Evaluasi - Penerapan - Sap - Terhadap - Laporan Pki
Evaluasi - Penerapan - Sap - Terhadap - Laporan Pki
Diajukan oleh:
Trisia Sinta Uli
NPM: 133060018195
PERSETUJUAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR
JURUSAN : AKUNTANSI
Mengetahui Menyetujui
Ketua Jurusan Akuntansi, Dosen Pembimbing,
ii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
iii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR
Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Karya Tulis Tugas Akhir ini
adalah hasil tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan
yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila
terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus dan
dicabut gelar yang telah diberikan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya
Tulis Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat waktu. Karya Tulis Tugas Akhir (KTTA)
yang penulis susun merupakan salah satu syarat dari sebagian syarat-syarat dinyatakan
Karya Tulis Tugas Akhir ini berjudul Evaluasi atas Penerapan Standar
Jakarta Cengkareng. Dalam penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini, penulis banyak
menerima bantuan seperti dorongan, motivasi dan bimbingan sehingga Karya Tulis
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dengan ketulusan
1. Papa dan Mama serta Abang dan Kakak penulis yakni Sanggam Tua Pandapotan
L.T. dan Santi Sartika L.Tobing di Pekanbaru yang tak henti-hentinya memberikan
2. Segenap keluarga besar penulis yakni keluarga L.Tobing dan Tumanggor yang tiada
4. Bapak Andy Prasetiawan Hamzah, S.S.T., M.Si., Ak, CA selaku dosen pembimbing
yang telah begitu sabar dan tulus memberikan waktu, pikiran, tenaga, bimbingan dan
v
5. Seluruh dosen dan staf PKN STAN yang telah mendidik, membimbing, dan
6. Thomas, Mas Gesang, dan seluruh pegawai di KPP Pratama Jakarta Cengkareng
yang telah membantu penulis dalam penyediaan data yang diperlukan untuk
7. Sahabat terbaik penulis yakni Julian Novan, Jasmine Bestri, Maria Aleksandra, dan
Vincentia Nadia yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan semangat bagi
8. Sahabat doa penulis yakni Thomas Dwi Handoko, Chatarina Sara, Veronica Intan,
9. Sahabat SMA penulis yakni Renzy Tirtany, Nency Yessira, dan Mahelga Levina
yang selalu setia memberikan doa dan dukungan kepada penulis selama mengikuti
seperjuangan penulis selama penulisan KTTA yang telah banyak membantu penulis
selama penyusunan KTTA ini, yakni Andre, Luky, Dona, Cia, Jessyca, Rizky, Riris,
11. Teman sepermainan di kosan Griya Srikandi yang senantiasa memberikan bantuan
dan dukungan kepada penulis, yakni Woro, Tristian, Arini, Mbak Tyas, Steffi, Vivi,
vi
12. Teman-teman seperjuangan selama mengikuti perkuliahan di PKN STAN, yaitu
13. Segenap Keluarga Mahasiswa Katolik yang selalu memberikan doa, dukungan dan
14. Segenap anggota Organda Rumah Riau PKN STAN yang telah memberikan banyak
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-per satu yang telah banyak
Penulis hanya bisa mendoakan semoga semua bantuan dan dukungan yang telah
milik Tuhan Yang Maha Esa, karena itu penulis menyadari masih sangat banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini. Untuk itu,
penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik perbaikan dari pembaca. Semoga
Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa
Penulis
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... x
viii
C. Proses Penyusunan Laporan Operasional KPP Pratama Jakarta Cengkareng ....... 20
1. Pendapatan-LO ................................................................................................ 21
2. Beban ............................................................................................................... 23
A. Landasan Teori....................................................................................................... 29
B. Pembahasan............................................................................................................ 41
1. Evaluasi atas Struktur dan Isi Laporan Operasional KPP Pratama Jakarta
Cengkareng ...................................................................................................... 43
A. Simpulan ................................................................................................................ 68
B. Saran ...................................................................................................................... 71
ix
DAFTAR TABEL
Tabel III.11 Pengukuran Beban Persediaan KPP Pratama Jakarta Cengkareng .......... 53
................................................................................................................................ 55
x
Tabel III.17 Perbandingan Pencatatan Jurnal Akrual PNBP-LO ................................. 59
Tabel III.22 Perbandingan Pencatatan Jurnal Akrual Beban Perjalanan Dinas ........... 63
Tabel III.24 Perbandingan Pencatatan Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih ......... 65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lebih luas dan penyajian yang tepat waktu dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan amanat yang tertuang dalam
pasal 3 ayat (1) Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
yang menyebutkan Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
itu pula, pemerintah menetapkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
1
2
Seiring dengan berjalannya waktu dan tuntutan standar tentang pengelolaan keuangan
negara yang baik, maka pada tanggal 22 Oktober 2010 pemerintah menetapkan PP
mensyaratkan penerapan akuntansi berbasis akrual. Perubahan menjadi akrual ini untuk
memberikan manfaat yang lebih baik lagi bagi pengguna laporan keuangan maupun
bagi pemeriksa dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan
prinsip akuntansi yakni biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang Commented [H1]: Seharusnya kata yang cocok yang digunakan
adalah kata meliputi
Dengan menggunakan kata sambung yang
diterima.
PP Nomor 71 Tahun 2010 ini meliputi SAP Berbasis Akrual pada Lampiran I
dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II. SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat lambatnya Commented [H2]:
dalam 5 (lima) tahun. Oleh sebab itu, penerapan SAP berbasis akrual harus sudah
Peralihan dari SAP berbasis Kas Menuju Akrual menjadi SAP berbasis Akrual
mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial
berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan
Perubahan menjadi basis akrual inilah yang juga menambah komponen dalam laporan
3
keuangan yakni adanya Laporan Perubahan SAL, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Laporan Operasional.
unsur yang terdapat dalam LO adalah pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar
biasa. Basis akrual untuk LO berarti pendapatan diakui pada saat hak untuk
memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas
Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat
walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas
pelaporan. Hal ini jelas berbeda dengan SAP berbasis Kas Menuju Akrual.
