Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Manajemen Keperawatan di Indonesia di
masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan. Hal ini bekaitan
dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi di Indonesia.
Menurut Hersey dan Blanchard (1977) dalam Suyanto (2009) manajemen adalah
suatu proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui kerjasama dengan
orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber dari manusia, alat
maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik
kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2009).
Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) saat ini sedang dilaksanakan di
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang adalah model asuhan keperawatan profesional
dengan metode tim. Kelebihan dari metode ini adalah memungkinkan pelayanan
keperawatan menyeluruh, serta memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun kelemahan dari
metode ini adalah komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu-waktu sibuk (Nursalam, 2009).
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang sebagai salah satu penyelenggara
pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan,
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka rumah sakit perlu
didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan
berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat
dicapai melalui banyak cara.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan manajerial yang handal
didapatkan dari pembelajaran di lahan praktek. Praktik manajemen Poltekkes Kemenkes
Palembang dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerial di
Rumah Sakit Bhayangkara dengan arahan pembimbing dari rumah sakit dan pembimbing
pendidikan. Dengan adanya praktek tersebut diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses
manajemen.

B. Tujuan praktik
1. Tujuan Umum :
Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa dapat
menerapkan prinsip manajemen keperawatan dengan menggunakan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP), secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap
kepemimpinan yang professional serta langkah manajemen keperawatan

2. Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan manajemen, peserta
mampu :
a. Melakukan kajian situasi di unit pelayanan sebagai dasar untuk menyusun rencana
strategis dan operasional unit
b. Menuyusun rancangan strategis dan operasional unit pelayanan keperawatan
berdasarkan kajian bersama-sama penanggung jawab unit
c. Mengorganisasikan pelayanan keperawatan sesuai kondisi unit
d. Melakukan pengelolaan staff
e. Melaksanakan fungsi pengarahan
f. Melaksananakn fungsi control
BAB II

KONSEP TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN

II. 1 Konsep Manajemen Keperawatan


1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan
Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi (Grant dan Massey, 1999). Manajemen juga
didefinisikan sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain.
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam
rangka pencapaian tujuan dalam batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi
(P. Siagian)
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam,
2007). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan
oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta
mengawasi sumber- sumber yang ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat,
Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi,
memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkun bagi individu,
keluarga dan masyarakat.

2. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan


Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang
efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam
kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang orang tersebut
agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor faktor tersebut adalah
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Ketrampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

II. 2 Manajemen Operasional


1. Tujuan Manajemen keperawatan
Sesuai dengan falsafah dan hakekat keperawatan, maka tujuan perawatan adalah :

a. Untuk membantu individu menjadi bebas dari


b. masalah kesehatan yang dirasakan dengan mengajak individu dan masyarakat untuk
berpartisipasi meningkatkan kesehatannya.
c. Untuk membantu individu mengembangkan potensinya dalam memelihara kesehatan
seoptimal mungkin agar tidak selalu tergantung pada orang lain dalam memelihara
kesehatan.
d. Untuk membantu individu memperoleh derajat kesehatannya seoptimal mungkin.

2. Fungsi dalam Manajemen Keperawatan


Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan :
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan tindakan
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
6) Tiap tiap organisasi perlu perencanaan
b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan
menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat alat, keuangan
dan fasilitas.
c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang orang agar mau / suka bekerja.
Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan
kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
d. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan
dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang orangnya, cara dan waktunya
tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu
setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ssditujukan pada
fungsi organik administrasi dan manajemen.
II. 3 Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengertian Manajemen Asuhan Keperawatan
Sistem Manajeman Asuhan Keperawatan adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan keempat unsur: standart, proses keperawatan, pendidikan keperawatan
dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan
akan menentuakan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan.

2. Macam-Macam Metode Penugasan

a. model asuhan keperawatan profesional (MAKP)

Tabel 3 Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant&Massey (1997) dan


Marquis& Huston (1998)

Model Deskripsi Penanggung Jawab


Fungsional Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi perawat yang bertugas pada
keperawatan tindakan tertentu
Perawat melaksanakan tugas (tindakan)
tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang
ada
Metode fungsional dilaksanakan oleh
perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama [ada
saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1- 2 jenis intervensi
(misalnya merawat luka) keperawatan
kepeda semua pasien di bangsal

