Anda di halaman 1dari 26

HIPOKSIA

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas


keperawatan sistem respirasi

Disusun oleh:

Kelompok 4 :

Yonna Affim 1511311009

Ilham Tohir 1511311017

Tiara Angraini 1511312001

Misde Dimitri Yolla 1511312004

Dosen Pembimbing:

Reni Prima Gusty, S.Kp, M.Kes.

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
1
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penyusun dapat
mengerjakan makalah tentang Hipoksia. Kemudian shalawat beserta salam tidak
lupa kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan umat
di dunia.

Makalah yang berjudul Hipoksia, disusun untuk memenuhi tugas mata


kuliah Keperawatan Sistem Respirasi. Selanjutnya penyusun mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Sistem Respirasi.
Tidak lupa juga kepada segenap pihak yang telah membantu dan memberikan
arahan selama penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam


penulisan makalah ini, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Padang, 9 September 2016

2
Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang
1
Rumusan masalah 2
Tujuan
2
Manfaat
3
BAB II PEMBAHASAN 4

2.1 Pengertian Hipoksia 4

2.2 Etiologi Hipoksia 6

2.3 Patofisiologi Hipoksia 9

2.4 Mekanisme Hipoksia10

2.5 WOC Hipoksia.12

2.6 Gejala Hipoksia 12

2.7 Diagnosa Hipoksia 16

2.8 Penatalaksanaan Hipoksia 17

2.9 Pengobatan Hipoksia 18

BAB III PENUTUP 21

3
3.1 Kesimpulan 21

3.1 Kesimpulan 21

DAFTAR PUSTAKA 22

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai


dibawah tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai yang
terjadi akibat berkurangnya tekanan oksigen di udara. Tujuan akhir pernafasan
adalah untuk mempertahankan konsentrasi oksigen, karbondioksida dan ion
hidrogen dalam cairan tubuh. Kelebihan karbondioksida atau ion hidrogen
mempengaruhi pernafasan terutama efek perangsangan pusat pernafasannya
sendiri, yang menyebabkan peningkatan sinyal inspirasi dan ekspirasi yang kuat
ke otot-otot pernafasan.

Akibat peningkatan ventilasi, pelepasan karbondioksida dari darah


meningkat, ini juga mengeluarkan ion hidrogen dari darah karena pengurangan
karbondioksida juga mengurangi asam karbonat darah. Berbagai keadaan yang
menurunkan transpor oksigen dari paru ke jaringan termasuk anemia, dimana
jumlah total hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen berkurang,
keracunan karbondioksida, sehingga sebagian besar hemoglobin menjadi tidak
mampu mengangkut oksigen, dan penurunan aliran darah ke jaringan dapat
disebabkan oleh penurunan curah jantung atau iskemi lokal jaringan.

4
Akibat dari hipoksia, terjadinya perubahan pada sistem syaraf pusat.
Hipoksia akut akan menyebabkan gangguan judgement, inkoordinasi motorik dan
gambaran klinis yang mempunyai gambaran pada alkoholisme akut. Kalau
keadaan hipoksia berlangsung lama mengakibatkan gejala keletihan, pusing,
apatis, gangguan daya konsentrasi, kelambatan waktu reaksi dan penurunan
kapasitas kerja. Begitu hipoksia bertambah parah, pusat batang otak akan terkena,
dan kematian biasanya disebabkan oleh gagal pernafasan. Bila penurunan PaO2
disertai hiperventilasi dan penurunan PaCO2, resistensi serebro-vasculer
meningkat, aliran darah serebral menurun dan hipoksia bertambah.

Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan hipoksia ?

Apa etiologi hipoksia ?

Apa patofisiologi hipoksia ?

Bagaimana mekanisme hipoksia?

Bagaimana WOC Hipoksia?

Bagaimana gejala hipoksia ?

Bagaimana diagnosa hipoksia ?

Bagaimana penatalaksanaan hipoksia ?

Bagaimana pengobatan hipoksia ?

Tujuan

Menjelaskan yang dimaksud dengan hipoksia

Menjelaskan etiologi hipoksia

5
Menjelaskan patofisiologi hipoksia

Menjelaskan Mekanisme Hipoksia

Menjelaskan WOC Hipoksia

Menjelaskan gejala hipoksia

Menjelaskan diagnosa hipoksia

Menjelaskan penatalaksanaan hipoksia

Menjelaskan pengobatan hipoksia

Manfaat

Menjgetahui yang dimaksud dengan hipoksia

Mengetahui etiologi hipoksia

Mengetahui patofisiologi hipoksia

Mengetahui gejala hipoksia

Mengetahui diagnosa hipoksia

Mengetahui penatalaksanaan hipoksia

Mengetahui pengobatan hipoksia

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen bagi tubuh untuk


menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia bisa merupakan kondisi lanjutan dari
hipoksemia, yaitu rendahnya pasokan oksigen pada pembuluh darah bersih
(pembuluh arteri).

