Anda di halaman 1dari 28

STEP 7 LBM 5 SKN

1. Apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip, metode, ruang lingkup,


hakekat dan program dari Hiperkes?
Definisi :

Hiperkes adalah lapangan kesehatan yang meliputi pemeliharaan


dan peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja melalui
pengobatan,perawatan serta menciptakan higiene perusahaan yang
memenuhi syarat. Higiene perusahaan merupakan spesialisasi
kesehatan lingkungan yang meliputi tindakan pencegahan dan
pengendalian terhadap faktor-faktor pengganggu kesehatan
karyawan yang bersifat medis.

Tujuan :

a. Agar masyarakat pekerja seperti karyawan, pegawai dapat mencapai


derajata kesehatan setinggi2nya baik fisik, mental, maupun sosial
b. Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya-bahaya
pengotoran dari bahan2 perusahaan
c. Agar hasil perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat lainnya
d. Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan
dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan

Entjang, Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2000


tujuan higiene perusahaan
Hakikatnya adalah
o sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya, yang dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja
o sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada
meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam
produksi
Dari situ dapat dirinci mengenai tujuan utama Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung
Agung
Jakarta
Manfaat
Hygiene perusahaan :
Melindungi pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan atau industri
dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul.
Sasaran suatu kegiatan Higiene Perusahaan adalah lingkungan dengan jalan
pengukuran-pengukuran agar tahu bahaya-bahaya yang ada atau mungkin
timbul kualitatif dan kuantitatif, dan dengan pengetahuan tentang bahaya
tersebut diadakan usaha-usaha perbaikan serta pencegahan.
Sumber : Dr. sumamur P.K., M.Sc. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
Gunung Agung. Jakarta. 2009.
i. Untuk Pengamatan dengan pengumpulan data.
ii. Merencanakan dan melaksanakan pengawasan terhadap
segala kemungkinan gangguan kesehatan tenaga kerja dan
masyarakat disekitar perusahaan.
Sumber : dr. Dainur. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Widya Medika. Jakarta. 1992.

Metode
a. Pengenalan lingkungan bermanfaat guna mengetahui secara kualitatif
bahaya potensial di tempat kerja, menentukan lokasi, jenis dan metode
pengujian yang perlu dilakukan.
b. Penilaian / evaluasi lingkungan dilakukan pengukuran, pengambilan
sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat
ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta
membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga
dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau
tidak korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan
lingkungannya, serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
c. Pengendalian metode teknik untuk menurunkan tingkat faktor bahaya
lingkungan sampai batas yang masih dapat ditolerir dan sekaligus pekerja.
- Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures)
Disain dan tata letak yang adekuat
Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada
sumbernya.
Pengendalian perorangan (Personal Control Measures)
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif
lain untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun
alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat .
Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap zat
tertentu yang berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya
bahaya kesehatan di lingkungan kerja.
Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang
penting, terutama untuk para pekerja yang dalam
pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia serta partikel
lain.

Program

a. Upaya promotif
Bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas kerja
melalui penerapan pola hidup sehat
Contoh :
Pendidikan dan penyuluhan PHBS
Perbaikan gizi dan pemberian makanan sehat
Pemeliharaan tempat kerja
Olahraga fisik dan kebugaran
b. Upaya preventif
Bertujuan untuk memberi perlindungan kepada pekerja jika ada gangguan
akibat kerja.
Contoh:
Pemeriksaan kesehatan awal, berkala, dan khusus pada karyawan
Identifikasi dan pengukuran potensi risiko kesehatan di tempat kerja
Pengendalian bahaya lingkungan kerja
Surveilans penyakit akibat kerja
Pemeriksaan kualitas air minum dan kebersihan makanan atau pekerja
dari kantin perusahaan
c. Upaya Kuratif
Diberikan kepada pekerja yang sudah menunjukkan gangguan kesehatan
atau gejala dini
Contoh:
Pertolongan pertama
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Deteksi dini dan pengobatan segera
PAK dan K3
d. Upaya rehabilitatif
Diberikan kepada pekerja yang karena penyakit atau kecelakaan yang telah
mengakibatkan cacat, sehingga pekerja tidak mampu bekerja secara
permanen.

Pelayanan rujukan
Rujukan kepada dan bagi pasien kepada layanan kesehatan yang lebih tinggi
derajatnya.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit2 dan kecelakaan2 akibat


kerja.
Pemeliharan dan peningkatan kesehatan kerja.
Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktivitas tenaga
manusia.
Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada
umumnya seperti kebersihan ruangan2, cara pembuangan sampah/
sisa2 pengolahan dsb.
Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar
dari pengotoran oleh bahan2 dari perusahaan yang bersangkutan.
Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya2 yang mungkin
ditimbulkan oleh hasil2 produksi perusahaan.
Entjang, Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2000

Program higiene perusahaan


pengembangan program penerapan Higiene Perusahaan dapat dilakukan
melalui ;
program pengenalan, pengujian dan pengendalian potensi bahaya di
tempat kerja.
Program pemantauan lingkungan kerja
Program pelatihan dan informasi lingkungan kerja
Program penyusunan standar / NAB
Program perekayasaan alat deteksi
Program riset berkaitan dengan kesehatan / kedokteran
Program pembuatan label, tanda peringatan
Program koordinasi dan kerjasama dengan unit / bagian lain di perusahaan
dan instansi / profesi lain yg terkait.
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005

Ruang Lingkup
(a)Ilmu kedokteran kerja (Occupational medicine).
(b) Ilmu higene perusahaan (Industrial hygiene)
(c) Ilmu keracunan perusahaan (Industrial toxicology).
(d) Ilmu faal kerja dan lingkungan (Work and environmental physiology).
(e) llmu jiwa perusahaan (Industrial psychology).
(f) Ilmu perawatan perusahaan (Industrial nursing).
(g) Ilmu keselamatan kerja (Occupational safety).
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005

2. Apa perbedaan Hiperkes dengan kesehatan masyarakat?


3. Apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip, metode, ruang lingkup, dari
ergonomi?

Definisi

Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Ergon = kerja dan
Nomos = peraturan/hukum
Ergonomi merupakan suatu ilmu terapan yang mempelajari dan mencari
pemecahan persoalan yang menyangkut faktor manusia dalam proses
produksi.
Ramandhani, A.S., 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang : UNDIP

