Tujuan :
Metode
a. Pengenalan lingkungan bermanfaat guna mengetahui secara kualitatif
bahaya potensial di tempat kerja, menentukan lokasi, jenis dan metode
pengujian yang perlu dilakukan.
b. Penilaian / evaluasi lingkungan dilakukan pengukuran, pengambilan
sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat
ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta
membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga
dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau
tidak korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan
lingkungannya, serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
c. Pengendalian metode teknik untuk menurunkan tingkat faktor bahaya
lingkungan sampai batas yang masih dapat ditolerir dan sekaligus pekerja.
- Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures)
Disain dan tata letak yang adekuat
Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada
sumbernya.
Pengendalian perorangan (Personal Control Measures)
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif
lain untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun
alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat .
Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap zat
tertentu yang berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya
bahaya kesehatan di lingkungan kerja.
Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang
penting, terutama untuk para pekerja yang dalam
pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia serta partikel
lain.
Program
a. Upaya promotif
Bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas kerja
melalui penerapan pola hidup sehat
Contoh :
Pendidikan dan penyuluhan PHBS
Perbaikan gizi dan pemberian makanan sehat
Pemeliharaan tempat kerja
Olahraga fisik dan kebugaran
b. Upaya preventif
Bertujuan untuk memberi perlindungan kepada pekerja jika ada gangguan
akibat kerja.
Contoh:
Pemeriksaan kesehatan awal, berkala, dan khusus pada karyawan
Identifikasi dan pengukuran potensi risiko kesehatan di tempat kerja
Pengendalian bahaya lingkungan kerja
Surveilans penyakit akibat kerja
Pemeriksaan kualitas air minum dan kebersihan makanan atau pekerja
dari kantin perusahaan
c. Upaya Kuratif
Diberikan kepada pekerja yang sudah menunjukkan gangguan kesehatan
atau gejala dini
Contoh:
Pertolongan pertama
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Deteksi dini dan pengobatan segera
PAK dan K3
d. Upaya rehabilitatif
Diberikan kepada pekerja yang karena penyakit atau kecelakaan yang telah
mengakibatkan cacat, sehingga pekerja tidak mampu bekerja secara
permanen.
Pelayanan rujukan
Rujukan kepada dan bagi pasien kepada layanan kesehatan yang lebih tinggi
derajatnya.
Ruang Lingkup
(a)Ilmu kedokteran kerja (Occupational medicine).
(b) Ilmu higene perusahaan (Industrial hygiene)
(c) Ilmu keracunan perusahaan (Industrial toxicology).
(d) Ilmu faal kerja dan lingkungan (Work and environmental physiology).
(e) llmu jiwa perusahaan (Industrial psychology).
(f) Ilmu perawatan perusahaan (Industrial nursing).
(g) Ilmu keselamatan kerja (Occupational safety).
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005
Definisi
Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Ergon = kerja dan
Nomos = peraturan/hukum
Ergonomi merupakan suatu ilmu terapan yang mempelajari dan mencari
pemecahan persoalan yang menyangkut faktor manusia dalam proses
produksi.
Ramandhani, A.S., 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang : UNDIP
Tujuan
Prinsip
Metode ergonomic?
o Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist
dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai
dari yang sederhana sampai kompleks.
o Treatment, pcmecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar
pada. saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi
meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, membeli furniture
sesuai dengan dimensi fisik pekerja
o Follow up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif
misalnya dengan menanyakan kenyamanan bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain
Ergonomi manusia peralatan dan lingkungan, dr.gempur santoso,2004
Penerapan ergonomic?
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin , penempatan alat-
alat petunjuk, cara-cara harus melayani mesin(macam gerak, arah
dan kekuatan)
b. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri harus diambil
ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara ,
sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh
tenaga kerja yang lebih kecil contoh:kursi dapat dinaik turunkan ,
tempat duduk yang dapat distel maju mundur dll
c. Ukuran-ukuran antropemetri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran
dan penempatan alat-alat industri:
d. Ukuran ukuran kerja
Manfaat
Bagi petugas kesehatan = Acuan untuk pelasanaan program/kegiatan
ergonomi kerja
Definisi
Tujuan
Manfaat
1. PenguranganAbsentisme.Perusahaanyangmelaksanakanprogram
keselamatandan
kesehatankerjasecaraserius,akandapatmenekanangkarisikokecelakaan
danpenyakitkerjadalamtempatkerja,sehinggakaryawanyangtidakmasuk
karenaalasancederadansakitakibatkerjapunjugasemakinberkurang.
