Anda di halaman 1dari 41

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abu adalah residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan
pangan. Kadar abu total adalah bagian dari analisis proksimat yang bertujuan untuk mengevalusi
nilai gizi suatu produk/bahan pangan terutama total mineral. Kadar abu dari suatu bahan
menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut (Aprilianto, 1988). Mineral itu
sendiri terbagi menjadi 4, yaitu:

1. Garam organik: garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat

2. Garam anorganik: garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat

3. Senyawa komplek: klorofil-Mg, pektin-Ca, mioglobin-Fe, dll

4. Kandungan abu dan komposisinya tergantung macam bahan dan cara pengabuannya.

Penentuan kandungan mineral dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
penentuan abu total dan penentuan individu komponen mineral (makro &trace mineral)
menggunakan titrimetrik, spektrofotometer, AAS (atomic absorption spectrofotometer). ( Aprilianto,
1988)

Pengabuan merupakan tahapan persiapan contoh yang harus dilakukan dalam anailisis elemen-
elemen mineral (individu). Metode pengabuan terdiri dari dua cara yaitu pengabuan basah dan
pengabuan kering.

Pada praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan kadar abu dengan metode pengabuan kering.
Sedangkan sampel yang akan digunakan adalah makanan sereal ENERGEN dan CEREVITA. Metode
pengabuan kering adalah metode pengabuan dengan menggunakan tanur ( 500 0C 600 0C) selama
3 jam.
1.2 Tujuan

A. Untuk mengetahui cara analisa kadar abu dalam bahan pangan

B. Untuk mengukur kadar abu dalam bahan pangan dengan menggunakan metode kering

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode pengabuan kering dan pengabuan basah

2.1.1 Pengabuan Kering

Pengabuan ini menggunakan panas tinggi dan adanya oksigen. Biasanya digunakan dalam analisis
kadar abu . Metode pengabuan cara kering banyak dilakuakan untuk analisis kadar abu. Caranya
adalah dengan mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur
(furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala api sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan
berat tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak sebagai
oksidator.Oksidasi komponen organik dilakukan pada suhu tinggi 500-6000C. Residu yang tertinggal
ditimbang dan merupakan total abu dari suatu contoh. (Fauzi, 2006)

Sampel yang digunakan pada metode pengabuan kering ditempatkan dalam suatu cawan pengabuan
yang dipilih berdasarkan sifat bahan yang akan dianalisis serta jenis analisis lanjutan yang akan
dilakukan terhadap abu. Jenis-jenis bahan yang digunakan untuk pembuatan cawan antara lain
adalah kuarsa, vycor, porselen, besi, nikel, platina, dan campuran emas-platina. Cawan porselen
paling umum digunakan untuk pengabuan karena beratnya relatif konstan setelah pemanasan
berulang-ulang dan harganya yang murah.Meskipun demikian cawan porselen mudah retakk,
bahkan pecah jika dipanaskan pada suhu tinggi dengan tiba-tiba.

Sebelum diabukan, sampel-sampel basah dan cairan biasanya dikeringkan lebih dahulu di dalam
oven pengering. Pengeringan ini dapat pula dilakukan menentukan kadar air sampel. Pra-pengabuan
dilakukan di atas api terbuka, terutama untuk sampel-sampel yang seluruh sampel mengering dan
tidak mengasap lagi. Setelah perlakuan ini, baru sampel dimasukkan ke dalam tanur (furnace)Apabila
pengabuan yang berkepanjangan tidak dapat menghasilkan abu bebas karbon (carbon free ash),
residu harus dibasahi lagi dengan air, dikeringkan dan kemudian diabukan sampai didapat abu
berwarna putih ini, residu dapat pula diperlakukan dengan hidrogen peroksida, asam nitrat dan
atau asam sulfat, tetapi perlu diingat bahwa perlakukan ini akan mengubah bentuk mineral yang ada
di dalam abu.(Fauzi, 2006) Jika diperlukan, dapat pula residu yang belum bebas karbon dilarutkan
dalam sejumlah kecil air dan kemudian disaring dengan kertas saring berkadar abu rendah. Kedua
bagian ini kemudian diabukan kembali secara terpisah

