Anda di halaman 1dari 10

BAB II

Tinjauan Pustaka
Plasma darah adalah cairan yang mengandung sel-sel darah. Di dalam plasma darah terlarut
berbagai macam zat antara lain zat makanan, protein, zat sekresi dan gas (O2, CO2, dan N2).
Plasma darah mengandung serum yang berfungsi sebagai tempat pembentukan antibodi.
Selain darah, cairan tubuh yang lain adalah limfe. Cairan limfe terbentuk dari air, glukosa,
lemak, dan garam. Limfe berfungsi sebagai alat pengangkut cairan dan protein, emulsi lemak,
dan penghasil antibodi. Komponen seluler limfe terdiri dari limfosit dan granulosit. 55% dari
jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa
air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan
karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.
Plasma darah merupakan bagian cair yang berwarna kekuningan, terdiri atas:

Kandungan Plasma Darah Fungsi

Air Pelarut zat-zat lain

Protein Mempertahankan keseimbangan air pada


a. Albumin darah dan jaringan; mengatur volume darah

b. Globulin (alfa, beta, gama) Membantu transportasi lemak, vitamin, dan


hormon; pertahanan tubuh (antibodi)

c. Protein penggumpal darah (fibrinogen dan Berperan dalam proses penggumpalan Darah
protrombin)

Garam-garam (ion-ion), seperti natrium, Penyeimbang tekanan


kalium, kalsium, magnesium, klorida, dan osmosis, mempertahankan pH (buffer),
bikarbonat. fungsi saraf dan otot, dan
mengatur permeabilitas membran sel

Nutrien, seperti glukosa, asam amino, dan Digunakan oleh sel, makanan cadangan, atau
asam lemah diuraikan

Hormon Memengaruhi aktivitas organ yang Dituju


Karbon dioksida Hasil respirasi sel yang dibawa ke paru-paru
untuk dibuang

Sampah nitrogen Hasil metabolisme yang akan diekskresikan


oleh ginjal

1) hampir 90% air yang di dalamnya terlarut berbagai macam zat, sari makanan, garam
mineral, hormon, enzim, protein, dan zat sisa metabolisme;
2) garam-garam mineral, misalnya NaCl, KCl dan garam-garam fosfat. Adanya garam
menyebabkan tekanan darah dalam pembuluh darah kapiler lebih besar daripada tekanan
darah dalam jaringan sehingga darah yang terdapat di dalam pembuluh kapiler dapat masuk
dalam jaringan. Sebaliknya tekanan darah dalam jaringan lebih besar daripada tekanan darah
pada vena sehingga darah dari jaringan dapat masuk ke vena. Hal ini menyebabkan adanya
keseimbangan pada tekanan darah;
3) protein plasma. Protein tidak hanya terdapat pada sel-sel darah, tetapi juga pada plasma
darah yang terdiri atas:
globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi dan protrombin;
fibrinogen berfungsi dalam proses pembelahan
albumin berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik darah, yaitu dengan adanya
albumindidalam plasma maka tekanan osmotik di dalam sel darah dengan plasma darah kira-
kira sama sehingga cairan plasma tidak dapat ke dalam sel darah
serum plasma darah yang tidak mengandung fibrinogen dan berisi antibody,
antitoksin, berfungsi menetralkan racun,opisimin berfungsi memacu sifat fagosit pada
leukosit.
Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah
dibubuhi zat anti-koagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh
ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat,
plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025
kg/l.
Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya.
Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam
proses pembekuan darah. Plasmapheresis adalah jenis terapi medis yang menyuling
(extraction) plasma darah keluar dari kumpulan partikelnya untuk diolah lebih lanjut dan
memasukkan kembali plasma darah tersebut pada akhir terapi.
B. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal adalah cairan yang berada diotak dan sterna serta ruang
subrachnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. Cairan serebrospinal mempunyai
tekanan yang konstan, dan seluruh ruangan berhubungan satu sama lain.
Letak cairan serebrospinal
Secara anatomis, cairan serebrospinal ditemukan dalam ruang-ruang otak (ventrikel
otak), yaitu pada: Ruang subarakhnoid , Ventrikel otak, Kanal sentralis medula spinalis.
Cairan ini dihasilkan oleh pleksus khoroid yang terdapat pada atap ventrikel ketiga dan
ke empat dan pada dinding medial ventrikel lateral. Cairan serebrospinal dihasilkan secara
aktif dan dalam keadaan normal diimbangi oleh absorbsi kembali ke dalam darah.
Aliran cairan serebrospinal
Aliran cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: dari ventrikel lateral cairan serebrospinal
mengalir ke ventrikel III dan disini jumlah cairan serebrospinal akan bertambah lebih
banyak.Dari ventrikel III cairan serebrospinal mengalir melalui akuaduktus Sylvii ke dalam
ventrikel IV yang juga menghasilkan cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal kemudian
keluar melaluiforamen Magendie dan Luschka masuk ke dalam ruang subarakhnoid. Di
ruang subarakhnoid serebrospinal mengalir ke dalam sinus venosus kranial melalui vili
arakhnoidyang merupakan berkas pia arakhnoid yang menembus duramater untuk kemudian
terletak dalam sinus venosus kranial dan kebawah di sekitar medula spinalis.
Apabila salah satu foramen ventrikel otak mengalami penyumbatan maka cairan
serebro-spinalnya akan terus bertambah, akibatnya ventrikel otak membesar karena tekanan
cairan serebrospinal. Pembesaran ventrikel otak akan menekan unsur-unsur saraf di sekitar
ventrikel. Akibatnya fungsi otak terganggu. Bila hal ini terjadi pada bayi baru lahir
(neonatus), maka kepala bayi tersebut menjadi sangat besar. Keadaaan patologis ini
disebut hidrosefalus.

