Anda di halaman 1dari 10

a.

Pengantar farmasi
Farmasi berasal dari kata PHARMACON yang berarti obat atau racun. Sedangkan
pengertian farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-
kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, dan
distribusi obat.
Tanggung jawab seorang ahli farmasi adalah bertanggung jawab atas kesehatan dan
keselamatan manusia/pasien yang membutuhkannya.
Dalam ilmu farmasi ada empat bidang yang dipelajari, yaitu farmasi klinik, farmasi
industri, farmasi sains, dan farmasi obat tradisional.
Kemampuan penunjang yang harus dimiliki adalah senang dan familiar dengan fisika,
kimia, biologi, dan matematika; ketelitian dan kecermatan; hapalan dan kemampuan
analisa; dan suka bekerjadi laboraturium.

b. Ilmu farmasi
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan
bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan digunakan
pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai
identifikasi, pemilahan, aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan
pembakuan bahan obat dan sediaan obat. Pengetahuan kefarmasian mencakup pula
penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep dokter berizin,
dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara
menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai. Sebagian besar kompetensi farmasi
ini diterjemahkan menjadi produk yang dikelola dan didistribusikan secara professional bagi
yang membutuhkannya. Pengetahuan farmasi disampaikan secara selektif kepada tenaga
professional dalam bidang kesehatan dan kepada orang awam dan masyarakat umum agar
pengetahuan mengenai obat dan produk obat dapat memberikan sumbangan nyata bagi
kesehatan perorangan dan kesejahteraan umum masyarakat.

c. Perkembangan farmasi
Sudah terjadi perubahan pekerjaan kefarmasian di apotek dan peranan apoteker
lambat laun berubah dari peracik (compunder) dan supplier sediaan farmasi ke arah
pemberian pelayanan dan informasi dan akhirnya berubah lagi sebagai pemberi kepedulian
pada pasien. Disamping itu, ditambah lagi tugas seorang apoteker adalah memberikan obat
yang layak lebih efektif, lebih aman serta memuaskan pasien. Pendekatan cara ini disebut
dengan pharmaceutical care (asuhan kefarmasian)
d. Singkatan atau nama latin
Daftar Singkatan Latin dalam Resep Dokter Dokter menulis resep obat untuk pasiennya
menggunakan singkatan bahasa latin yang sudah lazim. Akan tetapi, pada orang awam hal ini terlihat
lebih sulit dimengerti karena bahasanya yang lain daripada yang lain.

Contoh dari singkatan atau nama latin dalam kefarmasian :


R/ R ecipe ambillah
m.f.l.a. misce fac lege artis campur dan buatlah menurut cara semestinya
pulv pulveres serbuk terbagi(puyer)
d.t.d da tales dosis berikan sebanyak dosis tersebut
No numero sejumlah
S signa tandailah
3dd.pulv.I ter de die pulveres I 3xsehari 1 puyer

e. Pengelolahan resep
Begitu banyaknya resep obat yang masuk ke suatu apotek, baik itu obat bebas, bebas
terbatas, keras, Narkotika dan psikotropika, maka pihak apotek perlu melakukan
pengelolaan pada resep obat yang diterima. Berikut adalah pengelolaannya.

A . Pengelolaan Obat Wajib Apotek (Owa)


