Anda di halaman 1dari 23

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Kebakaan, yang


disusun oleh:
Nama : Frederika Yosma Datulabi
NIM : 1312040012
Kelas : Pendidikan Fisika
Kelompok : IV
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Koordinator Asisten dan Asisten, maka dinyatakan
diterima.
Makassar, Januari 2014
Koordinator Asisten Asisten

Adi Putra Rahman, S.Si Ummul Asma Azis


NIM : 091414021 NIM : 1114040024

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Sitti Zaenab S.pd M.pd


NIP: 198103022009122033
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika kita melihat orang orang di sekeliling kita mungkin ada yang bertanya
di dalam hati, mengapa muka saya berbeda dengan muka orang itu padahal kami
sama sama adalah manusia. Tetapi, bukan hanya manusia makhluk hidup yang
lainnya pun juga berbeda dengan makhluk hidup yang bisa dikatakan makhluk
sejenisnya, misalnya kucing tentunya tidak semua kucing sama, tetapi akan sesuai
dengan apa yang diwariskan induknya kepada kucing tersebut. Demikian halnya
juga dengan tumbuhan, seperti bunga tulip yang menghasilkan bunga yang
bermacam macam warna.
Pada manusia, berbeda lagi dengan hewan dan tumbuhan, dimana pada
manusia ada yang memiliki kulit putih, ada yang berkulit hitam, ada yang memiliki
lesung pipi dan ada juga yang tidak. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi ? Hal ini
berkaitan dengan pewarisan sifat dari induknya. Pewarisan sifat artinya penurunan
sifat yang oleh induk terhadap keturunannya yang dikendalikan oleh gen yang
terletak di dalam kromosom. Apa itu kromosom ? Kromosom merupakan suatu
struktur yang berbentuk benang yang berada di dalam inti sel dimana fungsinya
adalah kromosom bertanggung jawab dalam hal pewarisan sifat.
Masing masing makhluk hidup memiliki sifat dan ciri tersendiri tetapi
bukan berarti secara keseluruhan sifat dan cirinya berbeda, ada juga ciri cirinya
yang sama dengan individu lain, misalnya ada yang sama sama memiliki lesung
pipi, memiliki rambut dahi yang menjorok. Hal ini berkaitan dengan Hukum
Mendel. Oleh karena itu, dilakukan pratikum ini untuk kita bisa membuktikan
perbandingan fenotipe dan genotipe dari hukum Mendel dan dasar genotipe dari
sifat dasar baka manusia.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah mahasiswa diharapkan dapat
Membuktikan perbandingan genotip dan fenotip dari Hukum Mendel dan dasar
genotip beberapa sifat baka pada manusia.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pratikum ini adalah kita bisa mengetahui sifat dasar yang
diturunkan oleh ayah dan ibu kita. Selain itu, kita bisa membuktikan perbandingan
genotipe dan fenotipe dari Hukum Mendel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gregor Mendel mungkin memilih untuk bekerja menggunakan kacang ercis


