Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Profil Perusahaan


4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan Umum Percetakan uang Republik Indonesia (PERUM PERURI)
didirikan pada tahun 1971 berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1971,
merupakan gabungan dua Perusahaan Negara, yaitu PN Percetakan Kebayoran Baru
(PERKEBA) dan PN Arta Yasa.
PN PERKEBA adalah percetakan uang kertas yang semula bernama PERKEBA
N V didirikan dengan dasar hukum Tap Menteri Kehakiman No. J A 5/59/16 tanggal 16
April 1952, sedangkan PN Arta Yasa semula percetakan uang logam, didirikan atas dasar
Keputusan Menteri Keuangan No. 261156/UMI tanggal 18 November 1954.
Mengingat misi dari dua perusahaan sama, yaitu untuk melakukan percetakan
uang, maka demi efisiensi dan efektivitas pengelolaannya, pemerintah
menggambungkannya menjadi satu dengan nama Perusahaan Umum Percetakan Uang
Republik Indonesia (PERUM PERURI) tanggal 15 September 1971. Kolonel Subono
Mantofani, SH ditetapkan sebagai Direktur Utama.
Untuk memberikan gerak yang lebih fleksibel dalam melaksanakan usaha
mencapai sasaran atau misinya sesuai PP No. 60 tahun 1971 diubah dengan PP No. 25
tahun 1982 yang kemudian disempurnakan dengan PP No. 30 tahun 1985.
Tujuan Perum Peruri adalah melaksanakan dan menunjang pelaksanaan
kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional
pada umumnya dengan mengadakan usaha-usaha di percetakan uang atau barang-barang
lainnya.
Adapun lapangan usaha Perum Peruri meliputi:
1. Mencetak uang kertas dan uang logam untuk Bank Indonesia.
2. Mencetak barang-barang cetakan berharga, surat-surat berharga dan barang-barang
cetakan lainnya, serta membuat barang-barang logam untuk Pemerintah, Bank
Indonesia dan Bank Pemerintah lainnya, Lembaga-lembaga Negara serta umum.
3. Membuat kertas uang, kertas cetak berharga ( security paper ), logam untuk uang
Negara serta umum.
Melakukan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuan perusahaan sesuai
keputusan Menteri Keuangan
4.1.2. Perkembangan Perusahaan
Sejalan dengan perkembangan lingkungan, keberadaan Perum Peruri sebagai
Perusahaan di tengah wilayah Kebayoran Baru tidak sesuai lagi dengan rencana tata
ruang wilayah, sehingga perlu dilakukan relokasi.
Atas persetujuan Menteri Keuangan, Perum Peruri telah menyediakan
sebidang tanah seluas 202 hektar di daerah Teluk Jambe, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat yang semula dimaksudkan untuk membangun pabrik kertas, karena berbagai
faktor yang bersifat ekstern, rencana tersebut di tunda pelaksanaannya dan bahan yang
tersedia di alihkan peruntukkannya menjadi percetakan uang. relokasi ke Karawang
tidak dimaksudkan hanya untuk memindahkan yang telah ada, tetapi meliputi
penambahan mesin-mesin baru yang harus langsung dipasang, sehingga pada saat
pemindahan secara bertahap tidak menimbulkan stagnasi produksi.
Berkat usaha dan kerja keras, maka dalam memasuki tahap awal PJPT II
Perum Peruri telah berhasil melaksanakan:
1. Penyelesaian bangunan utama percetakan uang RI yang digunakan sebagai
percetakan uang kertas dengan satu lini mesin cetak baru terpasang. Pada
bangunan tersebut untuk sementara dipergunakan untuk menampung kegiatan
Percetakan Uang Logam.
2. Penyelesaian bangunan percetakan kertas berharga non uang ( TASGANU ), yang
telah diisi mesin-mesin pindahan dari komplek Dharmawangsa dan Palatehan.
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Perumusan struktur organisasi terus dilakukan oleh tim internal perusahaan.
Upaya yang dilakukan berupa perampingan organisasi yang meliputi pengayaan
pekerjaan, optimalisasi fungsi dan pengurangan birokrasi sesuai tuntunan lingkungan
bisnis. Rumusan struktur organisasi baru yang dihasilkan mencangkup berbagai
perubahan yang mendasar meliputi:
Perubahan penyebutan tingkat jabatan yang semula tingkat bidang, biro, bagian,
dan urusan menjadi tingkat Divisi, Depertemen, Seksi, dan Unit.
Pemisahan fungsi bidang pengamanan dan kepegawaian menjadi Divisi SDM dan
Divisi Pengamanan.
Menambah organ baru yang disesuaikan dengan tuntunan dinamika organisasi
kedepan, yaitu Departemen Hukum, Departemen PSDM, Kelompok Penjualan
Luar Negeri, Departemen Pengembangn Produk dan Desain.
Penggabungan organ struktur organisasi model ini di Divisi Kertas Berharga Non
Uang yang mencangkup pengayaan, penggabungan fungsi organ ditingkat
Departemen dan Seksi yang berorientasi kepada jenis proses produksi.
Penetapan perubahan struktur organisasi ditetapkan dengan surat keputusan
Direksi Nomor : Kep-03/XI/1999 Tanggal 16 November 1999, setelah dilakukan
pada pembahasan pada seluruh tingkatan manajemen perusahaan.