Kasus Berdasarkan pendekatan holistik dari manager keperawatan


filosofi keperawatan
Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien
tertentu
Rasio pasien perawat= 1:1

setiap pasien ditugaskan kepada semua


perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saait ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien untuk satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
perawatan khusus seperti: isolasi, intesive
care
Tim Berdasarkan kelompok pada filosofi ketua tim
keperawatan
6- 7 perawat profesional dan perawat
associate bekerja sebagai suatu tim,
disupervisi oleh ketua tim.

metode ini menggunakan tim yang terdiri dari


anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2- 3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga
profesional, teknikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu
Primer Berdasarkan pada tindakan yang perawat primer
komprehensif dari filosofi
keperawatan
Perawat bertanggung jawab terhadap
semua aspek asuhan keperawatan dari
hasil pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinir asuhan keperawatan
Rasio perawat dan pasien1:4 / 1:5 dan
penugasan metode kasus. Metode
penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk
sampai KRS. Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan
antara si pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan
koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.
1) Fungsional

Kelebihannya:
(a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
(b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
(c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawatan pada pasien diserahkan kepada perawat junior
Kelemahannya:
(a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
(b) Pelayanan keperawatan terpisah- pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
(c) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja

2) Keperawatan tim

Kelebihannya:

(a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

(b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

(c) Menungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim

Kelemahannya:

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada wakt-
waktu sibuk

3) Keperawatan primer
Kelebihan:
(a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
(b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil akan
memungkinkan pengembangan diri
(c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit:
Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapainya
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, infromasi dan
advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif.

Kelemahan:

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan


pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif, self direction kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin

4) Manajemen kasus

Kelebihannya:

(a) Perawat lebih memahami kasus per kasus

(b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kelemahannya:

(a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

(b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
3. Kriteria Tingkat Ketergantungan Pasien

KLASIFIKASI DAN KRITERIA


MINIMAL CARE

Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan

1. Mampu naik- turun tempat tidur


2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
3. Mampu makan dan minum sendiri
4. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
5. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
7. Status psikologis stabil
8. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
9. Operasi ringan

PARTIAL CARE

Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian

1. Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur


2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4. Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap
5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/ kamar mandi)
8. Post operasi minor 24 jam
9. Melewati fase akut dari post operasi mayor
10. Fase awal dari penyembuhan
11. Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
12. Gangguan emosional ringan

TOTAL CARE

Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang
lebih lama

1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta
dorong atau kursi roda
2. Membutuhkan latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG
tube (sonde)
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6. Dimandikan perawat
7. Dalam keadaan inkontinensia
8. 24 jam post operasi mayor
9. Pasien tidak sadar
10. Keadaan pasien tidak stabil
11. Observasi TTV setip kurang dari jam
12. Perawatan luka bakar
13. Perawatan kolostomi
14. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
15. Menggunakan WSD
16. Irigasi kandung secara terus menerus
17. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
18. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
19. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi

4. Formula Menghitung Kebutuhan Perawat


a. Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien,
dimana masingmasing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai
berikut :
Jumlah Klasifikasi KLien
Pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst

b. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
perawatan adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jmlh jam kerja
Masing2 tiap perawat
Perawat
jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
= jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
= jumlah perawat di satu unit

Prinsip perhitungan rumus Gillies :


Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1. waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi
pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = x 4 = 1 jam ,
keperawatan partial (partial care ) = x 4 = 3 jam , keperawatan total (total care)
= 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8
jam.
2. Waktu keperawatan tidak langsung
menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25jam/hari/klien
4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan
rata - rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus: Jumlah
hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 % Jumlah tempat tidur x 365 hari
5. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari (hari minggu/libur
= 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini
merupakan hari libur maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari
libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
7. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif
6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5
=8 jam per hari)
8. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20%
(untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
9. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
II. 4 Indikator Mutu Pelayanan Peperawatan

Tabel 1. Indikator Mutu Keperawatan menurut ANA

Kategori Ukuran
Ukuran berfokus 1 Anga kematian pasien karena komplikasi operasi
outcomes pasien 2 Angka dekubitus
3 Angka pasien jatuh
4 Angka psien jatuh dengan cidera
5 Angka restrain
6 ISK karena pemasangan cateter di ICU
7 Blood stream infection karena pemasangan cateter line central di ICU
dan HDNC
8 VAP di ICU dn HDNC
Ukuran berfokus 1 Konseling berhenti merokok pada kasus AMI
pada intervensi 2 Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung
perawat 3 Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia
Ukuran berfokus 1 Perbandingan antara RN, LVN/LPN, UAP dan kontrak
pada system 2 Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan UAP
3 Practice Environment ScaleNursing Work Index
4 Turn over

Sumber: The National Database of Nursing Quality Indicators (NDNQI),2007.

