetahuan sebagai upaya untuk menempatkan sesuatu tepat pada kedudukannya.
Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi pada hakikatnya merupakan suatu kajian
Filosofis yang bermaksud mengkaji masalah umum secara menyeluruh dan mendasar untuk
menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Membahas Bagaimana
pengetahuan itu pada dasarnya diperoleh dan dapat diuji kebenarannya?, manakah ruang
lingkup dan batasan-batasan kemampuan manusia untuk mengetahui?, serta membahas
pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari adanya pengetahuan dan
memberi pertanggung jawaban secara rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya.
Sehingga epistemologi merupakan disiplin ilmu yang bersifat :
a) Evaluative, yaitu menilai apakah teori yang digunakan dapat dipertanggung jawabkan
secara nalar atau tidak.
b) Normative, yaitu menentukan tolok ukur kebenaran atau norma dalam bernalar.
c) Kritis, yaitu menguji penalaran cara dan hasil dari pelbagai akal (kognitif) manusia untuk
dapat ditarik kesimpulan.
Adapun cara kerja metode pendekatan epistemologi adalah dengan cara bagaimana
objek kajian itu didekati atau dipelajari. Cirinya adalah dengan adanya berbagai macam
pertanyaan yang diajukan secara umum dan mendasar dan upaya menjawab pertanyaan yang
diberikan dengan mengusik pandangan dan pendapat umum yang sudah mapan. Dengan
tujuan agar manusia bisa lebih bertanggung jawab terhadap jawaban dan pandangan atau
pendapatnya dan tidak menerima begitu saja pandangan dan pendapat secara umum yang
diberikan.
Berdasarkan cara kerja atau metode yang digunakan, maka epistemologi dibagi menjadi
beberapa macam. Berdasarkan titik tolak pendekatannya secara umum, epistemologi dibagi
menjadi 3, yaitu:
1) Epistemologi metafisis
Epistemologi metafisis adalah pemikiran atau pengandaian yang berasal dari paham
tertentu dari suatu kenyataan lalu berusaha bagaimana cara mengetahui kenyataan itu.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah hanya menyibukkan diri dalam mendapatkan
uraian dari masalah yang dihadapi tanpa adanya pertanyaan dan tindakan untuk menguji
kebenarannya.
2) Epistemologi skeptis
Epistemologi skeptis lebih menekankan pada pembuktian terlebih dahulu dari apa yang
kita ketahui sampai tidak adanya keraguan lagi sebelum menerimanya sebagai
pengetahuan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah sulitnya mencari jalan keluar atau
keputusan.
3) Epistemologi kritis
Pada Epistemologi ini tidak memperioritaskan Epistemologi manapun, hanya saja
mencoba menanggapi permasalahan secara kritis dari asumsi, prosedur dan pemikiran,
baik pemikiran secara akal maupun pemikiran secara ilmiah, dengan tujuan untuk
menemukan alasan yang rasional untuk memutuskan apakah permasalahan itu bisa
diterima atau ditolak.
Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan atau sistem yang bersifat
menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian
tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkkan penjelasan yang ada dengan metode
tertentu. Dalam hal ini, ilmu mempunyai struktur dalam menjelaskan kajiannya. Struktur ilmu
menggambarkan bagaimana ilmu itu tersistematisir, terbangun atau terkonstruksi dalam suatu
lingkungan (boundaries), di mana keterkaitan antara unsur-unsur nampak secara jelas.
Struktur ilmu merupakan A scheme that has been devided to illustrate relationship among
facts, concepts, and generalization, yang berarti struktur ilmu merupakan ilustrasi hubungan