Apoteker dapat menyerahkan Obat Keras tanpa resep dokter kepada pasien. Hal ini sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib
Apotek. Adapun latar belakang dari keputusan Menteri Kesehatan tersebut adalah :
1)Meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional.
2)Meningkatkan peran apoteker dalam KIE.
Oleh karena itu perlu ditetapkan keputusan menteri kesehatan tentang obat keras yang
dapat diserahkan tanpa resep dokter di apotek. Hal ini tercantum dalam Permenkes No.
919/Menkes/Per/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep, yaitu :
1)Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak dibawah 2 tahun dan orang tua di atas
65 tahun.
2)Tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
3)Penggunaan tidak memerlukan cara/alat khusus yang harus dilakukan oleh/bantuan
tenaga kesehatan.
4)Untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5)Memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam keputusan ini, pelayanan OWA yang dilakukan oleh apoteker harus memenuhi cara
dan ketentuan, diantaranya sebagai berikut :
1)Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien
2)Membuat catatan pasien dan obat yang diberikan
Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontra indikasi, efek samping, dan
lain-lain yang perlu diperhatikan pasien.
B. Pengelolaan Narkotika Dan Psikotropika
Tujuan diadakannya pengelolaan narkotika dan psikotropika adalah untuk mencegah
penyalahgunaan obat narkotika dan psikotropika. Sehingga obat-obat narkotika dan
psikotropika harus ditangani secara khusus.
1)Narkotika
Narkotika berdasarkan UU Kesehatan No. 2 tahun 1997 pasal 1, adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan.
a)Pengeluaran Narkotika
Narkotika hanya diberikan kepada pasien yang membawa resep dokter. Resep yang
terdapat narkotika diberi tanda garis bawah berwarna merah kemudian dipisahkan untuk
dicatat dalam buku register narkotika. Pencatatan meliputi tanggal, nomor resep, tanggal
pengeluaran, jumlah obat, nama pasien, alamat pasien, dan nama dokter. Dilakukan
pencatatan tersendiri untuk masing-masing nama obat narkotika. Untuk setiap pengeluaran
narkotika dicatat dalam kartu stelling, kemudian dicatat pada buku narkotika yang
digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan laporan bulanan yang dikirim ke Dinas
Kesehatan Propinsi, Balai Besar POM Propinsi, Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi dan
sebagai arsip yang dilaporkan setiap tanggal 10 tiap bulan. Untuk setiap penggunaan obat
tersebut dicatat jumlah pengeluaran dan sisa yang ada, jika ada perbedaan dilakukan
pengontrolan lebih lanjut. Hal ini untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan obat.
b)Pemusnahan Narkotika
Sesuai dengan pasal 60 dan 61 UU No. 22 tahun 1997 pemusnahan narkotika harus
dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
(1)Dikarenakan obat kadaluwarsa
(2)Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan untuk pelayanan kesehatan
(3)Dilakukan dengan menggunakan berita acara yang memuat:
(a)Nama, jenis, sifat dan jumlah
(b)Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun.
(c)Tanda tangan dan identitas pelaksana dan pejabat yang menyaksikan (ditunjuk oleh
MenKes).
(4)Ketentuan lebih lanjut syarat dan tata cara pemusnahan diatur dengan Keputusan
Menteri Kesehatan.
c)Pelaporan
Laporan penggunaan narkotika setiap bulannya dikirim ke Dinas Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial kabupaten/kota dan dibuat tembusan ke Dinas Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial propinsi, Balai Besar POM dan untuk arsip apotek. Pelaporan
selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulannya. Laporan bulanan narkotika berisi nomor urut,
nama sediaan, satuan, jumlah pada awal bulan, pemasukan, pengeluaran, dan persediaan
akhir bulan serta keterangan. Khusus untuk penggunaan morphin, pethidin, dan derivatnya
dilaporkan dalam lembar tersendiri disertai dengan nama dan alamat pasien serta nama dan
alamat dokter.
2)Psikotropika
UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika menyatakan bahwa psikotropika adalah zat atau
obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesa yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
Berdasarkan UU No.5 Tahun 1997, pasal 3 tentang Psikotropika, tujuan pengaturan di
bidang psikotropika adalah:
a)Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu
pengetahuan.
b)Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropik.
c)Memberantas peredaran gelap psikotropik