Fungsi cairan serebrospinal


Fungsi utama dari cairan serebrospinal ini adalah melindungi sistem saraf pusat dari
trauma (tekanan/benturan) dari luar dan mempertahankan lingkungan cairan sesuai untuk
otak serta memberi perlindungan terhadap benturan ringan dan luka mekanik lainnya (sebagai
bumper/penyangga).
Dalam penampakannya, cairan serebrospinal seperti mengapungkan otak dalam air,
sehingga menjadikan otak tetap stabil pada tempatnya walaupun ada benturan dari luar.
C. Urine
Urinalisis adalah analisa fisik, kimia dan mikroskopik terhadap urine. uji urine rutin di
lakukan pertama pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine diperiksa secara
manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai strip reagen
untuk melakukan skrining kimia dengan cepat.
Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih,
dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal.
Berbagai uji urinealisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan dan bau urine diperiksa, serta
pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip reagen. Berat jenis diukur
dengan urineometer, dan pemeriksaan mikroskopik sedimen urine dilakukan untuk
mendeteksi eritrosit, leukosit,epitel,Kristal dan bakteri.
D. Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan
darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam
laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah,
fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia.
a. Sampel plasma dan serum
Persiapan:
Sebelum sampel darah diambil pasien tidak boleh makan/minum apapun kecuali air putih.
Sampel darah yang akan diambil, tergantung jumlah/jenis pemeriksaan laboratorium yang
akan dilakukan. Untuk pemeriksaan medical check-up rutin, biasanya petugas akan
mengambil maksimal 10 cc darah pasien. Namun, jika pemeriksaan yang lebih sederhana,
mungkin darah yang diambil, kurang dari jumlah di atas.
Pengujian:
serum glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT)
Mekanisme: GOT akan mengkatalisis konversi bagian nitrogen asam amino menjadi energi.
GOT ditemukan dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal,
pankreas, dan eritrosit. Pada kerusakan sel-sel tersebut di atas, GOT dalam serum
meninggi.kadar normal: 6-30 /l.
serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT)
Mekansime: GPT mengkatalisis kelompok asam amino dalam siklus Krebs untuk
menghasilkan energi dijaringan. GPT terdapat di sitoplasma sel hati, jantung, dan otot
skelet. Pada kerusakan sel hati GPT meninggi di dalam serum hingga merupakan indikator
kerusakan sel hati. Kadar normal: 7-32 /l.
alkaline phosphatase (ALP)
ALP terdapat di hati, tulang, ginjal, usus, dan plasenta. Pada orang dewasa kadar tinggi
terutama dihati, tulang, usus, dan plasenta. Dan pada waktu trimester kehamilan. Kadar
normal: < 240 /l.
b. Sampel urin
Persiapan :
Puasa dan menghentikan obat-obatan (Puasa diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium
tertentu seperti: asam urat, glukosa puasa dan lipid profil (termasuk lipid profil : total
kolesterol, trigliserida, LDL-kolesterol, HDL-kolesterol, lipoprotein))
Puasa yang benar dianjurkan lamanya 10-12 jam. Selama puasa dilarang mengonsumsi
makan/minum yang mengandung kalori. Hanya boleh mengonsumsi air putih
Pasien tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan sebelum dilakukan pengambilan sampel
Pasien disarankan untuk menampung air seni setelah membuang sebagian kecil air
seninya di awal. Artinya, aliran air seni yang pertamakali dikeluarkan tidak ditampung dalam
wadah. Sampel yang ditampung adalah aliran air seni berikutnya dan aliran air seni terakhir
juga sebaiknya tidak ditampung. Membuang aliran air seni di awal dan akhir tersebut
bertujuan untuk membilas saluran kencing. Harapannya, agar sampel air seni yang diperoleh
dari aliran tengah tersebut dapat benar-benar mewakili kondisi air seni pasien yang
seharusnya diperiksa. Waktu pengambilan sampel urine yang baik adalah urine pagi setelah
bangun tidur.
Sampel-sampel yang sudah diambil akan segera diproses melalui beberapa tahapan,
praanalitik, analitik, pascaanalitik.
Tahap praanalitik, sebenarnya sudah dimulai dari sebelum pasien datang ke laboratorium