karena kacang ercis memiliki banyak varietas. Sebagai contoh, ada varietas yang
mempunyai bunga ungu, sementara varietas yang lain ternyata mempunyai bunga
putih. Ahli genetika menggunakan istilah karakter untuk menjelaskan sifat yang dapat
diturunkan, seperti warna bunga, yang terdapat pada individu. Varian dari suatu
karakter dinamakan sifat (trait). Penggunaan kacang ercis juga membuat Mendel dapat
melakukan control yang ketat berkenaan dengan tanaman mana saja yang akan saling
dikawinkan. Organ kelamin dari tanaman kacang ercis terdapat pada bunganya dan
setiap bunga kacang ercis mempunyai sekaligus organ kelamin jantan dan betina,
masing-masing stamen (benang sari) dan karpel (putik). Mendel memilih untuk
menelusuri hanya karakter-karakter yang bervariasi dengan pendekatan apakah
karakter tersebut ada atau tidak ada dan bukan dengan apakah karakter tersebut
lebih banyak atau lebih sedikit. Mendel juga memastikan bahwa dia memulai
percobaannya dengan varietas galur murni (true-breeding), yang berarti ketika
tanaman menyerbuk sendiri, semua keturunannya akan mempunyai varietas yang sama
(Campbell, 2002).
Gregor Mendel merupakan seorang ahli perkembangbiakan tanaman, dan ia
mampu menghasilkan varietas tanaman yang selalu menghasilkan keturunan dengan
sifat sifat yang sama dengan induknya, dari generasi ke generasi. Mendel memilih
galur-galur yang merupakan true bleeder dari tipe tipe yang berlawanan dan
menyilangkan galur-galur itu sesuai masing-masing karakteristiknya dari tujuh
karakteristik yang telah ia pilih (Fried, 2006).
Gregor Mendel mempublikasikan hasil penelitian genetiknya pada kacang ercis
di tahun 1866, dan karenanya meletakkan dasar genatika modern. Dalam naskah
kerjanya, Mendel mengajukan sejumlah dasar genetika. Salah satu yang saat ini dikenal
ialah hukum segregasi. Mendel1 dinyatakan sebagai orang pertama yang mengajukan
model dimana masing-masing induk menangandung dua salinan unit pewarisan (yang
sekarang disebut gen) bagi masing-masing sifat; akan tetapi, hanya satu dari kedua gen
(sebuah alel) yang ditransmisikan melalui gamet pada keturunannya. Prinsip kedua
yang dimantapkan berkat penelitan Gregor Mendel adalah hukum perpasangan bebas
(Elrod, 2007).
Mekanisme penurunan sifat dari parental kepada individu anaknya pertama kali
dikemukakan oleh George Mendel (1826-1884) dengan meneliti penurunan ciri-ciri
baka pada Kacang Kapri (Pisum sativum). Dengan mengawinkan strain galur murni
dari suatu fenotif yang berbeda, misalnya kacang kapri yang bunganya berwarna merah
disilangkan dengan yang bunganya berwarna putih. Hasil persilangan tersebut
menunjukkan bahwa turunan pertama (F1) semuanya mempunyai warna bunga seperti
salah satu dari parentalnya (merah atau putih semua). Kalau generasi F1 tersebut
dibiarkan menyerbuk sendiri maka warna bunga dari generasi F2 akan memisah dengan
perbandingan 3 bagian bunganya berwarna seperti parentalnya (generasi F1) dan 1
bagian seperti warna bunga kakek atau neneknya yang tidak muncul pada generasi F1.
Dengan demikian Mendel menjelaskan bahwa masing-masing sifat baka diatur oleh
sepasang faktor yang akan memisah pada waktu pembentukan gamet, sehingga
masing-masing gamet hanya mengandung 1 faktor untuk sifat baka tertentu.
Penelitian Mendel selanjutnya dengan mengamati dua sifat baka yang berbeda,
