Anda di halaman 1dari 1

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tebu (Saccharum officinarum, L.) adalah komoditas pertanian yang
mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi sebagai bahan baku perindustrian gula
(Irawan, 1995). Salah satu faktor produksi yang cukup penting adalah bibit varietas
unggul karena bibit unggul merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha
perkebunan tebu. Pengadaan bibit dalam skala besar, waktu cepat, jenis yang
seragam, dan bebas dari organisme pengganggu tanaman (OPT) sangat sulit
dipenuhi melalui teknologi perbanyakan tebu secara konvensional. Pilihan
teknologi berupa budidaya in vitro untuk pengadaan bibit tebu yang unggul adalah
alternatif untuk mengatasi keterbatasan tersebut karena faktor penggandaannya
yang tinggi sehingga varietas unggul cepat diperbanyak, bibit lebih terjamin
kesehatannya, membutuhkan ruang yang relatif kecil, bahan tanam induk sedikit,
dan eksplan dapat diproduksi secara cepat dan banyak (Mariska dan Rahayu, 2011).
Sampai saat ini tebu banyak diproduksi dengan dua cara, yaitu menggunakan
biji dan setek. Usaha perbanyakan tanaman tebu menggunakan setek atau biji
memiliki kendala, yaitu pada penggunaan biji untuk perbanyakan tanaman dalam
jumlah banyak akan mengurangi jumlah biji, sedangkan teknik perbanyakan
dengan setek menghasilkan tanaman dengan jumlah terbatas, dan membutuhkan
pohon induk yang banyak. Oleh karena hal tersebut, teknik kultur jaringan
memberikan peluang besar dalam mengatasi kendala dalam perbanyakan bibit tebu
konvensional.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1 Untuk mengetahui reproduksi tanaman tebu secara seksual dan aseksual, dan
2 Untuk mengetahui cara memperbanyak tanaman tebu secara generatif dan
vegetatif.

Anda mungkin juga menyukai