antara fakta, konsep serta generalisasi. Dengan keterkaitan tersebut akan membentuk suatu
bangun kerangka ilmu tersebut. sementara itu, definisi struktur ilmu adalah seperangkat
pertanyaan kunci dan metode penelitian yang akan membantu untuk memperoleh
jawabannya, serta berbagai fakta, konsep, generalisasi dan teori yang memiliki karakteristik
yang khas yang akan mengantarkan kita untuk memahami ide-ide pokok dari suatu disiplin
ilmu yang bersangkutan. Dengan demikian nampak dari dua pendapat di atas bahwa terdapat
dua hal pokok dalam suatu struktur ilmu, yaitu:
a. A body of Knowledge (kerangka ilmu) yang terdiri dari fakta, konsep, generalisasi, dan
teori yang menjadi ciri khas bagi ilmu yang bersangkutan sesuai dengan lingkungan
(boundary) yang dimilikinya. Kerangka ilmu terdiri dari unsur-unsur yang berhubungan,
dari mulai yang konkrit (berupa fakta) sampai ke level yang abstrak (berupa teori),
semakin ke fakta maka semakin spesifik, sementara semakin mengarah ke teori maka
semakin abstrak karena lebih bersifat umum.
b. A mode of inquiry, yaitu cara pengkajian atau penelitian yang mengandung pertanyaan
dan metode penelitian guna memperoleh jawaban atas permasalahan yang berkaitan
dengan ilmu tersebut.
Terkadang, pengetahuan dan ilmu disama artikan, bahkan terkadang dijadikan
kalimat majemuk yang mempunyai arti tersendiri. Padahal, jika kedua kata tersebut
dipisahkan, akan mempunyai arti sendiri dan akan tampak perbedaannya.
Ilmu adalah pengetahuan. Jika dilihat dari asal katanya, pengetahuan di ambil dari
bahasa inggris yaitu knowledge, sedangakan ilmu dari kata science dan peralihan dari kata
arab ilm atau alima (ia telah mengetahui) sehingga kata jadian ilmu berarti juga
pengetahuan. Dari pengertian ini dapat diambil kesimpulan bahwa ditinjau dari segi bahasa,
antara pengetahuan dan ilmu mempunyai sinonim arti, namun jika dilihat dari segi arti
materialnya (kata pembentuknya) maka keduanya mempunyai perbedaan.
Dalam encyclopedia Americana, di jelaskan bahwa ilmu (science) adalah pengetahuan
yang besifat positif dan sistematis. The Liang Gie mengutip Paul Freedman dari buku The
Principles Of Scientific Research dalam Amsal Bakhtiar.(2008:91) memberi batasan definisi
ilmu, yaitu suatu bentuk proses usaha manusia untuk memperoleh suatu pengetahuan baik
dimasa lampau, sekarang, dan kemudian hari secara lebih cermat serta suatu kemampuan
manusia untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya serta merubah sifat-
sifatnya sendiri, sedangkan menurut Carles Siregar masih dlam dalam Amsal
Bakhtiar.(2008:91) menyatakan bahwa ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan.
Ilmu dapat memungkinkan adanya kemajuan dalam pengetahuan sebab beberapa sifat
atau ciri khas yang dimiliki oleh ilmu. Burhanudin Salam (2005:23-24)mengemukakan
beberapa ciri umum dari pada ilmu, diantaranya:
1) Bersifat akumulatif, artinya ilmu adalah milik bersama. Hasil dari pada ilmu yang telah
lalu dapat digunakan untuk penyelidikan atau dasar teori bagi penemuan ilmu yang baru.
2) Kebenarannya bersifat tidak mutlak, artinya masih ada kemungkinan terjadinya
kekeliruan dan memungkinkan adanya perbaikan. Namun perlu diketahui, seandainya
terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka itu bukanlah kesalahan pada metodenya,
melainkan dari segi manusianya dalam menggunakan metode itu.
3) Bersifat obyektif, artinya hasil dari ilmu tidak boleh tercampur pemahaman secara
pribadi, tidak dipengaruhi oleh penemunya, melainkan harus sesuai dengan fakta keadaan
asli benda tersebut

3. Kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan


A. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki umat manusia dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu pengetahuan yang berasal dari manusia itu sendiri, dan yang berasal dari luar
manusia. Jenis pengetahuan yang kedua inilah yangdianggap atau dipercaya berasal dari
Pencipta Manusia dan Alam (yang olehorang beragama disebut Tuhan) diistilahkn wahyu.
Golongan materialismetidak mempercayai adanya jenis pengetahuan kedua ini karena
mereka tidakmempercayai adanya Tuhan. Al-Kindi menyebut pengetahuan jenis pertamaitu
pengetahuan Ilahi, yang dasarnya keyakinan dan jenis kedua: pengetahuan, yang dasarnya
pemikiran.
B. Tiga kategori pengetahuan
Pengetahuan manusia itu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
Pengetahuan indera
Pengetahuan Ilmu
Pengetahuan Filsafat

Pengetahuan adalah apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu.Hasil pekerjaan tahu ini.
Dapat disimpulkan, semua milik atau isi pikiran ialah pengetahuan.

Pengetahuan indra yaitu apa yang kita lihat, rasakan, sentuh,cium. Pengalaman pancar indra
ini melalui proses pemikiranlangsung menjadi pengetahuan. b.

Pengetahuan ilmu ialah hasil berfikir secara sistematis danmendalam, disertai riset dan
eksperimen. Hasil berfikir dan berbuat dengan metode ini membentuk suatu pengetahuan.

Pengetahuan filsafat ialah pemikiran secara sistematik, radikal,dan universal.Ketiganya


dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan filsafat.

C. Jenis Agama
Di samping pengetahuan manusia dan pengetahuan Tuhan,
adapula pengetahuan agama. Yaitu pengetahuan yang berintikan pengetahuanTuhan dan
ulasan, keterangan, tafsiran, perincian yang berasal dari pengetahuan manusia terhadap
wahyu terebut.Ada dua jenis agama yaitu agama budaya dan agama langit.
Agama budaya menurut ilmuwan barat lahir tar kebudayaan manusia, sedangkanagama
langit diwahyukan oleh Tuhan dari langit. Ajaran agama budayakebanyakan berisikan filsafat
kemanusiaan. Sedangkan ajaran agama langit diturunkan melalui wahyu

D. Batas-batas pengetahuan
1. Pengetahuan indera: lapangannya segala sesuatu yang dapatdisentuh oleh pancaindera
secara langsung; batasnya sampaikepada segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh
pancaindera.
2. Pengetahuan ilmu: lapangannya segala sesuatu yang dapatditeliti (riset dan/atau
eksperimen); batasnya sampai kepadayang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian;
3. Pengetahuan filsafat; segala sesuatu yang dapat dipikirkan
oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi(relative, terbatas);
batasnya ialah batas alam, namun demikiania juga mencoba memikirkan sesuatu yang di
luar alam, yangdisebut oleh agama Tuhan.