Struktur Organisasi Perum Peruri

DIREKTUR
UTAMA
President Director

DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT


NIAGA PRODUKSI TEKNIK DAN UMUM KEUANGAN DAN
Commerce Production Technic and General SDM
Directorate Directorate Affair Directorate Finance and Human
Resources
Directorate

Sekretariat Perusahaan Satuan Pengawas Internal Pengembangan Organisasi


Corporate Secretariate Internal Audit dan Sistem Manajemen
Organization and
Management System
Development
Sumber : Departemen PSDM Perum Peruri

4.1.4. Kepegawaian

4.1.4.1 Hari Kerja Karyawan Perusahaan


Sesuai dengan himbauan pemerintah, perusahaan melakukan uji coba lima
hari kerja tanggal 3 Oktober 1995, sejalan dengan keputusan presiden RI No. 68
tahun 1995 tanggal 27 September 1995 tentang hari kerja di lingkungan pemerintah
terhitung 1 (satu) minggu, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas,
efisiensi perusahaan dan kesejahteraan pegawai.
4.1.4.2 Penghargaan Terhadap Pegawai
Disisi lain dari sistem manajemen partisipatif yang diterapkan dan dalam
rangka memotivasi semangat kerja, disiplin dan inovasi agar perusahaan lebih
kompetitif, produktif dan efisien, pelaksanaan sistem reward dan punishment tetap
konsisten dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut penghargaan terhadap
pegawai yang berprestasi telah dilakukan antara lain :
1. Pemberian piagam penghargaan masa kerja pegawai yang mempunyai masa kerja
5 tahun, 10 tahun, 15 tahun dan 20 tahun.
2. Pemberian medali dan piagam penghargaan masa kerja kepada pegawai yang
mempunyai masa kerja 25 tahun, 30 tahun dan 35 tahun.
3. Penghargaan kepada pegawai departemen teknik dan departemen cetak uang
kertas yang merelokasikan permesinan uang kertas dari Jakarta ke Karawang
tanpa melibatkan teknisi asing.
4. Penghargaan kepada pegawai departemen pembuatan acuan cetak dan tinta dan
departemen CETASGANU yang mampu menyelesaikan penerbitan perangko
Presiden BJ Habibie dari proses desain sampai dengan penerbitan selama 55 jam.
5. Penghargaan kepada pegawai terkait dan mensukseskan peristiwa millennium
BUG pada tahun 2000.
Disamping pemberian penghargaan kepada pegawai berprestasi, perusahaan
menerapkan sangsi dan pejabat melakukan pelanggaran disiplin kerja dan tata tertib
kerja secara konsisten sesuai tingkat pelanggaran yang dilakukan.