(1)Pengadaan
Menurut UU No.5 tahun 1997 pemesanan psikotropika menggunakan surat pesanan yang
telah ditandatangani oleh apoteker kepada PBF atau pabrik obat. Penyerahan psikotropika
oleh apoteker hanya dapat dilakukan untuk apotek lain, Rumah Sakit, Puskesmas, Balai
Pengobatan, dokter dan pelayanan resep dokter
(2)Penyimpanan
Penyimpanan obat golongan psikotropika belum diatur oleh peraturan perundang-
undangan. Obat-obat psikotropik cenderung disalahgunakan, maka disarankan
penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakan tersendiri dalam rak atau lemari
khusus.
(3)Pengeluaran
Penggunan psikotropika perlu dilakukan monitoring dengan mencatat resep-resep yang
berisi psikotropika dalam buku register psikotropika yang berisi nomor, nama sediaan,
satuan, persediaan awal, jumlah pemasukan, nama PBF, nomor faktur PBF, jumlah
pengeluaran, persediaan akhir, nama pasien dan nama dokter.
Penyerahan psikotropika menurut pasal 14 UU No. 5 tahun 1997:
a)Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh apotek,
rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan dokter.
b)Penyerahan psikotropik oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pengguna/pasien.
c)Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien.
d)Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan resep dokter.
e)Penyerahan psikotropika oleh dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dalam hal:
(1)Menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan.
(2)Menolong orang sakit dalam keadaan darurat.
(3)Menjalankan tugas di daerah terpencil.
f)Psikotropika yang diserahkan dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat
diperoleh dari apotek.
(4)Pemusnahan
Pemusnahan psikotropika dilakukan karena:
(a)Kadaluarsa
(b)Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan.
(c)Dilakukan dengan pembuatan berita acara yang memuat: nama, jenis, sifat dan jumlah,
keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun, tanda tangan dan identitas
pelaksana dan pejabat yang menyaksikan (ditunjuk MenKes).
(5)Laporan
Laporan penggunaan psikotropika dikirim kepada Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial,
Balai Besar POM , dan untuk arsip apotek. Pelaporan selambat-lambatnya tanggal 10 tiap
bulannya. Laporan bulanan psikotropika berisi nomor urut, nama sediaan jadi (paten),
satuan, jumlah awal bulan, pemasukan, pengeluaran, persediaan akhir bulan serta
keterangan.
c. Pengelolaan Obat Ed
Obat-obat yang rusak dan kadaluarsa merupakan kerugian bagi apotek, oleh karenanya
diperlukan pengelolaan agar jumlahnya tidak terlalu besar. Obat-obat yang rusak akan
dimusnahkan karena tidak dapat digunakan dan tidak dapat dikembalikan lagi ke PBF.
Obat kadaluarsa yang dibeli oleh apotek dapat dikembalikan ke PBF sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati antara kedua belah pihak. Batas waktu pengembalian obat
yang kadaluarsa yang ditetapkan oleh PBF 3-4 bulan sebelum tanggal kadaluarsa, tetapi ada
pula yang bertepatan dengan waktu kadaluarsanya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MenKes/Per/X/1993
pasal 12 ayat (2), menyebutkan bahwa obat dan perbekalan farmasi lainnya yang karena
sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan
cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pada pasal 13 menyebutkan bahwa pemusnahan yang dimaksud dilakukan oleh Apoteker
Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti, dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang
karyawan apotek yang bersangkutan, disaksikan oleh petugas yang ditunjuk Kepala Balai
Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. Pada pemusnahan dengan bentuk yang telah
ditentukan dalam rangkap lima yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola atau Apoteker
Pengganti dan petugas Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. Pemusnahan obat-
obat narkotika dan psikotropika yang sudah kadaluarsa dilaksanakan oleh apoteker dengan
disaksikan oleh petugas Dinas Kesehatan dan sekurang-kurangnya seorang karyawan
apotek. Sedangkan untuk obat non narkotika-psikotropika dilaksanakan oleh apoteker
dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek.
f. Penglolahan apotik
Pengelolaan apotek merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukanoleh
seorang apoteker dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi apotek.Pengelolaan apotek
sepenuhnya berada ditangan apoteker, oleh karena ituapoteker harus mengelola secara
efektif sehingga obat yang disalurkankepada masyarakat akan lebih dapat dipertanggung
jawabkan, karenakualitas dan keamanannya selalu terjaga. Pengelolaan apotek
dibedakanatas:
a. Pengelolaan teknis farmasiBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1332/Menkes/SK/2002,Bab VI pasal 10, dibidang kefarmasian pengelolaan apotek
meliputi:
1)Pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk,pencampuran, penyimpanan dan