Tujuan

a. Memaksimalkan efisiensi karyawan


b. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja
c. Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman, dan bersemangat
d. Memaksimalkan bentuk kerja yang meyakinkan
Ergonomi manusia peralatan dan lingkungan, dr.gempur santoso,2004

Prinsip

a. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh


bentuk, susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin,
penempatan alat-alat petunjuk,cara-cara harus melayani mesin
(macam gerak, arah, kekuatan,dsb.)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil
ukuran terbesar sebagai dasar, serta diatur denagn cara tertentu, shg
ukuran tersebut dapat dikecilkan atau dibesarkan/ dilebarkan.
Misalnya: tempat duduk yang dapat dinaikturunkan dan dimajukan /
diundurkan.
c. Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk
penempatan alat-alat kerja al :
i. Berdiri : tinggi badan ,tinggi bahu, tinggi saku, tinggi
pinggul,panjang lengan.
ii. Duduk : tinggi duduk, panjang lengan atas , panjang lengan
bawah, jarak lekuk lutut.
d. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan dengan berdiri , tinggi kerja
sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku.
e. Dari segi otot , sikap duduk ayng paling baikadalah sedikit
membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang dianjurkan duduk
tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak
lemas.
f. Tempat duduk yang baik :
i. Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang
sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan
datar.
ii. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
iii. Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan menekan
pada punggung.
g. Arah pengliahtan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat
kebawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk arag penglihatan antara
32-44 derajat kebawah.Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap
kepala istirahat.
h. Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 kg.
i. Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari. Lebih dari
itu efisiensi dan kualitas kerja menurun.
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin , penempatan alat-
alat petunjuk, cara-cara harus melayani mesin(macam gerak, arah
dan kekuatan)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri harus diambil
ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara ,
sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh
tenaga kerja yang lebih kecil contoh:kursi dapat dinaik turunkan ,
tempat duduk yang dapat distel maju mundur dll
c. Ukuran-ukuran antropemetri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran
dan penempatan alat-alat industri:
d. Ukuran ukuran kerja

Ergonomi manusia peralatan dan lingkungan, dr.gempur


santoso,2004

Ruang lingkup ergonomic?


Ergonomi fisik; berkaitan dengan anatomi tubuh manusia,
anthropometri, karakteristik fisiologi dan biomekanika yang
berhubungan dengan aktivitas fisik
Ergonomi kognitif; brrkaitan dengan proses mental manusia,
termasuk didalamnya; persepsi,ingatan, dan reaksi sebagai akibat
dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen system
Ergonomi organisasi ; berkaitan dengan optimalisasi system
sosioteknik, termasuk struktur organisasi, kebijakan dan proses
Ergonomi lingkungan; berkaitan dengan pencahayaan, temperature,
kebisingan dan getaran

Metode ergonomic?
o Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist
dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai
dari yang sederhana sampai kompleks.
o Treatment, pcmecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar
pada. saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi
meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, membeli furniture
sesuai dengan dimensi fisik pekerja
o Follow up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif
misalnya dengan menanyakan kenyamanan bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain
Ergonomi manusia peralatan dan lingkungan, dr.gempur santoso,2004

Penerapan ergonomic?
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin , penempatan alat-
alat petunjuk, cara-cara harus melayani mesin(macam gerak, arah
dan kekuatan)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri harus diambil
ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara ,
sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh
tenaga kerja yang lebih kecil contoh:kursi dapat dinaik turunkan ,
tempat duduk yang dapat distel maju mundur dll
c. Ukuran-ukuran antropemetri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran
dan penempatan alat-alat industri:
d. Ukuran ukuran kerja

Manfaat
Bagi petugas kesehatan = Acuan untuk pelasanaan program/kegiatan
ergonomi kerja

Bagi pekerja = Status kesehatan terjaga dan meningkat , Kinerja dan


produktifitas meningkat
Bagi perusahaan/tempat kerja = Meningkatnya citra/image tempat
kerja

Terciptanya lingk. tempat kerja sehat, aman,nyaman,efektif, dan efisien

Meningkatnya hasil produksi

Ergonomi manusia peralatan dan lingkungan, dr.gempur santoso,2004

4. Apa definisi, tujuan, manfaat, prinsip, metode, ruang lingkup,


syarat, program, faktor-faktor dari K3?

Definisi

Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat


atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja
dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan
perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan
kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan
akibat kerja atau lingkungan kerja.
Secara implisit rumusan atau batasan ini, bahwa hakikat kesehatan kerja
mencakup dua hal, yakni pertama, sebagai alat untuk mencapai derajat
kesehatan tenaga kerja yang. setinggi-tingginya. Kedua, sebagai alat
untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningkatnya
efisiensi dan produktivitas.
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar.
Jakarta : Rineka Cipta

Tujuan

Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan


kecelakaan akibat kerja
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja
Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja
Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja
Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar
dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan
tersebut
Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar.Jakarta : Rineka Cipta

Manfaat

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang


hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena
menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
partisipasi dan ras
kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Schuler, Randall S. dan Susan E. Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya


Manusia: Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta: Erlangga.

1. PenguranganAbsentisme.Perusahaanyangmelaksanakanprogram
keselamatandan

kesehatankerjasecaraserius,akandapatmenekanangkarisikokecelakaan
danpenyakitkerjadalamtempatkerja,sehinggakaryawanyangtidakmasuk
karenaalasancederadansakitakibatkerjapunjugasemakinberkurang.

2. PenguranganBiayaKlaimKesehatan.Karyawanyangbekerjapada
perusahaanyangbenarbenarmemperhatikankesehatandankeselamatan
kerjakaryawannyakemungkinanuntukmengalamicederaatausakitakibat
kerjaadalahkecil,sehinggamakinkecilpulakemungkinanklaim
pengobatan/kesehatandarimereka.

3. PenguranganTurnoverPekerja.Perusahaanyangmenerapkanprogram
K3mengirim
pesanyangjelaspadapekerjabahwamanajemenmenghargaidan
memperhatikankesejahteraanmereka,sehinggamenyebabkanparapekerja
menjadimerasalebihbahagiadantidakinginkeluardaripekerjaannya.