4.1.5 Peningkatan Profesionalisme SDM


Untuk menunjang sistem pengelolaan SDM yang berbasis kepada Human
Resources Management, Perusahaan telah melakukan langkah-langkah proaktif untuk
menyiapkan pegawai yang professional baik tenaga pimpinan maupun tenaga
pelaksanaan teknis. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir perhatian terhadap
peningkatan kualitas SDM di lakukan dengan program-program yang dilakukan
adalah berikut:
1) Penyiapan tenaga pimpinan melalui pendidikan S2 bidang yang relevan dengan
kegiatan perusahaan. Perusahaan ini dilakukan didalam maupun diluar negeri.
Sampai dipenghujung tahun 2000 telah dihasilkan 23 pegawai jenjang S2 lulusan
dalam dan luar negeri dan saat ini telah menduduki diposisi jabatan pimpinan di
perusahaan.
2) Pengiriman tenaga pelaksana ke luar negeri untuk meningkatkan kemampuan dan
wawasan teknis sesuai perkembangan teknologi antara lain:
Training Intaglio Proof di MC Komori London Inggris
Training pembuatan silinder cetak di Joh Enschede Security Printers,
Stamp B-V, Haarlem Belanda
Training Stamp dan Comercial Security Design di Jura JSP Ltd. Budapest,
Hongaria
Training image Processing System di VTT Information Technology,
Helsinki, Finlandia
Training Banknote Security Design Software di Jura JSP Ltd. Budapest,
Hongaria
Training poly nickel plate making di De La Rue Giori, Swiss
Training Ink making di Sicpa, Prancis
Training Ink making di Huber, Jerman
3) Pendidikan dan latihan tidak hanya diberikan kepada pegawai dikaitkan dengan
tugasnya, tetapi diberikan pula kepada pegawai pra pensiun. Hal tersebut
dimaksudkan agar setelah menjalani pensiun mempunyai keterampilan lain untuk
bekal hidupnya.
4) Mengirim peserta dalam berbagai seminar baik didalam maupun diluar negeri
untuk meningkatkan wawasan kedepan.

4.1.6 Keselamatan Kerja dan Disiplin Pegawai


Sebagai suatu perusahaan yang tergolong besar, terkenal serta vital dan
sekuritas tinggi tentunya hasil produksi harus dapat diandalkan, apalagi produk yang
dihasilkan merupakan barang-barang yang cukup penting maka diadakan suatu cara
untuk mencapai arah perkembangan uasahanya yang lebih maju.
Salah satu cara yang diterapkan oleh Perum Peruri ialah dengan penerapan
disiplin kerja dan tata tertib untuk semua pegawainya.
Perum Peruri telah menetapkan tata tertib dan peraturan yang harus
dilaksanakan oleh segenap karyawannya sebagai berikut:
1. Jam kerja yang diterapkan Perum Peruri dalam setiap minggunya adalah lima hari
kerja dan dari hari Senin sampai Jumat, yang dibagi menjadi tiga shift, yaitu:
Shift 1 : Masuk pukul 07.45
Istirahat pukul 12.00 sampai 12.30
Keluar pukul 16.00
Shift 2 : Masuk pukul 15.30
Istirahat pukul 18.00 sampai 18.30
Keluar pukul 23.00
2. Setiap pegawai harus slide kartu pengenal sebagai tanda absensi pada setiap
waktu masuk dan setelah selesai kerja.
3. Membuat laporan pekerjaan setelah menyelesaikan pekerjaan.
4. Mengenakan pakaian kerja dan sepatu yang telah disediakan oleh perusahaan dan
peraturan yang menyangkut personel serta peraturan khusus lainnya.
4.1.7. Proses Produksi Uang Kertas
1. Proses Plat Cetak Intaglio/Galvano (Engraving Process)
Ini merupakan tahap awal dari proses percetakan uang kertas. Butuh waktu tiga
hingga lima bulan untuk membuat plat cetak uang tersebut.
2. Proses Roll Sablon Intaglio (Inking Schablon Process)
Setelah membuat plat cetak, lalu beranjak ke proses pemberian tinta roll mesin
penggulung atau alat pemutar untuk mencetak uang.
3. Proses Cetak Uang Kertas Tahap Cetak Rata (Offset Process)
Setelah plat dan roll pencetak uang sudah siap, maka kini dimulailah tahap
pencetakan uang ke kertas. Satu kertas lembar besar tersebut memuat 45 50 bilyet
(lembar) uang. Untuk lembaran uang Rp1.000, Rp2.000, dan Rp5.000 memuat 50
bilyet per kertas. Sedangkan untuk lembaran uang Rp10.000 hingga Rp100.000
memuat 45 bilyet per kertas. Ini merupakan tahap di mana pemberian warna dasar
uang.
4. Proses Cetak Uang Kertas Tahap Cetak Dalam (Intaglio Process).
Setelah kertas diberi warna dasar, kemudian dilanjutkan dengan pencetakan kertas di
lembar bagian dalam atau di lembar sebaliknya. Namun sebelum mencetak bagian
dalam, kertas yang telah diberi warna dasar terlebih dahulu dikeringkan selama satu
hari.
5. Proses Pemeriksaan Lembar Besar (Inspection Process)
Setelah dua bagian kertas telah dicetak, lalu dilakukanlah pemeriksaan uang.
Pemeriksaan ini dilakukan secara manual oleh karyawan guna melihat apakah ada
kerusakan dalam proses produksi. Bila diketahui ada yang rusak atau cacat, maka
pada lembaran yang rusak itu akan ditandai dengan coretan.
6. Proses Cetak Nomor (Numbering Process)
Usai diperiksa secara manual, maka dilanjutkan dengan pemberian nomor uang.
Nomor uang ini disesuaikan dengan pesanan Bank Indonesia (BI). Terdapat tiga
mesin putar pencetak nomor yang telah diisi dengan plat nomor masing-masing
uang.
Setelah pencetakan nomor, maka uang kertas tersebut harus diperiksa kembali guna
mengecek kebenaran dan keabsahan nomor uang tersebut.
7. Proses Penyelesaian (Cutpack Process)
Ini merupakan tahapan akhir dari segala proses pencetakan uang kertas. Proses ini
terbagi dua yaitu proses penyelesaian secara mekanis dan manual. Secara mekanis,
kertas lembar besar tersebut kini dipotong menggunakan mesin pemotong kertas.
Secara manual, lembaran uang diperiksa kembali langsung oleh sejumlah pekerja
yang didominasi perempuan. Pada tahap akhir ini pulalah lembaran-lembaran uang
yang rusak atau cacat dilubangi untuk kemudian dihancurkan

