Mankep
Mankep
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Manajemen Keperawatan di Indonesia di
masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan. Hal ini bekaitan
dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi di Indonesia.
Menurut Hersey dan Blanchard (1977) dalam Suyanto (2009) manajemen adalah
suatu proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui kerjasama dengan
orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber dari manusia, alat
maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik
kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2009).
Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) saat ini sedang dilaksanakan di
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang adalah model asuhan keperawatan profesional
dengan metode tim. Kelebihan dari metode ini adalah memungkinkan pelayanan
keperawatan menyeluruh, serta memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun kelemahan dari
metode ini adalah komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu-waktu sibuk (Nursalam, 2009).
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang sebagai salah satu penyelenggara
pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan,
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat. Agar dapat terlaksana tujuan tersebut maka rumah sakit perlu
didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan
berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat
dicapai melalui banyak cara.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan manajerial yang handal
didapatkan dari pembelajaran di lahan praktek. Praktik manajemen Poltekkes Kemenkes
Palembang dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerial di
Rumah Sakit Bhayangkara dengan arahan pembimbing dari rumah sakit dan pembimbing
pendidikan. Dengan adanya praktek tersebut diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses
manajemen.
B. Tujuan praktik
1. Tujuan Umum :
Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa dapat
menerapkan prinsip manajemen keperawatan dengan menggunakan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP), secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap
kepemimpinan yang professional serta langkah manajemen keperawatan
2. Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan manajemen, peserta
mampu :
a. Melakukan kajian situasi di unit pelayanan sebagai dasar untuk menyusun rencana
strategis dan operasional unit
b. Menuyusun rancangan strategis dan operasional unit pelayanan keperawatan
berdasarkan kajian bersama-sama penanggung jawab unit
c. Mengorganisasikan pelayanan keperawatan sesuai kondisi unit
d. Melakukan pengelolaan staff
e. Melaksanakan fungsi pengarahan
f. Melaksananakn fungsi control
BAB II
Kelebihannya:
(a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
(b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
(c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawatan pada pasien diserahkan kepada perawat junior
Kelemahannya:
(a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
(b) Pelayanan keperawatan terpisah- pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
(c) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja
2) Keperawatan tim
Kelebihannya:
(c) Menungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim
Kelemahannya:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada wakt-
waktu sibuk
3) Keperawatan primer
Kelebihan:
(a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
(b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil akan
memungkinkan pengembangan diri
(c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit:
Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapainya
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, infromasi dan
advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif.
Kelemahan:
4) Manajemen kasus
Kelebihannya:
Kelemahannya:
(b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
3. Kriteria Tingkat Ketergantungan Pasien
PARTIAL CARE
TOTAL CARE
Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang
lebih lama
1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta
dorong atau kursi roda
2. Membutuhkan latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG
tube (sonde)
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6. Dimandikan perawat
7. Dalam keadaan inkontinensia
8. 24 jam post operasi mayor
9. Pasien tidak sadar
10. Keadaan pasien tidak stabil
11. Observasi TTV setip kurang dari jam
12. Perawatan luka bakar
13. Perawatan kolostomi
14. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
15. Menggunakan WSD
16. Irigasi kandung secara terus menerus
17. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
18. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
19. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi
b. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
perawatan adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jmlh jam kerja
Masing2 tiap perawat
Perawat
jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
= jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
= jumlah perawat di satu unit
Kategori Ukuran
Ukuran berfokus 1 Anga kematian pasien karena komplikasi operasi
outcomes pasien 2 Angka dekubitus
3 Angka pasien jatuh
4 Angka psien jatuh dengan cidera
5 Angka restrain
6 ISK karena pemasangan cateter di ICU
7 Blood stream infection karena pemasangan cateter line central di ICU
dan HDNC
8 VAP di ICU dn HDNC
Ukuran berfokus 1 Konseling berhenti merokok pada kasus AMI
pada intervensi 2 Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung
perawat 3 Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia
Ukuran berfokus 1 Perbandingan antara RN, LVN/LPN, UAP dan kontrak
pada system 2 Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan UAP
3 Practice Environment ScaleNursing Work Index
4 Turn over
Rumus :
BOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah tempat tidur yang terpakai (O) dengan
jumlah TT yang tersedia (A). Perbandingan ini ditunjukkan dalam bentuk persentase (%).
Jadi, rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu:
BOR = (O/A) x 100%
Keterangan :
O : tempat tidur yang terpakai
A : tempat tidur yang tersedia
b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
Rumus Jumlah hari X 100 % :
penghitungan perawatan
ALOS : Rumus pasien keluar
:
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat panjaran selama di rumah sakit
sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah.
2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinutas
keperawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan
mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah.
1. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini dilakukan
apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara
dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau
puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir dari
hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali,
maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun
kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau
dengan melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.
a. Pengkajian
1) Sejak pasien masuk kaji kebutuhkan discharge planning pasien, focus pada
terhadap kesehatan fisik, status fungsional, sistem pendukung sosial, finansial,
nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, pendidikan, serta tintangam
terhadap keperawatan.
2) Kaji pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubunga dengan
kondisi yang akan diciptakan di rumah tempat tinggal pasien setelah keluar dari
rumah sakit sehingga terhindar dari komplikasi
3) Kaji cara pembelajaran yang disukai oleh pasien agar pendidikan kesehatan yang
diberikan bermanfaat dan dapat ditangkap oleh pasien maupun keluarga. Tipe
materi pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran
yang berbeda pada pasien.
4) Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor lingkungan
di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti ukuran
ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi,
ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah dapat
dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).
5) Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengkaji kebutuhan
untuk rujukan pelayanan kesehatan rumah maupun fasilitas lain.
6) Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan kesehatan di
luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuan keluarga untuk
mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini
sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan
pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau
keragu-raguan diantara keduanya.
7) Kaji penerimaan pasien terhadap penyakit yang sedang diderita berhubungan
dengan pembatasan.
8) Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhan
setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis,
perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhan rujukan
pada waktu yang berbeda.
b. Diagnosa Keperawatan
Perry dan Potter (2005) adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara
lain:
c. Perencanaan
Perry dan Potter (2005) hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
d. Penatalaksanaan
Perry dan Potter (2005) penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian,
yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan
yang dilakukan pada hari pemulangan.
Perry dan Potter (2005) berpendapat apabila beberapa aktivitas berikut ini
dapat dilakukan sebelum hari pemulangan, maka perencanaan yang dilakukan akan
lebih efektif. Adapun aktivitas yang dilakukan yaitu:
a) Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang berhubungan
dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan
kemampuan juga bermanfaat.
b) Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau kebutuhan
akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskan sedini mungkin).
Persiapkan kebutuhan yang mungkin diperlukan pasien selama perjalanan
pulang (seperti tempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump).
c) Pastikan pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan transportasi
menuju ke rumah.
d) Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan semua barang milik
pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan.
e) Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien.
Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telah ditandatangani
oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk
menyampaikan barang-barang berharga kepada pasien.
f) Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien sesuai
dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk
kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi
diri.
g) Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor dokter.
h) Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien membutuhkan
daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran. Anjurkan pasien dan
keluarga mengunjungi kantornya.
i) Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi roda untuk
pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien yang pulang dengan
menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan ambulans.
j) Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap tubuh dan
teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit dimana
transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda.
Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi.
Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam
kendaraan.
k) Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen
pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk membersihkan
ruangan pasien.
e. Evaluasi
3. Falsafah
Terdiri dari CARE (PEDULI):
Cekatan
Amanah
Ramah
Empati
4. Motto
siap melayani dengan ikhlas dan profesional
5. Tujuan
a. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang prima kepada masyarakat polri dan
masyarakat umum dengan mengutamakan keselamatan pasien
b. Berperan aktif terhadap kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan jaminan kesehatan
nasional (JKN)
c. Berperan aktif dalam pelaksanaan dukungan tugas operasional kepolisian
d. Pelaksanaan utama pelayanan kedokteran kepolisian diwilayah sumatera selatan
e. Menjadi rumah sakit rujukan pelayanan kedokteraan forensik diwilayah sumatera
selatan
Menurut keterangan kepala ruangan Fitri Gantini, S. Kep, saat ini rumah sakit
Bhayangkara Palembang di ruangan rawat inap Cendana (Pos 3) belum mempunyai visi
dan misi ruangan, falsafah ruangan, serta tujuan ruangan.
Denah Ruangan
Km. Mandi
Dahlia 8 Kamar E Nurse Station Ruang Kamar A
Tindakan
Meja
mahasiswa
Kapasitas Ruangan
Ruang Dahlia memiliki 7 ruangan, 1 ruangan terdiri dari 3 tempat tidur kapasitas 26 tempat tidur.
a. Karakteristik
-Klien dewasa
-Klien lansia
b. Tingkat Ketergantungan
Perawatan mandiri (Celf care) : 3 orang
Perawatan sebagian (Intermediate Partial Care) : 2 orang
Perawatan total ( total care) :0 orang
3.Analisis Unit Layanan Keperawatan
b. manajemen Unit
4. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan Fisik
b. Lingkungan Non Fisik
5. Kajian Indikator Mutu Ruangan ( BOR,ALOS, TOI,Angka IN, cedera, jatuh)
BOR : 31,6 %
6. Sumber Daya /Kekuatan Kerja
a. Manusia
1. Struktur organisasi dan uraian tugas
NIP:197802262002122004
Piliyani, S.Kep.Ners
NIP:197912272007102001
Fitri Gantini,Am.Kep
NIP:197810192003122003
Ka.Tim A Ka.Tim B
Cleaning Service
Zubaidah Firmansyah
1. Jumlah dan kualifikasi pendidikan tenaga ( tenaga perawat dan tenaga penunjang)
Tingkat Pendidikan Perawat
-D3 Keperawatan : 9 Orang
-S1 Kesehatan Masyarakat : 1 Orang
-S1 Keperawatan : 1 Orang
-Ners : 4 Orang
3. Pelatihan yang sudah diikuti
4. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan tenaga penunjang
Menggunakan metode Gillies:
Rata-rata jumlah pasien/ hari
BOR x TT
100%
31,6 X 21 TT
100%
6,63