Penerapan basis akrual untuk LO ini merupakan tantangan baru bagi seluruh
entitas pemerintah, yang dalam hal ini tidak terkecuali satuan kerja KPP Pratama
Jakarta Cengkareng. KPP Pratama Jakarta Cengkareng selaku KPP terbesar se-Kanwil
DJP Jakarta Barat diharapkan mampu menerapkan SAP berbasis akrual dalam
penyusunan laporan keuangannya tahun anggaran 2015 lalu. Dalam penerapan Commented [H3]: Titik awal permasalahan di dalam tugas akhir
yang ditulis penulis
akuntansi pendapatan dan belanja akrual (beban) yang baru pertama kali diterapkan di
KPP ini, mungkin terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penyusunan
laporan keuangan berbasis akrual terutama pada LO. Permasalahan tersebut dapat
Lantas bagaimana proses akuntansi dalam pendapatan dan beban yang disajikan
dalam Laporan Operasional KPP Pratama Jakarta Cengkareng? Bagaimana pula proses
pengungkapannya? Apakah telah sesuai dengan SAP Berbasis Akrual yang berlaku?
Apakah sumber daya manusia di KPP Pratama Jakarta Cengkareng telah memiliki
kemampuan yang memadai dalam penyusunan LO-nya? Atas dasar inilah penulis
Laporan Operasional KPP Pratama Jakarta Cengkareng. Oleh sebab itu, penulis
menetapkan judul Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah EVALUASI ATAS
CENGKARENG
B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan Karya Tulis Tugas
Cengkareng.
3. Untuk menjadi salah satu literatur dan referensi bagi semua pihak yang
4. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk dapat lulus dari pendidikan
Negara STAN.
Karya Tulis Tugas Akhir ini. Pendekatan positif adalah pendekatan yang bertujuan
untuk menjelaskan data dan fakta yang diamati berdasarkan teori tertentu secara
atas data dan fakta yang telah diamati berdasarkan pada teori tertentu.
Dalam penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini, penulis membatasi pembahasan
pada Laporan Operasional dalam laporan keuangan KPP Pratama Jakarta Cengkareng
tahun anggaran 2015. Hal ini meliputi kebijakan akuntansi terkait pos pendapatan dan
sesuai dengan SAP yang berlaku. Evaluasi yang penulis lakukan didasarkan pada teori-
teori yang telah penulis pelajari yakni meliputi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam Karya Tulis Tugas Akhir
6
antara lain:
landasan teori yang dituangkan ke dalam Karya Tulis Tugas Akhir. Metode ini
perkuliahan yang berkaitan dengan materi dalam karya tulis ini. Adapun
langsung atas kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan obyek yang
diteliti sehingga diperoleh data yang akurat untuk menunjang landasan data
b. Metode Wawancara
kepada pihak-pihak yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan
E. Sistematika Penyajian
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan gambaran umum mengenai latar belakang penulisan karya
tulis ini, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, ruang lingkup penulisan atau
penulisan serta sistematika penyajian yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis
Dalam bab ini menjelaskan gambaran umum KPP Pratama Jakarta Cengkareng
yang mencakup tugas pokok dan fungsi, visi dan misi, struktur organisasi, sumber daya
manusia dan wilayah kerjanya. Selain itu juga memberikan gambaran umum kebijakan
Operasional KPP Pratama Jakarta Cengkareng yang disertai penjabaran tiap pos-pos
dalam Laporan Operasional serta ringkasan laporan keuangan KPP Pratama Jakarta
Cengkareng.
Bab ini berisi landasan teori dan pembahasan. Landasan teori terdiri dari pengertian
LO, struktur dan isi LO, definisi dan pengklasifikasian, pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan tiap pos-pos dalam LO. Sedangkan pembahasan terdiri
dari evaluasi atas struktur dan isi Laporan Operasional KPP Pratama Cengkareng
berdasarkan PSAP 12 Lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010 baik ditinjau dari struktur
LO maupun dari pos-pos dalam LO itu sendiri. Selain itu juga dijabarkan evaluasi atas
8
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan
dengan kriteria yang telah ditetapkan serta saran-saran dari penulis yang mungkin dapat
Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat. KPP Pratama Jakarta Cengkareng mempunyai
Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya
berlaku.
9
10
c. Penyuluhan perpajakan.
e. Pelaksanaan ekstensifikasi.
j. Pelaksanaan intensifikasi.
tinggi.
3. Struktur Organisasi
tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Pajak. Struktur organisasi KPP Pratama Jakarta Cengkareng terdiri dari 10 seksi
dan kelompok jabatan fungsional pada Gambar II.1 dengan penjelasan berikut:
c. Seksi Pelayanan
d. Seksi Penagihan
perpajakan.
e. Seksi Pemeriksaan
pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis
dan konsultasi teknis perpajakan, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data
berlaku.
Bagan struktur organisasi KPP Pratama Jakarta Cengkareng secara lebih jelas dapat
Sumber daya manusia adalah bagian penting di dalam suatu organisasi, begitu
pula dengan KPP Pratama Jakarta Cengkareng. Sumber daya manusia di KPP
Pratama Jakarta Cengkareng sebanyak 77 orang yang terdiri dari 59 orang laki-laki
Cengkareng terdiri dari Golongan II hingga Golongan IV, yaitu 5 orang Golongan
pendidikan pegawai dimulai dari pegawai lulusan SMA hingga pendidikan S2.
