Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian
Osteoartritis (OA) meruapakan penyakit sendi degenerative yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan
pergelangan kaki paling sering terkena OA (Sudoyo Aru, dkk. 2009). Dan
memiliki gambaran yang khas yaitu sendi falang distal dan proksimal
sering terkena.
Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi : (Yuliana elin, 2009)
1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteartiritis.
2. Tipe sekunder seperti akibat truma, infeksi dan pernah fraktur.

II.2 Gejala
Gejala umum osteoarthritis diantaranya nyeri sendi, sakit sendi
selama perubahan cuaca atau setelah latihan dan ada tekanan pada sendi.
Rasa sakit tersebut dapat hilang setelah beristirahat. Selain nyeri sendi,
sendi juga tersa kaku dipagi hari atau setelah bagun tidur. Biasanya kaku
ini menghilang, jika mendapat latihan. Gejala lainnya adalah sendi
berbunyi atau berderak apabila digerakkan (krepitasi), adanya kontraksi
otot yang menghambat gerakan, dan peradangan. Jika menyerang tangan,
dapat mengubah bentuk sendi, menjadi merah karena peradangan,
bengkak, lunak, dan akhirnya mati rasa. Gejala akan memburuk jika
memiliki postur tubuh yang buruk dan kegemukkan.

II.3 Manifestasi klinis


1. Nyeri sendi; keluhan utama, dan cenderung memiliki onset perlahan
2. Hambatan gerakan sendi; gangguan ini biasanya semakin berat dengan
pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri
3. Nyeri bertambah dengan aktivitas, membaik dengan istirahat, terasa
paling nyeri pada akhir hari, dan seiring dengan memburuknya
4. penyakit, menjadi semakin parah, sampai saat dimana pergerakkan
minimal saja sudah dapat menimbulkan rasa nyeri dan bisa menganggu
tidur
5. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang
sepanjang hari dengan periode istirahan
6. Kreputasi; rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit
7. Pembesaran sendi (deformitas)
8. Perubahan gaya berjalan
9. Tanda-tanda peradangan; tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan

II.4 Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap,
namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain
adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor umur
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah
pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada
umur diatas 60 tahun.

2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang
lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu
dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal
terdapat 2 kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan anak-
anaknya perempuan cenderung 3 kali lebih sering, daripada ibu dan
anak-anak perempuan dari wanita tanpa OA tersebut. Adanya mutasi
dalam gen prokolagen II atau gen-gen structural lain untuk unsur-unsur
tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat
atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan
familial pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi).

4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan
usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada
orangorang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

5. Kegemukan dan Penyakit Metabolik


Berat badan yang lebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang
menanggung beban, tapi juga dengan OA sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Oleh karena itu disamping factor mekanis yang
berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga ada factor lain
metabolic) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut.

Peran factor metabolic dan hormonal pada kaitan antara OA dan


kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara OA dengan
penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan hipertensi. Pasien-
pasien osteoarthritis ternyata mempunyai resiko penyakit jantung
koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang tanpa
osteoarthritis.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga


Pekerjaan berat atau dengan pemakaian suatu sendi terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga
cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi
berkaitan dengan resiko OA yang lebih tinggi.
Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya OA masih
menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi factor
predisposisi OA cedera traumatic yang dapat mengenai sendi. Akan
tetapi selain cedera yang nyata, hasil-hasil penelitian tidak menyokong
pemakaian yang berlebihan sebagai suatu factor untuk timbulnya OA.
Meskipun demikian, beban benturan yang berulang dapat menjadi
suatu factor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai
predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan
beratnya OA.

7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan congenital dan pertumbuhan paha (missal penyakit Perthes
dan dislokasi congenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA
paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih
banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras tertentu.

8. Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat
(keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima
oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi mudah
robek, factor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang
gemuk dan pelari (umumnya mempunyai tulang lebih padat) dan
kaitan negative antara osteoporosis dan OA. Merokok dilaporkan
menjadi factor yang melindungi untuk timbulnya OA, meskipun
mekanismenya belum jelas.

II.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan serologi (untuk indikasi inflamasi) dan cairan synovial
dalam batas normal, pemeriksaan mikroskopis
2. Foto rontgen polos menunjukkan penurunan progresif massa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi
3. Pemeriksaan zat besi (Fe) dan Kalsium (Ca)

II.6 Terapi Farmakologis dan Non-farmakologis


Tujuan utama terapi Osteoarthritis (OA) adalah untuk mengurangi nyeri
dan gejala lain, dan meningkatkan fungsinya.
Pengelolaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya
OA yang diderita. Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu:
1. Terapi Non-farmakologis
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien
dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang
dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin
parah, dan agar persendiannya tetap terpakai.
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi
ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat
dipakai. Dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan factor yang memperberat
OA. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak
berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan
apabila berat badan berlebih
2. Terapi Farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang
timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi
manifestasi-manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (AINS), Inhibitor
Siklooksigenase-2 (COX 2), dan Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut,
penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif
daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas
obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap
menjadi obat pilihan pertama dalam menangani rasa nyeri pada
OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS
adalah dengan cara mengkombinasikannya dengan dengan
menggunakan inhibitor COX-2.
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga
atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat-
obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: tetrasiklin,
asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C,
dan sebagainya.

3. Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila
terjadi deformitas sendi yang menggangu aktivitas sehari-hari

II.7 WOC Osteoarthitis

Umur di atas Jenis Genetik Suku Obesitas Trauma Akibat


usia 60 Kelamin Penyakit
Intrinsik Ekstrinsik Sendi lain
Struktur tulang Sendi tdk kuat
Wanita Perbedaan Polamenahan beban (Peradangan)
Proses
Bentuk (osteoartritis Hidup Kartilago Kartilago Penggunaan
Penuaan Penurunan missal tubuh
Penurunan pangggul Depresi sendi sendi yg
Hormonal Pelebaran Kekakuan
melebar
Jumlah Cairan (Estrogen,Pro Tekanan berlangsung berlebih
PD
lama Penurunan Akibat aktivitas
Sinovial Pada gesteron,dll)
Penurunan pada sendi Penurunan
pembuluh yg membutuhkan
Sendi
Penurunan absobsi Beban aliran darah Vasodilatasi
Pecahnya
darah gerakan sendi
absobsi kalsium lama pembuluh darah Suplai O2
Kadar
kalsium OSTEOARTRITIS menurun
kalsium

Stress Proses Peradangan Inflamasi sendi Penatalaksanaan


biomekanik degeneratif kartilago bedah
panjang
Pelepasan mediator
Pemecahan kondosit Menstimulasi
nyeri Tindakan
tumbuhnya tulang
Penurunan operasi
baru
Perubahan fungsi hormon
Perbaikan yg Menyentuh ujung
sendi Pengeluaran enzim paratiroid
Perbuhan komponen sendi dilakukan tdk saraf nyeri
lisosom Kerusakan
(kolagen,prostiogtikas,dan memadai jaringan
jarDeformitas
sub kondrial) Penurunan
sendi Kerusakan matrik absorbsi Timbulnya benjolan pada Nyeri
kartilago kalsium pinggiran sendi (osteofit)
Kurangnya
Sulit bergerak Pengetahuan
Penurunan
Penebalan Cidera Nyeri Kronis
Kerusakan kekuatan
tulang sendi Tulang Gangguan
aktivitas
Penyempitan Body Image
Mobilitas Fisik
rongga
Nyeri sendi
II.8 Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia Osteoarthritis
Peran keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada system baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Peran keluarga saat ini harus ditingkatkan karena keluarga bukan hanya
memulihkan keadaan anggota keluarganya yang sakit, tetapi juga
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan, peran keluarga dalam perawatan lansia
adalah sebagai motivator, educator, dan fasilitator, inisiator, pendorong,
pemberi perawatan, coordinator, mediator(Friedman, 1998)
Peran keluarga dalam perawatan lansia osteoarthritis misalnya:
Menganjurkan latihan fisik
Memberi kompres air hangat
Penurunan berat badan
Diet
Dukungan psikososial

Anda mungkin juga menyukai