2. PenguranganBiayaKlaimKesehatan.Karyawanyangbekerjapada
perusahaanyangbenarbenarmemperhatikankesehatandankeselamatan
kerjakaryawannyakemungkinanuntukmengalamicederaatausakitakibat
kerjaadalahkecil,sehinggamakinkecilpulakemungkinanklaim
pengobatan/kesehatandarimereka.
3. PenguranganTurnoverPekerja.Perusahaanyangmenerapkanprogram
K3mengirim
pesanyangjelaspadapekerjabahwamanajemenmenghargaidan
memperhatikankesejahteraanmereka,sehinggamenyebabkanparapekerja
menjadimerasalebihbahagiadantidakinginkeluardaripekerjaannya.
4. PeningkatanProduktivitas.HasilpenelitianyangdilakukanolehWahyu
Sulistyarini(2006)diCV.Sahabatklatenmenunjukkanbahwabaiksecara
individualmaupunbersamasamaprogramkeselamatandankesehatankerja
berpengaruhpositifterhadapproduktivitaskerja.
RobianaModjo.2007.ModulPromosiKesehatandanKeselamatanKerja.
http://www.staff.ui.ac.id/internal/132096019/modulpromosikesehatandan
keselamatankerja.pdf.Diakses29September2010.
Faktor2 K3?
Pencegahan dalam K3
o Substitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan
yang kurang atau tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan
maupun mutunya
o Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya
dalam perusahaan.Misalnya menyendirikan mesin-mesin yang sangat
gemuruh, atau proses-proses yang menghasilkan gas atau uap yang
berbahaya.
o Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar
kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini akan lebih
rendah dari nilai ambang batasnya
o Ventilasi keluar setempat
Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruang kerja agar bahan-bahan
yang berbahaya dihisap dan dialirkan keluar. Sebelum dibuang ke udara
bebas agar tidak membahayakan masyarakat, udara yang akan dibuang ini
harus diolah terlebih dahulu.
o Mempergunakan alat pelindung perseorangan
Para karyawan dilengkapi dengan alat pelindung sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Misalnya: masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, dll
o Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
Para karyawan atau calon karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan psikis)
agar penempatannya sesuai dengan jenis pekerjaan yang dipegangnya
secara optimal
o Penerangan atau penjelasan sebelum kerja
Kepada para karyawan diberikan penerangan/penjelasan sebelum kerja
agar mereka mengetahui, mengerti dan mematuhi peraturan-peraturan
serta agar lebih berhati-hati
o Pemeriksaan kesehatan ulangan pada para karyawan secara berkala
Pada waktu-waktu tertentu secara berkala dilakukan pemeriksaan ulangan
untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit akibat kerja pada tingkat awal
agar pengobatan dapat segera
o Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Para karyawan diberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja
secara kontinyu dan teratur agar tetap waspada dalam menjalankan
pekerjaannya
Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung
Jakarta
PROGRAM K3
Program pemeriksaan kesehatan pendahuluan pada calon tenaga kerja.
Bertujuan memeriksa kesehatan fisik dan mental, terutama untuk seleksi
tenaga kerja yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang tersedia, di
samping itu juga mengumpulkan data sebagai data dasar bagi
pemerintahan kesehatan berikutnya, setelah menjadi tenaga kerja tetap
di perusahaan tersebut.
Program pemeriksaan kesehatan berkala yang langsung dilakukan saat
tenaga kerja melakukan kegiatan pada bidang pekerjaannya. Program ini
bertujuan mengamati/supervisi berdasarkan data dasar tentang
kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan. Dalam pengamatan tersebut,
terutama diamati sikap menyal dalam melakukan pekerjaan, dan
keadaan kesehatan menyeluruh saat melakukan pekerjaan. Tujuan
utamanya adalah mengamati segala kemungkinan yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kelancaran pekerjaan mereka.