4. PeningkatanProduktivitas.HasilpenelitianyangdilakukanolehWahyu
Sulistyarini(2006)diCV.Sahabatklatenmenunjukkanbahwabaiksecara
individualmaupunbersamasamaprogramkeselamatandankesehatankerja
berpengaruhpositifterhadapproduktivitaskerja.

RobianaModjo.2007.ModulPromosiKesehatandanKeselamatanKerja.

http://www.staff.ui.ac.id/internal/132096019/modulpromosikesehatandan
keselamatankerja.pdf.Diakses29September2010.

Faktor2 K3?

Tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah untuk mencapai kesehatan


masyarakat pekerja dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Untuk
mencapai itu diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi
masyarakat pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang penulis sebut sebagai
diterminan kesehatan, kerja, yang mencakup tiga faktor utama, yakni:
beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan kemampuan
kerja.
1. Beban kerja
Setiap pekerjaan apa pun jenisnya apakah pekerjaan tersebut
memerlukan kekuatan otot. atau pemikiran, adalah merupakan beban
bagi yang melakukan. Dengan sendirinya beban ini dapat berupa beban
fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan
si pelaku. Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban
kerja para karyawan atau pekerja dengan cara merencanakan atau
mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja. Misalnya alat
untuk mengangkat barang yang berat diciptakan gerobak, untuk
mempercepat pekerjaan tulis menulis diciptakan mesin ketik, untuk
membantu mengurangi beban hitung-menghitung diciptakan kalkulator
atau komputer, dan sebagainya.
2. Beban tambahan
Di samping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja atau karyawan,
pekerja sering atau kadang-kadang memikul beban tambahan yang
berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban tambahan karena lingkungan
tersebut mengganggu pekerjaan, dan harus diatasi oleh pekerja atau
karyawan yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat dikelompokkan
menjadi 5 faktor yakni:
Faktor fisik, misalnya: penerangan / pencahayaan yang tidak
cukup, suhu udara yang panas, kelembapan yang, tinggi atau
rendah, suara yang bising, dan sebagainya.
Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang menimbulkan
gangguan kerja, misalnya: bau gas, uap atau asap, debu, dan
sebagainya.
Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuhan-
tumbuhan yang menyebabkan pandangan tidak enak dan
mengganggu misalnya: nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang
tak teratur, dan sebagainya.
Faktor fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan
ukuran tubuh atau anggota badan misalnya: meja atau kursi yang
terlalu tinggi atau pcndek.
Faktor social-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis
misalnya: adanya klik, gosip, cemburu, dan sebagainya.
3. Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pckerjaan berbeda dengan
seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama,
dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaan ini
disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah
kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas.
Artinya kemampuan tersebut dapat berkembang karena pendidikan atau
pengalaman tetapi sampai pada batas-batas tertentu saja. Jadi, dapat
diumpamakan kapasitas ini adalah suatu wadah kemampuan yang
dipunyai oleh masing-masing orang.
Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: gizi dan
kesehatan ibu, genetik, dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini
mempengaruhi atau menentukan kemampuan seseorang. Kemampuan
seseorang dalam melakukan pekerjaan di samping kapasitas juga
dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaran, gizi,
jenis kelamin, dan ukuran-ukuran tubuh. Kemampuan tenaga kerja pada
umumnya diukur dari keterampilannya dalam melaksanakan pekerjaan.
Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin
efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam
melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang
efisien, berarti beban kerjanya relatif rendah. Peningkatan kemampuan
tenaga kerja ini akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan
produktivitas kerja. Program perbaikan gizi melalui pemberian makanan
tambahan bagi tenaga kerja, terutama bagi pekerja kasar misalnya,
adalah merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas kerja.
(Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo)

Pencegahan dalam K3
o Substitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan
yang kurang atau tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan
maupun mutunya
o Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya
dalam perusahaan.Misalnya menyendirikan mesin-mesin yang sangat
gemuruh, atau proses-proses yang menghasilkan gas atau uap yang
berbahaya.
o Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar
kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini akan lebih
rendah dari nilai ambang batasnya
o Ventilasi keluar setempat
Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruang kerja agar bahan-bahan
yang berbahaya dihisap dan dialirkan keluar. Sebelum dibuang ke udara
bebas agar tidak membahayakan masyarakat, udara yang akan dibuang ini
harus diolah terlebih dahulu.
o Mempergunakan alat pelindung perseorangan
Para karyawan dilengkapi dengan alat pelindung sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Misalnya: masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, dll
o Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
Para karyawan atau calon karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan psikis)
agar penempatannya sesuai dengan jenis pekerjaan yang dipegangnya
secara optimal
o Penerangan atau penjelasan sebelum kerja
Kepada para karyawan diberikan penerangan/penjelasan sebelum kerja
agar mereka mengetahui, mengerti dan mematuhi peraturan-peraturan
serta agar lebih berhati-hati
o Pemeriksaan kesehatan ulangan pada para karyawan secara berkala
Pada waktu-waktu tertentu secara berkala dilakukan pemeriksaan ulangan
untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit akibat kerja pada tingkat awal
agar pengobatan dapat segera
o Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Para karyawan diberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja
secara kontinyu dan teratur agar tetap waspada dalam menjalankan
pekerjaannya
Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung
Jakarta
PROGRAM K3
Program pemeriksaan kesehatan pendahuluan pada calon tenaga kerja.
Bertujuan memeriksa kesehatan fisik dan mental, terutama untuk seleksi
tenaga kerja yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang tersedia, di
samping itu juga mengumpulkan data sebagai data dasar bagi
pemerintahan kesehatan berikutnya, setelah menjadi tenaga kerja tetap
di perusahaan tersebut.
Program pemeriksaan kesehatan berkala yang langsung dilakukan saat
tenaga kerja melakukan kegiatan pada bidang pekerjaannya. Program ini
bertujuan mengamati/supervisi berdasarkan data dasar tentang
kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan. Dalam pengamatan tersebut,
terutama diamati sikap menyal dalam melakukan pekerjaan, dan
keadaan kesehatan menyeluruh saat melakukan pekerjaan. Tujuan
utamanya adalah mengamati segala kemungkinan yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kelancaran pekerjaan mereka.
Program pengobatan jalan, perawatan, pertolongan gawat darurat
dirumah sakit dan sub unitnya lainnya.
Program pengembangan ketrampilan serta pengetahuan tenaga unit
kesehatan kerja, dan juga program pengembangan perangkat teknis
kedokteran, dll
Program penyuluhan kesehatan. Merupakan program yang berintikan
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan tenaga kerja sendiri,
misalnya tata kehidupan dan pekerjaan yang sesuia dengan kaidah
kesehatan, terutama yang menyangkut kebersihan, penggunaan alat
pelindung/pengaman (helm, masker, air plug dll) yang mampu
melindungi gangguan kesehatan serta kecelakaan. Program penyuluhan
terutama diarahkan pada berbagai masalah yang ditemukan dari hasil
pengamatan/supervisi. Pelaksanaan program penyuluhan dapat
dilakukan secara masal ataupun pada saat supervisi.
(Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur)