Hipoksia merupakan kondisi berbahaya, karena otak, hati, dan organ


lainnya bisa rusak dengan cepat ketika tidak mendapat oksigen yang cukup.
Kondisi ini juga bisa terjadi pada bayi prematur, disebabkan paru-parunya belum
berkembang sempurna. Kita juga harus selalu waspada akan hipoksia saat berada
pada lingkungan dengan kadar oksigen rendah seperti pegunungan, dalam
penerbangan, berada di dalam air, atau di area kebakaran.

Terdapat 4 macam klasifikasi hipoksia berdasarkan Best dan Taylor:

1. Hipoksia hipoksik, merupakan bentuk tersering dari hipoksia, terjadi ketika


terdapat gangguan pertukaran oksigen di paru-paru. Beberapa penyebabnya
antara lain:

7
Kondisi di mana tekanan parsial oksigen menurun seperti
pada ketinggian tertentu dari permukaan laut

Kondisi yang memblokade pertukaran oksigen pada tingkat


alveolus dengan pembuluh darah kapiler, seperti: pneumonia
(radang paru), asma, tenggelam;

Lain-lain, seperti penjeratan leher, terhirupnya asap (pada


kebakaran), penyakit jantung bawaan seperti Tetralogy of Fallot.

2. Hipoksia anemik, terjadi ketika tubuh tidak mampu mengangkut oksigen yang
tersedia ke jaringan target. Penyebab hal ini antara lain:

Anemia berat karena kehilangan darah baik akut maupun


kronis. Anemia yang bersifat ringan-sedang tidak akan
menyebabkan hipoksia anemik karena tubuh masih dapat
mengkompensasi walaupun pasien akan tetap mengalami
hipoksia jika melakukan aktivitas;

Keracunan karbon monoksida (CO);

Obat-obatan seperti aspirin, sulfonamid, nitrit;

Methemoglobinemia (kondisi di mana terdapatnya


methemoglobin, suatu pigmen darah hemoglobin yang tidak
normal, pada darah);

Penyakit seperti anemia sel sabit, anemia defisiensi besi,


anemia aplastik, anemia hemolitik.

3. Hipoksia stagnant, terjadi ketika tidak adanya aliran darah yang cukup ke
jaringan target. Organ yang paling terpengaruh adalah ginjal dan jantung karena
mereka memiliki kebutuhan oksigen yang tinggi. Penyebab hal ini antara lain:

8
Gagal jantung;

Menurunnya volume darah yang bersirkulasi;

Melebarnya pembuluh darah vena;

Darah vena yang tidak bisa mengalir baik akibat G-forces


(seperti yang dialami oleh para pengemudi pesawat-pesawat
tempur atau aerobatik).

4. Hipoksia histotoksik, terjadi ketika jaringan tubuh tidak dapat menggunakan


oksigen yang sudah dialirkan ke mereka. Kasus ini bukan merupakan hipoksia
sebenarnya karena tingkat oksigenisasi jaringan dapat normal atau lebih dari
normal. Penyebab hal ini sebagian besar berupa racun, antara lain:

Keracunan sianida;

Konsumsi alkohol;

Narkotika.

2.2 Etiologi Hipoksia

Hipoksia dapat terjadi karena defisiensi oksigen pada tingkat jaringan


akibatnya sel-sel tidak cukup memperoleh oksigen sehingga metabolisme sel akan
terganggu. Hipoksia dapat disebabkan karena:(1) oksigenasi paru yang tidak
memadai karena keadaan ekstrinsik, bisa karena kekurangan oksigen dalam
atmosfer atau karena hipoventilasi (gangguan syaraf otot), (2) penyakit paru,
hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran napas atau compliance paru
menurun. Rasio ventilasi perfusi tidak sama (termasuk peningkatan ruang rugi
fisiologik dan shunt fisiologik). Berkurangnya membran difusi respirasi, (3) shunt
vena ke arteri (shunt dari kanan ke kiri pada jaringan), (4) transpor dan
pelepasan oksigen yang tidak memedai (inadekuat). Hal ini terjadi pada anemia,
penurunan sirekulasi umum, penurunan sirkulasi lokal (perifer, serebral,

9
pembuluh darah jantung), edem jaringan, (5) pemakaian oksigen yang tidak
memedai pada jaringan, misal pada keracunan enzim sel, kekurangan enzim sel
karena defisiensi vitamin B.1