5. Wilayah Kerja
Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Cengkareng terdiri dari 6 kelurahan yakni
Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Kedaung Kali Angke, Kapuk, Rawa Buaya
dan Duri Kosambi. Wilayah kerja ini memiliki luas sebesar 2.653 ha. Penduduk
Penyusunan dan penyajian laporan keuangan tahun 2015 telah mengacu pada
yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan
merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan
yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan terkait pos-pos dalam Laporan
Pendapatan Laporan Operasional (LO) adalah hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan
tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan-LO satuan kerja ini diakui pada saat
timbulnya hak atas pendapatan dan/atau pendapatan di realisasi, yaitu adanya aliran
15
asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah
2. Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi
aset atau timbulnya kewajiban. Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban;
terjadinya konsumsi aset; terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Laporan Keuangan.
3. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber
daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum
dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam
pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar
laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat
hak kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap,
dan Aset Lainnya. Dalam hal ini penulis hanya memaparkan kebijakan akuntansi
16
untuk aset tetap dikarenakan ruang lingkup pembahasan penulis yang terkait aset
tetap.
Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh Pemerintah maupun
untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset
berdasarkan harga perolehan. Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal
1) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang
nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah); dan
2) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih
jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang
bercorak kesenian. Aset tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2004
Terhadap aset tetap per 31 Desember 2004 yang belum dilakukan penilaian disajikan
pengakuan aset tetap renovasi yang telah selesai pada akhir periode pelaporan harus
dengan akhir periode pelaporan dokumen sumber penyerahan telah diterbitkan atau
aset renovasi belum diserahkan, maka aset tetap renovasi tersebut dieliminasi dari
17
neraca dan Kementerian Keuangan selaku entitas pelaporan akan mencatat dan
menambahkannya sebagai aset tetap terkait. Aset Tetap Renovasi yang belum selesai
pada akhir periode pelaporan maka Aset Tetap Renovasi tersebut dieliminasi dari
neraca dan Kementerian Keuangan selaku entitas pelaporan akan mencatat dan
Penyisihan piutang tidak tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar
Tertagih yang dapat dilihat pada Tabel II.1. Penyisihan piutang tidak tertagih ditetapkan
sebesar:
10% (sepuluh perseratus) dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah
50% (lima puluh perseratus) dari piutang dengan kualitas diragukan setelah
100% (seratus perseratus) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi
Kualitas Penyisih
Uraian
Piutang an
Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh 0,5%
tempo
Kurang Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan 10%
lancar Pertama tidak dilakukan pelunasan
Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan 50%
Kedua tidak dilakukan pelunasan
Macet 1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan 100%
Ketiga tidak dilakukan pelunasan
2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan
Piutang Negara/DJKN
Sumber: Diolah dari KPP Pratama Jakarta Cengkareng, Laporan Keuangan 2015
penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset
Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat. Penyusutan
aset tetap tidak dilakukan terhadap tanah, Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP), dan
aset tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam
Nilai yang disusutkan pertama kali adalah nilai yang tercatat dalam pembukuan
per 31 Desember 2012 untuk aset tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember
2012. Sedangkan untuk aset tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2012, nilai
adanya nilai residu. Penyusutan aset tetap dilakukan dengan menggunakan metode
garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari aset tetap
secara merata setiap semester selama masa manfaat. Masa manfaat aset tetap
Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Masa manfaat
Sumber: Diolah dari KPP Pratama Jakarta Cengkareng, Laporan Keuangan 2015
dalam penyajian laporan keuangan. Pertama, pos-pos ekuitas dana pada neraca per
akun-akun tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dalam Laporan Operasional dan
Laporan Perubahan Ekuitas tidak dapat dipenuhi. Hal ini diakibatkan oleh
20
penyusunan dan penyajian akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 adalah
Akrual (SAIBA) secara otomatis. Aplikasi SAIBA merupakan program aplikasi yang
maupun elektronik, posting buku besar, dan terakhir penyusunan laporan keuangan.
Pada aplikasi SAIBA, setiap transaksi yang telah direkam akan diproses ke dalam jurnal
yang dalam hal ini ada dua jurnal, yaitu jurnal kas dan jurnal akrual. Jurnal kas masih
buku besar. Buku besar dalam hal ini juga ada dua kelompok, yaitu buku besar kas dan
akrual. Akun-akun Laporan Realisasi Anggaran akan di posting ke buku besar kas,
sedangkan akun-akun pendapatan dan beban akrual akan di posting ke buku besar
akrual yang pada saat penyusunan laporan keuangan akan menghasilkan Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca. Angka-angka yang ada di jurnal
dan buku besar akrual adalah angka-angka yang berbasis kas dengan dokumen-
dokumen sumber SP2D. Oleh sebab itu, sebelum penyusunan laporan keuangan
diperlukan penyesuaian untuk menentukan jumlah yang sebenarnya untuk setiap akun
sesuai dengan basis akrual. Berikut akan penulis paparkan proses penyusunan Laporan
1. Pendapatan-LO
pajak, dan pendapatan hibah. Pendapatan perpajakan-LO ini diakui pada saat :
a. Adanya realisasi kas diterima di kas negara. Mekanismenya adalah Wajib Pajak
(WP) menyetor pajak ke kas negara yang secara otomatis akan diakui sebagai
pendapatan tersebut dalam hal ini misalnya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
bersamaan dengan diakuinya jumlah piutang yang ada sampai akhir tahun 2015.