4.2. Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data ini akan diuraikan dengan menggunakan tahapan

DMAIC yaitu Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Berikut adalah

penjabaran dari masing-masing tahapan

4.2.1 Tahap Define

Pada tahap ini ialah proses pendefinisian masalah yang sedang terjadi di

perusahaan, untuk dijadiakan acuan utama pada proses perbaikan untuk proyek six

sigma kali ini.

1. Penentuan masalah dengan menggunakan metode 5 W + 1 H

Apa yang diharapkan dari proyek sixsigma terhadap proses pencetakan nomor seri?

Yang diharapkan dari proyek sixsigma ini ialah dapat mengurangi cacat yang terjadi dan

meningkatkan nilai sixma perusahaan menjadi 6 sigma

Dimana proyek six sigma terhadap pengendalian kualitas pencetakan nomor seri akan

dilaksanakan?

Proyek six sigma akan dilaksanakan diarea produksi cetak nomor baik diarea input berupa

bahan baku hingga area output yaitu masyarakat

Kapan proyek sixsigma terhadap pengendalian hasil cetak akan dilakukan?


Proyek six sigma akan dilakukan selama bulan januari-desember 2012.

Mengapa proyek sixsigma harus dilakukan?

Karena cacat yang terjadi pada produk akan menyebabkan kerugian perusahaan apabila

dibiarkan terus menerus dan dapat mengakibatkan kepuasan pelanggan serta

ketidakpercayaan masyarakat akan uang yang beredar.

Siapa yang akan menjalankan proyek tersebut?

Semua elemen di perusahaan yang terkait

Bagaimana proyek sixsigma tersebut dilakukan?

Proyek sixsigma dilakukan dengan cara mengumpulkan data cacat sebelumnya, kemudian

mendefinisikan jenis cacat yang terjadi kedalan diagram CTQ setelah itu dari CTQ

kemudian setiap jenis cacat diukur frekuensinya. Jenis cacat terbesar dianalisis akar

penyebabnya kemudian di berikan usulan perbaikan. Setelah itu dilakukan pengawasan

terhadap perbaikan tersebut, apakah potensi cacat yang terjadi masih cukup besar.