Program kesehatan kerja


a. Identifikasi potensi bahaya yakni dengan mengenal ondisi di tempat
kerja, misalnya : jam kerja yg berlebihan, pengaturan waktu kerja-
istirahat, adanya potensi bahaya akibat bising, radiasi, debu, tekanan
panas, bahan kima, aspek biologik, psikososial dan faktor ergonomik.
b. Analisis resiko melalui penilaian kemungkinan potensi bahaya menjadi
manifest dan sekaligus mengupayakan langkah pengendalian sehingga
risiko yg mungkin timbul dapat dikurangi tau dieliminasi.
c. Survailan kesehatan pekerja melalui pengujian kesehatan secara awal,
berkala dan khusus guna deteksi dini kemungkinan terjadinya gangguan
kesehatan atau penyakit yg diderita pekerja dan mengupayakan cara
mengatasinya. Pada berbagai kondisi tertentu perlu pemeriksaan fungsi
paru (Spirometri), Rontgen, Audiometri, uji kelelahan dsb
d. Pemantauan biologik yakni upaya yg lebih spesifik untuk memantau
pengaruh pekerjaan atau lingkungan kerja pada kesehatan pekerja
melalui pemeriksaan kadar bahan kimia atau metabolitnya didalam
darah atau urine (timah hitam, merkuri, pestisida, dll).
e. Pengendalian lingkungan kerja yg meliputi juga cara/sistem kerja dan
dilaksanakan bersama ahli higiene perusahaan , sanitasi dan disiplin
lain yg terkait.
f. Pelayanan kesehatan kerja yg bersifat komprehensif meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan bukan semata-mata
mengobati keluhan, gejalaatau penyakit saja.
g. Konsultasi dan komunikasi yg dilaksanakan secara berkelanjutan,
dengan berbagai institusi yg menangani kesehatan kerja, organisasi
pekerja, dokter/paramedis perusahaan, ahli kedokteran kerja.
h. Pelatihan kesehatan kerja guna meningkatkan ketrampilan pihak
manajer, supervisor dan pekerja sehingga mampu mengenal , menilai
dan mengendalikan potensi bahaya dan risiko yang ada.
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005

RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA


Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi2nya baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosialnya

Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang


diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerja
Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor2 yang membahayakan
kesehatan
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta
Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja
lebih menfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup
tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja
Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan
akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya
Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan
pendidikan atau ketrampilannya
Budiono, A.M.S., 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang : UNDIP

Usaha / upaya
o Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan
kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.
o Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
o Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktivitas
tenaga kerja.
o Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
o Pemeliharaan-pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi
perusahaan pada umumnya.
o Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar
terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan
yang bersangkutan.
Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan

5. Apa bedanya dokter perusahaan dengan dokter klinik ?

Dokter klinis Dokter perusahaan


Berfokus pada klinik Berfokus pada promotif, prefentif,
kuratif dan rehabilitatif
Peranan Medis : mengadakan
kesehatan program di tempat kerja,
menjalin hubungan dengan tenaga
kerja
Teknis lingkungan kerja : kebersihan
dan sanitasi di lingkungan kerja
Penyesuaian kemampuan fisik pekerja
Teknis administratif : pencatatatn dan
medis ke instansi medis pekerjaan
Perencanaan usaha, pengembangan
HIPERKES di perusahaan
Administrasi rutin di bidang kesehatan
Tugas sosial di pekerjaan : edukator

6. Apa faktor penyebab PAK ? dan apa saja macam PAK ?


(cara/langkah mendiagnosa PAK sampai pelaporan PAK tentang
asbesitosis)

FAKTOR
a. Sifat fisik misalnya berupa : gas, uap, debu, fume, asap mist/kabut
atau fog. Timah hitam dalam bentuk fume lebih beracun dari bentuk
debunya, larutan yang bertekanan uap tinggi (misal benzena) lebih
toksik dibanding larutan yg tekanan uapnya rendah (contoh toluene)
b. Gas yaitu bentuk wujud zat, yg tdk mempunyai bangun sndr,
melainkan mengisi ruang tertutup pd keadaan suhu dan
tekanan normal. Tingkat wjudnya bs dirubah menjadi cair
atau padat hanya dgn kombinasi meninggikan tekanan dan
menurunkan suhu. Sifat2 gas pd umumnya tidak terlihat,
dlm konsentrasi rendah tdk terlihat, dlm konsentrasi rendah
tdk berbau, dan berdifusi mengisi seluruh ruangan.
c. Uap, yaitu bentuk gas dr zat2, yg dlm keadaan biasanya
berbentuk zat padat atau zat cair dan yg dpt dikembalikan
kpd tingkat wujud semula, baik hanya dgn meninggikan
tekanan, maupun hanya dgn menurunkan suhu saja. Sifat2
uap umumnya tak kelihatan & berdifusi mengisi seluruh
ruang
d. Debu, yaitu partikel2 zat padat, yg disebabkan oleh
kekuatan2 alami atau mekanis kepada pengolahan,
penghancuran, pelembutan, pengapakan yg cepat,
peledakan, dll dr bahan2, baik organik, maupun anorganik,
mis batu, kayu, bijih, logam, arang batu, butir2, dll
e. Kabut yaitu titik cairan halus dlm udara yg terjadi dr
kondensi bentuk uap atau dr pemecahan zat cair mjd tingkat
dispersi dgn cara2 splashing, foming, dll.
f. Fume yaitu partikel2 zat padat yg terjadi oleh karena
kondensasi dr bentuk gas, biasanya sesudah penguapan
benda padat yg dipijarkan dll dan biasanya disertai dgn
oksidasi kimiawi, shg tjd zat2 spt zno, pbo, dll.
g. Awan yaitu partikel2 cair sbg hasil kondensasi dr fase gas.
Sifat2 fume dan awan adalah berflokulasi; kadang2
tergumpal; ukuran partikel2 dibawah 1 mikron, yaitu
diantara 0,10-1 mikron.
h. Asap biasanya dianggap partikel2 zat karbon yg ukurannya
kurang dari 0,5 mikron sbg akibat dr pembakaran tak
sempurna bahan2 mengandung karbon.