1.2.2 Pengabuan Basah

Pengabuan ini menggunakan oksidator-oksidator kuat (asam kuat).Biasanya digunakan untuk


penentuan individu komponen mineral. Pengabuan merupakan tahapan persiapan
contoh.Pengabuan cara basah ini dilakukan dengan mendestruksi komponen-komponen organik (C,
H, dan O) bahan dengan oksidator seperti asam kuat. Pengabuan cara ini dilakukan untuk
menentukan elemen-elemen mineral. Cara ini lebih baik dari cara kering karena pengabuan cara
kering lama dan terjadi kehilangan mineral karena suhu tinggi. (Fauzi, 2006)

Prinsip pengabuan cara basah adalah memberi reagen kimia (asam kuat) pada bahan sebelum
pengabuan. Bahan tersebut dapat berupa:

a. Asam sulfat yang berfungsi sebagai bahan pengoksidasi kuat yang dapat mempercepat reaksi
oksidasi.

b. Campuran asam sulfat & potasium sulfat. K2SO4 menaikkan titik didih H2SO4 menyebabkan
suhu pengabuan tinggi sehingga pengabuan berlangsung cepat.

c. Campuran asam sulfat & asam nitrat .Campuran ini banyak digunakan selain itu capuran ini
merupakan oksidator kuat. Memiliki suhu difesti dibawah 3500C.

d. Campuran asam perklorat & asam nitrat untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi campuran
ini baik untuk digunakan karena pengabuan sangat cepat 10 menit. Perklorat bersifat mudah
meledak. ( Sudarmadji , 2003)
2.2 Penjelasan bahan baku

2.2.1 ENERGEN

Energen adalah minuman susu dan sereal yang cocok untuk menghilangkan rasa lapar.
Minuman ini juga mengandung karbohidrat, paduan vitamin, mineral dan protein yang dibutuhkan
tubuh dalam komposisi yang tepat.Energen adalah susu dan sereal yang diperkaya sigmavit, yaitu
paduan vitamin, mineral dan protein dalam jumlah dan komposisi yang tepat yang dibutuhkan tubuh
dalam fase pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan kesehatan. Di dalam energen
terkandung berbagai macam minerl yang memungkinkan kita untuk meneliti kadar abu didalamnya.

2.2.2 CEREVITA

Cerevita Cerealdikenal juga sebagai serealatau biji-bijian yang merupakan sekelompok tanaman yang
ditanam untuk dipanen biji/bulirnya sebagai sumber karbohidrat/pati.Di Malaysia disebut sebagai
bijirin.Kebanyakan serealia merupakan anggota dari suku padi-padian dan disebut sebagai serealia
sejati. Anggota yang paling dikenal dan memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga dikenal sebagai
serealia utama adalah padi, jagung, gandum, gandum durum, jelai, haver, dan gandum hitam.
Beberapa tanaman penghasil bijian yang bukan padi-padian juga sering disebut serealia semu
(pseudocereals); mencakup buckwheat, bayam biji (seed amaranth), dan kinoa.Beberapa serealia
juga dikenal sebagai pakan burung berkicau, seperti jewawut dan berbagai jenis milet.Walaupun
menghasilkan pati, tanaman seperti sagu, ketela pohon, atau kentang tidak digolongkan sebagai
serealia karena bukan dipanen bulir/bijinya. Serealia dibudidayakan secara besar-besaran di seluruh
dunia, melebihi semua jenis tanaman lain dan menjadi sumber energi bagi manusia dan ternak. Di
sebagian negara berkembang, serealia seringkali merupakan satu-satunya sumber karbohidrat.
Istilah "serealia" diambil dari nama dewi pertanian bangsa Romawi: Ceres.OAT (Gandum) Zat Gizi:
Magnesium, Seng, Zat Besi, Asam Folat, Vit. B5, Silikon Manfaat: Menurunkan kolesterol darah,
menstabilkan gula darah, mengatasi sembelit STRAWBERRY Zat Gizi: Provitamin A, Vitamin B1, B & C,
Antioksidan Folat, Potassium, Asam Ellagic Manfaat: Melawan zat radikal, menyusutkan kadar
kolesterol, meredam gejala stroke, anti alergi dan anti radang, menghaluskan kulit dan mencerahkan
warna kulit, memutihkan dan membersihkan permukaan gigi.(Winarno, 1997)