2. Penentuan CTQ (Critical to Quality)

Dalam tugas akhir kali ini, CTQ untuk hasil cetak nomor, ada 7 cacat yang

diamati, yaitu:

1. Nomor tidak sesuai (nomor loncat)

2. Bentuk Hasil Cetak tidak Sempurna (nomor gingsul)

3. Hasil Catakan Tipis/Tebal

4. Hasil Catakan Kurang Tekanan.

5. Kestabilan Warna yang Kurang

6. Perubahan Warna Cetakan


7. Hasil Cetak Tidak Sempurna (Belang)

3. Diagram SIPOC ( Supplier, Input, Process, Output, Costumer)

Diagram SIPOC dibuat untuk mengetahui hubungan antara input yang di

butuhkan terhadap proses yang berlangsung dan output yang dihasilkan, dan siapa yang

akan menjadi konsumen dari produk tersebut.

4.2.2. Tahap Measure


Pada tahap ini ialah tahap pengukuran terhadap kondisi perusahaan yang diwakilkan oleh

data-data yang telah didapat, pada proses pencetakan nomor seri di PERUM PERURI.

1. Data Cacat produksi Cetak Nomor Tahun 2012


a. Data Cacat pada Proses Produksi

Tabel 4.1 Jumlah Produksi dan Jumlah Produk Rusak Mesin 07 pada tahun 2012

Jumlah Produksi Produk Rusak


Bulan (dalam ribu lembar (dalam ribu lembar Persentase
besar/vell) besar/vell)
Januari 2420 20,266 0,84%
Februari 2508 24,089 0,96%
Maret 2408 35,912 1,46%
April 2398 17,225 0,72%
Mei 1956 28,452 1,45%
Juni 2314 30,625 1,32%
Juli 2645 23,390 0,88%
Agustus 2277 23,712 1,04%
September 2472 27,687 1,12%
Oktober 2534 20,758 0,82%
November 2662 16,251 0,61%
Desember 2185 16,025 0,73%
TOTAL 28839 284,392 0,99%
b. Data Jenis-Jenis Cacat Pada Proses Produksi

Dari data tersebut kita dapat melihat jumlah produksi dan jumlah produk rusak
dari proses produksi mesin 07 di Seksi Cetak Nomor. Dari jumlah produk gagal yang
terjadi pada proses pencetakan nomor seri uang kertas, tedapat jenis-jenis kegagalan.
Jenis-jenis kegagalan yang terjadi pada proses pencetakan nomor seri dapat dilihat pad
tabel 4.2 di bawah berikut :
Tabel 4.2 Jenis-jenis Kerusakan Pada Proses Cetak Nomor

Jenis Jumlah Jumlah Persentase Persentase


kerusakan kerusakan kerusakan kerusakan kerusakan
kumulatif kumulatif
Nomor lompat 129018 129018 45,25% 45,25%
Cetakan kotor/mampet 56126 185144 19,69% 64,94%
Cetakan tebal/tipis 55499 240643 19,47% 84,41%
Cetakan tidak register 38013 278656 13,36% 97,99%
Nomor gingsul 5736 284392 2,01% 100%
Total 284392 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kegagalan yang paling banyak terjadi
pada proses pencetakan nomor seri di mesin 07 adalah nomor loncat. Penulis tidak hanya
meneliti jenis kegagalan yang paling banyak terjadi, melainkan semua jenis kegagalan
yang terjadi pada proses cetak nomor seri.

4.3. Pembuatan Peta Kendali


Berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa jumlah yang diinspeksi berubah-ubah
dari bulan ke bulan. Untuk itu dilakukan pengolahan data tersebut menggunakan peta p.
Penggunaan peta kendali itu tergantung dari jenis data yang akan diolah, berdasarkan
teori diatas maka jelaslah peta kendali yang cocok untuk mengolah data pada masalah yang
timbul adalah peta kendali variabel p atau p-chart. Data yang dihasilkan di atas selalu
berubah-ubah dari bulan ke bulan. Untuk itu kita menganalisa data tersebut dengan p-chart
untuk data variabel sub grup yang mana laju pemeriksaan tidak konstan.
Dari data yang kita peroleh, selanjutnya kita tentukan nilai-nilai p sebagai acuan bagi
suatu produk yang tidak memenuhi syarat, dimana nilai p kita peroleh dengan perhitungan
sebagai berikut :
p = Total Number Rejected : Total Number Inspected
Untuk data tahun 2011 pada mesin 07 seksi Cetak Nomor diperoleh perhitungan sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Pengolahan Data Dari Hasil Pengamatan Mesin 07 Di Seksi Cetak
Nomor Tahun 2012

