Disusun oleh:
Kelompok 4 :
Dosen Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penyusun dapat
mengerjakan makalah tentang Hipoksia. Kemudian shalawat beserta salam tidak
lupa kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan umat
di dunia.
2
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang
1
Rumusan masalah 2
Tujuan
2
Manfaat
3
BAB II PEMBAHASAN 4
3
3.1 Kesimpulan 21
3.1 Kesimpulan 21
DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
4
Akibat dari hipoksia, terjadinya perubahan pada sistem syaraf pusat.
Hipoksia akut akan menyebabkan gangguan judgement, inkoordinasi motorik dan
gambaran klinis yang mempunyai gambaran pada alkoholisme akut. Kalau
keadaan hipoksia berlangsung lama mengakibatkan gejala keletihan, pusing,
apatis, gangguan daya konsentrasi, kelambatan waktu reaksi dan penurunan
kapasitas kerja. Begitu hipoksia bertambah parah, pusat batang otak akan terkena,
dan kematian biasanya disebabkan oleh gagal pernafasan. Bila penurunan PaO2
disertai hiperventilasi dan penurunan PaCO2, resistensi serebro-vasculer
meningkat, aliran darah serebral menurun dan hipoksia bertambah.
Rumusan Masalah
Tujuan
5
Menjelaskan patofisiologi hipoksia
Manfaat
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Kondisi di mana tekanan parsial oksigen menurun seperti
pada ketinggian tertentu dari permukaan laut
2. Hipoksia anemik, terjadi ketika tubuh tidak mampu mengangkut oksigen yang
tersedia ke jaringan target. Penyebab hal ini antara lain:
3. Hipoksia stagnant, terjadi ketika tidak adanya aliran darah yang cukup ke
jaringan target. Organ yang paling terpengaruh adalah ginjal dan jantung karena
mereka memiliki kebutuhan oksigen yang tinggi. Penyebab hal ini antara lain:
8
Gagal jantung;
Keracunan sianida;
Konsumsi alkohol;
Narkotika.
9
pembuluh darah jantung), edem jaringan, (5) pemakaian oksigen yang tidak
memedai pada jaringan, misal pada keracunan enzim sel, kekurangan enzim sel
karena defisiensi vitamin B.1
10
e.Otot napas, otot inspirasi utama adalah diafragma dan interkostal
eksternus. Bila ada kelumpuhan otot-otot tersebut misal karena sisa
obat pelumpuh otot, myastenia gravis, akan menyebabkan gangguan
napas. Tekanan intra abdominal yang tinggi akan menghambat gerak
diafragma.
f. Syaraf, kelumpuhan atau menurunnya fungsi syaraf yang
mengnervasi otot interkostal dan diafragma akan menurunkan
kemampuan inspirasi sehingga terjadi hipoventilasi. Misalnya: Blok
subarachnoid yang terlalu tinggi, cedera tulang leher, Guillain Barre
Syndrome, Poliomyelitis.
(3) Percabangan neuromuscular misalnaya otot yang relaksasi, keracunan
organophospat. (4) Post operasi misal bedah thorak, bedah abdomen.7,8
Dalam anestesi, gagal pernapasan/sumbatan jalan napas dapat disebabkan oleh
tindakan operasi itu sendiri misalnya karena obat pelumpuh otot, karena
muntahan,/lendir, suatu penyakit,(koma, stroke, radang otak), trauma/kecelakaan
(trauma maksilofasial, trauma kepala, keracunan).
11
Kelainan dari hemoglobin seperti: methemoglobinemia,
sulfhemoglobinemia, karboksihemoglobinemia.
Selain sianosis sentral dan perifer beberapa hal yang bisa menyebabkan hipoksia
adalah:
12
Pada keadaan dengan penurunan kesadaran misalnya pada tindakan
anestesi, penderita trauma kepal/karena suatu penyakit, maka akan terjadi
relaksasi otot-otot termasuk otot lidah dan sphincter cardia akibatnya bila posisi
penderita terlentang maka pangkal lidah akan jatuh ke posterior menutup
orofaring, sehingga menimbulkan sumbatan jalan napas. Sphincter cardia yang
relaks, menyebabkan isi lambung mengalir kembali ke orofaring (regurgitasi). Hal
ini merupakan ancaman terjadinya sumbatan jalan napas oleh aspirat yang padat
dan aspirasi pneumonia oleh aspirasi cair, sebab pada keadaan ini pada umumnya
reflek batuk sudah menurun atau hilang.