Gagal pernapasan dapat akut dapat didefinisikan sebagai kurangnya PO2


dari 50 mmHg dengan atau tanpa PCO2 lebih dari 50 mmHg. Hipoksia dapat
disebabkan oleh gagal kardiovaskuler misalnya syok, hemoglobin abnormal,
penyakit jantung, hipoventilasi alveolar, lesi pirau, masalah difusi, abnormalitas
ventilasi-perfusi, pengaruh kimia misal karbonmonoksida, ketinggian, faktor
jaringan lokal misal peningkatan kebutuhan metabolisme, dimana hipoksia dapat
menimbulkan efek-efek pada metabolisme jaringan yang selanjutnya
menyebabkan asidosis jaringan dan mengakibatkan efek-efek pada tanda vital dan
efek pada tingkat kesadaran.6 Gagal napas selalu disertai hipoksia. Beberapa
kasus umum gagal pernapasan adalah: (1) syaraf pusat, segala sesuatu yang
menimbulkan depresi pada pusat napas akan menimbulkan gangguan napas
misalnya obat-obatan(anestesia, narkotik, tranquiliser),trauma kepala, radang otak,
strok, neoplasma. (2) syaraf tepi:

a.Jalan napas, sumbatan jalan napas akan menganggu ventilasi dan


oksigenasi, tetapi setelah sumbatan jalan napas bebas masih tetap ada
gangguan ventilasi maka harus di cari penyebab yang lain.
b. Paru, kelainan di paru seperti radang, aspirasi, atelektasis,
edem, contusio, dapat menyebabkan gangguan napas.
c.Rongga pleura, normalnya rongga pleura kosong dan bertekanan
negatif, tetapi biula sesuatu yang menyebabkan tekanan menjadi
positif seperti udara (pneumothorak), cairan (fluidothorak), darah
(hemothorak) maka paru dapat terdesak dan timbul gangguan napas.
d. Dinding dada, patah tulang iga yang multipel apalagi
segmental akan menyebabkan nyeri waktu inspirasi dan terjadinya
flail chest sehingga terjadi hipoventilasi sampai atelektasis paru,
scleroderma, kyphoscoliosis.

10
e.Otot napas, otot inspirasi utama adalah diafragma dan interkostal
eksternus. Bila ada kelumpuhan otot-otot tersebut misal karena sisa
obat pelumpuh otot, myastenia gravis, akan menyebabkan gangguan
napas. Tekanan intra abdominal yang tinggi akan menghambat gerak
diafragma.
f. Syaraf, kelumpuhan atau menurunnya fungsi syaraf yang
mengnervasi otot interkostal dan diafragma akan menurunkan
kemampuan inspirasi sehingga terjadi hipoventilasi. Misalnya: Blok
subarachnoid yang terlalu tinggi, cedera tulang leher, Guillain Barre
Syndrome, Poliomyelitis.
(3) Percabangan neuromuscular misalnaya otot yang relaksasi, keracunan
organophospat. (4) Post operasi misal bedah thorak, bedah abdomen.7,8
Dalam anestesi, gagal pernapasan/sumbatan jalan napas dapat disebabkan oleh
tindakan operasi itu sendiri misalnya karena obat pelumpuh otot, karena
muntahan,/lendir, suatu penyakit,(koma, stroke, radang otak), trauma/kecelakaan
(trauma maksilofasial, trauma kepala, keracunan).

Berdasarkan sumber lain seringkali, munculnya hipoksia disebabkan oleh


hipoksemia. Namun, bisa juga terjadi sebaliknya. Penyebab hipoksia dapat juga
dilihat dari penyebab terjadinya sianosis sentral dan perifer. Sianosis sentral dapat
disebabkan oleh:

Kondisi di mana kadar oksigen berkurang seperti: daerah


ketinggian, fungsi paru-paru yang sudah berkurang, hubungan yang
tidak selaras antara oksigen yang masuk ke paru dan oksigen yang
dapat dialirkan oleh darah ke seluruh tubuh, beberapa tipe penyakit
jantung bawaan;

Hemoglobin dengan afinitas (ketertarikan) yang rendah terhadap


oksigen;

11
Kelainan dari hemoglobin seperti: methemoglobinemia,
sulfhemoglobinemia, karboksihemoglobinemia.

Sedangkan sianosis perifer dapat disebabkan oleh:

Kondisi yang dapat menyebakan menurunnya curah jantung


(volume darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap
menit);

Paparan terhadap dingin;

Sumbatan pada pembuluh darah arteri atau vena.

Selain sianosis sentral dan perifer beberapa hal yang bisa menyebabkan hipoksia
adalah:

Keracunan gas atau zat kimia.

Gangguan jantung berupa detak jantung melambat cukup parah


(severe bradycardia) dan kontraksi bilik jantung (ventrikel) terlalu
cepat dan tidak teratur (ventricular fibrillation).

Gangguan paru-paru, contohnya penyakit paru obstruktif kronik,


bronkitis, emfisema, kanker paru-paru, pneumonia, asma, edema
pulmonari, dan sleep apnea.

Berhenti atau berkurangnya aliran darah menuju organ tertentu.

Obat-obatan apa pun yang mengganggu atau menghentikan napas.

Anemia atau kondisi yang merusak sel darah merah.