II. 5 Menghitung Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit

1. Indikator Mutu Umum


a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

Rumus :
BOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah tempat tidur yang terpakai (O) dengan
jumlah TT yang tersedia (A). Perbandingan ini ditunjukkan dalam bentuk persentase (%).
Jadi, rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu:
BOR = (O/A) x 100%
Keterangan :
O : tempat tidur yang terpakai
A : tempat tidur yang tersedia
b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
Rumus Jumlah hari X 100 % :
penghitungan perawatan
ALOS : Rumus pasien keluar
:
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

II. 6 Discharge Planning


1 Pengertian Discharge planning
Discharge planning adalah suatu proses yang digunakan untuk memutuskan apa
yang perlu pasien lakukan untuk dapat meningkatkan kesehatannya. Dahulu, disharge
planning sebagai suatu layanan untuk membantu pasien dalam mengatur perawatan yang
diperlukan setelah tinggal di rumah sakit. Ini termasuk layanan untuk perawatan di
rumah, perawatan rehabilitatif, perawatan medis rawat jalan, dan bantuan lainnya.
Sekarang discharge planning dianggap sebagai proses yang dimulai saat pasien masuk
dan tidak berakhir sampai pasien dipulangkan. Keluar dari rumah sakit tidak berarti
bahwa pasien telah sembuh total. Ini hanya berarti bahwa dokter telah menetapkan bahwa
kondisi pasien cukup stabil untuk melakukan perawatan dirumah. (Ali Birjandi, 2008)

2 Tujuan Discharge planning


Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk kesembuhan dan
pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Menurut Nursalam (2011) tujuan
discharge planning/perencanaan pulang antara lain sebagai berikut:

1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial.


2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap
dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau discharge
teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins (2009) discharge teaching
harus melibatkan keluarga pasien atau perawat lainnya untuk memastikan bahwa pasien
mendapatkan home care yang tepat. Discharge teaching bertujuan agar pasien :

1. Memahami mengenai penyakitnya


2. Melakukan terapi obat secara efektif
3. Mengikuti aturan diet secara hati-hati
4. Mengatur level aktivitasnya
5. Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
6. Mengenali kebutuhan istirahatnya
7. Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
8. Mengetahui kapan mencari follow up care

3. Manfaat Discharge planning


Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut (Nursalam, 2011) :

1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat panjaran selama di rumah sakit
sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah.
2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinutas
keperawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan
mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah.

4. Jenis Discharge planning


Chesca (1982) dalam Nursalam (2011) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien
sebagai berikut:

1. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini dilakukan
apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara
dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau
puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir dari
hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali,
maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun
kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau
dengan melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.

5. Mekanisme Discharge planning


Discharge planning mencakup kebutuhan seluruh pasien, mulai dari fisik,
psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Proses ini tiga fase, yaitu akut, transisional, dan
pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, diutamakan upaya medis untuk segera
melaksanakan discharge planning. Pada fase transisional, ditahap ini semua cangkupan
pada fase akut dilaksankan tetapi urgensinya berkurang. Dan pada fase pelayanan
berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan
aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. (Perry & Potter,
2005). Perry dan Potter (2005), menyusun format discharge planning sebagai berikut:

a. Pengkajian

1) Sejak pasien masuk kaji kebutuhkan discharge planning pasien, focus pada
terhadap kesehatan fisik, status fungsional, sistem pendukung sosial, finansial,
nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, pendidikan, serta tintangam
terhadap keperawatan.
2) Kaji pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubunga dengan
kondisi yang akan diciptakan di rumah tempat tinggal pasien setelah keluar dari
rumah sakit sehingga terhindar dari komplikasi
3) Kaji cara pembelajaran yang disukai oleh pasien agar pendidikan kesehatan yang
diberikan bermanfaat dan dapat ditangkap oleh pasien maupun keluarga. Tipe
materi pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran
yang berbeda pada pasien.
4) Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor lingkungan
di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti ukuran
ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi,
ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah dapat
dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).
5) Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengkaji kebutuhan
untuk rujukan pelayanan kesehatan rumah maupun fasilitas lain.
6) Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan kesehatan di
luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuan keluarga untuk
mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini
sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan
pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau
keragu-raguan diantara keduanya.
7) Kaji penerimaan pasien terhadap penyakit yang sedang diderita berhubungan
dengan pembatasan.
8) Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhan
setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis,
perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhan rujukan
pada waktu yang berbeda.