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)LO diakui pada saat timbulnya hak untuk
menagih imbalan. Misalnya pendapatan jasa yang diperoleh KPP Pratama Jakarta
Jurnal Akrual:
Transaksi pendapatan yang timbul akibat adanya penetapan pada saat pengakuan
dicatat akhir tahun bersamaan dengan diakuinya jumlah piutang yang ada sampai
Jurnal Akrual:
Setelah dilakukan input dalam aplikasi SAIBA maka akan menghasilkan jurnal
sebagai berikut:
Jurnal Akrual:
Untuk setoran PNBP yang berasal dari Kas di Bendahara Penerimaan, jurnal yang
terbentuk di buku besar akrual harus dibalik karena Pendapatan-LO telah dicatat
melalui jurnal penyesuaian pada tanggal pelaporan sebelumnya sehingga akan dibuat
sebagai berikut:
23
Jurnal Akrual:
memberikan rincian lebih lanjut sumber pendapatan dan semua informasi yang
2. Beban
barang dan jasa, beban pemeliharaan, beban perjalanan dinas, beban barang untuk
diserahkan kepada masyarakat, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban
bantuan sosial, beban penyusutan, beban penyisihan piutang tak tertagih, beban
transfer, dan beban lain-lain. Untuk beban operasional selain beban persediaan
diakui ketika adanya pengeluaran kas tanpa didahului timbulnya kewajiban atau
pada saat timbulnya kewajiban yakni pada saat terjadinya peralihan hak dari pihak
lain kepada Pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari Kas Umum Negara.
selama tahun 2015 pada akhir tahun. Begitu juga dengan beban murni akrual diakui
Pengukuran beban dicatat sebesar nilai nominal yang terdapat dalam dokumen
sumber setiap beban operasional selain beban persediaan. Untuk beban persediaan
24
dicatat sebesar pemakaian persediaan yang dihitung dengan cara menghitung saldo
lurus yakni harga perolehan dibagi dengan masa manfaat aset tetap tanpa
memperhitungkan nilai residu. Beban penyisihan piutang tak tertagih diukur dengan
cara mengestimasi besarnya piutang yang kemungkinan tak tertagih dan apabila
terdapat saldo penyisihan piutang tak tertagih sebelum penyesuaian, maka saldo
SPM dan SP2D, terhadap dokumen sumber tersebut satuan kerja cukup merekam
satu kali saja ke aplikasi SAIBA dan setelah dilakukan validasi dan posting maka
Pemakaian persediaan akan dicatat sebagai beban persedian dengan cara mendebet
akun beban persediaan dan mengkredit akun persediaan sehingga jurnal pemakaian
Persediaan XXX
Beban yang disajikan dalam Laporan Operasional KPP Pratama Jakarta Cengkareng
mengenai rincian, analisis dan informasi lainnya yang bersifat material telah
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan namun di beberapa pos terdapat
hal-hal yang belum diungkapkan secara rinci. Misalkan dalam CaLK, terdapat
penjelasan beban jasa yang tidak diuraikan secara rinci peruntukannya sementara di
dalam CaLK tersebut sudah dituliskan kolom untuk diisi peruntukan dari beban
tersebut.
1. Neraca
Ringkasan Neraca dapat dilihat dalam Tabel II.3 dan secara lebih jelas dan rinci di
dalam Lampiran I.
2. Laporan Operasional
surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang
Tabel II.4 dan secara lebih jelas dan rinci di dalam Lampiran II.
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
Ekuitas. Di dalam CaLK juga termasuk penyajian informasi yang diharuskan dan
pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan
Perubahan Ekuitas untuk 31 Desember 2015 disusun dan disajikan dengan basis
akrual. Struktur CaLK KPP Pratama Cengkareng disajikan dalam Tabel II.5.
28
A. Penjelasan Umum
A.1.Dasar Hukum
A.2.Kebijakan Teknis Direktorat Jenderal Pajak
A.3.Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
A.4.Basis Akuntansi
A.5.Dasar Pengukuran
A.6.Kebijakan Akuntansi
B. Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran
C. Penjelasan Atas Pos- Pos Neraca
D. Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Operasional
E. Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Perubahan Ekuitas
F. Pengungkapan-Pengungkapan Penting Lainnya
Sumber: Diolah oleh penulis berdasarkan KPP Pratama Jakarta Cengkareng,
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Laporan keuangan pokok dalam SAP berbasis akrual terdiri dari tujuh
komponen. Laporan Operasional adalah salah satu komponen laporan finansial yang
berbasis akrual. Sehubungan dengan hal itu, Suryanovi (2014, 35) menyatakan
bahwa:
menjalankan pelayanan;
29
30
komparatif;
surplus.
b. beban; biasa;
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur diatas untuk penyajian yang wajar
secara komparatif. Laporan Operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas
keuangan selama satu tahun seperti kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar daftar
yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
Selain itu, dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara jelas, dan,
jika dianggap perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi berikut:
Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub jumlah lainnya
PSAP 12 SAP Basis Akrual telah memberikan pedoman pos-pos apa saja yang
Pusat. Peraturan ini berisi definisi, prinsip-prinsip akuntansi serta contoh masing-
Operasional.