2.3 Patofisiologi Hipoksia

12
Pada keadaan dengan penurunan kesadaran misalnya pada tindakan
anestesi, penderita trauma kepal/karena suatu penyakit, maka akan terjadi
relaksasi otot-otot termasuk otot lidah dan sphincter cardia akibatnya bila posisi
penderita terlentang maka pangkal lidah akan jatuh ke posterior menutup
orofaring, sehingga menimbulkan sumbatan jalan napas. Sphincter cardia yang
relaks, menyebabkan isi lambung mengalir kembali ke orofaring (regurgitasi). Hal
ini merupakan ancaman terjadinya sumbatan jalan napas oleh aspirat yang padat
dan aspirasi pneumonia oleh aspirasi cair, sebab pada keadaan ini pada umumnya
reflek batuk sudah menurun atau hilang.

Kegagalan respirasi mencakup kegagalan oksigenasi maupun kegagalan


ventilasi. Kegagalan oksigenasi dapat disebabkan oleh: (1) ketimpangan antara
ventilasi dan perfusi. (2) hubungan pendek darah intrapulmoner kanan-kiri. (3)
tegangan oksigen vena paru rendah karena inspirasi yang kurang, atau karena
tercampur darah yang mengandung oksigen rendah. (4) gangguan difusi pada
membran kapiler alveoler. (5) hipoventilasi alveoler. Kegagalan ventilasi dapat
terjadi bila PaCO2 meninggi dan pH kurang dari 7,35. Kegagalan ventilasi terjadi
bila minut ventilation berkurang secara tidak wajar atau bila tidak dapat
meningkat dalam usaha memberikan kompensasi bagi peningkatan produksi CO2
atau pembentukan rongga tidak berfungsi pada pertukaran gas (dead space).
Kelelahan otot-otot respirasi /kelemahan otot-otot respirasi timbul bila otot-otot
inspirasi terutama diafragma tidak mampu membangkitkan tekanan yang
diperlukan untuk mempertahankan ventilasi yang sudah cukup memadai. Tanda-
tanda awal kelelahan otot-otot inspirasi seringkali mendahului penurunan yang
cukup berarti pada ventilasi alveolar yang berakibat kenaikan PaCO2. Tahap awal
berupa pernapasan yang dangkal dan cepat yang diikuti oleh aktivitas otot-otot
inspirasi yang tidak terkoordinsiberupa alterans respirasi (pernapasan dada dan
perut bergantian), dan gerakan abdominal paradoxal (gerakan dinding perut ke
dalam pada saat inspirasi) dapat menunjukan asidosis respirasi yang sedang
mengancam dan henti napas.

13
Jalan napas yang tersumbat akan menyebabkan gangguan ventilasi karena
itu langkah yang pertama adalah membuka jalan napas dan menjaganya agar tetap
bebas. Setelah jalan napas bebas tetapi tetap ada gangguan ventilasi maka harus
dicari penyebab lain.penyebab lain yang terutama adalah gangguan pada mekanik
ventilasi dan depresi susunan syaraf pusat. Untuk inspirasi agar diperoleh volume
udara yang cukup diperlukan jalan napas yang bebas, kekuatan otot inspirasi yang
kuat, dinding thorak yang utuh, rongga pleura yang negatif dan susunan syaraf
yang baik.Bila ada gangguan dari unsur-unsur mekanik diatas maka akan terjadi
hipoventilasi yang mengakibatkan hiperkarbia dan hipoksemia. Hiperkarbia
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan meningkatkan tekanan
intrakranial, yang dapat menurunkan kesadran dan menekan pusat napas bila
disertai hipoksemia keadaan akan makin buruk. Penekanan pusat napas akan
menurunkan ventilasi. Lingkaran ini harus dipatahkan dengan memberikan
ventilasi dan oksigensi. Gangguan ventilasi dan oksigensi juga dapat terjadi akibat
kelainan di paru dan kegagalan fungsi jantung. Parameter ventilasi : PaCO2 (N:
35-45 mmHg), ETCO2 (N: 25-35mmHg), parameter oksigenasi : Pa O2 (N: 80-
100 mmHg), Sa O2 (N: 95-100%).

2.4 Mekanisme Hipoksia.

Mula-mula hipoksia menyebabkan fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP oleh


mitokondria. Penurunan ATP merangsang fruktokinase dan fosforilasi, menyebabkan glikolisis
aerobic. Glikogen dapat menyusut, asam laktat dan fosfat anogranik terbentuk sehingga
menurunkan pH intrasel.

Pada saat istirahat rata-rata laki-laki dewasa membutuhkan kira-kira 225-


250 ml oksigen permenit, dan meningkat sampai 10 kali saat beraktifitas. Jaringan
akan mengalami hipoksia apabila aliran oksigen tidak kuat dalam memenuhi kebutuhan
metabolism jaringan, hal ini dapat terjadi kira-kira 4-6 menit setelah ventilasi
spontan berhenti.