2.2.3 INDOMIE

Indomie merupakan mi instan tanpa kuah yang sejenis dengan mi goreng tradisional yang dapat
ditemui di restoran-restoran atau penjaja makanan di pinggiran jalan di Indonesia. Mi instan ini
dapat ditemui di supermarket pada bagian pasta dan beras, atau pada toko-toko grosir di Asia Pasifik
dan jaringan supermarket lokal lainnya. Mi Goreng tersedia di negara-negara yang memiliki populasi
Asia terbanyak, seperti Australia. Mi ini juga populer di negara-negara Teluk Persia sepertiQatar, dan
mulai memasuki Amerika Serikat.

Setiap kemasan Mi Goreng Biasa memiliki berat bersih/netto 85g, dan berisi 2 bumbu sachet, yang
terdiri dari bumbu dalam bentuk "bubuk" dan "cair". Sachet pertama terbagi menjadi 3 bagian yang
terdiri dari: kecap manis, saus cabe dan minyak bumbu. Sachet kedua terbagi menjadi 2: bumbu
dalam bentuk bubuk dan bawang goreng

Indomie diklaim sebagai makanan yang sehat dan bergizi oleh produsennya. Produk mi instan ini
disebut memiliki berbagai kandungan gizi sepertienergi, protein, niasin, asam folat, mineral zat besi,
natrium, dan berbagai vitamin seperti vitamin A, B1, B6, dan B12. Meskipun begitu, konsumsi
Indomie yang terlalu sering tidak dianjurkan, sebab Indomie mengandung pewarna tartrazine yang
tidak baik bagi kesehatan apabila dikonsumsi dalam jangka panjang.

Komposisi :

Mi: Tepung terigu, minyak sayur, tepung tapioka, garam, pemantap (nabati dan natrium
tripolifosfat), pengatur keasaman, mineral (zat besi), pewarna (tartrazin CI 19140), antioksidan
(TBHQ).

Bumbu: Gula, garam, penguat rasa mononatrium glutamat (MSG), bubuk bawang putih, bubuk
bawang bombay, perisa ayam (mengandung penguat rasa dinatrium inosinat dan guanilat), bubuk
lada dan vitamin (A, B1, B6, B12, Niasin, Asam Folat, Pantotenat).

Minyak: Minyak sayur dan bawang merah.


Kecap Manis: Gula (mengandung sulfit), air, kedelai, gandum, garam, bumbu dan rempah-rempah,
pengawet (natrium benzoat), minyak nabati.

Saus Cabe: Cabe, air, gula, garam, pengental, pengatur keasaman, bumbu, penguat rasa
(mononatrium glutamat, dinatrium inosinat dan guanilat), perisa, pengawet (natrium benzoat dan
natrium metabisulfit).

Bawang Goreng (mengandung antioksidan TBHQ) (Slamet,dkk, 1989 )

2.2.4 MIE SEDAP

Mie Goreng Sedaap adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Mie
Goreng mengandung energi sebesar 117 kilokalori, protein 1,9 gram, karbohidrat 15,6 gram, lemak
5,1 gram, kalsium 5,6 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 0,44 miligram. Selain itu di dalam Mie
Goreng juga terkandung vitamin A sebanyak 34 IU, vitamin B1 0,04 miligram dan vitamin C 0
miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 25 gram Mie Goreng dengan
jumlah yang dapat dimakan.

2.4.5 Milo

Milo adalah sebuah merek minuman dengan rasa cokelat dan malt. Minuman ini diproduksi oleh
Nestl, minuman ini sebenarnya berasal dariAustralia namun saat ini sudah diproduksi di berbagai
negara, termasuk Singapura, Filipina, Selandia Baru, India, Vietnam, AfrikaSelatan,Jamaika, Jepang,
Cile, Thailand, Malaysia, Indonesia, Nigeria, Kenya, Syria, dan Ghana. Nama Milo berasal dari Milo of
Croton, seorang atletYunani yang terkenal.