Program pengobatan jalan, perawatan, pertolongan gawat darurat
dirumah sakit dan sub unitnya lainnya.
Program pengembangan ketrampilan serta pengetahuan tenaga unit
kesehatan kerja, dan juga program pengembangan perangkat teknis
kedokteran, dll
Program penyuluhan kesehatan. Merupakan program yang berintikan
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan tenaga kerja sendiri,
misalnya tata kehidupan dan pekerjaan yang sesuia dengan kaidah
kesehatan, terutama yang menyangkut kebersihan, penggunaan alat
pelindung/pengaman (helm, masker, air plug dll) yang mampu
melindungi gangguan kesehatan serta kecelakaan. Program penyuluhan
terutama diarahkan pada berbagai masalah yang ditemukan dari hasil
pengamatan/supervisi. Pelaksanaan program penyuluhan dapat
dilakukan secara masal ataupun pada saat supervisi.
(Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Dainur)
Usaha / upaya
o Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan
kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.
o Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
o Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktivitas
tenaga kerja.
o Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
o Pemeliharaan-pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi
perusahaan pada umumnya.
o Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar
terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan
yang bersangkutan.
Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan
FAKTOR
a. Sifat fisik misalnya berupa : gas, uap, debu, fume, asap mist/kabut
atau fog. Timah hitam dalam bentuk fume lebih beracun dari bentuk
debunya, larutan yang bertekanan uap tinggi (misal benzena) lebih
toksik dibanding larutan yg tekanan uapnya rendah (contoh toluene)
b. Gas yaitu bentuk wujud zat, yg tdk mempunyai bangun sndr,
melainkan mengisi ruang tertutup pd keadaan suhu dan
tekanan normal. Tingkat wjudnya bs dirubah menjadi cair
atau padat hanya dgn kombinasi meninggikan tekanan dan
menurunkan suhu. Sifat2 gas pd umumnya tidak terlihat,
dlm konsentrasi rendah tdk terlihat, dlm konsentrasi rendah
tdk berbau, dan berdifusi mengisi seluruh ruangan.
c. Uap, yaitu bentuk gas dr zat2, yg dlm keadaan biasanya
berbentuk zat padat atau zat cair dan yg dpt dikembalikan
kpd tingkat wujud semula, baik hanya dgn meninggikan
tekanan, maupun hanya dgn menurunkan suhu saja. Sifat2
uap umumnya tak kelihatan & berdifusi mengisi seluruh
ruang
d. Debu, yaitu partikel2 zat padat, yg disebabkan oleh
kekuatan2 alami atau mekanis kepada pengolahan,
penghancuran, pelembutan, pengapakan yg cepat,
peledakan, dll dr bahan2, baik organik, maupun anorganik,
mis batu, kayu, bijih, logam, arang batu, butir2, dll
e. Kabut yaitu titik cairan halus dlm udara yg terjadi dr
kondensi bentuk uap atau dr pemecahan zat cair mjd tingkat
dispersi dgn cara2 splashing, foming, dll.
f. Fume yaitu partikel2 zat padat yg terjadi oleh karena
kondensasi dr bentuk gas, biasanya sesudah penguapan
benda padat yg dipijarkan dll dan biasanya disertai dgn
oksidasi kimiawi, shg tjd zat2 spt zno, pbo, dll.
g. Awan yaitu partikel2 cair sbg hasil kondensasi dr fase gas.
Sifat2 fume dan awan adalah berflokulasi; kadang2
tergumpal; ukuran partikel2 dibawah 1 mikron, yaitu
diantara 0,10-1 mikron.
h. Asap biasanya dianggap partikel2 zat karbon yg ukurannya
kurang dari 0,5 mikron sbg akibat dr pembakaran tak
sempurna bahan2 mengandung karbon.
b. Sifat kimia : jenis senyawa, besar molekul, konsentrasi dan daya larut.