Berdasarkan mekanismenya, penyebab hipoksia jaringan dibagi dalam 3


kategori :

14
1. Hipoksemia Arteri
2. Berkurangnya aliran oksigen karena adanya kegagalan transport
tanpa adanya hipoksemia arteri.
3. Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan.

Jika aliran oksigen ke jaringan berkurang, atau jika penggunaan berlebihan


di jaringan maka metabolism akan berubah dari aerobic ke metabolism untuk
menyediakan energy yang cukup untuk metabolism. Apabila ada ketidak seimbangan akan
mengakibatkan produksi asam laktat berlebihan menimbulkan asidosis dengan cepat,
metabolism seluler terganggu dan mengakibatkan kematian sel.

Pemeliharaan okseginasi jaringan tergantung pada 3 sistem organ :

1. System kardiovaskular
2. Hematologi
3. Respirasi

Walaupun pada hipoksema biasanya berhubungan dengan rendahnya Pa02 yang


merupakan gangguan fungsi paru, namun kegagalan pengangkutan oksigen dapat disebabkan oleh
kelainan system kardiovaskular atau system hematologi.

2.5 WOC Hipoksia

15
2.6 Gejala Hipoksia

Gejala dan tanda utama dari hipoksia adalah adanya peningkatan frekuensi
napas lebih dari normal, sianosis, dan gejala-gejala (yang karena terjadi gangguan
pada) otak. Peningkatan frekuensi napas terjadi ketika reseptor (saraf penerima) di
pembuluh darah tepi terangsang karena rendahnya tekanan oksigen di (pembuluh
darah) arteri. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoksia hipoksik dan histotoksik.
Akan tetapi, peningkatan frekuensi napas ini tidak terlihat pada hipoksia anemik

16
karena tekanan oksigen di arteri normal dan juga pada hipoksia stagnant karena
tekanan pada reseptor di pembuluh darah tepi tinggi (bahkan lebih tinggi dari
normal).

Sianosis merupakan perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan


selaput lendir. Keadaan ini terjadi ketika kadar hemoglobin yang tidak mengikat
oksigen lebih dari 5 g/dL. Terdapat 2 tipe sianosis: perifer dan sentral. Sianosis
perifer terlihat pada kuku dan mengarah pada hipoksia stagnant. Bagian terluar
dari tubuh (seperti ujung-ujung jari) sangat kurang mendapat aliran darah ketika
tekanan darah rendah dan melepaskan oksigen dalam jumlah besar dari
hemoglobin, sehingga kadar deoksihemoglobin meningkat.

Sianosis sentral terlihat pada selaput lendir seperti ujung lidah dan bibir dan
cuping telinga, di mana kulit sangat tipis. Area-area ini merupakan area yang
biasanya menerima darah dalam jumlah besar dan menjadi sianosis jika kadar
oksigen dalam darah rendah seperti pada hipoksia hipoksik.

Gejala-gejala otak karena hipoksia mirip dengan mereka yang sedang


dalam keadaan keracunan alkohol seperti pertimbangan yang terganggu,
mengantuk atau terlalu gembira, sensitivitas terhadap nyeri yang berkurang,
disorientasi, dan sakit kepala. Gejala lain seperti mual, muntah, denyut nadi yang
meningkat, dan tekanan darah yang tinggi.

Jari tangan atau kaki yang berbentuk seperti tabuh juga merupakan tanda
yang dapat ditemui. Akan tetapi, jari tabuh ini juga dapat disebabkan oleh kondisi
lain baik idiopatik (tidak diketahui), bawaan, atau didapat meliputi: penyakit
jantung bawaan, infeksi dinding jantung dan katupnya, kondisi paru-paru
(penyebaran dari kanker paru, abses paru, fibrosis kistik, mesothelioma,
bronkiektasis), dan juga penyakit-penyakit saluran cerna (sirosis hati, penyakit
radang saluran cerna).

17
Akan tetapi, gejala-gejala di atas muncul sesuai dengan tingkatan dari
hipoksia. Waktu yang dihabiskan seseorang dalam satu tingkat dalam keempat
tingkat ini berbeda-beda antara masing-masing orang. Biasanya tingkat hipoksia
ini dipakai oleh bagian penerbangan. Empat tingkat hipoksia adalah:

1. Tidak Bergejala

Orang biasanya tidak awas akan efek dari hipoksia pada tingkat ini. Gejala
biasanya adalah berkurangnya pandangan saat malam hari dan berkurangnya
penglihatan warna. Biasanya perubahan ini dapat terjadi pada ketinggian sedang
(serendah 4000 kaki) dan terutama sangat signifikan untuk pilot saat malam hari.
Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 90-95%.

2. Kompensasi

Pada orang sehat, tingkat ini terjadi pada ketinggian antara 10.000-15.000 kaki.
Tubuh masih dapat mengkompensasi dengan peningkatan frekuensi dan
kedalaman napas dan curah jantung (volume darah yang dipompakan jantung ke
seluruh tubuh tiap menit). Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 80-90%.

3.

18
4. Perburukan / Gangguan

Pada tingkat ini, tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi kekurangan oksigen.
Sayangnya, tidak semua orang dapat merasakan gejala dan tanda yang
berhubungan pada tingkat ini. Jika tidak bergejala, tentunya orang tidak dapat
melakukan untuk mengoreksi masalah ini. Berikut beberapa gejala yang dapat
terjadi pada tingkat ini: sianosis (perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit
dan selaput lendir), mengantuk, sakit kepala, agresif, pertimbangan yang
terganggu, inkoordinasi (kekikukan gerakan), kesulitan melakukan tugas
sederhana, berkurangnya penglihatan, kesemutan, napas pendek, dsb. Kadar
oksigen dalam darah biasanya antara 70-80%.

5. Kritis

Tingkat ini merupakan tingkat terakhir yang dapat menyebabkan kematian. Orang
tidak berdaya secara fisik dan mental pada tingkat ini. Gejala seperti kehilangan
kesadaran, kejang, henti napas, hingga kematian dapat terjadi. Kadar oksigen
dalam darah biasanya di bawah 70%.

Secara khusus menurut sumber lain gejala klinis dari hipoksia adalah:

Gejala Klinis

Sistem saraf pusat : gangguan mental, gelisah, mudah


tersinggung,berkeringat, apatis hingga koma bila berlanjut.
Sistem kardiovaskuler : takikardi, bradikardi (bila berlanjut),
aritmia, mula-mula hipertensi sampai hipotensi.
Sistem pernafasan : hiperventilasi, dyspnea, nafas cepat dan
dangkal (pernafasan
Kaussmaul), gerak nafas cuping hidung, retraksi sela iga.
Kulit : sianosis.

19
2.7 Diagnosa

Setiap keluhan atau tanda gangguan respirasi hendaknya mendorong di


lakukannya analisis gas-gas darah arteri. Saturasi hemoglobin akan oksigen
(SaO2) kurang dari 90% yang biasanya sesuai dengan tegangan oksigen arterial
(PaO2) kurang dari 60 mmHg sangat mengganggu oksigenasi CO2 arterial
(PaCO2) hingga lebih dari 45-50 mmHg mengandung arti bahwa ventilasi
alveolar sangat terganggu. Kegagalan pernapsan terjadi karena PaCO2 kurang dari
60mmHg pada udara ruangan, atau pH kurang dari 7,35 dengan PaCO2 lebih
besar dari 50mmHg. Dimana daya penyampaian oksigen ke jaringan tergantung
pada: (1) sistem pernapasan yang utuh yang akan memberikan oksigen untuk
menjenuhi hemoglobin, (2) kadar hemoglobin, (3) curah jantung dan
microvascular, (4) mekanisme pelepasan oksihemoglobin.

* post mortem
Pemeriksaan pos mortem pada hipoksia
1. Pemeriksaan luar
a. lebam mayat jelas terlihat (livide) karena kadar karbondioksida
yang tinggi dalam darah
b. sianosis adalah warna kebiruan dari kulit dan membran mukosa
karena konsentrasi yang berlebihan dari deoksihemoglobin atau
hemoglobin tereduksi pada pembuluh darah kecil
c. pada mulut bisa ditemukan busa
d. karena otot sfingter relaksasi mungkin dapat ditemukan urin, feses,
maupun cairan sperma
e. bercak tardeuyaitu bercak peteki dibawah kulit atau konjungtiva

2.Pemeriksaan dalam

20
a. mukosa saluran pernapasan bisa tampak membengkak
b. jantung dilatasi, pembendungan sirkulasi organ dalam tubuh
c. paru-paru mengalami edema hal ini disebabkan dari efek hipoksia
pada pusat vasomotor dengan berbagai macam derajatnya, bila udem paru
berat maka akan tampak buih berwarna merah muda keluar dari hidung
dan mulut, bila udem paru ringan maka pemeriksaan hanya dapat dilihat
dengan pemeriksaan histologi paru.
d. Edema otak.
e. Bercak-bercak perdarahan peteki tampak di bawah membran
mukosa
f. Darah menjadi lebih encer

2.8 Penatalaksanaan

Penilaian dari pengelolaan jalan napas harus dilakukan dengan cepat, tepat
dan cermat. Tindakan ditujukan untuk membuka jalan napas dan menjaga agar
jalan napas tetap bebas dan waspada terhadap keadaan klinis yang menghambat
jalan napas.Penyebab sumbatan jalan napas yang tersering adalah lidah dan
epiglotis, muntahan, darah, sekret, benda asing, trauma daerah maksilofasial. Pada
penderita yang mengalami penurunan kesadaran maka lidah akan jatuh ke
belakang menyumbat hipofarings atau epiglotis jatuh kebelakang menutup rima
glotidis. Dalam keadaan seperti ini, pembebasan jalan napas dapat dilakukan
tanpa alat maupun dengan menggunakan jalan napas buatan. Membuka jalan
napas tanpa alat dilakukan dengan cara Chin lift yaitu dengan empat jari salah satu
tangan diletakkan dibawah rahang ibu jari diatas dagu, kemudian secara hati-hati
dagu diangkat ke depan. Bila perlu ibu jari dipergunakan untuk membuka
mulut/bibir atau dikaitkan pada gigi seri bagian bawah untuk mengangkat rahang
bawah. Manuver Chin lift ini tidak boleh menyebabkan posisi kepala
hiperekstensi. Cara Jaw Thrust yaitu dengan mendorong angulus mandibula kanan
dan kiri ke depan dengan jari-jari kedua tangan sehingga barisan gigi bawah
berada di depan barisan gigi atas, kedua ibu jari membuka mulut dan kedua

21
telapak tangan menempel pada kedua pipi penderita untuk melakukan
immobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust buka mulut dan head tilt disebut airway
manuver.

Jalan napas orofaringeal. Alat ini dipasang lewat mulut sampai ke faring
sehingga menahan lidah tidak jatuh menutup hipofarings. Jalan napas
nasofaringeal. Alat di pasang lewat salah satu lubang hidung sampai ke faring
yang akan menahan jatuhnya pangkal lidah agar tidak menutup hipofaring. Untuk
sumbatan yang berupa muntahan, darah, sekret, benda asing dapat dilakukan
dengan menggunakan alat penghisap atau suction. Ada 2 macam kateter penghisap
yang sering digunakan yaitu rigid tonsil dental suction tip atau soft catheter
suction tip. Untuk menghisap rongga mulut dianjurkan memakai yang rigid
tonsil/dental tip sedangkan untuk menghisap lewat pipa endotrakheal atau
trakheostomi menggunakan yang soft catheter tip. Jangan menggunakan soft
catheter tip lewat lubang hidung pad penderita yang den gan fraktur lamina
cribosa karena dapat menembus masuk rongga otak. Harus diperhatikan tata cara
penghisapan agar tidak mendapatkan komplikasi yang dapat fatal. Benda asing
misalnya daging atau patahan gigi dapat dibersihkan secara manual dengan jari-
jari. Bila terjadi tersedak umumnya nyantoldidaerah subglotis, dicoba dulu
dengan cara back blows, abdominal thrust

2.9 Pengobatan Hipoksia

Pencegahan merupakan pengobatan terbaik. Evaluasi pasien secara


lengkap merupakan hal yang penting. Hipoksia merupakan hal yang perlu
dihindari pada pasien dalam keadaan sakit berat, keracunan, dan anemia / kurang
darah. Penting untuk mengetahui sejak kapan pasien mengalami sianosis. Sianosis
yang terjadi sejak lahir mengarah ke suatu penyakit jantung bawaan. Sianosis
sentral dan perifer harus dibedakan karena penyebab yang berbeda-beda.
Pemijatan atau penghangatan pada ujung-ujung jari yang kebiruan (sianosis
perifer) dapat meningkatkan aliran darah dan menghilangkan sianosis tersebut,

22
tetapi hal ini tidak terjadi pada kasus sianosis sentral. Kadar oksigen di pembuluh
darah arteri juga harus ditentukan dengan analisis gas darah.

Pencegahan dan pengobatan hipoksia dapat dilakukan dengan pemberian


oksigen. Pemberian oksigen disesuaikan dengan kadar oksigen dalam darah dan
diberikan dengan aliran sedemikian sehingga kadar oksigen dalam darah di atas
90%. Pengobatan umum untuk hipoksia histotoksik adalah oksigen hiperbarik.
Pengobatan khusus untuk keracunan sianida adalah nitrit atau biru metilen dengan
cara membentuk methemoglobin dari hemoglobin yang selanjutnya akan
menetralkan sianida. Akan tetapi, penggunaan nitrit harus berhati-hati karena
dapat menimbulkan hipoksia anemik jika diberikan dalam jumlah besar.

Pemberian terapi oksigen juga perlu berhati-hati pada pasien dengan


kegagalan pernapasan yang berat seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Normalnya, laju napas kita dipengaruhi oleh kadar karbondioksida dalam darah.
Jika kadar karbondioksida tinggi, otak akan mempercepat laju napas kita agar
kadar oksigen naik dan kadar karbondioksida turun.

Akan tetapi, pada pasien dengan PPOK, otak tidak sensitif lagi dengan
kadar karbondioksida yang tinggi dan laju napas justru dipengaruhi oleh kadar
oksigen yang rendah. Pemberian oksigen yang berlebihan tentunya dapat
membuat otak mengurangi laju napas sampai dapat terjadi henti napas.

Selain itu, oksigen 100% juga memiliki efek racun karena dapat memicu
terbentuknya radikal bebeas. Ketika diberikan lebih dari 8 jam, dapat mengiritasi
saluran napas. Jika diberikan lebih lama lagi dapat memicu kelainan pada paru
dan mata. Selain itu, oksigen hiperbarik 100% juga dapat memicu gejala seperti
iritasi saluran napas, kedutan pada otot, telinga berdenging, kejang, dan koma.
Semakin besar tekanan oksigen yang diberikan, semakin cepat gejala-gejala
tersebut muncul.

Ada tiga cara yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis hipoksia pada pasien,
yaitu:

23
Analisa gas darah. Sampel darah dari pembuluh arteri
diperiksa untuk mengetahui kadar oksigen yang terikat di sel darah
merah.

Pemasangan monitor oksigen, pada jari atau telinga


penderita untuk mendeteksi kadar oksigen dalam darah.

Tes fungsi paru. Tes ini dilakukan untuk mengetahui


penyebab berkurangnya oksigen dalam tubuh.

Ada beberapa pengobatan yang akan dilakukan dokter bagi para penderita
hipoksia, yaitu:

Memasok oksigen ke dalam tubuh. Tubuh penderita


hipoksia akan dipasok oksigen menggunakan selang atau masker
oksigen. Semakin cepat kadar oksigen dalam tubuhnya kembali
normal, semakin kecil risiko kerusakan organ tubuh.

Ruang hiperbarik. Penderita hipoksia yang disebabkan


oleh keracunan karbonmonoksida biasanya akan dimasukkan ke
dalam ruang hiperbarik, yang berfungsi meningkatkan okigen dalam
darah.

Intubasi. Membuat saluran udara mekanis yang berfungsi


untuk menyalurkan oksigen dengan kadar di atas normal.

Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan cara menghindari kondisi yang


menurunkan kadar oksigen, atau secepatnya memberikan pasokan oksigen
sebelum hipoksia muncul. Hipoksia yang disebabkan oleh asma bisa dihindari
dengan cara mengikuti terapi asma yang sudah diresepkan oleh dokter. Terapi
tersebut juga bisa membantu pasien mengendalikan asma.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai


dibawah tingkat fisiologi meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai, hal ini
terjadi akibat berkurangnya tekanan oksigen di udara. Fungsi utama sistem
respirasi adalah menjamin pertukaran O2 dan CO2. Bila terjadi kegagalan
pernafasan maka oksigen yang sampai ke jaringan akan mengalami defisiensi
akibatnya sel akan terganggu proses metabolismenya. Terjadinya hipoksia banyak
faktor yang mempengaruhinya diantaranya karena tindakan anestesi (anestesi
yang terlalu dalam, sisa obat pelemas otot, obat narkotik), suatu penyakit (radang
otak, radang syaraf, stroke, tumor otak, edema paru, gagal jantung, miastenia
gravis), trauma/kecelakaan (cedera kepela, cedera tulang leher, cedera thorak,
keracunan obat). Prinsip penanganan hipoksia adalah dengan membebaskan jalan
nafas dengan mencari penyebabnya, bisa dengan cara Chin lift, Jaw thrust, jalan
nafas orofaringeal, jalan nafas nasofaringeal, atau dengan suction.

3.2 SARAN

Mengingat pentingnya pembahasan makalah ini maka kami menyarankan


agar didalam pebahasan ini pembaca dapat memahami dan mengerti isi dari
makalah ini yaitu tentang Hipoksia

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, 1994.,Pernapasan, Pengangkutan Oksigen dan Karbondioksida di


dalam Darah dan Cairan Tubuh,Pengaturan Pernapasan, hal: 181-207, Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, ed.7, Bag.II, Cet.I., EGC, Jakarta.

2. Kurt J.I et all, 1999.,Hipoksia, Polisitemia dan Sianosis, hal: 208-212,


Horrison, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Vol. I, EGC, Jakarta.

3. Ganong M.D., 1988, Penyesuaian Pernapasan Pada Orang Sehat dan Sakit,
Hipoksia, hal: 586-597,Fisiologi Kedokteran,ed.10,Cet.IV,EGC, Jakarta

4. Rima dkk., 1996, Hipoksia, Kamus Kedokteran Dorlan, hal: 898, cet.II, EGC,
Jakarta.

5.Zaifbio. Sistem Respirasi Manusia.


https://zaifbio.wordpress.com/2010/01/13/sistem-respirasi-manusia/, diakses 23
Agustus 2016.

6. Pratama, Oktaviani. Sistem Respirasi.


https://oktavianipratama.wordpress.com/science/biology/sistem-respirasi/, diakses
23 Agustus 2016.

26

Anda mungkin juga menyukai