b. Sifat kimia : jenis senyawa, besar molekul, konsentrasi dan daya larut.
Sebagai contoh gas mudah larut dalam air (amonia dan sulfur dioksida)
bila terhirup meskipun kadarnya rendah akan mengiritasi saluran nafas
atas. Sedang gas yg tidak mudah larut dalam air (nitrogen dioksida, ozon
dan fosgen) dapat mencapai saluran nafas yg lebih dalam.
c. Port dentre ( Cara masuk dalam tubuh )
Zat kimia masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan (per
inhalasi), saluran cerna (per oral), dan kulit (per dermal). Inhalasi
merupakan cara masuk yang paling sering dalam industri.
d. Faktor individu seperti jenis kelamin, usia, ras, status gizi, kesehatan,
faktor genetik dan kebiasaan lainnya misal ; merokok, minum2an keras
dsb.
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005

MACAM

A. SILICOSIS
Silicosis adala h penyakit yang paling penting dari golongan
pneumokoniasis. Penyebabnya adalah silica hebas (SiO2) yang terdapat
pada debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru-paru.
Tidaklah boleh dilupakan, bahwa silica bebas berlainan dengan garam-
garam silicat yang tidak rnenyebabkan silicosis. Penyakit ini biasanya
terda pat pada pekerja-pekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu
untuk bangunan, di perusahaan granit, di perusahaan keramik, di tambang
timah putih, di tambang besi, di tambang batu bara, di perusahaan tempat
menggerinda besi, di pabrik besi dan baja, dalam proses sandblasting, dan
lain-lain. Singkatnya, penyakit tersebut selalu mungkin terdapat pada
pekerja yang menghirup debu dengan silica bebas di dalamnya.
Masa inkubasi silicosis adalah 2-4 tahun. Sebagaimana umumnya berlaku
untuk penyakit-penyakit, masa inkubasi ini sangat tergantung dari
banyaknya debu dan kadar silica bebas di dalam debu tesebut. Makin
banyak silica bebas yang dihirup ke dalam paru-paru, makin pendek masa
inkubasi penyakit silicosis. Silicosis digolongkan menurut tingkat sakit
penyakit tersebut, yaitu tingkat pertama, kedua, dan ketiga, atau masing-
masing disebut pula tingkat ringan, sedang, dan berat.
1. Tingkat pertama atau silicosis ringan
Ditandai dengan sesak nafas (dyspnea) ketika bekerja, mula-mula
ringan. kemudian bertambah berat. Sepanjang tingkat sakit demikian,
dyspnea merupakan tanda terpenting. Batuk-batuk mungkin sudah
terdapat pada fase pertama ini, tetapi biasanya kering, tidak berdahak.
Keadaan umum penderita masih baik. Gejala-gejala klinis paru-paru
sangat sedikit. Pengembangan paru-paru sedikit terganggu, atau t.idak
sama sekali. Suara pernafasan da lam batas normal. Biasanya gangguan
kemampuan bekerja sedikit sekali atau tidak ada. Mungkin pada pekerja
berusia lanjut didapati hyperesonansi oleh karena emphysema.
Gambaran rontgen menunjukkan bayangan noduli yang terpisah,
bundar dan paling besar diameternya 2 mm. Noduli mungkin terlihat
pada sebagian lapangan paru-paru atau pada seluruhnya, tapi yang
penting adalah terpisahnya noduli satu dengan yang lainnya. Kadang-
kadang noduli tertutup oleh bayangan gelap yang mengesankan adanya
emphysema.

2. Tingkat kedua atau silicosis sedang


Sesak dan batuk menjadi sangat kentara. Tanda-tanda kelainan paru-
paru pada pemeriksaan klinis juga tampak. Dada kurang berkembang.
Suara nafas tidak jarang bronchial. Ronchi terutama terdapat di basis
paru. Selalu ditemui gangguan kemampuan untuk bekerja. Gambaran
rontgen menunjukan bahwa pada seluruh lapangan paru-paru terlihat
noduli, dan terdapat penyatuan dari beberapa noduli membentuk
bayangan yang lebih besar.

3. Tingkat ketiga atau silicosis berat


Sesak mengakibatkan keadaan cacat total. Dapat terlihat hypertrofi
jantung kanan, dan kemudian tanda-tanda kegagalan jantung kanan.
Gambaran paru-paru memperlihatkan daerah-daerah dengan
konsolidasi massif. Sampai kini belumlah jelas bagaimana mekanisme
silica bebas menimbulkan silicosis. Terdapat ernpat buah teori tentang
mekanisme tersebut yaitu:
1) Teori mekanis, yang menganggap permukaan runcing debu-debu
merangsang terjadinya penyakit.
2) Teori elektromagnetis, yang menduga bahwa gelombang-gelombang
elektromagnetislah penyebab silicosis dalam paru-paru
3) Teori silikat, yang menjelaskan bahwa SiO2 bereaksi dengan air dan
jaringan paru-paru, sehingga terbentuk silikat yang menyebabkan
kelainan paru-paru.
4) Teori immunologis, yaitu tubuh mengadakan zat anti yang bereaksi di
paru-paru dengan antigen berasal dari debu.