Sebagai contoh gas mudah larut dalam air (amonia dan sulfur dioksida)
bila terhirup meskipun kadarnya rendah akan mengiritasi saluran nafas
atas. Sedang gas yg tidak mudah larut dalam air (nitrogen dioksida, ozon
dan fosgen) dapat mencapai saluran nafas yg lebih dalam.
c. Port dentre ( Cara masuk dalam tubuh )
Zat kimia masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan (per
inhalasi), saluran cerna (per oral), dan kulit (per dermal). Inhalasi
merupakan cara masuk yang paling sering dalam industri.
d. Faktor individu seperti jenis kelamin, usia, ras, status gizi, kesehatan,
faktor genetik dan kebiasaan lainnya misal ; merokok, minum2an keras
dsb.
Bunga Rampai, hiperkes & kk, edisi kedua (revisi), undip, th 2005
MACAM
A. SILICOSIS
Silicosis adala h penyakit yang paling penting dari golongan
pneumokoniasis. Penyebabnya adalah silica hebas (SiO2) yang terdapat
pada debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru-paru.
Tidaklah boleh dilupakan, bahwa silica bebas berlainan dengan garam-
garam silicat yang tidak rnenyebabkan silicosis. Penyakit ini biasanya
terda pat pada pekerja-pekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu
untuk bangunan, di perusahaan granit, di perusahaan keramik, di tambang
timah putih, di tambang besi, di tambang batu bara, di perusahaan tempat
menggerinda besi, di pabrik besi dan baja, dalam proses sandblasting, dan
lain-lain. Singkatnya, penyakit tersebut selalu mungkin terdapat pada
pekerja yang menghirup debu dengan silica bebas di dalamnya.
Masa inkubasi silicosis adalah 2-4 tahun. Sebagaimana umumnya berlaku
untuk penyakit-penyakit, masa inkubasi ini sangat tergantung dari
banyaknya debu dan kadar silica bebas di dalam debu tesebut. Makin
banyak silica bebas yang dihirup ke dalam paru-paru, makin pendek masa
inkubasi penyakit silicosis. Silicosis digolongkan menurut tingkat sakit
penyakit tersebut, yaitu tingkat pertama, kedua, dan ketiga, atau masing-
masing disebut pula tingkat ringan, sedang, dan berat.
1. Tingkat pertama atau silicosis ringan
Ditandai dengan sesak nafas (dyspnea) ketika bekerja, mula-mula
ringan. kemudian bertambah berat. Sepanjang tingkat sakit demikian,
dyspnea merupakan tanda terpenting. Batuk-batuk mungkin sudah
terdapat pada fase pertama ini, tetapi biasanya kering, tidak berdahak.
Keadaan umum penderita masih baik. Gejala-gejala klinis paru-paru
sangat sedikit. Pengembangan paru-paru sedikit terganggu, atau t.idak
sama sekali. Suara pernafasan da lam batas normal. Biasanya gangguan
kemampuan bekerja sedikit sekali atau tidak ada. Mungkin pada pekerja
berusia lanjut didapati hyperesonansi oleh karena emphysema.
Gambaran rontgen menunjukkan bayangan noduli yang terpisah,
bundar dan paling besar diameternya 2 mm. Noduli mungkin terlihat
pada sebagian lapangan paru-paru atau pada seluruhnya, tapi yang
penting adalah terpisahnya noduli satu dengan yang lainnya. Kadang-
kadang noduli tertutup oleh bayangan gelap yang mengesankan adanya
emphysema.
B. ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa
inkubasi penyakit ini adalah 2-4 tahun. Anthracosis terlihat dalam tiga
gambaran klinis, yaitu anthracosis murni, silicoanthracosis dan
tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni biasanya lambat menjadi
berat dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi emphysema yang
rnungkin menyebabkan kematian. Pada silicoanthracosis jarang terjadi
e mphysema. Pada tuberculosilicanthracosis, selain terdapat ke!ainan paru-
paru oleh debu yang mengandung silica dan arang batu juga oleh basil-
basil tubeculosa yang menyerang paru-paru. Dalam hal ini gambaran klinis
tidaklah begitu berbeda dengan silicosis murni. Riwayat penyakit secara
klinis dari anthracosis mungkin bertahun-tahun. Kadang-kadang penderita
tidak memperlihatkan gejala, walaupun rontgen paru nenunjukkan
kelainan-kelainan. Untuk waktu yang lama gejala yang menonjol hanyalah
sesak nafas. Sering kali penderita batuk dengan dahak kehitaman, gejala
tersebut disebut melanoptysis, yang terjadi bertahun-tahun. Dada
penderita menjadi bundar dan ujung-ujung jarinya membesar (clubbing
fingers). Perkusi hyperresonant terdapat di dasar paru, sedangkan pada
auskultasi adalah lemah. Krepitasi terdengar, apabila penderita dihinggapi
bronchitis juga. Pemeriksaan laju endapan darah secara berkala
memperlihatkan hasil-hasil te rus meninggi. Gambaran klinis berakhir
dengan kegagalan jantung kanan atau silicotuberculosis yang
menyebabkan kematian.
Cara-cara pencegahan anthracosis dan komplikasi-komplikasinya adalah
sebagai berikut :
1. Ventilasi penting untuk mengurangi kadar debu di udara.
2. Pemotongan (cutting) arang batu dilakukan secara basah dengan jalan
menyemprotkan air ke rantai alat pemotong pada tempat-tempat rantai
bersentuhan dengan permukaan.
3. Pengeboran basah dengan aliran air bertekanan tinggi ke tempat-
tempat mengebor, pengeboran kering harus dilarang.
4. Membasahi permukaan arang batu dengan air.
5. Memercikkan air ke arang batu yang diangkat, dimuat dan diangkut.
6. Masker debu untuk dipakai pada waktu memasuki tambang sesudah
peledakan. Perlu diingatkan, bahwa umumnya masker-masker ini
terbatas umurnya sesuai dengan effisiensi masker tersebut.
7. Pengukuran kadar debu arang batu di udara tempat kerja
8. Perneriksaan paru-paru berkala untuk diagnosa sedini mungkin.
C. ASBESITOSIS
Asbesitosis adalah salah satu jenis pneumokoniasis yang penyebabnya
adalah asbes. Asbes adalah campuran berbagai silikat, tapi yang terpenting
adalah magnesium silikat. Pekerjaan-pekerjaan dengan bahaya penyakit
tersebut adalah bahan asbes, penenunan da n pemintalan asbes, reparasi
tekstil yang terbuat dari asbes dan lain-lain. penggunaan asbes untuk
keperluan pembangunan. Kelainan dalam paru-paru tidak berbentuk
noduli yang terpisah satu dengan yang lainnya, melainkan kelainan fibrous
yang diffuse dan disertai penebalan pleura dan juga emphysema. Debu
asbes yang dihirup masuk dalam paru-paru mengalami perubahan menjadi
badan-badan asbestos oleh pengendapan-pengendapan fibrin di sekitar
serat-serat asbes tersebut, badan-badan ini pada pemeriksaan mikro skopis
berupa batang dengan panjang sampai 200 mikro n. Gejala-gejala
asbesitosis adalah sesak nafas, batuk, dan banyak mengeluarkan dahak.
Tanda-tanda fisis adalah cyanosis, pelebaran ujung-ujung jari, dan krepitasi
halus di dasar paru pada auskultasi. Ludah mengandung badan-badan
asbestos yang Baru mempunyai arti untuk diagnosa apabila terdapat dalam
kelompok-kelornpok. Kelainan radiologis lambat terlihat, sedangkan
gejala-gejala telah lebih dahulu tampak. Gambaran rontgen pada
permulaan sakit menunjukkan gambaran ground glass appearance atau
dengan titik-titik halus di basis paru, sedangkan batas-batas jantung dan
diafragma tidaklah jelas. Cara pencegahan asbesitosis antara lain dengan
usaha-usaha :
1. Menurunkan kadar debu di udara.
2. Pada pertambangan asbes, pengeboran harus secara basah.
3. Di perindustrian tekstil dengan menggunakan asbes, harus diadakan
ventilasi setempat atau pompa keluar setempat.
