Disusun Oleh:
Nama : dr. Husna Nadia
Wahana : RSUD Ungaran
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
a. Nama : NY. SW
b. Usia : 34 Tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Status : Menikah
g. Alamat : Gintungan Gogik
h. Tempat / tanggal pemeriksaan : IGD RSUD Ungaran, 4 Februari 2017
II. Anamnesis
a. Keluhan utama
Pendarahan dari jalan lahir sejak 30 menit SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Ungaran dengan keluhan keluar pendaraan
dari jalan lahir sejak 30 menit SMRS setelah berhubungan coitus.
Pendarahan aktif menggumpal, mengganti pembalut 2x penuh sejak
setengah jam. Pasien menggunakan kontrasepsi suntik setiap 3 bulan dan
tidak pernah menstruasi. Riwayat persalinan anak pertama normal saat ini
usia anak pertama 3 tahun. Riwayat persalinan anak kedua normal saat ini
usia anak 10 bulan, pasien tidak sedang menyusui.
3
- Riwayat penyakit jantung sebelumnya disangkal
I. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksan umum
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Keadaan umum : Lemah
3. Tekanan darah : 90/60 mmHg
4. Nadi : 105 x/menit
5. Nafas : 24 x/menit
6. Saturasi : 100 %
7. Suhu : 37C
8. BB : 52 kg
9. TB : 153 cm
10. BMI : 22.1 ( Berat ideal)
b. Kepala dan leher
1. Kulit dan wajah : dalam batas normal
2. Konjungtiva : anemis
3. Sklera : tidak ikterik
4. Pupil : bulat, isokor diameter 3mm/3mm, refleks cahaya
+/+
5. Leher : tidak terdapat pembesaran KGB, JVP dalam batas
normal. Bruit carotis kanan- kiri (-). .
4
c. Thoraks
1. Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
2. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : SIK 4 linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri : SIK 5 midklavikula sinistra Auskultasi
Bunyi jantung I dan II normal
d. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, supel
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : Supel, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Timpani di seluruh abdomen
e. Eksremitas
Perabaan akral dingan, capillary refill time <2 detik, nadi teraba lemah
Superior : Edema (-/-)
Inferior : Edema (-/-)
STATUS OBSTETRI
Abdomen
5
Denyut Jantung Janin :-
His :-
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi :
Genitalia eksterna :
Tidak dilakukan
Vaginal toucher :
- Porsio teraba bulat lunak tebal, nyeri goyang porsio (-), nyeri tekan
adneksa (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Plano Test : (+)
- Laboratorium
Leukosit : 13.000 / l
Hemoglobin : 6,4 g / dl
Hematokrit : 27 %
Trombosit : 215.000/ l
GDS : 95m g / dl
6
- USG
7
II. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Ungaran dengan keluhan keluar pendaraan dari
jalan lahir sejak 30 menit SMRS setelah berhubungan coitus. Pendarahan
aktif menggumpal, mengganti pembalut 2x penuh sejak setengah jam. Pasien
menggunakan kontrasepsi suntik setiap 3 bulan dan tidak pernah menstruasi.
III. Diagnosis
1. Syok Hipovolemik,
2. G3 P1 A0 Abortus Insipiens,
IV. Penatalaksanaan
02 3L/m
Reperfusi Inf 2 jalur
- RL loading s/d 2 liter
- RL + oksitosin 1 ampul drip 20 tpm
Rawat ruang bersalin
Kuretase emergency
Transfusi PRC 2 kolf post kuretase
V. Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanantionam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
8
ABORTUS
1. Pendahuluan
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi
dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari
sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat
karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui
penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.(9,10)
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman,
70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu
disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman) dintaranya
bahkan terjadi di negara berkembang. (9,10)
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43
kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran bahwa
masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000). Suatu hal yang dapat kita
tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-negara
dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang. (9,10)
2. Definisi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan
menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan
yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa
menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.6
9
dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Abortus kriminalis
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-
sembunyi oleh tenaga tradisional.6
3. Etiologi
10
3.1 Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio.3Data ini
berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan
kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian
nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari
abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi
autosom.3
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum
normal oleh 2 sperma (dispermi).3 Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab
terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan
Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir.3
Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam
bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus absolut.3
Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan
sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu
memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria berdampak pada rendahnya
konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang
kehamilan.3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada
kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3 Gangguan genetik
seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan
pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat
abortus.3 Kelainan hematologik seperti pada penderita sickle cell anemia,
disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus dengan
mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3
11
3.2 Faktor anatomi
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti dapat
meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.1 Pada kelainan ini,
dilatasi serviks yang silent dapat terjadi antara minggu gestasi 16-28 minggu.1
Wanita dengan serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang
signifikan yaitu 2cm atau lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal.1
Apabila dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan
pecahnya membran amnion akan terjadi dan mengakibatkan ekspulsi konsepsi
dalam rahim.1 faktor-faktor yang mengakibatkan serviks inkompeten adalah
kehamilan berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks, pajanan
pada dietilstilbestrol, dan abnormalitas anatomi pada serviks.1
12
3.3 Faktor endokrin
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi
janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk
abortus.3
13
sel NK untuk membunuh sel target dengan sedikit atau tiada ekspresi HLA.3
Trofoblast ekstravillous tidak bisa dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya yang
cepat menghasilkan HLA1 sehingga terjadinya invasi optimal untuk plasentasi
yang optimal oleh trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem ini akan
berpengaruh pada kelangsungan kehamilan.
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian
abortus
14
- Spirokaeta: treponema pallidum.3
- trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau
kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan histopatologi)3
- komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas,
tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian
janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau lebih persalinan
prematur dengan gambaran janin normal dan berhubungan dengan
preeklamsia berat,atau insufisiensi plasenta yang berat)3
- kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau
tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau
sama dengan 6 minggu)3
15
aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari
33% pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang,
ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi vaskular.3
16
paraxantine (metabolit kafine), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada
kontrol.1
Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli
kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus.1 Namun, jika pada
kontrasepsi yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk mencegah
kehamilan, risiko aborsi khususnya aborsi septik akan meningkat dengan
signifikan.1
4. Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan
nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan
tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi
karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi
dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus
sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal.1 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal.1 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus.1 Kadang-kadang,
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
yang disebut fetus papyraceous.1
17
hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium.6
5. Gambaran klinis
6. Diagnosis
6.1 Anamnesis
3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian
bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong
dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi.7 Gejala ini
terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di
dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi
kurang 20 minggu dari HPHT.6 Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai
jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa
jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau
keram bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.6
18
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat
infeksi traktus genitalis harus diperhatikan.6 Riwayat kepergian ke tempat
endemik malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas
dapat menambah curiga abortus akibat infeksi.7
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:4
19
hasil konsepsi
7. Diagnosis banding.2
- polip endoserviks
20
- karsinoma serviks
8. Penatalaksanaan
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun hubungan
seksual. Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa
dan penilaian lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang
perdarahan terus berlansung, kondisi janin dinilai dan konfirmasi kemungkinan
adanya penyebab lain dilakukan dengan segera. Pada perdarahan berlanjut
khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus dicurigai
kehamilan ganda atau mola.
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan
aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka,
Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan.
Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus dilakukan
dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit
oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi. Setelah penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.
21
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual.
Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual
(AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg
IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk
melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah
penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus
600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika anemia berat diberikan transfusi
darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan pascakeguguran dan
pemantauan lanjut jika perlu.
22
uterus harus dilindungi dengan uterotonik untuk mengelakkan komplikasi.
Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik yang
lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS harus
diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2.
Histerektomi harus dibuat secepatnya jika indikasi.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya
setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali
bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat
atau infeksi. Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan
kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri
setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan
perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase
keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.
9. Komplikasi
9.1 Perdarahan.6
23
9.2 Perforasi.6
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.
9.3 Syok.6
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.
9.4 Infeksi.6
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
24
9.5 Efek anesthesia.7
Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa terjadi yang
berakibatkan perdarahan. Pada kasus therapeutic abortus, paracervical blok sering
digunakan sebagai metode anestesia. Sering suntikan intravaskular yang tidak
disengaja pada paraservikal blok akan mengakibatkan komplikasi fatal seperti
konvulsi, cardiopulmonary arrest dan kematian.
10. Prognosis.6
25
DAFTAR PUSTAKA
26
10. Aborsi dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan, available at http :
//www.theceli.com/opik/Aborsi.htm, accessed on July 29, 2014
27