Pencegahan silicosis dapat dilakukan dengan cara:


a. Substitusi misalnya mengganti kieslguhr dengan batu
kapur untuk pendinginan lambat penghancuran logam, dan
zircon icum sebagai pengganti tepung silica dalam pabrik penuangan
besi atau baja. Untuk gurinda digunakan carborundum, emery, atau
alumina, bukan lagi dari bahan silica. Demikian pula sandblasting,
yaitu proses meratakan permukaan logam dengan debu pasir yang
disemprotkan dengan tekanan tinggi, pasir diganti dengan bubuk
alumina.
b. Penurunan kadar debu di udara tempat kerja
c. Perlindungan diri pada pekerja, antara lain berupa tutup
hidung, yang paling sederhana terbuat dari kain kasa.
d. Ventilasi umum, dengan mengalirkan udara ke ruang kerja
melalui pintu dan jendela, tapi cara ini biasanya mahal harganya.
e. Ventilasi lokal, yang disebut pompa ke luar setempat,
biayanya lebih murah
f. Pompa keluar setempat dimaksudkan untuk menghisap
debu dari tempat sumber debu dihasilkan, dan mengurangi sedapat
mungkin debu di daerah kerja.
Di samping usaha-usaha seperti tersebut di atas, pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja dan berkala adalah penting, Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja berguna misalnya untuk tidak menerima
penderita-penderita sakit paru, dan untuk tidak menempatkan seorang
calon pekerja yang pernah sakit demikian di tempat kerja yang banyak
debu. Terutama penyakit-penyakit seperti TBC paru, bronchitis kronik,
asthma bronchiale, dan lain-lain merupakan alasan kuat menolak para
calon untuk bekerja yang menghadapi silica bebas. Pemeriksaan berkala
dimaksudkan untuk menemukan penderita-penderita silicosis sedini
mungkin; yang kemudian dapat segera dipindahkan pekerjaan agar
cacat dapat dicegah.

B. ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa
inkubasi penyakit ini adalah 2-4 tahun. Anthracosis terlihat dalam tiga
gambaran klinis, yaitu anthracosis murni, silicoanthracosis dan
tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni biasanya lambat menjadi
berat dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi emphysema yang
rnungkin menyebabkan kematian. Pada silicoanthracosis jarang terjadi
e mphysema. Pada tuberculosilicanthracosis, selain terdapat ke!ainan paru-
paru oleh debu yang mengandung silica dan arang batu juga oleh basil-
basil tubeculosa yang menyerang paru-paru. Dalam hal ini gambaran klinis
tidaklah begitu berbeda dengan silicosis murni. Riwayat penyakit secara
klinis dari anthracosis mungkin bertahun-tahun. Kadang-kadang penderita
tidak memperlihatkan gejala, walaupun rontgen paru nenunjukkan
kelainan-kelainan. Untuk waktu yang lama gejala yang menonjol hanyalah
sesak nafas. Sering kali penderita batuk dengan dahak kehitaman, gejala
tersebut disebut melanoptysis, yang terjadi bertahun-tahun. Dada
penderita menjadi bundar dan ujung-ujung jarinya membesar (clubbing
fingers). Perkusi hyperresonant terdapat di dasar paru, sedangkan pada
auskultasi adalah lemah. Krepitasi terdengar, apabila penderita dihinggapi
bronchitis juga. Pemeriksaan laju endapan darah secara berkala
memperlihatkan hasil-hasil te rus meninggi. Gambaran klinis berakhir
dengan kegagalan jantung kanan atau silicotuberculosis yang
menyebabkan kematian.
Cara-cara pencegahan anthracosis dan komplikasi-komplikasinya adalah
sebagai berikut :
1. Ventilasi penting untuk mengurangi kadar debu di udara.
2. Pemotongan (cutting) arang batu dilakukan secara basah dengan jalan
menyemprotkan air ke rantai alat pemotong pada tempat-tempat rantai
bersentuhan dengan permukaan.
3. Pengeboran basah dengan aliran air bertekanan tinggi ke tempat-
tempat mengebor, pengeboran kering harus dilarang.
4. Membasahi permukaan arang batu dengan air.
5. Memercikkan air ke arang batu yang diangkat, dimuat dan diangkut.
6. Masker debu untuk dipakai pada waktu memasuki tambang sesudah
peledakan. Perlu diingatkan, bahwa umumnya masker-masker ini
terbatas umurnya sesuai dengan effisiensi masker tersebut.
7. Pengukuran kadar debu arang batu di udara tempat kerja
8. Perneriksaan paru-paru berkala untuk diagnosa sedini mungkin.

C. ASBESITOSIS
Asbesitosis adalah salah satu jenis pneumokoniasis yang penyebabnya
adalah asbes. Asbes adalah campuran berbagai silikat, tapi yang terpenting
adalah magnesium silikat. Pekerjaan-pekerjaan dengan bahaya penyakit
tersebut adalah bahan asbes, penenunan da n pemintalan asbes, reparasi
tekstil yang terbuat dari asbes dan lain-lain. penggunaan asbes untuk
keperluan pembangunan. Kelainan dalam paru-paru tidak berbentuk
noduli yang terpisah satu dengan yang lainnya, melainkan kelainan fibrous
yang diffuse dan disertai penebalan pleura dan juga emphysema. Debu
asbes yang dihirup masuk dalam paru-paru mengalami perubahan menjadi
badan-badan asbestos oleh pengendapan-pengendapan fibrin di sekitar
serat-serat asbes tersebut, badan-badan ini pada pemeriksaan mikro skopis
berupa batang dengan panjang sampai 200 mikro n. Gejala-gejala
asbesitosis adalah sesak nafas, batuk, dan banyak mengeluarkan dahak.
Tanda-tanda fisis adalah cyanosis, pelebaran ujung-ujung jari, dan krepitasi
halus di dasar paru pada auskultasi. Ludah mengandung badan-badan
asbestos yang Baru mempunyai arti untuk diagnosa apabila terdapat dalam
kelompok-kelornpok. Kelainan radiologis lambat terlihat, sedangkan
gejala-gejala telah lebih dahulu tampak. Gambaran rontgen pada
permulaan sakit menunjukkan gambaran ground glass appearance atau
dengan titik-titik halus di basis paru, sedangkan batas-batas jantung dan
diafragma tidaklah jelas. Cara pencegahan asbesitosis antara lain dengan
usaha-usaha :
1. Menurunkan kadar debu di udara.
2. Pada pertambangan asbes, pengeboran harus secara basah.
3. Di perindustrian tekstil dengan menggunakan asbes, harus diadakan
ventilasi setempat atau pompa keluar setempat.
4. Di saat mesin karding dibersihkan, pekerja-pekerja yang tidak
bertugas tidak boleh berada di tempat tersebut, sedangkan petugas
memakai alat-alat perlindungan diri secukupnya.
5. Jika seorang pekerja harus memasuki ruang yang penuh oleh debu
asbes, ia harus memakai alat pernafasan yang memungkinkannya
bernafas udara segar.
6. Sebaiknya pembersihan mesin karding dilakukan secara penghisapan
hampa udara.
7. pendidikan tentang kesehatan dan penerangan tentang bahaya
penyakit kepada pekerja.