4. Di saat mesin karding dibersihkan, pekerja-pekerja yang tidak
bertugas tidak boleh berada di tempat tersebut, sedangkan petugas
memakai alat-alat perlindungan diri secukupnya.
5. Jika seorang pekerja harus memasuki ruang yang penuh oleh debu
asbes, ia harus memakai alat pernafasan yang memungkinkannya
bernafas udara segar.
6. Sebaiknya pembersihan mesin karding dilakukan secara penghisapan
hampa udara.
7. pendidikan tentang kesehatan dan penerangan tentang bahaya
penyakit kepada pekerja.
D. BYSSINOSIS
Byssinosis adalah pneumoko niosis yang penyebabnya terutama oleh debu
kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri tekstil. Penyakit itu terutama
erat dengan pekerjaan kirding dan blowing, tapi terdapat pula pada
pekerjaan-pekerjaan lainya, bahkan dari prmulaan proses, yaitu
pembuangan biji kapas, sampai pada proses terakhir yaitu penenunan,
Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun, yaitu bagi para pekerja
pada karding dan blowing. Bagi para pekerja lainya masa inkubasi ini lebih
dari 5 tahun.
E. BERRYLIOSIS
Berryliosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya adalah debu
berrylium. Menghirup udara yang mengandung berrylium berupa logam
oksida fluorida menyebabkan bronchitis dan pneumonitis. Apabila yang
dihirup itu adalah debu silikat dari seng be rrytium, dan mangan, pada
banyak peristiwa terjadi pneumonitis terlambat atau kemudian, yang
dikenal sebagai berryliosis chronica. Gejala-gejalanya adalah berat badan
menurun sangat cepat dan disertai keluhan sesak nafas. Batuk dan banyak
dahak bukan rnerupakan gejala terpenting pada riwayat penyakit
berryliosis. Pernriksaan klinik biasanya tidak menunjukkan kelainan-
kelainan yang luar biasa, tetapi mungkin terdengar suara-suara tambahan
pada auskultasi. Pada keadaan sakit dini gambaran rontgen
memperlihatkan bayangan kabur, tapi kemudian retikuler, dan akhirnya
nodul yang terpisah-pisah serta tersebar.
F. STANNOSIS
Stannosis adalah pneumokoniosis yang tidak begitu berbahaya, yang
penyebabnya adalab debu biji timah putih. Penyakit ini terdapat pada
pekerja yang berhubungan dengan pengolahan biji timah atau industri-
industri yang menggunakan timah putih. Pada stannosis biasanya tidak
terdapat fibrosis yang massif tidak ada tanda-tanda cacat paru-paru, dan
jarang terjadi komplikasi. Pada keadaan sakit tingkat permulaan, gambaran
rontgen paru-paru menunjukkan penambahan corakan dan penyebaran
hilus. Kemudian nampak noduli di daerah antar iga ketiga, rnula-mula di
paru kanan, lalu di paru kiri. Lebih lanjut, penambahan corakan hilang,
sedangkan noduli semakin jelas dan opak.
G. SIDEROSIS
Debu yang mengandung prsenyawaan besi dapat menyebabkan siderosis.
Penyakit ini tidak begitu berbahaya dan tidak progresif. Sidarosis terdapat
pada pekerja-pekerja yang menghirup debu dan pengolahan bijih besi.
Biasanya pada siderosis murni tidak terjadi fibrosis atau emphysema,
sehingga tidak ada pula cacat paru.
H. TALKOSIS
Talkosis adalah pneurnokoniasis yang disebabkan oleh debu talk yang
masuk ke dalam paru-paru. Biasanya talk merupakan campuran mineral-
mineral, jadi bukan hanya Mg-silikat saja. Menghirup talk bisa
menyebabkan fibrosis peribronchial dan perivaskuler. Gambaran rontgen
paru menunjukkan bulla emphysema dan fibrosis.
Sumamur. 1986. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung,
Jakarta
I. Dermatosis
Gejala dan Tanda
Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas, kelelahan
umum, berat badan menurun, banyak dahak, dan lain-lain. Gambaran
rontgen paru-paru menunjukkan kelainan-kelainan dalam paru-paru baik
noduler, ataupun lain-lainnya.
Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung
Agung, Jakarta
diagnosis
Cara menegakkan diagnosa untuk penyakit akibat kerja harus pula
dipergunakan di sini. Harus ada riwayat pekerjaan yang menghadapi debu
berbahaya dan menyebabkan pneumoconiasis, misalnya pernah atau
sedang bekerja di pertambangan, di pabrik keramik, dan lain-lain. Gejala
kilnis berbeda-beda tergan tung dari derajat banyaknya debu yang
ditimbun dalam paru-paru. Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering,
sesak nafas, kelelahan umum, berat badan menurun, banyak dahak, dan
lain-lain. Gambaran Rongten paru-paru menunjukkan kelainan-kelainan
dalam paru-paru baik noduler, ataupun lain-lainnya. Pemeriksaan tempat
kerja harus menunjukkan adanya debu yang diduga menjadi sebab
penyakit pneumokoniasis. Bila pemeriksaan akan diteruskan dengan biopsi
paru-paru, maka paru-paru harus rmenunjukkan kadar zat penyebab yang
lebih tinggi daripada kadar yang biasa.
Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung
Agung, Jakarta
PATOFISIOLOGI
Awitan gejala asbestosis biasanya akan timbul 20 tahun setelah Pajanan awal.
Tanda dan gejala asbestosis kebanyakan tidak khas dan mirip penyakit paru
restriktif lainnya. Gejala paling sering dan juga merupakan tanda awal adalah
munculnya dispnea saat beraktivitas. Dispnea akan berkembang progresif lambat
dalam beberapa tahun. Dispnea tetap akan memburuk walaupun pasien tidak lagi
terpapar asbestos. Gejala lainnya adalah batuk produktif atau batuk kering
persisten, rasa sesak dan nyeri pada dada, serta adanya mengi.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan rhonki basal paru bilateral (pada 60% pasien)
yang terdengar pada akhir fase inspirasi. Sering ditemukan pula jari tabuh (digital
clubbing) pada 30-40% pasien dan pada asbestosis lanjut. Gangguan lain yang
perlu diperhati- kan adalah adanya cor pulmonale, kegana- san yang terkait
asbestosis, seperti kanker paru, kanker laring, bahkan kanker gaster dan pankreas.
Pada pemeriksaan fungsi paru akan didapat- kan pola restriktif dengan penurunan
kapa- sitas vital, kapasitas total paru, dan kapasitas difusi, dengan hipoksemia
arterial. Kapasitas vital paksa (Forced Vital Capacity, FVC) akan menurun <75%
Dapat juga didapatkan pola obstruktif disebabkan fibrosis dan penyempi- tan
bronkioli
Namun, ada pasien dengan asbestosis radiografis yang tidak menunjukkan gejala
klinis asbestosis. Sebaliknya 10-20% pasien dengan bukti histopatologis fibrosis
memiliki gambaran roentgen yang normal.
Diagnosis
a. Menentukan diagnosis klinis
b. Menentukan pajanan yang dialami individu dalam pekerjaan
c. Menentukan pajanan berhubungan atau tidak dengan penyakit
d. Pajanan yang dialami cukup besar/tidak
e. Faktor2 dari individu
f. Faktor dari luar pekerjaan
g. Diagnosis dari PAK
PENCEGAHAN
Umum
a. Menggunakan APD
b. Mengenali resiko pekerjaan
c. Segera akses tempat kesehatan terdekat
Primer
a. Perilaku kesehatan dari diri sendiri
b. Faktor bahaya di tempat kerja
c. Perilaku kerja yang baik
d. Olahraga
e. Gizi seimbang
Sekunder
a. Melalui UU
b. Dari pengusaha itu sendiri (rotasi pembatasan)
c. Teknis (ventilasi, isolasi, subtitusi)
d. Pengendalian jalur kesehatan
Tersier
a. Pemeriksaan kesehatan pre-kerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Surveilans
d. Pemeriksaan lingkungan secara berkala
e. Pengobatan segera bila ditemukan pada pekerja
f. Pengendalian segera di tempat kerja