penyerahan obat atau bahan obat
2)Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalanfarmasi lainnya
3)Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi:
a)Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasilainnya yang diberikan baik
kepada dokter atau tenagakesehatan lainnya maupun kepada masyarakat
b)Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat,keamanan, bahaya, mutu obat
dan perbekalan lainnya.Hal lainnya yang harus diperhatikan dalam pengelolaan apotek
adalah:
1)Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan danmenyerahkan perbekalan farmasi
yang bermutu baik dankeabsahannya terjamin
2)Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang karena suatu hal tidak dapat digunakan atau
dilarang digunakan, harus dimusnahkandengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara
lain yang telahditetapkan oleh BPOM.
b. pengelolaan non teknis farmasi
Pengelolaan ini meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan,personalia, kegiatan
material (arus barang) dan bidang lainnya yangberhubungan dengan apotek.
g. Permasalahan R/
Pengertian umum Resep yaitu Permintaan tertulis dari dr, drg, drh kepadaApt untuk
membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada penderita.
dr(umum+spesialis) : tak ada pembatasan jenis obat
drg: pembatasan jenis obat untuk penyakitgigi
drh: tak ada pembatasan jenis obat, hanyauntuk hewan
Bagian-Bagian Resep
Inscriptio:identitas prescriberkota dan tanggal reseptanda R/
Praescriptio: jenis dan jumlah obat(Remedium
Cardinale, R.ajuvan,Corigens,Vehikulum)cara pembuatan atau BSO
Signatura:aturan pakai (signa)identitas pasien
Subscriptio: paraf prescribertanda tangan (jika Inj.Narkotika)
h. Farmakope
Farmakope dapat diartikan sebagai Buku resmi yangditetapkan hukum dan memuat
standarisasi obat-obat penting serta persyaratannya tentang identitas, kadar kemurnian
dsb. Begitu pula metode-metode analisa dan resep-resep sediaan farmasi. Di
dalamFarmakope Indonesiadicantumkan pula nama lain, nama generik dannama kimia.
Nama latin adalah nama obat dalam ejaan latin.
Nama Generik (International Non-proprieatary name / INN) adalah nama umum
yang disemua negara tanpa melanggar hak patent yang berlaku untuk obat tersebut.
Nama kimia adalah nama obat yang didasarkan nama unsur-unsur kimia yang
membentuknya.Selain buku Farmakope, juga digunakan secara khusus buku lain antara lain
Formularium Nasional dan buku Informasi Spesialis Obat (ISO) yang memuat nama-nama
patent dan atau spesialit. Obat patent ialah obat produk dari suatuperusahaan dengan
nama khas yang dilindungi hukum.
i. Nama obat
Obat yang dipasarkan tanpa resep dokter atau dikenal dengan nama OTC (Over the
Counter) dimaksudkan untuk menangani penyakit-penyakit simtomatis ringan yang banyak
diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita.
Praktik seperti ini dikenal dengan nama self medication (penanganan sendiri).
OBAT BEBAS
Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin serta apotek. Dalam
pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan,
jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman sehingga pemakaiannya tidak
memerlukan pengawasan tenaga medic selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada
kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya obat golongan ini tetap dibeli bersama
kemasannya. Obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau di Indonesia.Yang
termasuk golongan obat ini: obat analgetik/pain killer, vitamin dan mineral. Di Australia
obat-obatan herbal dan homeopati termasuk golongan ini, sedangkan di Indonesia obat
alami digolongkan sebagai Obat Tradisional (TR) bukan Obat Bebas (OB).
OBAT BEBAS TERBATAS
Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (karena dipegang
seorang Asisten Apoteker (AA) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi bila ada Apoteker
Pengelola Apotek (APA) karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang
memadai saat membeli Obat Bebas Terbatas (OBT). Di indonesia golongan obat ini ditandai
dengan R (bersama dengan golongan obat dengan resep). Contohnya : pain relief, obat
batuk, obat pilek dan krim antiseptik. Obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna
biru, disertai tanda peringatan dalam kemasannya.
j. Obat esensial
Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan, mencakup
upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia pada unit
pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.
Konsep Obat Esensial di Indonesia mulai diperkenalkan dengan
dikeluarkannya Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang pertama tahun 1980, dan
dengan terbitnya Kebijakan Obat Nasional pada tahun 1983. DOEN direvisi secara berkala
setiap 3-4 tahun. DOEN yang terbit sekarang ini merupakan revisi tahun 2008. Komitmen
pemerintah melakukan revisi berkala merupakan prestasi tersendiri.