mengungkapkan bahwa pada waktu pembentukan gamet, alel mengalami segregasi
secara bebas, sehingga disebut Hukum Pemisahan secara Bebas
(Tim Pengajar, 2013).
Setiap sifat pada mahluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunannya, yang
disebut gen. Gen terdapat dalam lokus tertentu di dalam kromosom, sedangkan
kromosom terdapat di dalam nukleus. Kromosom yang berpasang-pasangan disebut
kromosom homolog sedangkan gen disebut alel. Orang yang menjabarkan pada
pewarisan sifat adalah seorang sarjana dari Amerika Serikat bernama Walter
Stanborough Surton (1877-1916). Pada tahun 1903, dia mengemukakan bahwa jumlah
kromosom yang dikandung oleh sel sperma dan sel telur adalah sama, yaitu setengah
dari jumlah kromosom sel somatik (sel tubuh). Organisme baru yang merupakan hasil
fertilisasi ovum oleh sperma akan mengandung dua perangkat kromosom (diploid)
pada tiap selnya, seperti halnya setiap sel tubuh, gen bersifat baka atau tetap.
(Pratiwi, 1999).
Menurut pratiwi, (1999). Thomas Huth Morgan (1865-1945) seorang ahli genetika
dan embrio Amerika Serikat, mengemukakan pendapatnya tentang gen, bahwa gen
adalah substansi hereditas, yaitu kesatuan kimia yang bersifat sebagai berikut :
1. Gen merupakan zarah tersendiri yang kompak di dalam kromosom.
2. Gen mengandung informasi genetika.
3. Gen dapat menduplikasikan diri pada peristiwa mitosis dan meiosis.
4. Setiap gen menduduki tempat tertentu dalam kromosom, lokasi khusus di dalam
gen kromosom adalah lokus gen.
Rangkaian gen merupakan struktur kimia yang berbentuk double helix (ulir
rangkap) dengan deoksiribosa dan fosfat sebagai ibu tangga serta basa nitrogen sebagai
anak tangga DNA merupakan rangkaian yang banyak nukleotida yang masing-masing
terdiri attas deoksiribosa, asam fosfat atau suatu purin atau pirimidin. Urutan basa
nitrogen dalam urutan DNA membentuk kode genetika tertentu paling penting artinya
dalam proses sintetik protein yang dilaksanakan oleh RNA dalam ribose. Sifat-sifat
yang dimiliki oleh suatu individu ditentukan oleh faktor pembawa sifat keturunan yang
disebut dengan gen. Gen tertentu membawa sifat tertentu pula. Gen yang membawa
suatu sifat dilambangkan dengan huruf pertama dari sifat tersebut. Susunan/komposisi
gen pada suatu makhluk hidup disebut dengan genotipe. Genotipe ini biasanya
dilambangkan dengan dua huruf karena setiap individu memiliki susunan kromosom
yang diploid (2n). Genotipe itu akan membawa sifat tertentu yang akan muncul dan
dapat diamati pada individu yang bersangkutan. Dengan kata lain ekspresi dari
genotipe itulah yang disebut dengan fenotipe. Misalkan: genotipe untuk sifat batang
tinggi disimbulkan dengan huruf TT. Genotipe TT ini akan mengekspresikan sifat
batang tinggi. Fenotipe batang tinggi merupakan sifat-sifat morfologi yang tampak dan
dapat diamati secara langsung dengan panca indera. ( Pratiwi, 1999 )
Fenotipe suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotipe dengan faktor
lingkungan. Hal ini berarti juga bahwa lingkungan berpengaruh terhadap ekspresi suatu
gen. Sebagai contoh, dua tanamanan yang sama ditaruh pada tempat/lingkungan yang
berbeda akan menampakkan fenotipe yang berbeda pula. Dalam hal ini, faktor-faktor
lingkungan mengarahkan ekspresi suatu gen. Pada suatu perkawinan/persilangan