13
Jalan napas yang tersumbat akan menyebabkan gangguan ventilasi karena
itu langkah yang pertama adalah membuka jalan napas dan menjaganya agar tetap
bebas. Setelah jalan napas bebas tetapi tetap ada gangguan ventilasi maka harus
dicari penyebab lain.penyebab lain yang terutama adalah gangguan pada mekanik
ventilasi dan depresi susunan syaraf pusat. Untuk inspirasi agar diperoleh volume
udara yang cukup diperlukan jalan napas yang bebas, kekuatan otot inspirasi yang
kuat, dinding thorak yang utuh, rongga pleura yang negatif dan susunan syaraf
yang baik.Bila ada gangguan dari unsur-unsur mekanik diatas maka akan terjadi
hipoventilasi yang mengakibatkan hiperkarbia dan hipoksemia. Hiperkarbia
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan meningkatkan tekanan
intrakranial, yang dapat menurunkan kesadran dan menekan pusat napas bila
disertai hipoksemia keadaan akan makin buruk. Penekanan pusat napas akan
menurunkan ventilasi. Lingkaran ini harus dipatahkan dengan memberikan
ventilasi dan oksigensi. Gangguan ventilasi dan oksigensi juga dapat terjadi akibat
kelainan di paru dan kegagalan fungsi jantung. Parameter ventilasi : PaCO2 (N:
35-45 mmHg), ETCO2 (N: 25-35mmHg), parameter oksigenasi : Pa O2 (N: 80-
100 mmHg), Sa O2 (N: 95-100%).
14
1. Hipoksemia Arteri
2. Berkurangnya aliran oksigen karena adanya kegagalan transport
tanpa adanya hipoksemia arteri.
3. Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan.
1. System kardiovaskular
2. Hematologi
3. Respirasi
15
2.6 Gejala Hipoksia
Gejala dan tanda utama dari hipoksia adalah adanya peningkatan frekuensi
napas lebih dari normal, sianosis, dan gejala-gejala (yang karena terjadi gangguan
pada) otak. Peningkatan frekuensi napas terjadi ketika reseptor (saraf penerima) di
pembuluh darah tepi terangsang karena rendahnya tekanan oksigen di (pembuluh
darah) arteri. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoksia hipoksik dan histotoksik.
Akan tetapi, peningkatan frekuensi napas ini tidak terlihat pada hipoksia anemik
16
karena tekanan oksigen di arteri normal dan juga pada hipoksia stagnant karena
tekanan pada reseptor di pembuluh darah tepi tinggi (bahkan lebih tinggi dari
normal).
Sianosis sentral terlihat pada selaput lendir seperti ujung lidah dan bibir dan
cuping telinga, di mana kulit sangat tipis. Area-area ini merupakan area yang
biasanya menerima darah dalam jumlah besar dan menjadi sianosis jika kadar
oksigen dalam darah rendah seperti pada hipoksia hipoksik.
Jari tangan atau kaki yang berbentuk seperti tabuh juga merupakan tanda
yang dapat ditemui. Akan tetapi, jari tabuh ini juga dapat disebabkan oleh kondisi
lain baik idiopatik (tidak diketahui), bawaan, atau didapat meliputi: penyakit
jantung bawaan, infeksi dinding jantung dan katupnya, kondisi paru-paru
(penyebaran dari kanker paru, abses paru, fibrosis kistik, mesothelioma,
bronkiektasis), dan juga penyakit-penyakit saluran cerna (sirosis hati, penyakit
radang saluran cerna).
