Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang

dikategorikan dalam DSM-IV. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan delusi somatik

lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik yang

dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform lainnya tidak menunjukkan

gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa saja merupakan pernyataan gejala

fisik yang dilebih-lebihkan, yang justru akan memperberat gejala fisik yang disebabkan

oleh keyakinan bahwa pasien tersebut sedang sakit dan keadaannya lebih buruk dari

keadaan yang sebenarnya. Gangguan somatoform diperkenalkan pada DSM-III sebagai

kriteria diagnosis bagi gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan secara medis.

Suatu penelitian yang terbaru menyatakan bahwa prevalensi hipokondriasis dalam


enam bulan mencapai 4 sampai 6 persen dari keseluruhan populasi medis umum, namun
demikian angka presentase ini dapat mencapai 15 persen. Laki-laki dan wanita
mempunyai perbandingan yang sama untuk menderita hipokondriasis. Walaupun onset
penyakit dapat terjadi pada keseluruhan tingkatan umur, hipokondriasis paling sering
terjadi pada umur 20 sampai 30 tahun. [2,3] Gangguan hipokondrial primer lebih sering
terjadi pada orang-orang golongan social lebih rendah, orang muda, lansia dan bangsa
Yahudi. Hipokondriasis juga didapatkan pada 3 persen mahasiswa kedokteran terutama
pada dua tahun pertamanya, namun keadaan ini hanyalah hipokondriasis yang
bersifat sementara. Beberapa bukti menyatakan bahwa diagnosis adalah lebih
sering diantara kelompok kulit hitam dibandingkan kulit putih. Status perkahwinan
tampaknya tidak mempengaruhi diagnosis.

Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang


diketegorikan dalam DSM-V. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan delusi somatik
lainnya
oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik yang dirasakan
oleh
penderitanya, dimana gangguan somatoform lainnya tidak menunjukkan gejala fisik di
dalam
dirinya. Gejala yang timbul bisa saja merupakan pernyataan gejala fisik yang
dilebih-
lebihkan, yang justru akan memperberat gejala fisik yang disebabkan oleh keyakinan
bahwa
pasien tersebut sedang sakit dan keadaannya lebih buruk dari keadaan yang sebenarnya.
[1,2]
Hipokondriasis dan gangguan somatoform yang lain merupakan gangguan psikiatri
paling sulit dan kompleks untuk diterapi secara medis. Gangguan somatoform sendiri
adalah
suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik dimana tidak ditemukan
penjelasan
medis yang adekuat.
[2]
Hipokondriasis dapat didefinisikan sebagai kekhawatiran berlebihan
bahwa penderita mengalami penyakit serius dan preokupasi morbid terhadap tubuh atau
keadaan sehat, yang tidak sebanding dengan penyakit medis sebenarnya, serta yang
muncul
hampir setiap saat.
[1]
Istilah hipokondriasis juga digunakan untuk menunjukkan tidak hanya
gangguan
independen primer, tetapi juga kepribadian atau gejala pada sejumlah gangguan
psikiatrik
misalnya depresi. Gejala-gejala hipokondriasi sebenarnya paling sering terlihat
sebagai
gambaran gangguan depresif. Istilah hipokondriasis berasal dari kepercayaan kuno
bahwa
keadaan tersebut disebabkan oleh gangguan fisik nyata pada organ-organ di bawah
(hipo-)
margo costalis (kondrika).
[3]
Seperti kelainan psikiatri lain, gangguan somatoform, terutama hipokondriasis
membutuhkan perencanaan terapi yang kreatif, kaya dan bersifat biopsikososial oleh
klinisi
yang meliputi dokter umum, sub-spesialis dan ahli psikiatri professional.
Strategi
penatalaksanaan pada hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial
dan
psikoterapi.

Anda mungkin juga menyukai