2.4.6 Anget Sari

Anget Sari adalah salah satu brand produk minuman dari Forisa. Produk minuman ini berupa serbuk
dengan bahan dasar dari jahe. Anget Sari terbuat dari bahan alami yang berkualitas tinggi. Produk ini
juga diproduksi melalui serangkaian proses yang higienis. Cita rasa Anget Sari sangat enak, juga
dapat menghangatkan tenggorokan dan badan. Anget sari sangat sesuai diminum pada saat kondisi
cuaca dingin atau pada saat bersantai. Minuman serbuk ini tersedia dalam varian rasa yaitu, susu
jahe, kopi jahe, teh jahe, wedang jahe, jahe jeruk nipis. Untuk menyajikannya, tinggal menuang satu
sachet Anget Sari ke dalam secangkit air panas. Saat ini ANGET SARI hadir dalam kategori kopi jahe,
susu jahe dan wedang jahe.

2.4.7 Good Day

Good Day Cappucino merupakan satu produk dari PT. Santos Jaya Abadi. PT. Santos Jaya Abadi
adalah perusahaan multinasional yang memproduksi minuman yang bermarkas di Jakarta,
Indonesia. Beralamat di Jalan Taman Jatibaru Barat no. 1-3 Jakarta Pusat. Perusahaan ini mewarisi
tradisi sekental kopinya. Sebagai usaha keluarga pemilik merk kopi terbesar di Indonesia, akar
perusahaan ini mulai tumbuh dari sebuah industri rumah tangga (Kopi instan & cappuccino Good
Day,kopi gaul paling enak) sederhana di Surabaya. Di mana lebih dari 79 tahun silam pada tahun
1927, Sang Pelopor Go Soe Loet memproduksi kopi terkenalnya.

2.3 Prinsip analisa

Prinsip analisa kadar abu dengan cara kering tau dengan di tanur yaitu jumlah mineral atau
abu merupakan sisa pembakaran bahan bahan organik maupun anorganik bahan pangan dan hasil
pertanian pada suhu 500-600 derajat celcius.Pengabuan cara kering digunakan untuk penentuan
total abu, abu larut, tidak larut air dan tidak larut asam. Waktu pengabuan lama, suhu yang
diperlukan tinggi, serta untuk analisis sampel dalam jumlah banyak. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan pengabuan cara kering, yaitu mengusahakan suhu pengabuan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kehilangan elemen secara mekanis karena penggunaan suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya penguapan beberapa unsur, seperti K, Na, S, Ca,
Cl, dan P.

2.4 Manfaat menganalisa Kadar Abu

1. Menentukan baik tidaknya suatu pengolahan


Dalam penggilingan gandum, misalnya apabila masih banyak katul atau lembaga yang terikut maka
tepung gandum tersebut akan memiliki kadar abu yang tinggi

2. Mengetahui jenis bahan yang digunakan

Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan
dalam marmalade atau jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau
membedakan fruit vinegar (asli) atau sintesis

3. Penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan

Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir
atau kotoran yang lain.

4. untuk mengethuim kandungan mineral yang terkandung dalam suatu bahan pangan.
(Irawati , 2008)
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan

Dalam analisa kadar abu dalam bahan pangan alat yang digunaka n yaitu kurs porselin,
eksikator, oven, neraca analitik, spatula, gunting , tanur dan spidol. Sedangkan bahan yang
digunakan sebagai sampel analisis yaitu energen, cerevira, good day , milo, indomie , mie sedaap,
dan gingseng .