b. Diagnosa Keperawatan

Perry dan Potter (2005) adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara
lain:

1. Kecemasan, hal ini dapat menginterupsi proses keluarga.


2. Tekanan terhadap care giver, hal yang menyebabkannya adalah ketakutan.
3. Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan di rumah, pasien
mengalami defisit perawatan diri
4. Stres sindrom akibat perpindahan, hal ini berhubungan dengan upaya
meningkatkan pertahanan/pemeliharaan di rumah.

c. Perencanaan

Perry dan Potter (2005) hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah
dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Pasien atau keluarga sebagai caregiver mengerti akan keberlangsungan


pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain), penatalaksanaan atau
pengobatan apa yang dibutuhkan, dan .
2. Pasien dan keluarga mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri.
3. Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam setting
rumah.

d. Penatalaksanaan

Perry dan Potter (2005) penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian,
yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan
yang dilakukan pada hari pemulangan.

1) Persiapan Sebelum Hari Pemulangan Pasien

a) Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi memenuhi kebutuhan


pasien.
b) Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang
sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat dilakukan
sekalipun pasien masih di rumah.
c) Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk
belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat
mungkin selama dirawat di rumah sakit. Pamflet, buku-buku, atau rekaman
video dapat diberikan kepada pasien muapun sumber yang yang dapat diakses
di internet.
d) Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan usulan
perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam
perawatan pasien.

2) Penatalaksanaan pada Hari Pemulangan

Perry dan Potter (2005) berpendapat apabila beberapa aktivitas berikut ini
dapat dilakukan sebelum hari pemulangan, maka perencanaan yang dilakukan akan
lebih efektif. Adapun aktivitas yang dilakukan yaitu:

a) Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang berhubungan
dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan
kemampuan juga bermanfaat.
b) Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau kebutuhan
akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskan sedini mungkin).
Persiapkan kebutuhan yang mungkin diperlukan pasien selama perjalanan
pulang (seperti tempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump).
c) Pastikan pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan transportasi
menuju ke rumah.
d) Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan semua barang milik
pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan.
e) Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien.
Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telah ditandatangani
oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk
menyampaikan barang-barang berharga kepada pasien.
f) Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien sesuai
dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk
kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi
diri.
g) Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor dokter.
h) Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien membutuhkan
daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran. Anjurkan pasien dan
keluarga mengunjungi kantornya.
i) Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi roda untuk
pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien yang pulang dengan
menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan ambulans.
j) Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap tubuh dan
teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit dimana
transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda.
Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi.
Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam
kendaraan.
k) Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen
pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk membersihkan
ruangan pasien.

e. Evaluasi

1) Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan


yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada
dokter.
2) Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan yang
akan dilanjutkan di rumah.
3) Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan rumah,
mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi pasien, dan
menganjurkan perbaikan.
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG CENDANA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALEMBANG

A. Kajian Situasi RS Bhayangkara Palembang

1. Visi Rumah sakit

Terwujudnya pelayanan kesehatan paripurna dan unggul dibidang kedokteran


kepolisian

2. Misi rumah sakit


a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang profesional, bermutu, akuntabel, dan
humanis berorientasi pada keselamatan oasien serta kesehatan kerja;
b. Mengembangkan kuualitas SDM dibidang pengetahuan dan keahlian secara
profesional, baik ada layanan kesehatan maupun kepolisian;
c. Melengkapi sarana prasarana, teknologi dan sistem informasi manajemen modern
yang mengikuti perkembangan dunia kedokteran dan kesehatan;
d. Membangun dan meningkatkan kemitraan lintas sektoral, baik internal maupun
eksternal polri;
e. Mendukung tugas operasional kepolisian secara proaktif dan peran serta dalam
proses penyelidikan secara scientific, crime, investigation (SCI);
f. Meningkatkan kemampun dan mutu pelayanan dibidang kedokteran kepolisian;
g. Meningkatkan kesejahteraan pegawai rumah sakit.