a. Pendapatan-LO
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
LO apabila telah timbul hak pemerintah untuk menagih atas suatu pendapatan
atau telah terdapat suatu realisasi pendapatan yang ditandai dengan adanya
32
aliran masuk sumber daya ekonomi. Secara lebih rinci, pengakuan pendapatan
assessment diakui pada saat realisasi kas diterima di kas negara tanpa terlebih
Seoran Pajak. Selain itu, untuk pendapatan yang seharusnya sudah diterima
2) Pengukuran
Pendapatan-LO diukur sebesar nilai bruto dan jumlah tersebut tidak boleh
dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum
dengan nilai nominal yaitu nilai aliran masuk yang telah diterima oleh
3) Pencatatan
kerja cukup merekam satu kali saja dan setelah dilakukan validasi dan posting
Jurnal Akrual :
pendapatan yang disetorkan ke Kas Negara oleh Wajib Bayar. Atas pendapatan
tersebut ke Kas Negara dalam waktu 1x24 jam, kecuali mendapat dispensasi
Pemerintah yang memiliki kewenangan maupun pada saat diterima pada Kas
jurnal yang terbentuk di buku besar akrual harus dibalik (dikoreksi) karena
Jurnal Akrual:
Jurnal Akrual:
pendapatan bukan pajak, dan pendapatan hibah. Rincian lebih lanjut sumber
mata uang asing maka dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs transaksi Bank Sentral pada
b. Beban-LO
1) Definisi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa termasuk potensi
pendapatan yang hilang, atau biaya yang timbul akibat transaksi tersebut
2) Jenisjenis Beban
yang meliputi:
36
3) Pengakuan
manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat terdapat penurunan
aset adalah saat terjadinya pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak
peralihan hak dari pihak lain kepada Pemerintah tanpa diikuti keluarnya
kas dari Kas Umum Negara. Timbulnya kewajiban antara lain diakibatkan
penerimaan manfaat ekonomi dari pihak lain yang belum dibayarkan atau
4) Pengukuran
a) Beban Pegawai
Beban Persediaan
digunakan.
nominal yang tertera dalam dokumen tagihan dari Pihak Ketiga sesuai
Komitmen.
c) Beban Penyusutan
yakni metode garis lurus, metode saldo menurun ganda, dan metode unit
dengan cara membagi nilai perolehan aset dengan masa manfaat aset
tersebut.
tersebut.
5) Pencatatan
Terhadap dokumen sumber tersebut satuan kerja cukup merekam satu kali
saja dan setelah dilakukan validasi dan posting maka secara umum akan
Jurnal Akrual:
Persediaan XXX
tak tertagih di akhir tahun 31 Desember 2015 dibuat jurnal sebagai berikut:
Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan dan
beban selama satu periode pelaporan. Defisit dari kegiatan operasional adalah
selisih kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan.
Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri
kegiatan non operasional 7 antara lain surplus/defisit penjualan aset non lancar,
Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai karakteristik
sebagai berikut:kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun
entitas pemerintah.
41
g. Surplus/Defisit-LO
B. Pembahasan
1. Evaluasi atas Struktur dan Isi Laporan Operasional KPP Pratama Jakarta
Berdasarkan Tabel III.1 yang memuat perbandingan antara struktur & isi LO
berdasarkan PSAP 12 Lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010 dan struktur & isi
lanjut dalam Catatan atas Laporan keuangan yang memuat hal-hal yang berhubungan
dengan aktivitas keuangan selama satu tahun dan daftar-daftar yang merinci lebih
Operasional ini juga disajikan secara komparatif yakni tahun 2015 dan 2014. Namun
surplus/defisit sebelum pos luar biasa, melainkan menyajikan surplus/defisit dari pos
luar biasa yang terletak dibawah pos luar biasa. Hal ini tidak sesuai dengan contoh
Nomor 71 Tahun 2010. Perbandingan struktur dan isi Laporan Operasional dapat
Selain itu, dalam Laporan Operasional KPP Pratama Jakarta Cengkareng juga
nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya yakni KPP Pratama
Jakarta Cengkareng;
menyatakan adanya kesesuaian antara SAP Berbasis Akrual dan Laporan Operasional
Cengkareng
1) Pendapatan-LO
pendapatan-LO antara SAP berbasis akrual dan fakta di dalam LO KPP Pratama
2) Beban
pengklasifikasian beban antara SAP berbasis akrual dan fakta di dalam LO KPP
Pratama Jakarta Cengkareng terdapat perbedaan pada beban jasa dan beban
Setelah penulis telusuri dalam Catatan atas Laporan Keuangan beban barang dan
jasa yang disajikan dalam Laporan Operasional tersebut terdiri dari beban jasa
saja. Oleh sebab itu, jelas terlihat adanya kesalahan satuan kerja dalam melakukan
pengklasifikasian beban. Beban yang tertulis sebagai beban barang dan jasa
seharusnya tertulis beban jasa saja seperti yang tertera dalam SAP berbasis akrual.
Hal ini dikarenakan beban operasional lainnya yang termasuk ke dalam beban
sebagai akun beban masing-masing sesuai SAP berbasis akrual. Hal ini
barang.
Selain itu, ditemukan adanya beban penyisihan piutang tak tertagih yang
dalam PP Nomor 71 Tahun 2010. Menurut penulis, hal ini telah benar walaupun
tidak sesuai dengan contoh format LO di SAP berbasis akrual karena sudah
seharusnya ada beban penyisihan piutang tak tertagih yang disajikan. Dengan
Jakarta Cengkareng secara keseluruhan telah sesuai dengan SAP berbasis akrual
1) Pendapatan-LO
antara SAP berbasis akrual dan fakta di dalam LO KPP Pratama Jakarta
ditetapkan. Hal ini terlihat jelas saat Wajib Pajak (WP) menyetor pajak ke kas
pencatatan dalam SAIBA. Selain itu adanya pengakuan piutang dan pendapatan
perpajakan-LO yang diakui saat akhir tahun untuk mencatat pendapatan yang
seharusnya sudah diterima sampai tanggal pelaporan tapi belum dapat diterima.
Selain itu, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)LO diakui pada saat
timbulnya hak untuk menagih imbalan. Misalnya pendapatan jasa yang diperoleh
46
KPP Pratama Jakarta Cengkareng atas lelang barang sitaan Wajib Pajak maka
diakui saat adanya dokumen sumber Surat Setoran Bukan Pajak. Berdasarkan
paparan tersebut, pengakuan pendapatan-LO satuan kerja ini telah sesuai dengan
2) Beban Pegawai
gaji kepada pegawai. Beban ini diakui ketika adanya pengeluaran kas kepada
didukung oleh dokumen sumber Daftar Gaji yang diakui setiap tanggal 1 per
bulan. Sementara menurut SAP berbasis akrual beban diakui saat terjadinya
konsumsi aset yakni saat terjadinya pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak
47
didahului timbulnya kewajiban. Oleh sebab itu, pengakuan beban pegawai yang
dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Cengkareng telah sesuai dengan SAP
berbasis akrual.
