Anda di halaman 1dari 7

2017

Review of Solar Cell Devices

Ayu Azrurin Mustikasari


Universitas Negeri Malang
9/12/2017
A. Sejarah Solar Sel
Solar sel merupakan teknologi yang telah lama berkembang berdasarkan efek fotovoltaik,
yang menjelaskan bagaimana cahaya diubah menjadi listrik. Teknologi ini telah lama
berkembang sejak tahun 1800-an masehi. Pada tahun 1839, Alexandre Edmond Becquerel
menjelaskan efek fotovoltaik melalui eksperimen yang dilakukan. Dua buah elektroda
diletakkan pada larutan konduktif, dimana aliran listrik bertambah dengan adanya cahaya
yang diberikan. Kemudian penelitian mengenai teknologi ini terus dikembangkan dengan
menemukan material-material fotovoltaik dan berbagai kondisi yang berpengaruh pada efek
fotolistrik seperti lapisan penghalang dan band gap. Teknologi ini terus berkembang, hingga
pada tahun 1954 teknologi ini dikembangkan dalam bentuk devices dengan efisiensi 4% dan
terakhir mencapai 11%. Devices Silikon fotovoltaik dibuat oleh Daryl Chapin, Calvin Fuller
dan Gerald Pearson di Laboratorium Bell, USA (Energymatter, 2014).

B. Mekanisme Konversi Energi pada Solar Sel


Umumnya, material yang digunakan dalam solar sel merupakan material semikonduktor.
Dimana material semikonduktor merupakan material yang banyak memiliki elektron bebas.
Konduktivitas semikonduktor meingkat diikuti dengan naiknya temperatur, hal ini berbeda
sekali dengan material metal. Mekanisme konversi energi akan diperjelas sebagai berikut.
Ketika foton menumbuk elektron terluar material semikonduktor, maka dibutuhkan energi
tertentu untuk terjadi eksitasi elektron. Adanya eksitasi elektron membentuk hole
(kekosongan pada struktur kristal). Daerah semikonduktor dengan elektron bebas disebut
tipe n dan daeah hole disebut tipe p. Ketika p-n junction dihubungkan dengan beban (misal
lampu) maka akan muncul aliran listrik.
Bandgap pada semikonduktor mampu menentukan banyaknya spektrum cahaya yang
mampu diserap oleh solar sel dan kuat medan listrik yang dihasilkan. Hanya energi yang
setara dan lebih tinggi yang mampu terserap dan mengeksitasi elektron. Bandgap yang lebih
rendah akan mampu menyerap spektrum cahaya lebih banyak, sehingga transfer elektron
lebih banyak terjadi, sehingga menghasilkan arus listrik yang lebih tinggi namun dalam
voltase yang rendah. Sedangkan band gap yang lebih tinggi mampu menghasilkan voltase
yang lebih tinggi namun memiliki arus yang rendah.

C. Jenis Solar Sel


Generasi Pertama
a) Silikon Solar Sel
Solar sel berbasis silikon dapat dibedakan menjadi 2 yaitu kristalin dan amorf. Kristalin
dibagi menjadi monokristalin dan multikristalin. Solar sel kristalin tidak mampu menyerap
cahaya secara maksimal karena energi gap nya yang tidak langsung sekitar 1,1 eV pada suhu
ruang.
Jenis solar sel ini ditunjukkan pada Gambar 1.
Silikon, Material terbaik untuk dijadikan solar sel kristalin
Material yang berlimpah dan ramah lingkungan
Solar sel monokristalin dibuat menggunakan metode Czochralski, float zone atau
bridgmann
Solar sel multikristalin dibuat menggunakan metode casting
Terdiri dari wafer silikon
Kaku, tebal dan rapuh
Efisiensi paling tinggi dibandingkan jenis solar sel lainnya
Biaya fabrikasi yang mahal

Gambar 1. Struktur monokristalin Silikon Solar Sel (Richhariya et al., 2017)

Efisiensi solar sel multikristalin lebih rendah dibandingkan solar sel monokristalin, namun
lebih murah dalam fabrikasi. Efisiensi dalam skala lab pada monokristalin dan multikristalin
solar sel masing-masing sebessar 25,6 % dan 20,4 %, sedangkan dalam skala industri masing-
masing sebesar 20,8 % dan 18,5 % (Ibn-Mohammed et al., 2017).
Metode Czochralski merupakan metode penumbuhan monokristalin, yang dilakukan
dalam aparatus seperti tampak pada Gambar 2. Metode ini dilakukan dengan temperatur 1150
o
C dan jarak antara permukaan lelehan silikon dan ruang kosong sebesar 280 mm.