antara tanaman berbatang tinggi dengan tanaman berbatang rendah, ternyata dihasilkan
keturunan baru yang semuanya berbatang tinggi. Dalam hal ini gen pembawa sifat
batang tinggi bersifat dominan. Sebaliknya, gen untuk sifat batang rendah bersifat
resesif. Suatu gen dikatakan dominan apabila gen tersebut menutupi atau mengalahkan
ekspresi gen pasangannya. Pasangan gen ini selanjutnya disebut alel. Sedangkan gen
yang ditutupi atau gen yang dikalahkan ekspresinya disebut gen resesif. Untuk gen
dominan dilambangkan dengan huruf kapital (T) sedangkan untuk gen resesif
dilambangkan dengan huruf kecil (t). Sifat batang tinggi (T) dominan terhadap sifat
batang rendah (t). Dari contoh ini dapat kita tuliskan genotipe individu yang berbatang
tinggi yaitu TT, Tt dan untuk sifat batang rendah dituliskan dengan tt. Jika dalam suatu
persilangan antara tumbuhan berbunga merah (MM) dengan tumbuhan berbunga putih
(mm), ternyata dari hasil persilangan itu dihasilkan keturunan (F1) dengan fenotipe
merah muda (Mm). Sifat warna merah muda ini adalah sifat baru yang muncul dari
pencampuran sifat warna bunga merah dengan sifat bunga warna putih. Sifat seperti ini
disebut dengan intermediat. ( Susanto, 2011 )
BAB III
METODELOGI PRATIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Senin, 06 Januari 2014
Waktu : Pukul 14.00 s/d 15.15 WITA
Tempat : Green House of Biology FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Daftar fenotipe
2. Bahan
a.Pratikan sendiri ( Probandus )
Daftar fenotip sifat baka manusia yang dikontrol oleh 1 gen dengan 2 alel
dan masing-masing alel menghasilkan fenotip yang jelas.
1. Lesung dagu merupakan sifat dominan (D).
2. Ujung daun telinga menggantung bebas merupakan sifat dominan (E).
3. Orang meletakkan ibu jari tangan kiri di atas ibu jari tangan atas pada
waktu menjalinkan jari-jari tangan, merupakan sifat dominan (F).
4. Orang memiliki ruas jari kelingking paling ujung menyerong ke arah
dalam (ke arah jari manis) merupakan sifat dominan (B).
5. Rambut dahi menjorok merupakan sifat dominan (W).
6. Rambut pada jari ; tumbuhnya rambut pada kedua ruas dari jari tangan
merupakan sifat dominan (M).
7. Lesung pipi merupakan sifat dominan (P).
8. Orang yang dapat menggulung lidahnya memanjang merupakan sifat
dominan (L).
9. Orang yang mempunyai gigi seri atas bercelah merupakan sifat dominan
(G).
C. Prosedur Kerja
1. Memeriksa fenotif dari setiap sifat baka yang ada pada daftar fenotif pada diri
sendiri. Apabila kesulitan, meminta bantuan pada teman sejenis dalam
kelompok. Mencatat hasil sendiri dalam bentuk tabel.
2. Apabila mempunyai fenotif yang dominan, maka diberi tanda huruf kecil untuk
gen kedua.
3. Mencatat dan mendata dari teman-teman kelompok dan menghitung
persentasenya.
4. Mencatat dan mendata dari teman-teman dari kelompok lain/setiap kelompok
dan menhitung persentasenya.
5. Menggabungkan data kelompok tersebut menjadi data kelas kemudian
menghitung persentasenya.
BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
Tabel I. Daftar pengamatan sifat baka pada manusia ( kelompok IV)
No Nama D d E e F f B b W w M m P P L l G g
.
1 Syefi - - - - - - - - -
Ary
2 Yosma - - - - - - - - -
3 Nurani - - - - - - - - -
4 Sri - - - - - - - - -
5 Lisnawa - - - - - - - - -
ti
6 Irwansy - - - - - - - - -
ah
7 Syarif - - - - - - - -