3) Beban Persediaan
persediaan antara SAP berbasis akrual dan praktik di KPP Pratama Jakarta
ditetapkan. Beban persediaan ini diakui pada tanggal pelaporan yang mengakui
adanya persediaan yang terpakai selama tahun 2015. Oleh sebab itu, pengakuan
beban persediaan yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Cengkareng telah
persediaan antara SAP berbasis akrual dan praktik di KPP Pratama Jakarta
ditetapkan. Pada praktiknya, beban barang dan jasa ini terdiri dari beban jasa
48
langganan daya dan beban jasa pos giro. Beban ini diakui saat adanya penerimaan
manfaat ekonomi dari pihak lain yang belum dibayarkan. Dalam menentukan
beban jasa yang terutang biasanya didukung berupa dokumen atau informasi
elektronik yang menunjukkan beban jasa yang terutang pada akhir periode
pelaporan, seperti tagihan rekening listrik, rekening telepon dan lain-lain. Beban
juga diakui pada saat adanya pengeluaran kas kepada pihak lain tanpa didahului
timbulnya kewajiban contohnya pembayaran jasa pos dan giro. Dengan demikian,
5) Beban Pemeliharaan
pemeliharaan antara SAP berbasis akrual dan praktik di KPP Pratama Jakarta
gedung dan bangunan serta peralatan dan mesin. Beban ini merupakan beban yang
49
dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada
ke dalam kondisi normal. Beban ini diakui saat adanya pengeluaran kas kepada
ekonomi dari pihak lain yang belum dibayarkan. Beban pemeliharaan ini diakui
sebagai biaya karena tidak memenuhi nilai minimum kapitalisasi yang telah
untuk perjalanan dinasi dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan jabatan.
Beban ini diakui saat munculnya pengeluaran kas kepada pihak lain contohnya
pembelian tiket pesawat. Sementara menurut SAP berbasis akrual beban diakui
saat terjadinya konsumsi aset yakni saat terjadinya pengeluaran kas kepada pihak
beban perjalanan dinas yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Cengkareng
7) Beban Penyusutan
penyusutan antara SAP berbasis akrual dan praktik di KPP Pratama Jakarta
atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan selama masa manfaat aset yang
bersangkutan. Beban ini diakui pada saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi
aset yang dicatat setahun sekali pada akhir tahun. Hal ini telah sesuai dengan SAP
estimasi ketidaktertagihan piutang. Pada praktiknya, beban ini diakui pada saat
akan tertagih yakni dicatat setahun sekali pada akhir tahun. Penyisihan piutang
tidak tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu
menurut SAP berbasis akrual beban diakui saat terjadinya penurunan manfaat
piutang tak tertagih yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Cengkareng telah
1) Pendapatan-LO
berdasarkan nilai nominal penerimaan bruto yang disetorkan oleh Wajib Pajak
dimana tercantum dalam dokumen Modul Penerimaan Negara dan Surat Setoran
pendapatan-LO yang dilakukan oleh satuan kerja ini telah sesuai dengan SAP
berbasis akrual.
52
2) Beban Pegawai
Pengukuran beban pegawai yang dilakukan oleh satuan kerja ini telah sesuai
dengan aturan yang ada dalam SAP berbasis akrual. Pengukuran beban pegawai
ini didasarkan pada nilai nominal yang tertera dalam dokumen sumber Daftar Gaji
dan dinilai berdasarkan pengeluaran bruto. Pengeluaran dengan nilai bruto ini
pihak ketiga seperti pajak penghasilan yang dipotong oleh satuan kerja yang
Pratama Jakarta Cengkareng. Secara ringkasnya hal ini dapat dilihat dalam Tabel
3) Beban Persediaan
yang untuk selanjutnya nilainya dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode
Tabel III.11.
persediaan satuan kerja ini telah sesuai dengan SAP berbasis akrual yang berlaku.
Beban barang dan jasa ini terdiri dari beban jasa, beban pemeliharaan dan
beban perjalanan dinas. Beban jasa yang diukur pada tahun 2015 sejumlah
dan sebagainya. Beban pemeliharaan yang diukur pada tahun 2015 sejumlah
pengecatan gedung dan bangunan. Pengukuran beban barang dan jasa yang
dilakukan oleh satuan kerja ini telah sesuai dengan aturan yang ada dalam SAP
berbasis akrual. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel III.12 yang memuat
perbandingan pengukuran beban barang dan jasa antara SAP berbasis akrual dan
garis lurus yakni harga perolehan dibagi dengan masa manfaat aset tetap. Beban
penyusutan yang diukur pada tahun 2015 sebesar Rp617.810.328,00. Angka ini
didapatkan secara otomatis dari aplikasi SIMAK BMN. Oleh sebab itu, penulis
Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas
Pemerintah Pusat. Hasil perhitungan penulis dapat dilihat pada Tabel III.13 dan
secara rinci dalam Lampiran III. Pengukuran beban penyusutan ini dilakukan
III, diperoleh selisih antara perhitungan penulis dan angka yang tersaji dalam LO
karena keterbatasan data yang penulis peroleh, maka ketepatan dari angka beban
56
penyusutan tidak dapat diketahui secara tepat apakah telah sesuai dengan SAP
berbasis akrual atau tidak. Saat penulis mencoba menelusuri angka tersebut
Berdasarkan SAP berbasis akrual, apabila dalam Neraca Saldo akhir tahun
sebelum jurnal penyesuaian dibuat sudah terdapat saldo Penyisihan Piutang Tak
Tertagih, maka jumlah penyisihan piutang tak tertagih yang akan dicatat di
dalam jurnal penyesuaian akhir tahun harus dikurangi dengan saldo sebelum
Pengukuran beban penyisihan piutang tak tertagih ini terdapat dalam Lampiran
57
Wilayah DJP Jakarta Barat. Berdasarkan Lampiran IV, didapatkan angka sebesar
penulis tidak dapat mengukur angka tersebut karena data yang terbatas serta telah
ditentukan oleh Kanwil.selain itu, sebelum penyesuaian 2015 sudah ada saldo
Uraian Nilai
Saldo Penyisihan Piutang Awal (A) Rp23.219.353.418
Saldo Penyisihan Piutang 2015 (B) Rp36.910.393.176
Beban Penyisihan Piutang Tak
Tertagih (B-A) Rp13.691.039.758
Sumber: Diolah oleh penulis berdasarkan KPP Pratama Jakarta Cengkareng,
Berdasarkan Tabel III.14 diperoleh saldo beban penyisihan piutang tak tertagih
tak tertagih ini telah sesuai dengan SAP berbasis akrual yang berlaku.