Gambar 2. Aparatus Metode Czochralski (Oda et al., 1993)

b) Gallium Arsenide (GaAS)


Material aktif solar sel paling bagus
Efisiensi 2 kali dari efisiensi silikon solar sel
Termasuk semikonduktor tipe 3 -5, dimana cocok untuk efek fotoelektrik
Koefisien absorbsi optik yang tinggi
Energi non radiatif rendah
Bandgap langsung dan tidak lebar
Mobilitas dan lifetime pembawa muatan yang bagus
Solar sel berbasis GaAs memiliki efisiensi skala lab dan skala besar sebesar 28,8% dan
24,1%. Namun yang menjadi masalah adalah, biaya pembuatan lebih mahal dibandingkan
yang lainnya, sehingga tidak memungkinkan dilakukan pembuatan dalam skala industri

Gambar 3. Klasifikasi Solar Sel berdasarkan Material Aktif Primer

Generasi Kedua -Film Tipis Solar Sel


Struktur film tipis solar sel dapat dilihat pada Gambar 3. Berikut penjelasan material aktif
film tipis solar sel.
a) Silikon Amorf (a-SH)
Silikon amorf menawarkan koefisien absorbsi cahaya yang lebih kuat. Material ini memiliki
bandgap yang lebih lebar sebesar 1,7 eV. Meskipun, band gap yang lebar mampu mengurangi
range panjang gelombang yang dapat terserap. Muncul efek Sstaibler Wronski, dimana
dagling bond yang dimiliki oleh material amorf digunakan sebagai tempat untuk elektron
berekombinasi dengan holes tapi mereka berikatan dengan Hidrogen (a-Si-H). Keberadaan
ikatan dagling dan mobilitas hidrogen dalam a-Si-H dibawah radiasi cahaya matahari,
menurunkan efisiensi mula-mula.efisiensi paling tinggi sebesar 13, 4% dalam skala lab dan
modul.

b) Cadmium Terlluride (CdTe)


Material ini memiliki band gap yang lebar sebesar 1,45 eV dan koefisien absorbsi optik yang
tinggi. Material semikonduktor ini sangat cocok digunakan untuk mengabsorbsi radiasi
matahari secara efisien. Hal ini karena koefisien absorbsi yang dimiliki sangat besar, dimana
bermakna band gap langsung dengan energi maksimum pada pita valensi dan energi
minimum pada pita konduksi dengan pusat zona brillouin. Efisiensi sebesar 21% dan 17,5%
dalam skala lab dan modul berturut-turut. Metode yang digunakan dalam fabrikasi solar sel
ini adalah sublimasi ruangan tertutup dengan suhu 600 oC. Material ini toksik dan kurang
berlimpah di alam (Ibn-Mohammed et al., 2017).

Gambar 3. Struktur Film Tipis Solar Sel (Richhariya et al., 2017)

c) Copper Indium Gallium Diselenide (CIGS)


Copper indium diselenide (CuInSe2 or CIS) merupakan fase perovskite yang memiliki
bandgap langsung sebesar 1,0 eV. Namun setelah dipadukan dengan Gallium maka bandgap
nya meningkat menjadi 1,7 eV, dimana cukup tinggi untuk mencapai bandgap dalam range
solar sel. Efisiensi sekitar 20% dan 20,3 %. Dibuat menggunakan metode elektrodeposisi.

Generasi Ketiga-Novel Thin Film Solar Sel


a) Copper Zinc Tin Sulphide (CZTS)
b) Organic Solar Cell (OSC)
c) Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC)
Efisiensi nya lebih tinggi daripada film tipis solar sel dan lebih rendah dibandingkan
monokristalin silikon solar sel
Struktur DSSC terdiri dari lapisan TiO2 yang dilapiskan pada elektroda fotoanoda,
elektroda kontak digunakan sebagai katoda, sensitizer dan elektrolit.