Tabel II. Daftar pengamatan sifat baka pada manusia ( data kelas )
Kelompok D d E e F f B b W w M m P p L l G g
I 2 5 6 1 6 1 7 - 2 5 7 - 3 4 6 1 - 7
7 orang
II - 6 1 5 4 2 4 2 2 4 6 - 1 5 6 - 2 4
7 orang
III - 7 2 5 4 3 7 - - 7 7 - 2 5 2 5 - 7
7 orang
IV - 7 3 4 2 5 3 4 - 7 7 - 1 6 4 3 - 7
7 orang
V 3 4 6 1 6 1 5 2 1 6 7 - 5 2 4 3 5 2
7 orang
VI - 6 6 0 4 2 3 3 0 6 6 0 2 4 3 3 1 5
7 orang
VII - 7 3 4 4 1 3 4 1 6 6 1 - 7 2 5 - 7
6 orang

B. Analisis Data
1. Data Kelompok
a. Lesung dagu :

frekuensi dominan ( Dd ) = x 100%

0
= x 100% = 0 %
7

Frekuensi resesif ( dd ) =
x 100%
7
= 7
x 100% = 100 %

b. Anak daun telinga menggantung



frekuensi dominan ( Ee ) = x 100%

3
= 7
x 100% = 42,8 %

Frekuensi resesif ( ee ) = x 100%

4
= 7
x 100% =57,14 %

c. Ibu jari tangan kiri di atas



frekuensi dominan ( Ff ) = x 100%

2
= x 100% = 28,57 %
7

Frekuensi resesif ( ff ) = x 100%
5
= 7
x 100% =71,42 %

d. Ruas jari kelingking terujung menjorong ke dalam



frekuensi dominan ( Bb ) = x 100%

5
= 7
x 100% = 71,42 %

Frekuensi resesif ( bb ) = x 100%

2
= 7
x 100% =28,57 %

e. Rambut dahi menjorok



frekuensi dominan ( Ww ) = x 100%

0
= 7
x 100% = 0%

Frekuensi resesif ( ww ) = x 100%
7
= 7
x 100% =100 %

f. Rambut pada jari



frekuensi dominan ( Mm ) = x 100%

7
= 7
x 100% = 100 %

Frekuensi resesif ( mm ) =
x 100%
0
= 7
x 100% = 0 %

g. Lesung pipi

frekuensi dominan ( Pp ) = x 100%

1
= 7
x 100% = 14,28 %

Frekuensi resesif ( pp ) = x 100%

6
= 7
x 100% =85,71 %
h. Lidah dapat digulung memanjang

frekuensi dominan ( Ll ) = x 100%

4
= 7
x 100% = 57,14 %

Frekuensi resesif ( ll ) =
x 100%
3
= 7
x 100% =42,85 %

i. Gigi seri atas bercelah



frekuensi dominan ( Gg ) = x 100%

0
= 7
x 100% = 0 %

Frekuensi resesif ( gg ) = x 100%

7
= 7
x 100% =100 %

2.Data Kelompok
a. lesung dagu

frekuensi dominan ( Dd ) = x 100%

5
= 49
x 100% = 10,20 %

Frekuensi resesif ( dd ) =
x 100%
42
= 49
x 100% = 85,71 %

b. anak daun telinga menggantung



frekuensi dominan ( Ee ) = x 100%

27
= 49
x 100% = 55,10 %

Frekuensi resesif ( ee ) = x 100%

20
= 49
x 100% =40,81 %

c. Ibu jari tangan kiri di atas



frekuensi dominan ( Ff ) = x 100%

32
= 49
x 100% = 65,30 %

Frekuensi resesif ( ff ) = x 100%

15
= 49
x 100% =30,61 %

d. ruas jari kelingking terujung menjorong ke dalam



frekuensi dominan ( Bb ) = x 100%

32
= 49
x 100% = 65,30 %

Frekuensi resesif ( bb ) = x 100%

15
= 49
x 100% = 30,61 %

e. Rambut dahi menjorok



frekuensi dominan ( Ww ) = x 100%

6
=49
x 100% = 12,24 %

Frekuensi resesif ( ww ) = x 100%
41
= x 100% = 83,67 %
49
f. Rambut pada jari

frekuensi dominan ( Mm ) = x 100%

46
= 49
x 100% = 93,87 %

Frekuensi resesif ( mm ) =
x 100%
1
= 49
x 100% = 2,04%

g. lesung pipi

frekuensi dominan ( Pp ) = x 100%

14
=49
x 100% = 28,57 %

Frekuensi resesif ( pp ) = x 100%
33
= x 100% = 67,34 %
49
h. lidah dapat menggulung memanjang

frekuensi dominan ( Ll ) = x 100%

27
=49
x 100% = 55,10 %

Frekuensi resesif ( ll ) = x 100%
20
= x 100% = 40,81%
49
i.gigi seri atas bercelah