1) Pendapatan-LO
Penerimaan Negara atau SSP dan SSBP dimana terhadap dokumen tersebut
satuan kerja cukup merekam satu kali saja dan setelah dilakukan validasi dan
58
posting akan terbentuk jurnal yang akan dilaporkan dalam Laporan Operasional.
LO.
pendapatan yang telah disetor langsung telah dicatat oleh KPP Pratama Jakarta
periode berjalan atau timbul akibat adanya penetapan tetapi belum diterima
sampai dengan tanggal pelaporan diakui sebagai piutang sehingga dicatat dalam
Berdasarkan Tabel III.16 terdapat kesesuaian antara kondisi yang ada dan
kriteria yang ditetapkan dalam SAP. Dengan demikian pencatatan jurnal akrual
dicatat oleh KPP Pratama Jakarta Cengkareng sesuai dengan SAP berbasis
akrual.
Selain itu, atas pendapatan negara bukan pajak yang disetorkan oleh
Berdasarkan Tabel III.17, terdapat kesesuaian antara kondisi yang ada dan
kriteria yang ditetapkan dalam SAP. Dengan demikian pencatatan jurnal akrual
pendapatan PNBP-LO ini telah dicatat oleh KPP Pratama Jakarta Cengkareng
2) Beban Pegawai
Pada praktiknya, transaksi beban pegawai ditandai dengan adanya SPM dan
SP2D, terhadap dokumen sumber tersebut satuan kerja cukup merekam satu kali
saja ke aplikasi SAIBA dan setelah dilakukan validasi dan posting maka secara
Berdasarkan Tabel III.18 terdapat kesesuaian antara kondisi yang ada dan kriteria
yang ditetapkan dalam SAP. Dengan demikian pencatatan jurnal akrual beban
pegawai telah dicatat oleh KPP Pratama Jakarta Cengkareng sesuai dengan SAP
berbasis akrual.
3) Beban Persediaan
sebagai persediaan dan pada saat digunakan dicatat sebagai beban persediaan.
(stock opname) untuk memastikan catatan akuntansi dan fisik persediaan sesuai.
untuk persediaan yang sifatnya umum, yakni beban persediaan tahun berjalan
rusak atau usang, walaupun secara fisik persediaan masih ada tidak
sebelum opname fisik nilainya lebih besar dari hasil opname fisik maka dicatat
pencatatan beban persediaan oleh KPP Pratama Jakarta Cengkareng telah sesuai
dengan SAP berbasis akrual yang tertera dalam PMK Nomor 270/PMK.05/2014.
Pada praktiknya, pembayaran belanja barang langganan daya dan jasa pada
jurnal akrual menggunakan akun beban barang dan jasa. Jadi semua akun belanja
jasa pada saat diterbitkan SP2D akan diakui sebagai beban barang dan jasa pada
62
Berdasarkan Tabel III.20, pencatatan beban jasa oleh KPP Pratama Jakarta
Cengkareng tidak sesuai dengan SAP berbasis akrual yang tertera dalam PMK
belanja jasa dengan menggunakan akun beban jasa pada jurnal akrualnya seperti
5) Beban Pemeliharaan
pemeliharaan pada jurnal akrualnya. Jadi semua akun belanja pemeliharaan pada
saat diterbitkan SPM/SP2D akan diakui sebagai Belanja Barang dan Jasa pada
Buku Besar Kas dan Beban Pemeliharaan pada Buku Besar Akrual. Pencatatan
sesuai dengan SAP berbasis akrual yang tertera dalam PMK Nomor
270/PMK.05/2014.
menggunakan akun beban perjalanan dinas. Jadi semua akun belanja perjalanan
dinas pada saat diterbitkan SPM/SP2D akan diakui sebagai Belanja Barang dan
Jasa pada Buku Besar Kas dan Beban Perjalanan Dinas pada Buku Besar Akrual.
Pratama Jakarta Cengkareng telah sesuai dengan SAP berbasis akrual yang tertera
Penyusutan adalah alokasi sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk
masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam
neraca dan sebagai beban penyusutan dalam laporan operasional, sehingga pada
Berdasarkan Tabel III.23, pencatatan beban penyusutan oleh KPP Pratama Jakarta
bersih yang dapat direalisasi (net realizable value). Penyisihan piutang dilakukan
rangka penyajian wajar tersebut, sehingga pada penerapan pertama kali diakui
sebagai beban penyisihan tak tertagih. Beban penyisihan piutang tak tertagih ini
antara saldo sebelum penyesuaian dan saldo penyisihan yang diestimasikan untuk
65
tahun 2015. Pada akhir tahun yakni 31 Desember dilakukan pencatatan jurnal
akrual pada Tabel III.24. Berdasarkan Tabel III.24, pencatatan beban penyisihan
piutang tak tertagih oleh KPP Pratama Jakarta Cengkareng telah sesuai dengan
Tak Tertagih
Berdasarkan Tabel III.24, pencatatan beban penyisihan piutang tak tertagih oleh
KPP Pratama Jakarta Cengkareng telah sesuai dengan SAP berbasis akrual.