D. BYSSINOSIS
Byssinosis adalah pneumoko niosis yang penyebabnya terutama oleh debu
kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri tekstil. Penyakit itu terutama
erat dengan pekerjaan kirding dan blowing, tapi terdapat pula pada
pekerjaan-pekerjaan lainya, bahkan dari prmulaan proses, yaitu
pembuangan biji kapas, sampai pada proses terakhir yaitu penenunan,
Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun, yaitu bagi para pekerja
pada karding dan blowing. Bagi para pekerja lainya masa inkubasi ini lebih
dari 5 tahun.

E. BERRYLIOSIS
Berryliosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya adalah debu
berrylium. Menghirup udara yang mengandung berrylium berupa logam
oksida fluorida menyebabkan bronchitis dan pneumonitis. Apabila yang
dihirup itu adalah debu silikat dari seng be rrytium, dan mangan, pada
banyak peristiwa terjadi pneumonitis terlambat atau kemudian, yang
dikenal sebagai berryliosis chronica. Gejala-gejalanya adalah berat badan
menurun sangat cepat dan disertai keluhan sesak nafas. Batuk dan banyak
dahak bukan rnerupakan gejala terpenting pada riwayat penyakit
berryliosis. Pernriksaan klinik biasanya tidak menunjukkan kelainan-
kelainan yang luar biasa, tetapi mungkin terdengar suara-suara tambahan
pada auskultasi. Pada keadaan sakit dini gambaran rontgen
memperlihatkan bayangan kabur, tapi kemudian retikuler, dan akhirnya
nodul yang terpisah-pisah serta tersebar.
F. STANNOSIS
Stannosis adalah pneumokoniosis yang tidak begitu berbahaya, yang
penyebabnya adalab debu biji timah putih. Penyakit ini terdapat pada
pekerja yang berhubungan dengan pengolahan biji timah atau industri-
industri yang menggunakan timah putih. Pada stannosis biasanya tidak
terdapat fibrosis yang massif tidak ada tanda-tanda cacat paru-paru, dan
jarang terjadi komplikasi. Pada keadaan sakit tingkat permulaan, gambaran
rontgen paru-paru menunjukkan penambahan corakan dan penyebaran
hilus. Kemudian nampak noduli di daerah antar iga ketiga, rnula-mula di
paru kanan, lalu di paru kiri. Lebih lanjut, penambahan corakan hilang,
sedangkan noduli semakin jelas dan opak.

G. SIDEROSIS
Debu yang mengandung prsenyawaan besi dapat menyebabkan siderosis.
Penyakit ini tidak begitu berbahaya dan tidak progresif. Sidarosis terdapat
pada pekerja-pekerja yang menghirup debu dan pengolahan bijih besi.
Biasanya pada siderosis murni tidak terjadi fibrosis atau emphysema,
sehingga tidak ada pula cacat paru.

H. TALKOSIS
Talkosis adalah pneurnokoniasis yang disebabkan oleh debu talk yang
masuk ke dalam paru-paru. Biasanya talk merupakan campuran mineral-
mineral, jadi bukan hanya Mg-silikat saja. Menghirup talk bisa
menyebabkan fibrosis peribronchial dan perivaskuler. Gambaran rontgen
paru menunjukkan bulla emphysema dan fibrosis.
Sumamur. 1986. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung,
Jakarta
I. Dermatosis
Gejala dan Tanda
Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas, kelelahan
umum, berat badan menurun, banyak dahak, dan lain-lain. Gambaran
rontgen paru-paru menunjukkan kelainan-kelainan dalam paru-paru baik
noduler, ataupun lain-lainnya.
Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung
Agung, Jakarta

diagnosis
Cara menegakkan diagnosa untuk penyakit akibat kerja harus pula
dipergunakan di sini. Harus ada riwayat pekerjaan yang menghadapi debu
berbahaya dan menyebabkan pneumoconiasis, misalnya pernah atau
sedang bekerja di pertambangan, di pabrik keramik, dan lain-lain. Gejala
kilnis berbeda-beda tergan tung dari derajat banyaknya debu yang
ditimbun dalam paru-paru. Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering,
sesak nafas, kelelahan umum, berat badan menurun, banyak dahak, dan
lain-lain. Gambaran Rongten paru-paru menunjukkan kelainan-kelainan
dalam paru-paru baik noduler, ataupun lain-lainnya. Pemeriksaan tempat
kerja harus menunjukkan adanya debu yang diduga menjadi sebab
penyakit pneumokoniasis. Bila pemeriksaan akan diteruskan dengan biopsi
paru-paru, maka paru-paru harus rmenunjukkan kadar zat penyebab yang
lebih tinggi daripada kadar yang biasa.
Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung
Agung, Jakarta

PATOFISIOLOGI

Proses patofisiologi asbestosis diawali dengan inhalasi serat asbestos. Serat


berukuran besar akan tertahan di hidung dan saluran pernapasan atas dan dapat
dikeluarkan oleh sistem mukosiliaris. Serat berdiameter 0,5-5 mikrometer akan
tersimpan di bifurcatio saluran, bronkioli, dan alveoli. Serat asbestos akan
menyebabkan cedera sel epitel dan sel makrofag alveolar yang berusaha
memfagosit serat. Beberapa serat akan masuk ke dalam jaringan intersisium
melalui penetrasi yang dibawa oleh makrofag atau epitel. Makrofag yang telah
rusak akan mengeluarkan reactive oxygen species (ROS) yang dapat merusak
jaringan dan beberapa sitokin, termasuk tumor necrosis factor (TNF), interleukin-
1, dan metabolit asam arakidonat yang akan memulai inflamasi alveoli (alveolitis).
Sel epitel yang terganggu juga mengeluarkan sitokin.

