1 April 2004
1. Kinderkrippe
Anak-anak yang kedua orang tuanya bekerja dapat
menitipkan anaknya di Kinderkrippe. Anak-anak di
Kinderkrippe berusia dibawah 3 tahun. Usia minimal
berapa bulan yang dapat dititipkan di kinderkrippe belum
tahu.
2. Kindergarten atau TK
3. Grundschule atau SD
Fasilitas panjat tebing indoor Uni Goettingen yang juga tempat latihan ekskul anak Ottohan Gymnasium
Sekolah di TK dan SD sangat menyenangkan dan mudah.
Anak kelas 1 SD hanya belajar menulis huruf A, B, C dst.
Anak belum bisa membaca tidak masalah. Mulai
menginjak Gymnasium atau kelas 5 mulai pendidikan
yang sesungguhnya. Anak di ajarkan untuk kritis,
meneliti, kreatif, mengerjakan PR dan tugas-tugas lain, dll.
Jika anak dinilai tidak bisa mengikuti pelajaran di
Gymnasium tetap naik kelas hanya saja sekolahnya
dipindahkan ke Realschule yang tingkat kesulitan
pendidikan lebih mudah. Anak-anak yang tadinya di
Realschule pun dapat berpindah ke Gymnasium jika
mampu menunjukkan prestasi dengan baik.
Saya tahu akan hal ini dari Sven, guru bantu Shafa di
kelas bahasa Jerman saat masih di SD Brudergrim. Saya
kira tidak terlalu ketat sistem ini. Ehhh ternyata betulan.
Ada 2 orang teman sekelas anak yang dipindahkan ke
Realschule karena dinilai tidak bisa mengikuti pelajaran di
Gymnasium. Dua orang teman Shafa tersebut tetap naik
ke kelas 6, hanya saja tidak di Otto Hahn Gymnasium
(OHG) lagi. Wah... bersyukur anak masih bisa eksis di
OHG. Dia termasuk anak yang biasa-biasa saja. Saya
hanya berpesan ke dia, "tidak perlu hebat atau sangat
pintar di kelas, cukup bisa sekolah di OHG saja sudah
sangat bersyukur". Semoga dengan tidak diberi target
berat justru menjadikan dia semangat belajar.
Yang menarik dari pelajaran agama. Pelajaran agama di
kelas 4 dan 5 anak, tidak hanya mempelajari agama
Kristen, tapi juga agama Islam dan Yahudi. Dasar-dasar
ajaran ketiga agama tersebut diajarkan di kelas. Anak-
anak juga diajak mengunjungi tempat ibadah, katedral
atau gereja Katolik, gereja Evangelis atau gereja
protestan, masjid dan sinagong atau tempat beribadah
orang Yahudi. Pernah bertanya ke anak, agama teman-
teman di kelasnya itu apa saja. Jawaban anak, Islam,
Katolik, Evangelis dan Atheis. Cukup mengejutkan,
ternyata temanya ada yang tidak mempunyai agama atau
atheis. Kalau di kita, orang atheis sudah berkonotasi
sangat negatif, komunis lah atau apalah. Barangkali
teman anak ini, tidak beragama, percaya akan adanya
Tuhan hanya saja belum memilih agama yang dipeluk.
Hal ini biasa saja, sah-sah saja. Karena alasan tersebut,
disekolah diajarkan pelajaran agama monoteisme (Islam,
Kristen, Yahudi). Tujuannya agar setelah anak berusia 18
tahun sudah bisa memilih agama yang sesuai dengan
hatinya.