k. Perhitungan dosis obat


Dosis obat merupakan faktor penting, karena baik kekurangan atau kelebihan dosis akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan, bahkan sering membahayakan. Yang dimaksud
dosis suatu obat adalah dosis pemakaian sekali, per oral untuk orang dewasa, kalau kalau
yang dimaksud bukan dosis tersebut diatas harus dengan keterangan yang jelas. Misalnya
pemakaian sehari, dosis untuk anak, dosis per injeksi, dan seterusnya.
Macam macam Dosis
1. Dosis Maksimum ( DM ) adalah dosis / takaran maksimum / terbanyak yang dapat
diberikan (berefek terapi) tanpa menimbulkan bahaya.
2. Dosis lazim ( DL ) adalah dosis yang tercantum dalam literatur merupakan dosis yang
lazimnya dapat menyembuhkan. Dosis lazim dan dosis maksimum terdapat dalam FI ed III,
juga Farmakope lain. Tetapi DM anak tidak terdapat dalam literatur. Maka DM untuk anak
dapat dihitung dengan membandingkan kebutuhan anak terhadap dosis maksimum dewasa.
Pada kompetensi menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter di bawah
pengawasan apoteker proses perhitungan dosis lazim menjadi bagian yang sangat penting
karena semua bahan obat/ obat harus diperhitungkan Dosis Lazimnya sesuai dengan umur
pasien dan dibandingkan dengan dosis obat yang digunakan pasien sesuai resep dokter.
Pemakaian/ dosis obat untuk pasien harus tepat atau sesuai dengan Dosis Lazim supaya
efek terapi tercapai, jika pada perhitungan dosis ternyata pemakaian obatnya kurang atau
lebih dari DL maka harus ditanyakan kepada dokter pembuat resep karena ada banyak hal
yang mempengaruhi dosis yang diberikan pada pasien, apabila dokter berkehendak maka
resep dapat diracik, sebaliknya jika dokter menghendaki supaya pemakaiannya ditepatkan
supaya efek terapi tercapai maka Apoteker/ Asisten Apoteker harus dapat melakukan
perhitungan untuk melakukan penyesuaian dosis sehingga jumlah obat akan diganti oleh
dokter supaya berefek terapi optimal untu pasien.
3. Dosis toksik adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
keracunan pada penderita.
4. Dosis Letalis adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan
kematian pada penderita, dosis letalis terdiri dari:
a. LD 50 : takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.
b. LD 100 : takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan.