E. Filsafat di berbagai masyarakat


Sebagai seorang yang beragama, kita harus mengatur perbuatan kitaagar sesuai dengan
perintah agama, serta menjauhi larangan-Nya. Nilai baikdan buruk itu diajarkan oleh agama
kepada kita semua. Agama itu kitawarisi dari Rasul. Rasul memberikan pengertian, tafsiran,
dan ulasantentang ajaran agama. Maka bagi jamaah agama, Rasul itu sesungguhnya berfungsi
sebagai filsuf.Dalam masyarakat modern, filsufnya adalah ahlipikir yangmengajarkan aliran
faham, yang membentuk pandangan hidup dan sikaphidup. Pandangan dunia dan sikap hidup
itu mengendalikan laku-perbuatankita.Dengan demikian jelaslah, bahwa filosof itu tidak
harus menurutgambaran tanggapan umum itu dan filsafat itu sesungguhnya beradaditengah-
tengah kita, dalam laku-perbuatan dan tindakan sehari-hari.Kehidupan kita dikendalikan dan
diarahkan oleh filsafat.
F. Filsafat dalam Islam
Akhirnya dalam memperkatakan kedudukan filsafat dalam pengetahuan, timbul pula
pertanyaan: Bagaimana kedudukan filsafat dalamajaran dan pengetahuan Islam.Pengetahuan
Islam terbagi dalam tiga kategori:
A. Pengetahuan murni dari Tuhan, diistilahkan denganwahyu, dikodifikasikan dalam bentuk
Kitab Quran.
B. Pengetahuan Nabi/Rasul Tuhan yang berasaskan ataulanjutan wahyu, diistilahkan
Sunnah-Hadits Nabi.
C. Pengetahuan ulama, ilmuwan yang
berasaskan, berpedoman, berkaitan, dengan atau digerakkan olehwahyu dan Hadits
Rasul, merupakan hasil ijtihad.Dengan membahas kedudukan filsafat dalam
pengetahuan,mulailah kita berkenalan dengan dia. Tetapi perkenalan itu tidakakan
mantap, apabila kita tidak mengaji pengertiannya danmerumuskan definisinya. Seperti
pula perkenalan kita denganseseorang baru akan mantap, manakala kita tahu namanya
dan mengerti tentang Dia.
4. TEORI-TEORI KEBENARAN FILSAFAT

Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai
yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan
(human dignity) selalu berusaha memeluk suatu kebenaran.

A. Pengertian Kebenaran dan Tingkatannya

Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :

1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang
dialami manusia

2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara,


diolah pula dengan rasio

3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu
semakin tinggi nilainya

4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan
dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat
asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan
pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan
mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu
yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan
manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu
ditunjukkan oleh kebanaran.

Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama
untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan nilai-nilai kebenaran.
Semua orang yang berhasrat untuk mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan kebenaran.
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang
menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human
dignity) selalu berusaha memeluk suatu kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan obyek pikir manusia sudah lama menjadi penyelidikan
manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki secara terus menerus
apakah hakekat kebenaran itu?

Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk
melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran,
tanpa melaksanakan kebenaran tersebut manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik
spikologis. Menurut para ahli filsafat itu bertingkat-tingkat bahkan tingkat-tingkat tersebut
bersifat hirarkhis. Kebenaran yang satu di bawah kebenaran yang lain tingkatan kualitasnya
ada kebenaran relatif, ada kebenaran mutlak (absolut). Ada kebenaran alami dan ada pula
kebenaran illahi, ada kebenaran khusus individual, ada pula kebenaran umum universal.

Keempat tingkat kebenarna ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga proses
dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang
dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenarna itu. Misalnya pada
tingkat kebenaran indera, potensi subyek yang menangkapnya ialah panca indra.

Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebanran itu,
membina dan menyempurnakannya sejalan dengan kematangan kepribadiannya.

Ukuran Kebenarannya :

Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran


Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain
Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran

Jenis-jenis Kebenaran :

1. Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan)

2. Kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada/ diadakan)

3. Kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat
asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan
pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan
mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu
yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan
manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu
ditunjukkan oleh kebanaran.

Kebenaran agama yang ditangkap dengan seluruh kepribadian, terutama oleh budi nurani
merupakan puncak kesadaran manusia. Hal ini bukan saja karena sumber kebnarna itu bersal
dari Tuhan Yang Maha Esa supernatural melainkan juga karena yang menerima kebenaran ini
adalah satu subyek dengna integritas kepribadian. Nilai kebenaran agama menduduki status
tertinggi karena wujud kebenaran ini ditangkap oleh integritas kepribadian. Seluruh tingkat
pengalaman, yakni pengalaman ilmiah, dan pengalaman filosofis terhimpun pada puncak
kesadaran religius yang dimana di dalam kebenaran ini mengandung tujuan hidup manusia
dan sangat berarti untuk dijalankan oleh manusia.

B. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat

1. Teori Corespondence

Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi,
fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau
kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu
benar.

Teori korispodensi (corespondence theory of truth) menerangkan bahwa kebenaran atau


sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat
tersebut.

Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang
serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :

1. Statemaent (pernyataan)

2. Persesuaian (agreemant)

3. Situasi (situation)
4. Kenyataan (realitas)

5. Putusan (judgements)

Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori
ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut
oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad
moderen.

Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori
kebenaran menuru corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan
moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah
merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan
sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.

Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral
itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam
kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga
kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang
ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang
ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar.

2. Teori Consistency

Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan
eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat
konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan
tempat yang lain.

Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenarna bukanlah didasarkan atas
hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek
(ide, kesannya dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh
karena itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali
berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek lain.
Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam
penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan.

Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini lebih
bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang teliti dan teori
korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran. Sedah teori
konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti kebenaran tadi.

Teori koherensi (the coherence theory of trut) menganggap suatu pernyataan benar bila di
dalamnya tidak ada perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan
sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar,
jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain
yang telah diterima kebenarannya.

Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan trut is consistency. Jika A = B
dan B = C maka A = C

Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini
menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar.
Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan idealis.

Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza dan
George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan
tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama
yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.

3. Teori Pragmatisme

Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode
project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya
jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika
mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan
kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam
keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-
tuntutan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih
jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah.

Jika teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang
dapat secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).

Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau
dalil itu memliki kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.

Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat


dikerjakan (workobility) dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena
itu tidak ada kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan
akibatnya.

Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :

1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan

2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen

3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)

Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalha
Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859).

Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi,
pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu
sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory
Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung
melalui kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai
melalui praktek di dalam program solving.

4. Kebenaran Religius

Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan dengan
realita objek. Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar.
Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat
objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis
dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat
superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah
kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah,
kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebanaran ini :

Agama sebagai teori kebenaran

Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan
sebagai landasannya. Dalam teori kebanran agama digunakan wahyu yang bersumber dari
Tuhan. Sebagai makluk pencari kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran
melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan
ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan
haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat
ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu
pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses
penyelidikan ilmiah itu sendiri.

Tujuan mempelajari filsafat ilmu pada dasarnya adalah untuk memahami persoalan
ilmiah dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan cermat
dan kritis.

filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil
dari berfikir secara radikal, sistematis, dan universal. Pengertian ini merupakan kumpulan
dari pendapat para ahli mengenai filsafat.Sedangkan kedudukan filsafat dalam pengetahuan
adalah filsafat bertugas memberi landasan filosofis untuk minimal memahami berbagai
konsep danteori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untukmembangun
teori ilmiah.

B. SARAN
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai modal
dalam mempelajafi filsafat. Jadikanlah filsafat sebagai penentuan terhadap penentuan hidup
dan pegangan fundamental dalam memecahkan masalah politik, pendidikan, ekonomi, sosial
dan budaya yang terjadi dalam masyarakat yang setiap saat berubah dan berkembang dalam
konteks akselerasi dan medernisasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu

Syam, Muhammad Noor. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional

Bertens, K. 1976. Ringkasan Sejarah Filsafat. Jakarta: Yayasan Krisius

Sumantri Surya. 1994. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, Oktober 2017

Penyusun
TUGAS

FILSAFAT ILMU

(FILSAFAT PENGETAHUAN ILMU KEBENARAN)

DISUSUN OLEH :

YUNAIS ADSMI
G2C1 17 085

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang 1
2. Rumusan masalah 2
3. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian filsafat 3
2. Pengertian dan hakekat ilmu 7
3. Kedudukan filsafat dalam pengetahuan
A. Jenis pengetahuan 10
B. Kategori pengetahuan 11
C. Jenis agama 11
D. Batas-batas pengetahuan 11
E. Filsafat diberbagai masyarakat 12
F. Filsafat dalam islam 12
4. Teori- teori kebenaran
A. Pengertian kebenaran dan tingkatannya 13
B. Teori-teori kebenaran menurut filsafat 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 20
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai