Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS ARTIKEL MENGENAI KESUKSESAN NEGARA-NEGARA DI

DUNIA DALAM PENANGANAN MASALAH GIZI KURANG

MAKALAH

Oleh:

Nurus Samsiyah 142110101058

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, serta dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Sasaran jangka panjang yang akan dicapai adalah masalah
gizi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2010).Prevalensi
balita gizi buruk dan gizi kurang nasional pada tahun 2010 adalah17,9 % yang
terdiri dari 4,9 % gizi buruk dan 13,0 % gizi kurang. Targetpencapaian sasaran
MDGs tahun 2015 yaitu 15,5 % maka prevalensi gizi buruk dan gizi kurang
secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4 % dalamperiode 2011
sampai 2015. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang DI Yogyakarta sebesar 11,3
%, yang terdiri dari 1,4 % gizi buruk dan 9,9 % gizi kurang (BPP Kemenkes RI,
2010).

Pada tahun 2010-2012, Food and Agriculture Organization (FAO)


memperkirakan sekitar 870 juta orang dari 7,1 miliar penduduk dunia atau satu
dari delapan orang penduduk dunia mengalami malnutrisi. Sebagian besar yaitu
sebanyak 852 juta di antaranya tinggal di negara berkembang (Kompas, 2015).
Menurut data World Health Organization atau WHO tahun 2012, Asia Selatan
merupakan daerah dengan prevalensi gizi kurang terbesar di dunia, yaitu sebesar
46% disusul sub-Sahara Afrika 28%, Amerika Latin/Carribean 7%, dan yang
paling rendah terdapat di Eropa Tengah, Timur, dan Commonwealth of
Independent States (CEE/CIS) sebesar 5% (UNICEF, 2006). Pada tahun 2013,
prevalensi penduduk dewasa yang mengalami malnutrisi di Indonesia adalah
8,7%. Yogyakarta termasuk ke dalam 12 provinsi dengan prevalensi penduduk
dewasa malnutrisi di atas prevalensi nasional (Riskesdas, 2013).
Malnutrisi disebut sebagai kedaruratan yang tak terlihat (invisible
emergemcy) karena kejadian malnutrisi seperti fenomena gunung es, merupakan
ancaman yang mematikan namun sedikit yang terlihat (UNICEF,2011). Malnutrisi
adalah pembunuh utama pada anak usia balita (WHO,2007). Dalam oengukuran
antropometri menunjukan seperempat balita di negara berkembang mengalami
kurunga nutrisi (Svedberg, 2011: Black et al.2008; Butta et al.2010 dalam
Beiersmann et al. 2012). Status gizi suatu masyarakat telah secara luas diterima
sebagai salah satu dari prediktor untuk kualitas sumberdaya manusia, prestasi
akdemik dan dayasaing bangsa (Victora et al,2008). Dalam hal penanganan gizi
kurang kunci utamanya adalah keberhasilan dari suatu program yang dilaksanakan
oleh pihak-pihak yang berkecippung dalam dunia kesehatan. Salah satu institusi
kesehatan yang dapat melaksanakan program-program kesehatan adalah
puskesmas sebagai ujung tobak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan
institusi kesehatan yang berperan aktif dalam penanganan masalah gizi di
Indonesia.
Berdasarkan masalah diatas perlu dilihat dan dilakukan perbandingan
program-program kesehatan yang ada di negara-negara lain sehingga dapat di
intervensi dan diterapkan di negara sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah bagaimana keberhasilan program negara-negara di dunia dalam
mengatasi masalah gizi kurang?
1.3 Tujuan
a. Mengambarkan program program gizi kurang di negara Philipina dan India
b. Menganalisis kelebihan dan kelemahan dari program-program gizi kurang di
negara Philipina dan India
c. Menganalisis program program di dunia dalam penerapannya di Indonesia
1.4 Manfaat
a. Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan di bidang kajian stategis
masyarakat global khusunya yang berhubungan dengan keberhasilan negara-
negara di dunia dalam program perbaikan gizi kurang .
b. Dapat menajdi sumber inspirasi bagi pihak yang membutuhkan dalam
melaakukan program-program kesehatan terutama yang berkaitan dengan gizi
kurang
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Negara-Negara Di dunia yang Berhasil dalam Program Perbaikan Gizi
Di kutip dari sebuah jurnal internasional dengan judul Knowledge and
Information Systems Analysis of Selected Human Ecology Extension Programs in
the Philippines Emilia S. Visco, 2015 dan jurnal internasional Integrated Child
Development Services Scheme: Impact Of Water Quality On Child Malnutrition
In India oleh Natasha Audrey Ledlie, B.A. , 2011. Berikut adalah bentuk
program- program yang di implementasikan di dua negara tersebut :
2.1.1 Philippina
Program perbaikan gizi di Philippina dimulai sejak tahun 1974 mencakup
program pendidikan, kesehatan, immunisasi dan pelayanan keluarga. Program
yang paling terkenal adalah BIDANI (Baranggay Integrated Development
Approach for Nutrition Improvement)
yaitu pembangunan wilayah desa secara terpadu dimana gizi sebagai salah satu
indikator kesejahteraan. Program ini pada tahun 1989 telah mencakup seluruh
desa yang ada di Philipina. Program BIDANI ini meliput sebagai berikut:
1) Seleksi desa
2) Pelatihan teknis
3) Perencanaan pelaksanaan program
4) Analisis situasi
5) Membuat rumusan dan perencanaan desa terintegrasi
6) Kerjasama dengan pihak swasta, LSM
7) Komunikasi melalui media (TV, radio dll)
8) Pelaksanaan: a) Produksi dan Penggunaan pangan
b) Gizi, kesehatan, lingkungan dan sanitasi
(1) Monitoring pertumbuhan berat badan balita
(2) Demo dan advokasi dalam pengelolaan makanan
(3) Kesehatan
(4) Lingkungan
(5) Sanitasi
(6) Keberlanjutan
(7) Perencanaan keluarga
c) Pendidikan dan pelatihan
d) Peningkatan pendapatan
e) Perbaikan infrastruktur
f) Dukungan institusi/lembaga
9) Monotoring dan evaluasi
Proses pelaksanaan program ini dilakukan dengan advokasi kerjasama antar
pemerintah dengan perguruan tinggi yang dilakukan oleh Universitas Philipina.
Sebagai gambaran lebih jauh ada baiknya kita melihat Prestasi penting Program
Jaringan BIDANI. Melalui penerapan strategi program yang berbeda dan proyek-
proyek berbagai instansi diperkuat dan secara langsung terkait dengan desa.
Dalam kemitraan dengan Unit Pemerintah Daerah berikut secara efektif
disumbangkan oleh BIDANI dan akan terus diperkuat baik secara internasional
dan di tingkat lokalini lah yang menjadai salah satu faktor pendukung program
tersebut cukup berhasil dalam mengatasi masalah gizi di Filippina, dimana hal
yang sama juga dapat dilakukan dengan program Posyandu di Indonesia. Sebagai
contoh dalam tingkat internasional . Program Bidani ini telah melakukan
Konferensi Regional Asia di Thailand, Indonesia, Sri Lanka dan Vietnam pada
tahun 1997 bertujuan untuk mengidentifikasi bidang
kerjasama antara Universitas dan lembaga akademik di negara-negara Asia
lainnya.
Sebagai bagian dari konfrensi ini dilakukan untuk pertama kali program
Asia Regional Training of Trainers oleh BIDANI yang diikuti staf dari Indonesia,
Vietnam dan Sri Lanka untuk menyiapkan pelatih dengan tujuan adopsi
pelaksanaan BIDANI sebagai strategi penanganan masalah gizi dalam program-
pembangunan di masing-masing negara dan daerah. Program Bidani ini sangat
didukung oleh pemerintah, DPR dan seluruh masyarakat di Filippina sebagai
kunci dari kesuksesan program tersebut.
2.1.2 India
Program perbaikan gizi dan kesehatan di India adalah ICDS (Integrated
Child Development Services Scheme) program ini dimulai pada tahun 1975 yang
menfokuskan untuk pelayanan pada anak dibawah lima tahun, wanita hamil dan
ibu menyusui. Intervensi yang dilakukan adalah suplementasi besi, folat, vitamin
A, immunisasi pemeliharaan kesehatan dan pendidikan gizi. Pada tahun 1987-88
telah berhasil dalam penurunan gizi kurang.ICDS Skema merupakan salah satu
progam terbesar di dunia dan yang paling unik program-program pengembangan
anak usia dini. ICDS adalah simbol terkemuka komitmen India untuk anak-
anaknya, jawaban India tantangan untuk menyediakan pendidikan pra-sekolah di
satu sisi dan memutus lingkaran setan malnutrisi, morbiditas, mengurangi
kemampuan belajar dan kematian, di sisi lain. Tujuanprogram Pengembangan
JasaTerpadu pada Anak (ICDS) yang diluncurkan pada tahun 1975 sebagai
berikut: untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan anak-anak dalam kelompok
usia 0-6 tahun, untuk meletakkan landasan bagi psikologis, fisik dan sosial
pengembangan yang tepat anak; untuk mengurangi kejadian kematian, morbiditas,
kekurangan gizi dan putus sekolah; untuk mencapai koordinasi yang efektif
kebijakan dan implementasi antara berbagai departemen untuk mempromosikan
perkembangan anak; dan untuk meningkatkan kemampuan ibu untuk menjaga
kesehatan normal dan kebutuhan gizi anak melalui nutrisi yang baik dan
pendidikan kesehatan. Layanan untuk mencapai tujuan tersebut dicapai melalui
paket pelayanan yang terdiri dari: Tambahan gizi(dengan target anak dibawah 6
tahun, ibu hamil dan menyusui), Imunisasi(dengan target anak dibawah 6 tahun,
ibu hamil dan menyusui), check up kesehatan(dengan target anak dibawah 6
tahun, ibu hamil dan menyusui), pelayanan rujukan (dengan target anak dibawah
6 tahun, ibu hamil dan menyusui),stumulasi perkembangan anak pra-
sekolah/pendidikan non-formal (dengan target anak dibawah 6 tahun) dan gizi
serta pendidikan kesehatan(dengan target wanita 15-45 tahun). Konsep paket
layanan ini terutama didasarkan pada pertimbangan bahwa dampak keseluruhan
akan jauh lebih besar jika mengembangkan berbagai layanan secara terpadu
sebagai keberhasilan layanan tertentu tergantung pada dukungan yang diterima
dari jasa yang terkait.
2.2 Analisis Artikel
2.2.1 Analisis Kelebihan dan Kelemahan
a. Kelebihan
1.) Philippina

BAB 3.PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR ISI

Anda mungkin juga menyukai