frekuensi dominan ( Gg ) = x 100%
8
=49
x 100% = 16,32 %

Frekuensi resesif ( gg ) = x 100%
39
= x 100% = 79,59 %
49
C.Pembahasan
1. Lesung dagu
Dari data individu dapat diketahui bahwa praktikan tidak memiliki lesung dagu
yang berarti bahwa gen yang diturunkan oleh orang tua praktikan bersifat resesif.
Dari data kelompok, tidak ditemukan adanya lesung dagu. Sedangkan dari data
kelas, terdapat 5 orang yang memiliki lesung dagu dan 44 orang yang tidak
memiliki. Dari data tersebut dapat kita peroleh perbandingan persentase antara
praktikan yang memiliki sifat dominan dengan sifat resesif yakni (10,20 : 83,71)
% yang berarti bahwa sebagian besar praktikan memiliki sifat resesif terhadap
fenotip lesung dagu.
2. Anak daun telinga menggantung
Dari data individu diperoleh bahwa fenotip tersebut bersifat dominan.
Dari data kelompok terdapat 3 orang yang bersifat dominan dan 4 orang yang
bersifat resesif, sedangkan dari data kelas, diperoleh 27 orang yang dominan dan
22 orang yang resesif dengan perbandingan persentase antara sifat dominan
dengan sifat resesif yakni (55,10 : 40,81) %.
3. Ibu jari tangan kiri di atas
Dari pengamatan individu ditemukan bahwa fenotip tersebut bersifat
dominan, ini berarti bahwa gen yang diturunkan dari orang tua praktikan bersifat
dominan. Pada data kelompok, terdapat 2 orang yang bersifat dominan dan 5
orang yang bersifat resesif terhadap fentotip tersebut, kemudian pada data kelas,
terdapat 32 orang yang bersifat dominan dan 17 orang yang bersifat resesif yakni
dengan perbandingan antara sifat dominan dengan sifat resesif yakni (65,30 :
30,61) %.
4. Ruas jari kelingking terujung menyerong
Pada pengamatan individu ditemukan bahwa praktikan memilki sifat
dominan terhadap fenotip tersebut. Artinya gen yang diturunkan dari orang tua
praktikan bersifat dominan. Sedangkan pada pengamatan kelompok ditemukan
5 orang yang bersifat dominan dan 2 orang yang besifat resesif, kemudian dari
pengamatan kelas diperoleh data yakni 32 orang bersifat dominan dan 17 orang
bersifat resesif dengan perbandingan yakni (65,30 : 30,61) %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar gen yang diturunkan oleh orang tua
praktikan bersifat dominan.
5. Rambut dahi menjorok
Dari data individu diketahui bahwa praktikan memilki sifat resesif terhadap
fenotip tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa gen dari orang tua bersifat resesif.
Dari data kelompok tidak ditemukan yang memiliki rambut menjorok dan 7
orang yang bersifat resesif, sedangkan dari data kelas diperoleh 6 orang yang
bersifat dominan dan 43 orang yang bersifat resesif dengan perbandingan yakni
(12,24 : 83,67). Berdasarkan perbandingam tesebut, dapat kita simpulkan
bahwa sebagian besar praktikan memiliki sifat resesif terhadap fenotip tersebut.
6. Rambut pada jari
Dari data individu menunjukkan bahwa praktikan memiliki sifat dominan
terhadap terhadap fenotif tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang
diturunkan orang tua praktikan bersifat dominan, sedangkan pada data kelas
diperoleh 48 orang yang bersifat dominan dan 1 orang yang bersifat resesif
dengan perbandingan (93,87 : 2,04) %.
7. Lesung pipi
Dari pengamatan individu ditemukan adanya fenotip tersebut pada
praktikan artinya bahwa praktikan memiliki sifat resesif terhadap fenotif
tersebut. Dari pengamatan kelompok terdapat 1 orang yang bersifat dominan
dan 6 orang yang bersifat resesif. Pada pengamatan kelas hanya 14 orang yang
bersifat dominan dan 35 orang yang bersifat resesif, dengan perbandingan
(28,57 : 67,34) %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar praktikan
memiliki sifat resesif terhadap fenotip lesung pipi.
8. Lidah dapat digulung memanjang
Pengamatan individu menunjukkan bahwa praktikan memiliki sifat
dominan terhadap fenotif tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang
diturunkan dari orang tua bersifat dominan. Pada pengamatan kelompok,
terdapat 4 orang yang bersifat dominan dan 3 orang yang bersifat resesif.
Kemudian pada pengamatan kelas terdapat 27 orang yang bersifat dominan dan
23 orang yang bersifat resesif dengan perbandingan persentase yakni (55,10 :
40,81) %.
9. Gigi seri atas bercelah
Dari pengamatan individu, fenotip tersebut bersifat resesif. Pada
pengamatan kelompok, terdapat tidak ada yang bersifat dominan dan 7 orang