3.2 Prosedur analisa

Analisis kadar abu pada bahan panagn diawali dengan menyiapkan kurs porselin. Kurs
tersebut kemudian di oven selama 15 menit menggunakan suhu 50- C. perlakuan ini bertujuan untuk
menghilangkan kemungkinan adanya air dalam pori pori kurs porselin. Selanjutnya kurs dieksikator
selama 5 menit untuk mempertahan RH. Kemudian kurs ditimbang sebagai berat A. kemudian
sampel ditimbang seberat 3 gr dengan 3 kali pengulangan dan dimasukan ke dalam kurs. Alat dan
bahan tersebut kemudiian ditimbang dan didapat berat B. setelah ditimbang sampel dikeringkan
denagn cara ditanur. Pentanuran ini dilakukan 2 tahap. Tahap pertama denagn skala 30-40 dengan
tujuan agar senyawa senyawa volatile dalam bahan tidak hilang, kemudian skala dinaikan denagn
skala 60-80 untuk mendapatkan abu yang baik. Pentanuran dilakukan dengan 2 tahap agar tidak
merusak alat yang digunakan . kemudian sampel ditimbang untuk mendapatkan berat C.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Mie Instan (indomie)

Ulangan

Berat Kurs Porselin (g)

Berat bahan (g)

berat kurs porselin + bahan

berat kurs porselin + bahan setelah pengabuan

berat bahan setelah pengeringan

berat abu

kadar abu (bb)

kadar abu (bk)

8,005

11,002

8,038

2,964
0,036

1,2

1,215

8,531

11,539

8,566

2,973

0,027

0,9

0,908

11,92

14,927

11,945

2,982

0,018

0,6

0,604

rata-rata
0,9

0,909

SD

0,3

0,305

RSD
33,333

33,614

4.1.2 Mie Instan (sedaap)

Ulangan

Berat Kurs Porselin (g)

Berat bahan (g)

berat kurs porselin + bahan

berat kurs porselin + bahan setelah pengabuan

berat bahan setelah pengeringan

berat abu
kadar abu (bb)

kadar abu (bk)

18,241

21,255

18,288

2,967

0,033

1,1

1,112

10,722

13,293

10,316

2,977

0,023

0,767

0,773

10,97

3
13,99

11,017

2,973

0,027

0,9

0,908

rata-rata

0,922

0,931

SD

0,168
0,171

RSD

18,192

18,364
4.1.3 Milo

Ulangan

berat kurs porselin

berat bahan

berat kurs porselin + bahan

berat kurs porselin + bahan setelah pengabuan

berat bahan setelah pengeringan

berat abu

kadar abu (bb)

kadar abu (bk)

8,005

3,004

11,01

8,04

2,969

0,035

1,165

1,179
2

11,78

3,004

14,78

11,81

2,974

0,03

0,999

1,009

8,531

3,002

11,53

8,561

2,972

0,03

0,999

1,009

rata-rata
1,054

1,066

SD

0,009

0,01

SD

0,096

0,098

RSD
9,096

9,198

4.1.4 Good day


ulangan

berat kurs porselin

berat bahan

berat kurs porselin + bahan

berat kurs porselin + bahan setelah pengabuan

berat bahan setelah pengeringan

berat abu

bb

Bk

10,7

3,01

13,73

10,77

2,96

0,046

1,53

1,554

18,2

21,25

18,28
2,97

0,039

1,298

1,315

11

13,97

11,01

2,96

0,04

1,332

1,35

Rata-rata

1,387

1,407

SD

0,125

0,129

RSD

9,031

9,163
4.1.5 Energen

Ulangan

berat kurs porselin

berat bahan

berat kurs porselin + bahan


berat kurs porselin + bahan setelah pengabuan

berat bahan setelah pengeringan

berat abu

kadar abu (bb)

kadar abu (bk)

8,407

3,008

11,415

8,445

2,97

0,038

1,263

1,279

11,932

3,009

14,941

11,999

2,942

0,067

2,227

2,277
3

8,539

3,002

11,541

8,61

2,931

0,071

2,365

2,422

rata-rata

1,952

1,993

SD
0,36

0,387

SD

0,6

0,622

RSD

30,751

31,22
4.1.6 Cerevita

Ulangan

berat kurs porselin

berat bahan

berat kurs porselin + bahan

berat kurs porselin + bahan setelah pengabuan

berat bahan setelah pengeringan

berat abu

kadar abu (bb)


kadar abu (bk)