seperti persiapan pasien, proses pengambilan sampel, pemberian identitas sampel, pemisahan
sampel, transportasi sampel ke tempat pemeriksaan dan penyimpanan sampel jika
pemeriksaan harus ditunda.
Tahap analitik meliputi semua proses selama sampel diperiksa yang nantinya akan
melibatkan alat pemeriksaan, jenis metode pemeriksaan, kalibrasi alat, reagen dan quality
control.
Tahap pascaanalitik menyangkut cara pelaporan hasil-hasil laboratorium.
Pengujian (makroskopik)
Warna urine ditentukan oleh besarnya diuresis. Makin besar dieresis, makin muda warna
urine itu. Biasanya warna normal urine berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna
itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin.
Jika didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan normalpun
ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar. Kemungkinan adanya zat warna abnormal,
berupa hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin jugaberasal dari suatu jenis makanan atau
obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
Tujuan : Untuk mengetahui kelainan klinik dengan menentukan warna urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya diuresis, maka besar dieresis makin muda warna urine
tersebut. Warna urine disebabkan oleh urochrome.
Alat :Tabung reaksi , Rak tabung
Sampel : Urine
Prosedur :Mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine, Mengamati dalam sikap serong
Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normalpun akan
menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringn disebut nubecula dan
terjadi dari lender, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.
Sebab-sebab urine keruh dari mula-mula:
Fosfat amorf dan karbonat dalam juml;ah besar. mungkin terjadi sesudah orang makan
banyak.
Bakteri unsur sedimen dalam jumlah besar, seperti eritrosit, leukosit dan sel epitel.cylus dan
lemak benda-benda koloid
Sebab sebab urine keruh menjadi keruh setelah dibiarkan :
Nubecula, urat-urat amorf, fosfat amorf dan karbonat
Bakteri
Tujuan :Untuk mengetahui kelainan klinik dengan menentukan kejernihan urine.
Prinsip :Untuk menggambarkan rupa urine harus dilakukan secepatnya setelah urine
dikeluarkan dengan cahaya tembus. Kejernihan urine dinyatan jernih atau keruh.
Alat :Tabung reaksi, Rak tabung
Sampel :Urine
Prosedur : Mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine,mengamati dalam sikap serong
Bau
Bau urine yang normal disebabkan untuk sebagaian oleh asam-asam organic yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dari yang normal.
Tujuan : Untuk mengetahui kelainan klinik dengan menentukan bau urine
Prinsip :Bau urine barasal dari sebagian oleh asam-asam organic yang mudah menguap
Alat :Tabung reaksi, rak tabung
Sampel :Urine
Prosedur : mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine, bau urine tersebut dengan indra
pencium
pH
pH tidak banyak berarti dalam pemeriksaan penyaring. Akan tetapi pada gangguan
keseimbangan asam-basa penetapan itu memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh, apalagi
jika disertai penetapan jumlah asam yang diekskresikan dalam waktu tertentu, jumlah ion
NH4.Selain pada keadaan tadi pemeriksaan Ph urine segar dapat member petujnjuk kearah
infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan
infeksi oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi
basa.
Tujuan : Mengetahui petunjuk ke arah etiologi pada infeksi kencing
Sepotong kertas isap terdapat 1 sampel 2 macam indicator, biasanya methyl red dan
bromtimol blue. Perubahan warna kedua indicator bersama menyebabkan warna pada kertas
yang mengandung indicator dalam keadaan kering berubah antara pH 5 dan pH 9 dari jingga
melalui hijau sampai biru.
Alat :Tabung reaksi, Indicator universal
Sampel : Urine
Prosedur : Mengisi tabung reaksi dengan 2/3 urine,mencelupkan kertas indicator pada
urine, kemudian mencocokkan dengan skala warna pembanding.
Pengujian (kimia):
Ureum merupakan hasil metabolisme protein,ureum di bentuk dari amonia dalam hati dan di
ekskresi oleh ginjal. Kadar normal: 10,0 50,0 mg/dl
Asam urat :merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh
berlebih. Kadar normal: Laki-laki 3,4 7,0 mg/dl,dan perempuan 2,4 5,7 mg/dl.
