Ca. Nasofaring Fix
Ca. Nasofaring Fix
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi
Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena di dalam organ tubuh
timbul dan berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak
terkendali dengan bentuk, sifat dan gerakan yang berbeda dari sel asalnya, serta
merusak bentuk dan fungsi organ asalnya. 1,2,3
Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semua tumor disebut
kanker. Tumor merupakan satu sel liar yang berada dibagian tubuh dan terus
membesar di lokasi yang tetap atau tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
Mengakibatkan terbentuknya benjolan di bagian tubuh tertentu dan jika tidak
diobati dengan tepat sel tumor berubah menjadi kanker. Berbeda dengan sel tumor
yang tidak menyebar kebagian tubuh lain, sel kanker akan terus membelah diri
5
dengan cepat dan tidak terkontrol menyebabkan sel kanker sangat mudah
menyebar ke beberapa bagian tubuh melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening. 1,2
a. Kerentanan genetik
Walaupun karsinoma nasofaring bukan tumor genetik, kerentanan terhadap
kanker nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relatif menonjol ras yang
banyak sekali menderitanya adalah bangsa China dan memiliki fenomena agregasi
familial, Anggota keluarga yang menderita karsinoma nasofaring cendrung juga
menderita karsinoma nasofaring. Penyebab karsinoma nasofaring ini belum
diketahui apakah karsinoma nasofaring dikarenakan oleh gen yang diwariskan.8
b. Epstein-Barr Virus
EBV adalah suatu virus yang sangat erat kaitannya dengan timbulnya
karsinoma nasofaring. Virus ini memiliki protein, yang diperkirakan
memengaruhi DNA sel sehingga mengalami mutasi, khususnya protooncogen
menjadi oncogen.2,7
T Tumor primer
T2 Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas
pada rongga nasofaring
T4 Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah kmerusak tulang tengkorak
atau saraf-saraf otak
M1 Metastase jauh
Stadium I : T1 No dan Mo
Stadium II : T2 No dan Mo
Stadium III : T3 dan No dan Mo
Stadium IV : T4 dan No/N1 dan Mo atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan
Mo atau T1/T2/T3/t4 dan No/N1/N3/N4 dan M1
Setiap gejala mempunyai nilai dalam mendiagnosis KNF. Bila jumlah nilai
50, diagnosis KNF dapat ditegakkan. Walaupun terbukti KNF secara klinis,
biopsy nasofaring mutlak dilakukan untuk konfirmasi diagnosis histopatologi dan
menentukan subtipe histopatologi yang erat hubungannya dengan pengobatan dan
prognosis.2
GEJALA SKOR
Massa terlihat di nasofaring 25
Limfadenopati Leher 25
Gejala di hidung seperti epistaksis dan hidung buntu 15
Gejala telinga seperti tinitus dan penurunan pendengaran 15
Sakit Kepala unilateral atau bilateral 5
Gangguan neurologi 5
Eksoftalmus 5
10
Chest x-ray
a. Radioterapi
b. Kemoterapi
c. Terapi bedah
d. Terapi paliatif
2.11Komplikasi 16,17
Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas nyeri pada tulang,
batuk-batuk, dan gangguan fungsi hati serta gangguan fungsi organ lain.
2.12Prognosa 2,17
Angka ketahanan hidup dipengaruhi oleh usia (lebih baik pada pasien usia muda),
staging klinik dan lokasi dari metatase regional ( lebih baik pada yang homolateral
dibandingkan pada metastase kontralateral. Studi terakhir dengan menggunakan
TNM Staging System menunjukkan 5 years survival rate untuk stage I 98%, stage
II 95%, stage III 86%, dan stage IV 73%.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ca nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari epitel
mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Yang disebabkan
oleh Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama
timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal
disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. Untuk
mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator, kebiasaan untuk
mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak,
merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga
menimbulkan Ca Nasofaring.
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas kepala dan leher yang paling
banyak dijumpai. Radioterapi merupakan pengobatan pilihan untuk karsinoma
nasofaring terutama untuk stadium I dan II. Radioterapi mempunyai komplikasi
terhadap jaringan disekitar tumor. Radioterapi masih tetap merupakan modalitas
terapi utama untuk KNF. Radioterapi sebagai gold standard untuk KNF sudah
dimulai sejak lama. Hasil radioterapi untuk KNF stadium dini sebenarnya cukup
baik, respon lengkap sekitar 80% sampai 100%, sedangkan untuk KNF stadium
lanjut respon radioterapi menurun tajam dengan angka ketahanan hidup 5 tahun
yang kurang dari 40%. Hasil radioterapi pada stadium lanjut didapatkan kurang
memuaskan sehingga para ahli berupaya mencari cara untuk meningkatkan
kontrol lokoregional dan sistemik, sekaligus meningkatkan survival rate.
3.2 Saran
Penulis memohon kepada pembaca untuk memberikan saran apabila perlu
adanya perbaikan ataupun penambahan dalam penyusunan makalah ini agar
penyusunan dan isi makalah ini kedepannya bisa lebih baik lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
12. Tan L, Loh T. Benign and Malignant Tumors of the Nasopharynx. In:
Flint PW, Haughey BH, Lund V, Niparko JK, Robbins KT, Thomas JR, et
al, editors. Cummings Otolaryngology, Sixth Edition. Philadelphia:
Saunders; 2015.
13. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Grays Basic Anatomy. London:
Churchill Livingstone; 2012.
14. Dhanutai K,Hemprich A, Pausch NC, Pitak-Arnnop P. Response to
Gingival squamous cell carcinoma: A diagnostic impediment. J Indian
Soc Periodontol.2012; 16:300-301. Doi:10.4103/0972-124X.100899.
15. American Cancer Society, 2013, Radiation Theraapy Priciples, American
Cancer Society, Atlanta, h. 2-18.
16. Mangunkusumo E, Wardani RS. Epistaksis. In: Soepardi EA, Iskandar
N,Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
17. Suzina SAH, Hamzah M. Clinical Presentation of Patients with
Nasopharyngeal Carcinoma. Med JMalaysia. 2003 October; 58:539-545