1) Pendapatan-LO
rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga memberikan rincian lebih
lanjut sumber pendapatan dan semua informasi yang relevan mengenai bentuk
66
dari pendapatan-LO. Namun ada suatu kesalahan yang dilakukan oleh satuan
Seharusnya kolom ini berisi indeks yang memberikan penjelasan atas masing-
melihat secara rinci. Namun dalam penyajiannya, kolom ini berisi indeks yang
salah sehingga tidak adanya sinkronisasi antara indeks yang tertulis dengan
Misalnya kolom berisi indeks A.1 pada baris Pendapatan Perpajakan yang
berada dalam CaLK huruf A angka 1, namun dalam CaLK huruf A.1 tidak
menjelaskan pos pendapatan perpajakan. Dengan demikian, hal ini jelas tidak
2) Beban
yang bersifat material telah diungkapkan secara lengkap dalam Catatan atas
beban-beban yang disajikan dalam Laporan Operasional. Namun hal ini tidak
A. Simpulan
Berdasarkan data dan fakta dalam Bab II yang telah penulis uraikan serta
Cengkareng yang telah penulis jabarkan dalam Bab III, maka penulis menarik
1. Struktur dan isi Laporan Operasional KPP Pratama Jakarta Cengkareng secara
keseluruhan telah sesuai dengan SAP berbasis akrual yang tertera dalam PSAP
operasional, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, pos luar biasa, dan
biasa, melainkan menyajikan surplus/defisit dari pos luar biasa yang terletak
dibawah pos luar biasa. Hal ini tidak sesuai dengan contoh format Laporan
68
69
Tahun 2010. Selain itu, dalam penyajiannya satuan kerja KPP Pratama Jakarta
2015 dan 2014. Namun dalam tahun 2014 angka yang terisi adalah Rp0,00. Hal
ini disebabkan karena pada tahun 2014, KPP Pratama Jakarta Cengkareng belum
menerapkan basis akrual melainkan basis Cash Toward Acrual (CTA) sehingga
Cengkareng secara keseluruhan telah sesuai dengan SAP berbasis akrual. Namun
barang dan jasa yang sebenarnya dirincikan dalam Catatan atas Laporan
dengan SAP berbasis akrual yakni diakui saat realisasi kas diterima, saat tanggal
periode berjalan tetapi belum diterima sampai dengan tanggal pelaporan, dan
5. Pengakuan beban pegawai, beban persediaan, beban barang dan jasa, beban
beban penyisihan piutang tak tertagih KPP Pratama Jakarta Cengkareng diakui
79
konsumsi aset, dan saat timbulnya kewajiban yakni saat terjadinya peralihan hak
dari pihak lain kepada Pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari Kas Umum
berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak
pengeluaran bruto yang terdapat dalam dokumen sumber yang menjadi dasar
pengeluaran negara kepada pegawai dimaksud. Secara keseluruhan, hal ini telah
sesuai dengan SAP berbasis akrual. Namun pada pengukuran beban penyusutan
yang dihitung secara manual oleh penulis, terdapat perbedaan saldo beban
penyusutan menurut perhitungan manual oleh penulis dan menurut angka yang
tak tertagih, dimana angka penyisihan piutang tak tertagih 2015 yang dibentuk
berdasarkan kualitas umur piutang tidak dapat penulis ukur secara handal. Hal
ini disebabkan keterbatasan data dan angka tersebut telah diperoleh berdasarkan
7. Pencatatan pendapatan-LO dan beban yang dilakukan oleh KPP Prata Jakarta
Cengkareng telah sesuai dengan SAP berbasis akrual yang mengacu pada PMK
Nomor 270/PMK.05/2014.
mengungkapkannya secara rinci dalam CaLK. Hal ini telah sesuai dengan SAP
71
indeks yang menunjukkan rincian dalam CaLK. Indeks yang disajikan dalam LO
yang bersifat material telah diungkapkan secara lengkap dalam Catatan atas
walaupun masih ada beberapa pos yang belum menjelaskan secara rinci
peruntukan dari beban-beban yang disajikan. Namun hal ini tidak bersifat
material sehingga penyajian dan pengungkapan beban telah sesuai dengan SAP
berbasis akrual.
B. Saran
Penulis juga memberikan beberapa saran yang mungkin berguna bagi pihak-pihak
sebelum pos luar biasa, bukan menyajikan surplus/defisit dari pos luar biasa
yang terletak dibawah pos luar biasa agar sesuai dengan contoh format
Hal ini disebabkan karena beban barang dan jasa yang disajikan ternyata
hasilnya sama dengan perhitungan manual yang dilakukan oleh SDM KPP
penyusutan yang tepat. Begitu pula dengan angka penyisihan piutang tak
tertagih yang diperoleh dari Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat seharusnya KPP
seharusnya sinkron dengan apa yang dirincikan di dalam Catatan atas Laporan
jasa. Di dalam CaLK telah terdapat suatu kolom untuk mencatat peruntukan
DAFTAR PUSTAKA
Iman, Chairul. 2008. Evaluasi Strategi Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada
Lporan Keuangan Pemerintah Menggunakan Model Kebutuhan Dasar. Jakarta;
Universitas Indonesia.
Lampiran I Neraca
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
76
LNJKYF
79
LNJUTHG
81