Number Number Fraction


Bulan Inspected Rejected Rejected UCL LCL
(n) (np) (p)
Januari 2420 20,266 0,0084 0,0155 0,0043
Februari 2508 24,089 0,0096 0,0157 0,0032
Maret 2468 35,912 0,0146 0,0171 0,0018
April 2398 17,225 0,0072 0,0151 0,0038
Mei 1956 27,687 0,0112 0,0162 0,0027
Juni 2314 28,452 0,0145 0,0180 0,0009
Juli 2645 23,390 0,0088 0,0154 0,0035
Agustus 2277 23,712 0,0104 0,0163 0,0026
September 2472 27,687 0,0112 0,0162 0,0027
Oktober 2534 20,758 0,0082 0,0153 0,0036
November 2662 16,251 0,0061 0,0144 0,0045
Desember 2185 16,025 0,0073 0,0154 0,0035
TOTAL 28839 284,392

P = Total Number Rejected / Total Number Inspected


= 284,392 / 28839
= 0.0099
Nilai p = 0,0099 digunakan untuk menentukan besarnya UCL dan LCL bulanan, misalnya :
Untuk bulan Januari 2011, contoh kontrol limitnya adalah :
n = 2420
np = 20,266
p (bulanan) = 20,266 / 2420 = 0,0084
UCL = p + 3 { p (1-p) } / ni
= 0,0099 + 3 {0,0099 (1-0,0099)} / 2420
= 0,0147
LCL = p - 3 { p (1-p) } / ni
= 0,0099 - 3 {0,0099 (1-0,0099)} / 2420
= 0,0051
Perhitungan di atas digunakan untuk menghitung nilai UCL dan LCL bulanan dengan
nilai n atau number of inspected yang tidak konstan. Untuk hasil lengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.4.
Kemudian setelah dilakukan analisa perhitungan, mulai bulan Januari sampai
Desember dengan menggunakan p-chart, terlihat bahwa semua data dalam batas kendali, ini
dianggap tidak ada masalah. Karena dengan semakin kecilnya nilai proporsi kerusakan maka
hal ini baik dalam arti menguntungkan pihak perusahaan.
Karena kontrol limit di atas memuat data UCL dan LCL yang berbeda-beda dari
bulan ke bulan sehingga peta kendali terlihat berfluktuasi, maka dilakukan minimasi
pengaruh besarnya variabel sub grup tersebut sehingga didapat rata-rata ukuran sub grup.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Menghitung rata-rata sub grup (n average)

n av = 28839/12 = 2403,25 = 2403


Maka UCL = p + 3 { p (1-p) } / ni
= 0,0099 + 3 {0,0099 (1-0,0099)} / 2403
= 0,0159
Maka LCL = p - 3 { p (1-p) } / ni
= 0,0099 - 3 {0,0099 (1-0,0099)} / 2403
= 0,0039
2. Pada saat kita menggunakan sub grup rata-rata, ada situasi yang mungkun timbul dan
jalan keluarnya sebagai berikut :
a. Bila data proporsi kerusakan sub grup masuk dalam limit dan besarnya data bulanan
< besarnya rata-rata sub grup maka pakai batas kontrol rata-rata.
Contoh : bulan Agustus
np = 23,712
n = 2277
n av = 2403
p = np/n = 23,712/2277 = 0,0104
maka ; n bulanan (2277) < n av (2403)
p < UCL : 0,0104 < 0,0159
Jadi yang dipakai kontrol limit average.
b. Bila data proporsi kerusakan sub grup masuk dalam limit tetapi besarnya data bulanan
> besarnya rata-rata sub grup, maka dipakai kontrol limit bulanan.
Contoh : bulan Juli
np = 23,390
n = 2645
n av = 2403
p = np/n = 33,452/1956 = 0,0171
maka ; n bulanan (2645) > n av (2403)
p < UCL : 0,0088 < 0,0159
Jadi yang dipakai kontrol limit bulanan.

Control p-chart mesin 07 tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai