III.1 Batubara
Batubara merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi
hancuran tumbuhan yang terendapkan pada lingkungan tertentu, akumulasi
endapan tersebut dipengaruhi oleh proses synsedimentary dan post-sedimentary
sehingga menghasilkan batubara dengan berbagai peringkat/rank dalam proses
pembentukan batubara. Terdapat dua tahapan penting dalam proses pembentukan
batubara, tahap pertama adalah terbentuknya gambut oleh proses mikrobial dan
perubahan kimia. Tahap kedua adalah terbentuknya batubara oleh proses yang
terdiri dari perubahan kimia dan fisika (Larry Thomas, 2005).
22
75 % beratnya dan komposisi mineralnya kurang dari 50% jika dalam
keadaan kering.
23
III.4 Bentuk Endapan Batubara
1. Parting
Parting adalah lapisan batuan atau material yang terdapat di dalam lapisan
batubara sehingga memisahkan batubara menjadi beberapa lapisan.
2. Split Coal
Split Coal adalah lapisan batubara yang terpisah oleh parting lempung, serpih,
atau sandstone dengan ketebalan tertentu sehingga mengakibatkan lapisan
yang terpisah tidak dapat ditambang secara bersamaan (Thrush, P.W., and staff
of Bereau of Mines, 1968).
Gambar III.1 Split karena adanya lempung yang masuk ke dalam rekahan batubara
(Robert Stefanko, Coal Mining Technology, Theory and Practice, hal 14, 1983)
24
3. Pinch dan Horseback
Istilah pinch, squeeze atau swell digunakan ketika suatu bagian dari lapisan
batubara menjadi mengecil atau menipis kemudian menebal kembali. Hal ini
disebabkan oleh naiknya lantai (floor) atau turunnya atap (roof) dari lapisan
batubara. Pinch dan horseback terbentuk sebagai akibat dari adanya tekanan
yang mempengaruhi lapisan batubara oleh pergerakan kerak bumi selama
masa pembentukan atau oleh perubahan lapisan yang berbatasan langsung
dengan lapisan batubara.
25
4. Lipatan
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan di lingkungan pada unsur
garis atau bidang di dalam bahan tersebut (Robert Stefanko, 1983). Pada
umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah struktur bidang,
misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan gejala penting
yang mencerminkan sifat dari deformasi batuan.
5. Sesar
Sesar adalah rekahan atau patahan pada kerak bumi atau batuan dengan satu
bagian bergerak relative terhadap bagian yang lain (Robert Stefanko, 1983).
Pergerakan pergerakan in bisa secara vertikal, horizontal, atau perputaran.
26
6. Washed Out
Washed Out adalah adanya cut out lapisan batubara. Cut out sendiri
didefinisikan sebagai batu lempung, batuserpih atau batu lempung yang
mengisi bagian tererosi dalam lapisan batubara (Dictionary of Geological
Term, 3rd edition). Menurut Robert Stefanko, 1983, washed out adalah
hilangnya sebagian atau seluruh lapisan batubara yang kemudian tergantikan
oleh endapan sediment lain akibat adanya erosi dan pengendapan. Hilangnya
lapisan batubara tersebut bisa disebabkan oleh pengikisan sungai purba
maupun sungai recent, ataupun gletser.
27
Gambar III.6 Intrusi Batuan Beku pada lapisan batubara
(Robert Stefanko, Coal Mining technology,Theory and Practice, hal 17, 1983)
28
Tingkat kelayakan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik maupun
kimia berupa ketebalan, kualitas, rank, namun juga sangat dipengaruhi oleh
variabel faktor ekonomi seperti halnya harga batubara, biaya peralatan tambang,
pekerja, pengolahan, transportasi, pajak, bunga bank, permintaan dan kebutuhan,
hukum lingkungan dan aturan-aturan hukum suatu negara.
29
III.5.2 Klasifikasi Sumberdaya Batubara Amandemen 1- SNI 13-5014 -1998
Klasifikasi sumberdaya ini dibuat oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia
1997 dengan amandemen 1 tahun 1998. Latar belakang dibuatnya klasifikasi ini
dikarenakan dalam penggolongan sumberdaya dan cadangan batubara di
Indonesia masih beragam sehingga perlu dibuat suatu standar yang dapat
digunakan sebagai pedoman pada pengklasifikasian sumberdaya dan cadangan
batubara di Indonesia. Klasifikasi ini diharapkan untuk menghindari kerancuan
dalam menafsirkan berbagai istilah dan pengertian yang berkenaan dengan
sumberdaya dan cadangan batubara di Indonesia.
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara SNI 1997 didasarkan pada dua
aspek yaitu :
1. Aspek Geologi
Tingkat keyakinan geologi secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik
informasi yaitu berupa singkapan, maupun data lubang pemboran dan kondisi
geologi.
2. Aspek Ekonomi
Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan
maksimal lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat ditambang
menyebabkan kualitas batubara menurun, sehingga dapat mempengaruhi
aspek ekonomi.
Sistem klasifikasi SNI tahun 1997 membahas tentang sumberdaya dan cadangan
batubara yang menjelaskan tentang :
30
Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource)
Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.
Sumberdaya batubara terindikasi/terunjuk (indicated coal resource)
Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource)
Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
31
Tipe Endapan Batubara dan Kondisi Geologi
1. Kondisi Geologi Sederhana
Endapan batubara umumnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik
seperti sesar, lipatan, dan intrusi.
Lapisan batubara umumnya landai, menerus secara lateral sampai ribuan
meter, dan hampir tidak memiliki percabangan.
Ketebalan lapisan batubara secara lateral dan kualitasnya tidak
menunjukkan variasi yang berarti.
Contoh batubara di Bangko (Sumsel), Senakin (Kalsel), dan Cerenti (Riau)
32
Contoh batubara di Belahing dan Upau (Kalsel), Sawahluhung (Sumbar),
Air Kotok (Bengkulu), Bojongmanik (Jabar), serta daerah batubara yang
mengalami ubahan intrusi batuan beku di Bunian Utara (Sumsel).
Tabel III.1 Istilah sumberdaya batubara serta jarak titik informasi berupa
lubang bor ataupun singkapan batuan menurut kondisi geologi
Tabel III.2 Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara SNI 1998 beserta
dua aspek yang mempengaruhi.
Cadangan Terkira
(Probable Reserves)
Layak Cadangan
Terbukti (Proven
Reserves)
33
III.6 Konsep Dasar Metode Elemen Hingga
Konsep dasar dalam metode elemen hingga adalah prinsip diskritisasi yaitu
membagi benda menjadi benda-benda yang berukuran lebih kecil supaya
mempermudah dalam pengelolaannya (C.S. Desai dialihbahasakan oleh Sri Jatno
Wirjosoedirjo, 1988). Beberapa contoh usaha manusia dalam melakukan
diskritisasi misalkan pada perhitungan luas suatu lingkaran dengan
menggambarkan segi banyak secara bertahap dan menaikan atau menurunkan
ukuran di sebelah dalam atau di luar lingkaran, demikian juga halnya pada
pengukuran luas suatu bidang tanah, maka bidang tersebut dibagi menjadi bidang-
bidang yang lebih kecil, dan setiap bidang yang lebih kecil tersebut diukur secara
terpisah. Penggabungan dari hasil-hasil pengukuran individual akan memberikan
suatu hasil pengukuran yang berupa pendekatan dari seluruh bidang tanah
tersebut.
34
Metode ini akan mengadakan pendekatan terhadap harga-harga yang tidak
diketahui (u) pada setiap titik-titik secara diskrit. Dimulai dengan pemodelan dari
suatu benda dengan membagi-bagi dalam bagian yang kecil yang secara
keseluruhan masih mempunyai sifat yang sama dengan benda yang utuh sebelum
terbagi dalam bagian yang kecil. Diskritisasi domain solusi menjadi elemen-
elemen tidaklah harus teratur, ukuran dan jenis elemen dapat berbeda. Pemilihan
elemen yang digunakan tergantung dari karakteristik sistem massanya, misal
untuk sistem berbentuk batang maka elemen yang dipakai adalah elemen garis.