Gambar 4. Struktur DSSC (Richhariya et al., 2017)

d) Colloidal Quantum Dot Photopholtaic (CQDP)


e) Perovskite Solar Cell (PSC)
Struktur perovskite ABX3 seperti pada Gambar 4. Perovskite adalah mineral CaTiO3,
namun ternyata mineral ini memiliki struktur yang sama yaitu ABX3 yang ditemukan oleh
L. Perovski, mineralogis rusia. Dimana A dan B adalah kation dan X adalah jenis anion.
Untuk perovskite organo-lead, A merupakan kation organik monovalen, B adalah Pb(II)
dan Sn(II) dan X adalah anion halogen seperti I-, Br-,Cl-. Namun, material perovskite yang
paling banyak digunakan untuk aplikasi adalah CH3NH3PbI3, CH3NH3PbBr3 dan struktur
campuran hallide, CH3NH3PbI3xClx or CH3NH3PbI3xBrx. Memiliki efisiensi >20%.

Gambar 4. Struktur Perovskite ABX3 (Ibn-Mohammed et al., 2017)

D. Parameter Performa Solar Sel


Performa Solar sel diukur menggunakan pengukuran karakteristik I-V dan P-V. Parameter
yang dapat dianalaisis dari kurva karakteristik I-V dan P-V sebagai berikut.
Open circuit voltage (Voc)
Ditentukan pada terbukanya terminal sel. Voc berkurang dengan bertambahnya
temperatur. Sesuai dengan persamaan berikut ini.

Short Circuit Current (Isc)


Short circuit current bertambah dengan bertambahnya temperatur.

Fill Factor
Ditentukan sebagai rasio dari voltase maksimum (Vm) dan Arus maksimum (Im)
dibagi dengan Voc dan Isc.

Effisiensi
Dapat ditentukan sesuai persamaan ini.

E. Analisis Parameter Performa Solar Sel


Analisis kurva I-V dapat dilakukan dengan menggunakan model dioda tunggal dan dioda
ganda. Analisis kurva I-V dapat dlakukan secara manual dan Fitting persamaan Shockley.

Gambar 5. Kurva I-V


Fitting dilakukan menggunakan origin dan di fitting dengan persamaan Shockley.
qV Rs I V Rs I
I I ph I 0 exp 1 1
nk BT Rsh

Pada Gambar 6 menunjukkan dua analisis yang dilakukan yaitu menggunakan manual dan nonlinier
fit. Dimana dari Gambar tersebut menunjukkan bahwa fitting nonlinier akan mengikuti alur dari
eksperimental data, hal ini bermakna bahwa persamaan fit dengan data eksperimen. Sedangkan
pada analisis manual, hanya sebagian daerah yang fit, tidak pada area lengkung pada data
eksperimen.
1.2

0.8
Data
Nonlinier Fit
0.4 Manual Linier Fit

0.0
I (A)

-0.4

-0.8

-1.2

-1.6

-2.0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V (volt)

Gambar 6. Kurva I-V pada silikon (Eis Warakhtan, 1985)

References

Energymatter, 2014. Solar panel history and overview - Energy Matters - the solar experts.
Energy Matters.
Ibn-Mohammed, T., Koh, S., Reaney, I., Acquaye, A., Schileo, G., Mustapha, K., Greenough,
R., 2017. Perovskite solar cells: An integrated hybrid lifecycle assessment and review
in comparison with other photovoltaic technologies. Renew. Sustain. Energy Rev. 80,
13211344.
Oda, T., Fusegawa, I., Yamagishi, H., Iwasaki, A., Maeda, A., Takeyasu, S., Fujimaki, N.,
Karasawa, Y., 1993. Method and apparatus for producing silicon single crystal.
Google Patents.
Richhariya, G., Kumar, A., Tekasakul, P., Gupta, B., 2017. Natural dyes for dye sensitized
solar cell: A review. Renew. Sustain. Energy Rev. 69, 705718.
T. Easwarakhathan, J. Bottin, I. Bouhouch, and C. Boutrit, Nonlinear Minimization
Algorithm for Determining the Solar Cell Parameters with Microcomputers, Int. J. Sol.
Energy, vol. 4, no. 1, pp. 112, Jan. 1986.

Anda mungkin juga menyukai