Anda di halaman 1dari 8

1.

Aliran Filsafat Realisme

Aliran filsafat realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas. Realisme
bependapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Aliran filsafat
realisme memperlihatkan bahwa suatu yang riil atau sesuatu yang benar adalah sesuatu yang
merupakan gambaran nyata atau salinan sebenarnya dari dunia realitas. Sehingga pengetahuan
manusia tentang sesuatu tidak lain adalah jelmaan jelas dan gambaran dunia yang direduksi oleh
akal dalam dirinya. Dapat dikatakan bahwa realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah aliran
yang tepat sesuai dengan kenyataan.

Pendidikan menurut filsafat realisme menekankan pada pembentukan peserta didik agar mampu
melaksanakan tanggung jawab sosial dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Untuk
mencapainya diperlukan pendidikan yang ketat dan sistematis dengan dukungan kurikulum yang
komprehensif dan kegiatan belajar yang teratur dibawah arahan oleh tenaga pendidik tentunya.

Aliran filsafat realisme memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, adapun kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki oleh aliran realisme diantaranya adalah sebagai berikut:

Kelebihannya:

Program pendidikan terfokus sehingga peserta didik dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam
hidup, dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial dalam hidup bermasyarakat.

Peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan yang handal sehingga mampu mengikuti
perkembangan Iptek.

Dalam hubungannya dengan disiplin, tatacara yang baik sangat penting dalam belajar. Artinya
belajar dilakukan secara terpola berdasarkan pada suatu pedoman. Karena peserta didik perlu
mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebaikkan.

Kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna dalam penyesuaian diri
dalam hidup dan tanggung jawab sosial. Kurikulum berisi unsur-unsur pendidikan umum untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja.

Metodenya logis dan psikologis, semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung
maupun tidak langsung. Metode mengajar bersifat logis, bertahap dan berurutan.

Kelemahannya:

Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang
sama. Menurutnya pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah,
metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, tidak semuamanusia itu sama dalam
menangkap pelajaran karena kemampuan tiap orang berbeda-beda sehingga harus disesuaikan
dalam proses pendidikan.

Kekeliruan menilai persepsi, tidak ada penjelasan mengenai objek khayalan/halusinasi, semua
persepsi tergantung konteks visual.
2. Aliran Filsafat Materialisme

Jika dibandingkan dengan aliran filsafat yang lain aliran filsafat materialisme adalah aliran yang
mendapatkan kritikan dari berbagai pihak, terutama dalam anggapannya yang hanya meyakini
bahwa tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pikiran, roh, kesadaran dan jiwa tidak
lain hanyalah materi yang sedang bergerak. Menurut mereka, pikiran memang ada tetapi tak lain
disebabkan dan sangat tergantung pada perubahan-perubahan material. Intinya, mereka
menganggap bahwa materi berada di atas segala-galanya. Materialisme adalah aliran yang
memandang bahwa segala sesuatu adalah relitas, dan realitas seluruhnya adalah materi belaka.
Kenyataan bersifat material dipandang bahwa segala sesuatu yang hendak dikatakannya adalah
berasal dari materi dan berakhir dengan materi atau berasal dari gejala yang bersangkutan dengan
materi.

Untuk pendidikan, materialisme memandang bahwa proses belajar merupakan proses kondisionisasi
lingkungan serta menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis empiris sebagai
hasil kajian sains atau alam, sedangkan perilaku sosial sebagai hasil belajar.

Namun meskipun aliran filsafat materialisme mendapat kritikan dari berbagau pihak tapi didalam
pendidikan masih sering juga kita temui penerapannya dalam pembelajaran seperti menyodorkan
setumpuk buku ke peserta didik. Aliran filsafat materialisme memang memiliki banyak kritikan
namun juga memilik kelebihan. Dan adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh aliran
filsafat materialisme adalah:

Kelebihannya:

Paham materialisme berpegang pada kenyataan-kenyataan yang mudah dimengerti, bukan pada
dalil-dalil abstrak.

Teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori pengetahuan yang sudah umum.

Semua perubahan yang terjadi bersifat kepastian semata.

Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,selalu
berhubungan dengan sasaran perilaku.

Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi, pelajaran berprogram dan kompetensi

Kelemahannya:

Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri,
padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.

Aliran materialisme tidak mencakup keseluruhan, aliran materialisme bersifat detotalisasi artinya
mengingkari manusia secara total, materialisme berpendapat yang terpenting bagi manusia adalah
usaha, bukan hanya akalnya.

Materialisme mengingkari faktor penting dalam kehidupan, misalnya cinta dan kebaikan, karena
kadua faktor ini juga merupakan faktor penting dalam keberhasilan usaha manusia.
Dalam Agama islam, aliran ini dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama, karena tidak mengakui
adanya Yang Mutlak dan unsur metafisika. Karena dalam islam, kehidupan bukan semata yang
terlihat, namun juga ada kehidupan yang tak terlihat.

Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.