10,989

3,03

14,019

11,018

3,001

0,029

0,957

0,966

10,879

3,035

13,889

10,872

3,017

0,018

0,593

0,597

18,24

3,007

21,247
18,267

2,98

0,027

0,898

0,906

rata-rata

0,816

0,823

SD

0,038

0,039
SD

0,195

0,198

RSD

23,937

24,102
4.1.7 Anget Sari

Ulangan

berat kurs porselin

berat bahan

berat kurs porselin + bahan

berat kurs porselin + bahan setelah pengabuan

berat bahan setelah pengeringan

berat abu

kadar abu (bb)

kadar abu (bk)

10,976

3,016

13,992

11,006

2,986
0,03

0,995

1,005

10,703

3,019

13,722

10,737

2,985

0,034

1,126

1,139

19,491

3,02

22,511

19,52

2,991

0,029

0,96

0,97

rata-rata
1,027

1,038

SD

0,008

0,008

SD
0,088

0,089

RSD

8,527

8,618
4.1.8 Gingseng

Ulangan

berat kurs porselin

berat bahan

berat kurs porselin + bahan

berat kurs porselin + bahan setelah pengabuan

berat bahan setelah pengeringan

berat abu

kadar abu (bb)

kadar abu (bk)

8,541

3,015

11,556

8,598

2,958

0,057

1,891

1,927

18,244
3,007

21,251

18,305

2,946

0,061

2,029

2,071

7,993

3,016

11,009

8,052

2,957

0,059

1,956

1,995

rata-rata
1,958

1,998

SD

0,005

0,005

SD

0,069

0,072

RSD
3,526

3,596

4.2 Pembahasan

Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Pengabuan merupakan
suatu proses pemanasan bahan dengan suhu sangat tinggi selama beberapa waktu sehingga bahan
akan habis terbakar dan hanya tersisa zat anorganik berwarna putih keabu-abuan yang disebut abu.
Kandungan abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan dan cara pengabuan yang
digunakan. Kandungan abu dari suatu bahan menunjukkan kadar mineral dalam bahan
tersebut.(Muchtadi ,1989)

Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung dalam bahan. Penentuan
kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa
hasil pembakaran atas garam mineral bahan tersebut. Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya
bahan-bahan organik dan anorganik sehingga terjadi perubahan radikal organik dan segera
terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-ion negatif.

Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu proses
pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter nilai gizi bahan
makanan. (Krisno.dkk , 2001).

Pada praktikum kali ini menggunakan sampel energen, cerevita, good day, milo, indomie, mie
sedap, anget sari dan gingseng sereal . Analisa kadar abu pada minuman sereal yaitu energen
diperoleh rata-rata kadar abu sebesar 1,956 % dengan nilai SD sebesar 0,60 dan nilai RSD 30,67.
Pada sampel minuman sereal cerevita diperoleh rata-rata kadar abu sebesar 0,822 dengan nilai SD
sebesar 0,195 dan nilai RSD 23,72. Sedangkan pada sampel minuman sereal gingseng diperoleh rata-
rata kadar abu sebesar 1,967 % dengan nilai SD sebesar 0,067 dan nilai RSD 4,40. Sedangkan
menurut literatur yang telah ada kadar abu minuman cereal sebesar 1,5 %, namun pada sampel
energen, cerevita dan gingseng kadar abunya berkisar turut-turut sebesar 1,956; 0,822 dan 1,967.
Dari hal tersebut menunjukkan bahwa sampel energen dan ginseng tidak memenuhi nilai kadar abu
pada literatur. Sedangkan pada sampel cerevita telah sesuai dengan standar dari literatur.
Berdasarkan nilai SD dan RSD nya, sampel energen memiliki ketepatan dan ketelitian yang cukup
rendah karena minuman tersebut memiliki nilai SD > 0,5 dan nilai RSD >5. Sedangkan pada sampel
cerevita dan gingseng memiliki derajat ketepatan yang cukup tinggi karena nilai SD yang dihasilkan
sebesar <0,5 dan memiliki ketelitian yang rendah karena nilai RSD yang dihasilkan >5.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil analisa kadar abu pada ,sampel
minuman serbuk yaitu goodday diperoleh hasil rata-rata kadar abu sebesar 1,39 % dengan nilai SD
sebesar 0,125 dan nilai RSD sebesar 8,9. Pada sampel milo diperoleh rata-rata kadar abu sebesar
1,056 % dengan nilai SD 0,097 dan nilai RSD 9,1. Sedangkan pada sampel angetsari diperoleh hasil
rata-rata kadar abu sebesar 1,033% dengan nilai SD 0,229 dan nilai RSD 22,16. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa kadar abu pada masing-masing sampel tersebut telah sesuai dengan literatur,
karena menurut literatur bahwa kadar abu pada minuman serbuk maksimal sebesar 1,5. Sedangkan
berdasarkan nilai SD dan RSD pada sampel godday, milo dan angetsari, memiliki ketepatan yang
tinggi karena memiliki nilai SD sebesar < 0,5 dan memiliki tingkat ketelitian yang cukup rendah
karena memiliki nilai RSD >5.

Pada sampel indomie , hasil yang diperoleh pada mie instan indomie rata-rata kadar abu sebesar
1,033 % dengan nilai SD sebesar 0,177 dan nilai RSD 17,134. Sedangkan pada sampel mie instan
sedaap didapatkan hasil rata-rata kadar abu sebesar 1,3 % dengan nilai SD sebesar 0,462 % dan RSD
35,53. Sedangkan dalam literatur, kadar abu pada mi instan kering kering maksimal sebesar 3%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kadar abu pada mie kering indomie dan mie sedaap telah sesuai
dengan literatur yang ada. Berdasarkan dari hasil nilai SD dan RSD, sampel mie instan indomie dan
sedaap memiliki ketepatan yang cukup tinggi karena standar nilai SD (ketepatan) adalah < 0,5 dan
nilai ketelitian (RSD) yang sangat rendah karena memiliki nilai > 5. Dari hasil tersebut dapt diketahui
bahwa derajat ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi.

Berdasarkan analisa diatas dapat diketahui bahwa kadar abu tertinggi ada pada sampel gingseng
yang memiliki kadar abu sebesar 1,967% dan kadar abu terendah ada pada sampel cerevita yang
memiliki kadar abu sebesar 0,822%. Sehingga dalam minuman gingseng kandungn mineral
terkandung lebih banyk dari yang lainnya. Dan pada minumn cerevita kandungan mineralny sedikit,
BAB 5 . PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasilo praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Pengabuan merupakan suatu proses pemanasan bahan dengan suhu sangat tinggi selama
beberapa waktu sehingga bahan akan habis terbakar dan hanya tersisa zat anorganik berwarna putih
keabu-abuan yang disebut abu.

2. Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik

3. Kandungan abu dalam suatu bahan menunjukkan kadar mineral dalam bahan.

4. Ada dua macam metode penentuan abu, yaitu cara kering dan cara basah.

5. Pada tahap I (suhu 300oC) terjadi penguapan bahan-bahan organik sekaligus kandungan airnya
(sampai asap habis).

6. Pada tahap II (suhu 800oC) terjadi proses pengabuan semua bahan-bahan organik menjadi abu
(sampai tanda alarm dimatikan).

7. Pengovenan berguna untuk menguapkan air yang terdapat atau menempel pada krus porselen
sehingga tidak mengganggu analisis.

8. Eksikator bertujuan untuk menyeimbangkan kelembapan relatif (RH) krus dengan kelembapan
udara/lingkungan sehingga krus tidak mudah menarik air dari udara/lingkungan dan tidak
mengganggu ketepatan analisis.
9. Semakin kecil kadar abu yang diperoleh, maka kandungan mineral dalam bahan juga akan semakin
kecil.

10. Dari semua bahan , bahan yang mempunyai kadar abu paling rendah yaitu cerevita dan yang
tertinggi yaitu pada gingseng.

11. Semalkin tinggi RSD maka katelitan bahan semakin rendah.

5.2Saran

Sebaiknya hasil pengamatan di baningkan dengan literatur, bukan dengan kelompok lain karena tiap
kelompok bahan yang digunakan berbeda. Otomatis kadar abu yang terkandung dalam tiap tiap
bhan berbeda.

Anda mungkin juga menyukai