Gangguan asbestos berskala kecil tidak akan menimbulkan gangguan setelah


inflamasi terjadi. Namun bila serat terinhalasi dalam kadar lebih tinggi, alveolitis
akan terjadi lebih intens, menyebabkan reaksi jaringan yang lebih hebat. Reaksi
jaringan ini menyebabkan fibrosis yang progresif, yaitu pengeluaran sitokin
profibrosis seperti fibronektin, fibroblast growth factor, platelet-derived growth
factor, dan insulin-like growth factor yang akan menyebabkan sintesis kolagen
MANIFESTASI

Awitan gejala asbestosis biasanya akan timbul 20 tahun setelah Pajanan awal.
Tanda dan gejala asbestosis kebanyakan tidak khas dan mirip penyakit paru
restriktif lainnya. Gejala paling sering dan juga merupakan tanda awal adalah
munculnya dispnea saat beraktivitas. Dispnea akan berkembang progresif lambat

dalam beberapa tahun. Dispnea tetap akan memburuk walaupun pasien tidak lagi
terpapar asbestos. Gejala lainnya adalah batuk produktif atau batuk kering
persisten, rasa sesak dan nyeri pada dada, serta adanya mengi.

Pada pemeriksaan dapat ditemukan rhonki basal paru bilateral (pada 60% pasien)
yang terdengar pada akhir fase inspirasi. Sering ditemukan pula jari tabuh (digital
clubbing) pada 30-40% pasien dan pada asbestosis lanjut. Gangguan lain yang
perlu diperhati- kan adalah adanya cor pulmonale, kegana- san yang terkait
asbestosis, seperti kanker paru, kanker laring, bahkan kanker gaster dan pankreas.

Pada pemeriksaan fungsi paru akan didapat- kan pola restriktif dengan penurunan
kapa- sitas vital, kapasitas total paru, dan kapasitas difusi, dengan hipoksemia
arterial. Kapasitas vital paksa (Forced Vital Capacity, FVC) akan menurun <75%
Dapat juga didapatkan pola obstruktif disebabkan fibrosis dan penyempi- tan
bronkioli

Pada gambaran histopatologi dapat diperoleh gambaran parenkim paru yang


kasar hingga adanya gambaran sarang lebah (honey-comb). Gambaran ini didapati
bilateral, sering di lo- bus inferior. Secara mikroskopis didapati pen- ingkatan
kolagen intersisial sehigga membuat fibrosis menjadi tebal

Pada pemeriksaan radiologis, diagnosis memerlukan adanya tanda fibrosis paru


pada pasien dengan Pajanan asbestosis yang bermakna. Fibrosis paru biasanya
pertama kali diketahui melalui pemeriksaan radiografi thorax, dan dapat
dikonfirmasi melalui pemindaian CT beresolusi tinggi.

Namun, ada pasien dengan asbestosis radiografis yang tidak menunjukkan gejala
klinis asbestosis. Sebaliknya 10-20% pasien dengan bukti histopatologis fibrosis
memiliki gambaran roentgen yang normal.

Diagnosis asbestosis dapat ditegakkan dengan adanya riwayat Pajanan asbestos,


adanya selang waktu yang sesuai antara Pajanan dengan timbulnya manifestasi
klinis, gambaran dari roentgen thorax, adanya gambaran restriktif dalam
pemeriksaan paru, kapasitas paru yang terganggu, dan rhonki bilateral basal paru

Pencitraan Diagnostik Kasus Asbestosis dan Diagnosis Diferensialnya


Andreas Erick Haurissa

7. Bagaimana pencegahan PAK ? (asbesitosis)

Diagnosis
a. Menentukan diagnosis klinis
b. Menentukan pajanan yang dialami individu dalam pekerjaan
c. Menentukan pajanan berhubungan atau tidak dengan penyakit
d. Pajanan yang dialami cukup besar/tidak
e. Faktor2 dari individu
f. Faktor dari luar pekerjaan
g. Diagnosis dari PAK

PENCEGAHAN
Umum
a. Menggunakan APD
b. Mengenali resiko pekerjaan
c. Segera akses tempat kesehatan terdekat

Primer
a. Perilaku kesehatan dari diri sendiri
b. Faktor bahaya di tempat kerja
c. Perilaku kerja yang baik
d. Olahraga
e. Gizi seimbang

Sekunder
a. Melalui UU
b. Dari pengusaha itu sendiri (rotasi pembatasan)
c. Teknis (ventilasi, isolasi, subtitusi)
d. Pengendalian jalur kesehatan

Tersier
a. Pemeriksaan kesehatan pre-kerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Surveilans
d. Pemeriksaan lingkungan secara berkala
e. Pengobatan segera bila ditemukan pada pekerja
f. Pengendalian segera di tempat kerja

Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung


Agung, Jakarta

8. Apa kerugian akibat kecelakaan kerja?


9. Apa saja peraturan tentang tenaga kerja?
a. UUD 1945 pasal 27 ayat 2
Setiap warga negara berhak atas penghargaan dan kehidupan yang layak
bagi kemanusiaan
b. UU No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok yang mengenai
Ketenagakerjaan
Pasal 9 : Tiap tenaga kerja berhak atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, dan pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama
Pasal 10 : Pemerintah membina perlindungan kerja, mencakup:
- Norma keselamatan kerja
- Norma HIPERKES (mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja)
- Norma kerja
Perlindungan berkaitan dengan tenaga kerja, cuti,
- Kepada tenaga kerja yang mendapat kecelakaan kerja berhat
penggantirugian
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi RI No. 1 tahun
1976
Tentang kewajiban HIPERKES bagi Dokter Perusahaan
Pasal 1 : Setiap perusahaan diwajibkan mengirim dokter untuk pelatihan
HIPERKES
Pasal 2 : Dokter perusahaan yang ditunjuk bertugas dan bertanggung jawab
atas higiene perusahaan tersebut
d. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja
mendapat perlindungan atas keselamatan nya, dan setiap sumber2
produksi dapat dipakai dan digunakan secara aman dan efisien sehingga
dapat meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.
Pasal 2
Terdapat perbedaan antara tempat kerja (darat, laut, udara) dilakukan uji
coba terlebih dahulu, dan dilakukan pelatihan sendiri2.
e. PerMen Tenaga Kerja No.02/MEN/1979 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja, meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala,
khusus.

10. Bagaimana evaluasi dan pengawasan PAK ?

11. Apa saja program kesehatan kerja ?


12. Jelaskan tentangToksikologi terkait industri (definisi,
klasifikasi, sumber,dll)

Anda mungkin juga menyukai