Untuk massa berbentuk endapan seperti halnya lapisan atas batubara (roof)
merupakan suatu luasan elemen yang kontinyu sehingga dapat dipilih elemen
berbentuk luasan yaitu elemen segitiga.
Node/
titik simpul
(B)
(A) X
Gambar III.8 Distribusi nilai u pada titik-titik kordinat yang tidak diketahui
nilainya.
(A) Diskritisasi pada bidang permukaan batubara.
(B) Distribusi nilai Ue pada suatu elemen e
35
Diskritisasi dapat juga diterapkan pada estimasi endapan batubara, di mana
sumberdaya batubara ditaksir secara kuantitatif mempunyai besar yang
proposional terhadap dua besaran yaitu volume dan state variable dalam volume
tersebut. State variable di sini dapat berupa distribusi titik-titik kordinat,
parameter kualitas, dan tebal lapisan. Untuk perhitungan luas dan volume maka
lapisan batubara akan didiskritisasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang
disebut finite element.
36
banyak. Semakin banyak sisi poligon yang digunakan, maka semakin teliti
pendekatan pada luas yang dicari, dengan kata lain bahwa solusi pendekatan
tersebut konvergen mendekati harga sebenarnya.
untuk elemen segitiga dengan tiga titik, maka nilai u dapat diperoleh dengan
persamaan linier sebagai berikut :
u1 = 1 + 2x1 + 3y1
u2 = 1 + 2x2 + 3y2
u3 = 1 + 2x3 + 3y3
37
Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk matrik :
u1 1 x1 x2 1
u2 = 1 x2 y2 2 atau {q1} = [ A1 ] { }
u3 1 x3 y3 3
1 x1 x2
-1
[A1] = 1 x2 y2 adjoint dari [A1] dibagi dengan determinan dari [A1]
1 x3 y3
1 a1 a1 a1
= b1 b2 b2
c1 b3 b3
Tinjau kembali pada persamaan (1) u (x,y) = 1 + 2x + 3y, dapat pula ditulis
1
u = [1 x y ] 1 atau u = [1 x y ] { },substitusikan ke persamaan (2)
1
u = [1 x y ] [A1]-1 { q1 }
1 a1 a1 a1 u1
u = [1 x y ] b1 b2 b2 u2
c1 b3 b3 u3
38
u1
u = 1/ [ a1 + b1x + c1y a2 + b2x + c2y a3 + b3x + c3y ] u2
u3
u1
u = [ N1 N2 N3 ] u2
u3
di mana :
N1 = 1/ (a1 + b1x + c1y)
N2 = 1/ (a2 + b2x + c2y)
N3 = 1/ (a3 + b3x + c3y)
= determinan dari matrik A1
ai = x2y3 x3y2, bi = y2 y3, c1 = x3 x2,
a2 = x3y1 x1y3, b2 = y3 y1, c2 = x2 x3
a3 = x1y2 x2y1, b3 = y1 y2, c3 = x2 x1,
Bila u dianggap sebagai besaran yang dicari (tidak diketahui), maka fungsi
interpolasinya dapat dinyatakan sebagai berikut :
di mana,
u1, u2, ...., un = besaran yang dicari pada titik-titik nodal
N1, N2,..., Nm = fungsi interpolasi
[N] = matriks fungsi interpolas
39
c. Menurunkan Persamaan Elemen
Untuk menurunkan persamaan elemen digunakan metode residu berbobot
(method of weighted residual). Metode ini didasarkan pada minimalisasi
residu (sisa) yang tertinggal setelah suatu pendekatan disubstitusikan ke dalam
persamaan-persamaan diferensial yang telah ditentukan.
P3 (x3,y3)
P2 (x2,y2)
P1 (x1,y1)
X
M1 M2 M3
Gambar III.9 Penentuan luas elemen segitiga dengan fungsi basis orde satu.
40
Luas segitiga pada gambar II.14 dapat dinyatakan dalam titik-titik kordinat
sebagai berikut :
Penentuan luas (A) elemen segitiga tersebut dapat dibuktikan dengan cara
sederhana yaitu sebagai berikut :
Luas segitiga tersebut dapat ditulis dalam bentuk determinan sebagai berikut :
x1 y1 1
Luas Segitiga (A) = x2 y2 1
x3 y3 1
41