3. Falsafah
Terdiri dari CARE (PEDULI):
Cekatan
Amanah
Ramah
Empati
4. Motto
siap melayani dengan ikhlas dan profesional
5. Tujuan
a. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang prima kepada masyarakat polri dan
masyarakat umum dengan mengutamakan keselamatan pasien
b. Berperan aktif terhadap kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan jaminan kesehatan
nasional (JKN)
c. Berperan aktif dalam pelaksanaan dukungan tugas operasional kepolisian
d. Pelaksanaan utama pelayanan kedokteran kepolisian diwilayah sumatera selatan
e. Menjadi rumah sakit rujukan pelayanan kedokteraan forensik diwilayah sumatera
selatan

6. Status Akreditas Rumah Sakit


RS Bhayangkara Palembang ialah satu dari sekian RS milik POLRI Kota
Palembang yang berbentuk RSU, dinaungi oleh POLRI dan termaktub kedalam Rumah
Sakit Tipe C. RS ini telah terdaftar sejak 26/05/2013 dengan Nomor Surat ijin 124
TAHUN 2012 dan Tanggal Surat ijin 01/03/2012 dari WALI KOTA PALEMBANG
dengan Sifat , dan berlaku sampai 2017. Sesudah melangsungkan Proses AKREDITASI
RS Seluruh Indonesia dengan proses Pentahapan I ( 5 Pelayanan) akhirnya ditetapkan
status Lulus Akreditasi Rumah Sakit (Terakreditasi C) dan saat ini sedang
mempersiapkan untuk akreditasi lagi.

B. Kajian Situasi Di Ruang Cendana (Pos 3)


1. Karakteristik Unit

Menurut keterangan kepala ruangan Fitri Gantini, S. Kep, saat ini rumah sakit
Bhayangkara Palembang di ruangan rawat inap Cendana (Pos 3) belum mempunyai visi
dan misi ruangan, falsafah ruangan, serta tujuan ruangan.
Denah Ruangan

Km. Mandi
Dahlia 8 Kamar E Nurse Station Ruang Kamar A
Tindakan

Ruang Dahlia 10 Dahlia 9 Kamar C Kamar D Gdg


linen

Meja
mahasiswa

Kapasitas Ruangan

Ruang Dahlia memiliki 7 ruangan, 1 ruangan terdiri dari 3 tempat tidur kapasitas 26 tempat tidur.

2. Analisa Terhadap Klien

a. Karakteristik
-Klien dewasa
-Klien lansia
b. Tingkat Ketergantungan
Perawatan mandiri (Celf care) : 3 orang
Perawatan sebagian (Intermediate Partial Care) : 2 orang
Perawatan total ( total care) :0 orang
3.Analisis Unit Layanan Keperawatan
b. manajemen Unit
4. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan Fisik
b. Lingkungan Non Fisik
5. Kajian Indikator Mutu Ruangan ( BOR,ALOS, TOI,Angka IN, cedera, jatuh)
BOR : 31,6 %
6. Sumber Daya /Kekuatan Kerja
a. Manusia
1. Struktur organisasi dan uraian tugas

Struktur Organisasi ruang cendana pos 3 RS. Bhayangkara Palembang

Kasubbid Yanmeddokpol RS Bhayangkara

Dr. Yunita MARS

NIP:197802262002122004

Lakhar Kaur Yanwat

Piliyani, S.Kep.Ners

NIP:197912272007102001

Karu Irna Pos 3

Fitri Gantini,Am.Kep

NIP:197810192003122003

Ka.Tim A Ka.Tim B

Suyati,SKM Eni Yusnita Am.kep


Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Tini SuryaniAm.Kep Tri yustika Am.Kep

Ayu Hafizoh Am.Kep Aidil Fitriansyah Am.Kep

Imam Herminton Am.Kep Dewi Maya Am.Kep

Trinanda S.Kep.Ners Yuni Resianti S.Kep.Ners

Riza Desiana S.Kep.Ners Pika Suhendra Am.Kep

Eko marsandy Am.Kep Cahya Arlita S.Kep

Cleaning Service

Zubaidah Firmansyah

1. Jumlah dan kualifikasi pendidikan tenaga ( tenaga perawat dan tenaga penunjang)
Tingkat Pendidikan Perawat
-D3 Keperawatan : 9 Orang
-S1 Kesehatan Masyarakat : 1 Orang
-S1 Keperawatan : 1 Orang
-Ners : 4 Orang
3. Pelatihan yang sudah diikuti
4. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan tenaga penunjang
Menggunakan metode Gillies:
Rata-rata jumlah pasien/ hari
BOR x TT
100%
31,6 X 21 TT
100%
6,63

a. Non Manusia (Methode, Machine, Material, Money, Marketing)


Material: Sarana dan prasarana
1.Peralatan dan fasilitas
2.Administrasi penunjang
Metode :
3.Standar asuhan keperawatan
4.Standar Prosedur Operasional
5.Metode asuhan keperawatan
Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional /MAKP
(Timbang terima, Dokumentasi keperawatan, Ronde keperawatan,
Supervisi, Discharge Planning)

Anda mungkin juga menyukai