yang bersifat resesif. Selanjutnya pada pengamatan kelas, ditemukan 8 orang
yang bersifat dominan dan 31 orang yang bersifat resesif dengan pebandingan
persentase (16,32 : 79,59) %. Hal ini menunjukkan sebagian besar orang tua
praktikan menurunkan gen resesif gig atas bercelah.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa telah membuktikan bahwa teori
hukum mendel memang benar, dan terdapat gen-gen dominan yang menentukan
sifat fenotif seseorang, dan ada juga sifat gen-gen resesif yang sifatnya tertutupi
jika bergabung dengan gen-gen dominan.
B. Saran
1. Laboratorium: Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan saat praktikum
diperhatikan kondisinya, apakah layak pakai atau tidak agar praktikan dapat
memaksimalkan kerja saat melakukan praktikum.
2. Praktikan : Saat praktikum berlangsung sebaiknya praktikan lebih tertib,
disiplin agar tidak sampai mengganggu praktikan lain dan lebih menjaga
kebersihan laboratorium. Praktikan juga harus lebih teliti saat melakukan
pengamatan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan data hasil
praktikum.
3. Asisten : Saat praktikan mulai melakukan praktikum dan terjadi kesalahan
dalam pengoperasian alat atau penggunaan bahan maka agar kiranya asisten
mengarahkan praktikan dengan jelas agar kesalahan tersebut tidak terjadi lagi
saat praktikum selanjutnya berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,A.Nail. 2002.Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga.Erlangga; Jakarta.
Elrod,Susan dan William Stansfield. 2007.Genetika Edisi IV. Erlangga; Jakarta.
Fried,.George.H.2006.Biologi Edisi II. Erlangga;Jakarta.
Pratiwi.A. 1999. Biologi Umum. Jakarta : Erlangga.
Susanto, Agus Heri. 2011. GENETIKA. Yogyakarta : Graha Ilmu
Tim Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Universitas
Negeri Makassar
LAMPIRAN
Jawaban:
1. Nilai frekuensi gen dominan dalam kelas adalah
a. 10,20 %
b. 55,10 %
c. 65,30 %
d. 65,30 %
e. 12,24 %
f. 93,87 %
g. 28,57 %
h. 55,10 %
i. 16,32 %
2. Nilai frekuensi gen resesif dalam kelas adalah
a. 85,71 %
b. 40,81 %
c. 30,61 %
d. 30,61 %
e. 83,67 %
f. 2,04 %
g. 67,34 %
h. 40,81 %
i. 79,59 %
Sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu individu ditentukan oleh faktor pembawa sifat
keturunan yang disebut dengan gen. Gen tertentu membawa sifat tertentu pula. Gen
yang membawa suatu sifat dilambangkan dengan huruf pertama dari sifat tersebut.
Susunan/komposisi gen pada suatu makhluk hidup disebut dengan genotipe. Genotipe
ini biasanya dilambangkan dengan dua huruf karena setiap individu memiliki susunan
kromosom yang diploid (2n). Genotipe itu akan membawa sifat tertentu yang akan
muncul dan dapat diamati pada individu yang bersangkutan. Dengan kata lain ekspresi
dari genotipe itulah yang disebut dengan fenotipe. Misalkan: genotipe untuk sifat
batang tinggi disimbulkan dengan huruf TT. Genotipe TT ini akan mengekspresikan
sifat batang tinggi. Fenotipe batang tinggi merupakan sifat-sifat morfologi yang tampak
dan dapat diamati secara langsung dengan panca indera.
Fenotipe suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotipe dengan faktor
lingkungan. Hal ini berarti juga bahwa lingkungan berpengaruh terhadap ekspresi suatu
gen. Sebagai contoh, dua tanamanan yang sama ditaruh pada tempat/lingkungan yang
berbeda akan menampakkan fenotipe yang berbeda pula. Dalam hal ini, faktor-faktor
lingkungan mengarahkan ekspresi suatu gen.
Pada suatu perkawinan/persilangan antara tanaman berbatang tinggi dengan
tanaman berbatang rendah, ternyata dihasilkan keturunan baru yang semuanya
berbatang tinggi. Dalam hal ini gen pembawa sifat batang tinggi bersifat dominan.
Sebaliknya, gen untuk sifat batang rendah bersifat resesif. Suatu gen dikatakan
dominan apabila gen tersebut menutupi atau mengalahkan ekspresi gen pasangannya.
Pasangan gen ini selanjutnya disebut alel. Sedangkan gen yang ditutupi atau gen yang
dikalahkan ekspresinya disebut gen resesif. Untuk gen dominan dilambangkan dengan
huruf kapital (T) sedangkan untuk gen resesif dilambangkan dengan huruf kecil (t).
Sifat batang tinggi (T) dominan terhadap sifat batang rendah (t). Dari contoh ini dapat
kita tuliskan genotipe individu yang berbatang tinggi yaitu TT, Tt dan untuk sifat
batang rendah dituliskan dengan tt.

Anda mungkin juga menyukai