c. Cairan Serebrospinal
Sampel diperoleh melalui pungsi lumbal dengan jarum dan Anda perlu protokol untuk total
aseptis untuk pengadaan.
Pengujian :
Warna
Cairan serebrospinal normal tidak berwarna. Adanya warna pada cairan ini biasanya
menunjukkan hal abnormal.
a. Xantokrom (kekuningan): perdarahan subarakhnoid, meningitis tuberkulosis, dan neonatus
normal.
b.Kuning: hiperbilirubinemia, hemolisis.
c.Oranye: hiperkarotenemia, hemolisis.
d.Merah muda: hemolisis.
e.Hijau: hiperbilirubinemia, meningitis bakterial.
f. Coklat: meningitis melanomatosis.
Hitung sel
Cairan serebrospinal normal hanya mengandung 0-5 leukosit/mm3.
Pada pasien meningitis purulen (bakterial), dapat ditemukan jumlah sel lebih dari 100-1000
leukosit/mm3. Jumlah sel lebih dari normal, tapi kurang dari 100, dapat ditemukan pada
meningitis viral. Penyebab jumlah sel di cairan serebrospinal meningkat selain infeksi antara
lain penyakit keganasan, perdarahan intraserebral, dan setelah serangan kejang.
Dominasi sel netrofil atau sel polimorfonuklear (PMN) dapat ditemukan pada meningitis
bakterial stadium awal. Dominasi eosinofil cukup sering berkaitan dengan meningitis atau
ensefalitis oleh parasit. Sedangkan dominasi limfosit-monosit (mononuklear / MN)
ditemukan pada meningitis viral, tuberkulosis, atau fungal.
Protein
Protein pada cairan serebrospinal normal mengandung 18-58 mg/dL protein.
Peningkatan protein dapat terjadi akibat infeksi, perdarahan, multiple sclerosis, dan
keganasan. Sedangkan protein yang rendah mungkin ditemukan pada bayi atau anak berusia
di bawah 2 tahun dan pada intoksikasi air. Hipoproteinemia atau hipoalbuminemia tidak
menyebabkan protein cairan serebrospinal menurun.
Glukosa
Glukosa pada cairan serebrospinal biasanya sama dengan 2/3 kali glukosa darah orang yang
bersangkutan 2-4 jam sebelumnya.
Satu-satunya penyebab peningkatan glukosa pada cairan serebrospinal adalah diabetes
melitus. Namun glukosa cairan dalam kasus ini tidak pernah melebihi 300 mg/dL.
Penurunan glukosa cairan serebrospinal biasanya disebabkan infeksi. Infeksi bakteri
menyebabkan glukosa turun sampai sangat rendah, namun infeksi virus yang hanya
menyebabkan glukosa turun sedikit. Pemeriksaan ini tidak selalu sensitif menyingkirkan
infeksi karena 50% pasien meningitis menunjukkan kadar glukosa cairan serebrospinal
normal.
Kultur
Untuk menyingkirkan atau mengkonfirmasi diagnosis infeksi, baik ensefalitis maupun
meningitis, dapat dilakukan kultur cairan serebrospinal terhadap beberapa mikroorganisme.
Mikroorganisme yang dimaksud antara lain pneumococcus, meningococcus, Haemophilus
influenza (bakteri), Enterovirus (virus), Mycobacterium tuberculosis (tuberkulosis),
dan Cryptococcus neoformans (fungal). Dalam kasus tertentu mungkin juga perlu diperiksa
kemungkinan toksoplasmosis.
Selain pemeriksaan rutin di atas, kadang juga diperiksa uji aglutinasi lateks untuk
Haemophilus influenza dan PCR (polymerase chain reaction). Aglutinasi lateks merupakan
uji antigen-antibodi yang bermanfaat pada kasus meningitis Haemophilus yang sudah
mendapat pengobatan sebagian; karena pemeriksaan kultur pada kasus ini mungkin memberi
hasil negatif. Sedangkan PCR merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk berbagai jenis
penyebab infeksi sistem saraf pusat, namun biayanya masih cukup tinggi dan belum tersedia
di seluruh laboratorium.
BAB III
KESIMPULAN

Dalam melakukan pemeriksaan kilinik beberapa hal yang perlu diketahui seorang
pasien adalah tujuan melakukan pemeriksaan laboratorium, jenis pemeriksaan laboratorium
apa yang akan dilakukan, jenis sampel yang akan diperiksa (darah, urine, feses atau cairan
tubuh yang lain), persiapan yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel, waktu
pengambilan sampel yang baik (pagi, siang, malam) agar diperoleh hasil laboratorium yang
valid.
Pemeriksaan satu jenis uji laboratorium tidak akan mampu mengetahui semua
jenis penyakit. Justru, satu jenis penyakit bisa memerlukan beberapa jenis pemeriksaan
laboratorium, misalnya, untuk penyakit hati/liver, pemeriksaan laboratorium yang
dibutuhkan cukup banyak seperti : albumin, SGOT, SGPT, ALP, gamma GT, HBsAg, Anti-
HCV, bilirubin.

Anda mungkin juga menyukai