Cabang Ilmu Farmasi

Cabang Ilmu Farmasi, antara lain farmasetika, teknologi farmasi, farmakologi, farmakologi
klinik, farmakognosi, biofarmasi, farmakinetika, farmakodinamika, farmakoterapi,
toksikologi, farmakoekonomi, farmasi fisika, kimia farmasi, biologi farmasi. dan ditunjang
ilmu-ilmu lainnya.
1. Farmasetika
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari seni dalam membuat/meracik obat
sehingga dihasilkan suatu bentuk sediaan yang dapat diberikan dan digunakan oleh pasien,
farmasetika mencakup ilmu dan teknologi pembuatan sediaan.
2. Teknologi Farmasi
Teknologi Farmasi adalah ilmu yang mempelajari teknik dan prosedur pembuatan obat skala
industri farmasi, mencakup seluruh prinsip kerja, perawatan/pemeliharaan
alat/sarana/fasilitas produksi sesuai dengan ketentuan cara pembuatan obat yang baik
(CPOB)
3. Farmakologi
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh obat terhadap sistim fisiologi
organisme
4. Farmakologi klinik
Farmakologi klinik adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari efek obat dan
pengobatan terhadap manusia.
5. Farmakognosi
Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tanaman, mineral, dan hewan serta zat
aktifnya yang memiliki kegunaan sebagai obat.
6. Biofarmasi
Biofarmasi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh formulasi terhadap efek terapetik obat.
7. Farmakokinetika
Farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari perjalanan obat didalam tubuh, mulai dari
absorpsi. distribusi, metabolisme dan eksresi. nasib obat didalam tubuh.
8. Farmakodinamika
Farmakodinamika adalah ilmu yang mempelajari aktivitas obat pada reseptor tubuh,
mencakup cara/mekanisme kerja, pengaruh fisiologi serta terapeutik obat.
9. Farmakoterapi
Farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari penggunaan suatu obat dalam
terapi/pengobatan suatu penyakit.
10. Toksikologi
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek toksik obat terhadap tubuh, toksikologi
termasuk dalam kajian kelompok farmakodinamika.
11. Farmakoekonomi
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mempelajari rasio efisiensi biaya secara ekonomi
terhadap efektivitas suatu obat.
12. Farmasi Fisika
Farmasi Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kualitatif serta kuantitatif
senyawa organik dan anorganik yang berhubungan dengan sifat fisikanya, misalnya
spektrometri massa, spektrofotometri, dan kromatografi.
13. Kimia Farmasi
Kimia Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kuantitatif dan kualitatif
senyawa-senyawa kimia, baik dari golongan organik (alifatik, aromatik, alisiklik, heterosiklik)
maupun anorganik yang berhubungan dengan khasiat dan penggunaannya sebagai obat.
14. Biologi Farmasi
Biologi Farmasi adalah Ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar kehidupan organisme
yang mempengaruhi kehidupan manusia Mempelajari morfologi, anatomi, dan taksonomi
tumbuhan dan hewan yang berhubungan dengan dunia kefarmasian.

Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal,
diantaranya :

1. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya


2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya

Diantara banyak penggolongan obat, yang paling populer ialah berdasarkan jenis, well kita
langsung membahas penggolongan obat.

1. Penggolongan obat berdasarkan jenis

- obat bebas
- obat bebas terbatas
- obat keras
- obat psikotropika dan narkotika.
Untuk lebih jelasnya, silahkan kunjungi artikel selengkapnya:

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat


dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :

obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau
mikroba, contoh antibiotik
obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin,
dan serum.
obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang, contoh
vitamin dan hormon.
pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif,
khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit.
contoh aqua pro injeksi dan tablet placebo.

Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat antihipertensi,
kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.

3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian


dibagi menjadi 2 golongan :
- obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik,
parasetamol tablet
- obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh sulfur,
dll

4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian


dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :

oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet,
kapsul, serbuk, dll
perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang
tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari
pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah.,
masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet
hisap, hormon-hormon
Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara
intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
langsung ke organ, contoh intrakardial
melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan


dibagi menjadi 2 :
- sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
- lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu
tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll

6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi


dibagi menjadi 2 golongan :
- farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon
dan vitamin
- kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit
penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.

7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya


dibagi menjadi 2 :

Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia,
contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam
salisilat.

Anda mungkin juga menyukai