17
Akan tetapi, gejala-gejala di atas muncul sesuai dengan tingkatan dari
hipoksia. Waktu yang dihabiskan seseorang dalam satu tingkat dalam keempat
tingkat ini berbeda-beda antara masing-masing orang. Biasanya tingkat hipoksia
ini dipakai oleh bagian penerbangan. Empat tingkat hipoksia adalah:
1. Tidak Bergejala
Orang biasanya tidak awas akan efek dari hipoksia pada tingkat ini. Gejala
biasanya adalah berkurangnya pandangan saat malam hari dan berkurangnya
penglihatan warna. Biasanya perubahan ini dapat terjadi pada ketinggian sedang
(serendah 4000 kaki) dan terutama sangat signifikan untuk pilot saat malam hari.
Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 90-95%.
2. Kompensasi
Pada orang sehat, tingkat ini terjadi pada ketinggian antara 10.000-15.000 kaki.
Tubuh masih dapat mengkompensasi dengan peningkatan frekuensi dan
kedalaman napas dan curah jantung (volume darah yang dipompakan jantung ke
seluruh tubuh tiap menit). Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 80-90%.
3.
18
4. Perburukan / Gangguan
Pada tingkat ini, tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi kekurangan oksigen.
Sayangnya, tidak semua orang dapat merasakan gejala dan tanda yang
berhubungan pada tingkat ini. Jika tidak bergejala, tentunya orang tidak dapat
melakukan untuk mengoreksi masalah ini. Berikut beberapa gejala yang dapat
terjadi pada tingkat ini: sianosis (perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit
dan selaput lendir), mengantuk, sakit kepala, agresif, pertimbangan yang
terganggu, inkoordinasi (kekikukan gerakan), kesulitan melakukan tugas
sederhana, berkurangnya penglihatan, kesemutan, napas pendek, dsb. Kadar
oksigen dalam darah biasanya antara 70-80%.
5. Kritis
Tingkat ini merupakan tingkat terakhir yang dapat menyebabkan kematian. Orang
tidak berdaya secara fisik dan mental pada tingkat ini. Gejala seperti kehilangan
kesadaran, kejang, henti napas, hingga kematian dapat terjadi. Kadar oksigen
dalam darah biasanya di bawah 70%.
Secara khusus menurut sumber lain gejala klinis dari hipoksia adalah:
Gejala Klinis
19
2.7 Diagnosa
* post mortem
Pemeriksaan pos mortem pada hipoksia
1. Pemeriksaan luar
a. lebam mayat jelas terlihat (livide) karena kadar karbondioksida
yang tinggi dalam darah
b. sianosis adalah warna kebiruan dari kulit dan membran mukosa
karena konsentrasi yang berlebihan dari deoksihemoglobin atau
hemoglobin tereduksi pada pembuluh darah kecil
c. pada mulut bisa ditemukan busa
d. karena otot sfingter relaksasi mungkin dapat ditemukan urin, feses,
maupun cairan sperma
e. bercak tardeuyaitu bercak peteki dibawah kulit atau konjungtiva
2.Pemeriksaan dalam
20
a. mukosa saluran pernapasan bisa tampak membengkak
b. jantung dilatasi, pembendungan sirkulasi organ dalam tubuh
c. paru-paru mengalami edema hal ini disebabkan dari efek hipoksia
pada pusat vasomotor dengan berbagai macam derajatnya, bila udem paru
berat maka akan tampak buih berwarna merah muda keluar dari hidung
dan mulut, bila udem paru ringan maka pemeriksaan hanya dapat dilihat
dengan pemeriksaan histologi paru.
d. Edema otak.
e. Bercak-bercak perdarahan peteki tampak di bawah membran
mukosa
f. Darah menjadi lebih encer
2.8 Penatalaksanaan
Penilaian dari pengelolaan jalan napas harus dilakukan dengan cepat, tepat
dan cermat. Tindakan ditujukan untuk membuka jalan napas dan menjaga agar
jalan napas tetap bebas dan waspada terhadap keadaan klinis yang menghambat
jalan napas.Penyebab sumbatan jalan napas yang tersering adalah lidah dan
epiglotis, muntahan, darah, sekret, benda asing, trauma daerah maksilofasial. Pada
penderita yang mengalami penurunan kesadaran maka lidah akan jatuh ke
belakang menyumbat hipofarings atau epiglotis jatuh kebelakang menutup rima
glotidis. Dalam keadaan seperti ini, pembebasan jalan napas dapat dilakukan
tanpa alat maupun dengan menggunakan jalan napas buatan. Membuka jalan
napas tanpa alat dilakukan dengan cara Chin lift yaitu dengan empat jari salah satu
tangan diletakkan dibawah rahang ibu jari diatas dagu, kemudian secara hati-hati
dagu diangkat ke depan. Bila perlu ibu jari dipergunakan untuk membuka
mulut/bibir atau dikaitkan pada gigi seri bagian bawah untuk mengangkat rahang
bawah. Manuver Chin lift ini tidak boleh menyebabkan posisi kepala
hiperekstensi. Cara Jaw Thrust yaitu dengan mendorong angulus mandibula kanan
dan kiri ke depan dengan jari-jari kedua tangan sehingga barisan gigi bawah
berada di depan barisan gigi atas, kedua ibu jari membuka mulut dan kedua
21
telapak tangan menempel pada kedua pipi penderita untuk melakukan
immobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust buka mulut dan head tilt disebut airway
manuver.
Jalan napas orofaringeal. Alat ini dipasang lewat mulut sampai ke faring
sehingga menahan lidah tidak jatuh menutup hipofarings. Jalan napas
nasofaringeal. Alat di pasang lewat salah satu lubang hidung sampai ke faring
yang akan menahan jatuhnya pangkal lidah agar tidak menutup hipofaring. Untuk
sumbatan yang berupa muntahan, darah, sekret, benda asing dapat dilakukan
dengan menggunakan alat penghisap atau suction. Ada 2 macam kateter penghisap
yang sering digunakan yaitu rigid tonsil dental suction tip atau soft catheter
suction tip. Untuk menghisap rongga mulut dianjurkan memakai yang rigid
tonsil/dental tip sedangkan untuk menghisap lewat pipa endotrakheal atau
trakheostomi menggunakan yang soft catheter tip. Jangan menggunakan soft
catheter tip lewat lubang hidung pad penderita yang den gan fraktur lamina
cribosa karena dapat menembus masuk rongga otak. Harus diperhatikan tata cara
penghisapan agar tidak mendapatkan komplikasi yang dapat fatal. Benda asing
misalnya daging atau patahan gigi dapat dibersihkan secara manual dengan jari-
jari. Bila terjadi tersedak umumnya nyantoldidaerah subglotis, dicoba dulu
dengan cara back blows, abdominal thrust
22
tetapi hal ini tidak terjadi pada kasus sianosis sentral. Kadar oksigen di pembuluh
darah arteri juga harus ditentukan dengan analisis gas darah.
Akan tetapi, pada pasien dengan PPOK, otak tidak sensitif lagi dengan
kadar karbondioksida yang tinggi dan laju napas justru dipengaruhi oleh kadar
oksigen yang rendah. Pemberian oksigen yang berlebihan tentunya dapat
membuat otak mengurangi laju napas sampai dapat terjadi henti napas.
Selain itu, oksigen 100% juga memiliki efek racun karena dapat memicu
terbentuknya radikal bebeas. Ketika diberikan lebih dari 8 jam, dapat mengiritasi
saluran napas. Jika diberikan lebih lama lagi dapat memicu kelainan pada paru
dan mata. Selain itu, oksigen hiperbarik 100% juga dapat memicu gejala seperti
iritasi saluran napas, kedutan pada otot, telinga berdenging, kejang, dan koma.
Semakin besar tekanan oksigen yang diberikan, semakin cepat gejala-gejala
tersebut muncul.
Ada tiga cara yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis hipoksia pada pasien,
yaitu:
23
Analisa gas darah. Sampel darah dari pembuluh arteri
diperiksa untuk mengetahui kadar oksigen yang terikat di sel darah
merah.
Ada beberapa pengobatan yang akan dilakukan dokter bagi para penderita
hipoksia, yaitu:
24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA
3. Ganong M.D., 1988, Penyesuaian Pernapasan Pada Orang Sehat dan Sakit,
Hipoksia, hal: 586-597,Fisiologi Kedokteran,ed.10,Cet.IV,EGC, Jakarta
4. Rima dkk., 1996, Hipoksia, Kamus Kedokteran Dorlan, hal: 898, cet.II, EGC,
Jakarta.
26