Dalam dunia pendidikan aliran materialisme hanya berpusat pada guru dan tidak memberikan
kebebasan kepada siswanya, baginya guru yang memiliki kekuasan untuk merancang dan
mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
Sedangkan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar, pelajaran sudah
dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar.

Di kelas, anak didik hanya disodori setumpuk pengetahuan material, baik dalam buku-buku teks
maupun proses belajar mengajar. Yang terjadi adalah proses pengayaan pengetahuan kognitif tanpa
upaya internalisasi nilai. Akibatnya, terjadi kesenjangan yang jauh antara apa yang diajarkan dengan
apa yang terjadi dalam kehidupan sehar-hari anak didik. Pendidikan agama menjadi tumpul, tidak
mampu mengubah sikap-perilaku mereka.

3. Aliran Filsafat Pragmatisme

Aliran filsafat pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak
(absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan manusia. Inti dari filsafat
pendidikan yang berwatak pragmatisme adalah pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang
berguna, dan hasil dari pendidikan adalah berfungsi bagi kehidupannya. Karena itu, pendidikan
harus didesain secara fleksibel dan terbuka. Maksudnya pendidikan tidak boleh mengurung
kebebasan berkreasi anak, lebih-lebih membunuh kreatifitas anak.

Menurut pragmatisme, pendidikan bukan semata-mata membentuk pribadi anak tanpa


memperhatikan potensi yang ada dalam diri anak, juga bukan beranggapan bahwa anak telah
memiliki kekuatan laten yang memungkinkan untuk berkembang dengan sendirinya sesuai tujuan.
Namun, pendidikan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-
pengalaman individu.

Filsafat pragmatisme mencoba mengisi ruang dan waktu untuk turut mencari solusi terbaik terhadap
model pendidikan yang dianggap selangkah ketinggalan dengan perkembangan pola pikir manusia
itu sendiri. Seiring dengan perkembangan, dunia pendidikan berupaya menyelaraskan antara
eksplorasi pikiran manusia dengan solusi tindakan bersama perangkatnya untuk mencapai puncak
temuan. Dalam aliran filsafat pragmatisme juga terdapat kelebihan dan kelemahan yang dimiliki
dalam pendidikan diantaranya sebagai berikut:

Kelebihannya:

Pendidikan yang mengikuti pola filsafat pragmatisme akan berwatak humanis, dan pendidikan
yang humanis akan melahirkan manusia yang humanis pula.

Pragmatisme mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba
membuktikan suatu konsep lewat penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-
eksperimen sehingga muncullah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu
mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di bidang sosial dan ekonomi.

Pandangan pragmatisme dalam model kurikulum yang digunakan setiap pelajaran tidak boleh
terpisah-pisah antara satu dengan yang lain, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling terkait.

Pengalaman di sekolah selalu dipadukan dengan pengalaman anak di luar sekolah atau di tempat
lingkungan kehidupan anak.

Masalah yang dijadikan pusat kegiatan oleh guru di kelas adalah masalah-masalah aktual yang
menarik minat anak atau menjadi pusat perhatian anak.

Metode yang diterapkan oleh guru adalah metode disiplin bukan kekuasaan, karena metode
kekuasaan cenderung memaksakan anak untuk mengikuti kehendak guru. Cara yang demikian itu
tidak mungkin dapat membangkitkan perhatian dan minat anak. Sedangkan metode disiplin, semua
kemauan dan minat datang dari dalam diri anak sendiri, dan anak akan belajar apabila ia memiliki
minat terhadap suatu hal untuk dipelajari.

Model pembelajaran pragmatisme adalah anak belajar di dalam kelas dengan cara berkelompok,
dengan berkelompok anak akan merasa bersama-sama terlibat dalam masalah dan pemecahanya.
Anak akan terlatih bertanggung jawab terhadap beban dan kewajiban masing-masing. Model
pembelajaran ini berupaya membangkitkan hasrat anak untuk terus belajar, serta anak dilatih
berpikir secara logis.

Guru menyesuaikan bahan ajar sesuai dengan minat dan kebutuhan anak tersebut, dan kurikulum
pendidikan pragmatisme serta-merta menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dengan
pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.

Guru dalam pendidikan pragmatisme adalah mengawasi dan membimbing pengalaman belajar
siswa, tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya.

Kelemahannya:

Pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran absolut
(kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabila terbukti secara alamiah, dan percaya
bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, oleh sebab itu secara tidak langsung
pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transendental (bahwa Tuhan jauh di luar alam
semesta).

Pragmatisme sangat mendewakan kemampuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka
sikap-sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.

Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata,
praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptkan pola
pikir masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh
penyakit matrealisme.
Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa
memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa
mengenal batas waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam struktur
masyarakatnya manusia hidup semakin egois individualis. Sehingga masyarakat pragmatisme
menderita penyakit humanisme.

4. Aliran Filsafat Progresivisme

Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa
manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang
menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha
mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas, terutama dalam kehidupan adalah
tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu
dari segi keagungannya. Berhubungan dengan itu progressivisme kurang menyetujui adanya
pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman
sekarang.

Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini
telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan
kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang
terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena
itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Adapun kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki oleh aliran filsafat progresivisme adalah sebagai berikut:

Kelebihannya:

Nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan.

Toleran dan terbuka sehingga menuntut untuk selalu maju bertindak secara konstruktif, inovatif
dan reformatif, aktif serta dinamis.

Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat,
kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang
dibuat oleh orang lain.

Menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan
menjawab tantangan zaman peradaban baru.

Kelemahannya:

Progresivisme terlampau menekankan pada pendidikan individu

Kelas sekolah progresif artifisial / dibuat-buat dan tidak wajar.

Progresivisme bergantung pada minat dan spontan.

Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari
tugas-tugas yang dikerjakan.

5. Aliran Filsafat Rekonstruksionisme


Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme, gerakan ini lahir didasari
atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-
masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Aliran filsafat rekonstruksionisme adalah suatu
aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. maka dari itu rekonstruksionisme berusaha mencari
kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia
dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses pendidikan.
Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang sama sekali baru.

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua
umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui
pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula
demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat
manusia. Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang
diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasasi oleh golongan
tertentu. sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan
sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan
kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa
membedakan warna kulit, keturuanan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat
bersangkutan.

Adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki aliran filsafat rekonstruksionisme dalam dunia
pendidikan adalah sebagai berikut:

Kelebihannya:

Membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang
dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat


masa depan. Kurikulum disusun untuk menyoroti kebutuhan akan beragam reformasi sosial

Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.

Rekonstruksionisme menekankan pada pengalaman yang dimiliki para siswa dengan interaksi
ekstensif antara guru dan siswa dan diantara para siswa itu sendiri.

Melalui suatu pendekatan rekonstruksionis sosial pada pendidikan, para siswa belajar metode-
metode yang tepat untuk berhadapan dengan krisis-krisis signifikan yang melanda dunia.

Kelemahannya:

Karena tujuan sekolah adalah mengembangkan rekayasa sosial, beban dan tanggung jawab
sekolah sangatlah berat.

Tawaran pemikiran yang direkomendasikan oleh rekonstruksionisme seperti keterlibatan aktif


dunia pendidikan pada dunia politik akan berdampak buruk pada aktivitas pendidikan yang secara
akdemik terlalu sakral yang kemudian untuk dicemari oleh intrik-intrik poloitik yang kotor dan
menghalalkan segala cara untuk memuaskan nafsu kekuasaan sebuah kelompok politik tertentu.

Rekonstruksionisme bersifat makro, dan kurang menitikberatkan pada individu, padahal


pendidikan seharusnya bertujuan untuk membangun kepribadian yang didalamnya terdapat
kebagusan akal budi dan moralitas individu (ahlak). Pendidikan tidak hanya ingin melahirkan para
aktivis sosial, akan tetapi juga manusia yang bermoral, berkarakter, dan memiliki spiritualitas cukup.

Gagasan-gagasan yang ada di dalam rekonstruksionisme sangat teoritik dan cenderung tidak
realistik. Karena gagasan seperti pembentukan tatanan sosial baru yang sangat ideal sebagai solusi
atas bencana kemanusiaan yang terjadi, ibarat mimpi disiang bolong, sebab upaya tersebut seolah
mengabaikan kondisi rill umat manusia saat ini.

6. Aliran Filsafat Esensialisme

Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan
dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak
melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Aliran filsafat esensialisme
adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak peradaban
umat manusia.

Adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh aliran filsafat esensialisme adalah diantaranya
sebagai berikut:

Kelebihannya:

Menurut aliran ini suatu ide-ide atau gagasan-gagasan manusia sebagai makhluk yang berpikir,
dan semua ide yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang menciptakan segala
sesuatu yang ada di bumi dan dilangit, serta segala isinya. Dengan menguji dan menyelidiki semua
ide serta gagasannya maka manusia akan mencapai suatu kebenaran yang berdasarkan kepada
sumber yang ada pada Allah SWT.

Memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk
perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.

Pendidikan berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan
kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-
sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.

Eensialisme berpendapat bahwa perubahan merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat diubah
dalam kehidupan sosial. Mereka mengakui evolusi manusia dalam sejarah, namun evolusi itu harus
terjadi sebagai hasil desakan masyarakat secara terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai
kemampuan intelegensi manusia yang mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan
amandemen cara-cara bertindak, organisasi, dan fungsi sosial.

Kelemahannya:

Menurut esensialis, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan kebijakan-kebijakan


sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan sekolah yang
akan mengindoktrinasi siswa dan mengenyampingkan kemungkinan perubahan.

Para pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena mereka berpedoman
pada filsafat yang berbeda.Misalnya beberapa pemikir esensial memandang seni dan ilmu sastra
sebagai embel-embel dan merasa bahwa pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar adalah
hal-hal yang benar-benar penting yang diperlukan siswa agar dapat memberi kontribusi pada
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai