TINJAUAN PUSTAKA
b. Porositas
n=
1+
Keterangan:
n = porositas batuan
e = volume pori
1+e = volume keseluruhan batuan
Kadar air dalam batuan adalah hasil perbandingan antara berat air dengan
berat butiran dari batuan. Semakin besar kandungan air dalam batuan,
akan memperbesar tekanan air pori. Dengan demikian, kuat geser batuan
menjadi makin kecil, sehingga nilai kesetabilan lereng berkurang.
= 100%
Keterangan:
= kadar air dalam batuan
Ww = berat air
Ws = berat butiran dalam batuan
Keterangan:
Sr = derajat kejenuhan
Vv = volume isi pori
Vw = volume air pori
e. Sifat Mekanik
Sifat mekanik yang mempengaruhi kestabilan lereng antara lain :
Kuat tekan
Kuat geser
Kuat tarik
Kohesi batuan (c)
Kohesi merupakan gaya tarik-menarik antar partikel dalam batuan.
Kohesi memiliki pengaruh terhadap kekuatan geser batuan, makin besar
kohesi suatu batuan maka kekuatan gesernya akan makin besar pula. Harga
kohesi diperoleh dari pengujian kuat tekan triaksial yang kemudian
diplotkan dalam sebuah grafik antara tegangan normal dan tegangan
geser. Selubung-selubung Mohr (Mohr Circle Envelope) lalu akan
membentuk sebuah garis jalur tegangan. Kemudian garis tersebut
diproyeksikan terhadap sumbu y (tegangan geser) dan nilai kohesi pun
akan diperoleh.
h. Struktur geologi
Dalam struktur geologi hal yang perlu diperhatikan adalah sesar,
kekar, bidang perlapisan, perlipatan, ketidakselarasan. Struktur geologi
merupakan bidang lemah pada massa batuan atau tanah yang dapat
menurunkan kestabilan lereng.
i. Geometri lereng
Geometri lereng yaitu terdiri dari tinggi dan kemiringan sudut
lereng. Apabila susunan materialnya sama dalam suatu lereng, bentuk yang
terlalu tinggi dan memiliki kemiringan yang besar akan cenderung lebih
mudah longsor dibandingkan lereng yang rendah dengan kemiringan yang
kecil.
j. Air
Selain sebagai beban, air memiliki pengaruh terhadap berkurangnya
tegangan normal. Lereng dengan muka air tanah yang dangkal akan
semakin mudah longsor karena terjadi pembebananoleh gaya hidrostatis
yang ditimbulkan oleh air dalam pori-pori tanah atau batuan.
k. Iklim
Iklim memiliki pengaruh terhadap kemantapan lereng, karena iklim akan
membuat temperatur berubah-ubah. Perubahan temperatur yang cepat
dalam waktu yang singkat akan mempercepat proses pelapukan batuan.
Lebih intensifnya pelapukan batuan di daerah tropis akan menyebabkan
lereng lebih mudah longsor.
l. Gaya-gaya luar
Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu
lereng, antara lain:
a. Pemotongan pada kaki lereng
b. Getaran yang ditimbulkan oleh gempa bumi, peledakan, dan
penggunaanalat-alat mekanis berat di dekat lereng
c. Beban dinamik akibat lalu lintas alat angkut yang bekerja pada lereng
Suatu lereng yang dalam keadaan tidak terganggu pada umumnya berada dalam
keadaan seimbang. Jika karena suatu sebab mengalami perubahan
keseimbangan akibat pengangkatan, penurunan, penggalian, penimbunan,
erosi, dan lain-lain, maka lereng tersebut akan mengalami longsor atau
gerakan tanah lainnya, hal tersebut merupakan cara untuk mencapai
keseimbangan yang baru secara alamiah.
Pada lereng yang dalam keadaan tidak terganggu (alamiah) telah bekerja
tegangan-tegangan vertikal, horisontal, dan tekanan air pori pada batuan dan
tanah. Ketiga hal di atas mempunyai arti penting dalam membentuk
kestabilan lereng. Sedangkan tanah atau batuan sendiri mempunyai sifat-sifat
fisik tertentu yang juga sangat berpengaruh dalam menentukan kekuatan
tanah dan juga mempengaruhi kestabilan lereng.
1. Aktivitas Tektonik
Terjadinya pengangkatan atau penurunan muka bumi akan
mengakibatkan terjadinya perubahan arah dan besar gaya-gaya yang bekerja
pada suatu titik tetentu di muka bumi ini. Akibatnya, geometri akan berubah
dan beban pada lereng-lereng yang baru akan lebih besar sehingga akan
menghasilkan suatu ketidakstabilan lereng.
Secara garis besar analisis ini menghasilkan output berupa factor of safety
(Eberhardt, 2005), dimana rumus sederhana dalam limit equilibrium ini adalah :
= atau =
Salah satu Solusi yang sering digunakan dalam metode Limit Equilibrium
adalah metode irisan atau Slice Method dimana bidang gelincir diasumsikan
kedalam Vertical Slice. Ini Untuk mengakomadasi kondisi dimana kondisi
properties dari batuan atau tanah dan pore pressure bervariasi dari tiap lokasi
Slope. Beberapa ahli merumuskan formula untuk menemukan safety factor yang
memiliki parameter parameter yang berbeda. Berikut adalah berbagai formula
yang biasa digunakan dalam Metode limit equilibrium.
Pada lereng yang dipengaruhi oleh tekanan air pori yang tinggi, rumusnya
adalah:
sedangkan pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh tekanan air pori, rumusnya
menjadi:
Keterangan :
Dengan :
/(1 + )
=
+
Y = tan b tan
Z = rhx tan b
Q = 1/2wz2
fo = 1+K(d/L 1,4(d/L)2)
c = 0; K = 0,31
c > 0, > 0; K = 0,50
Keterangan :
Pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh muka air tanah, nilai F adalah
sebagai berikut:
+ tan ( cos )
=
( sin )
Keterangan :
c = Kohesi (Kg/m2) l = Panjang bidang gelincir per-
sayatan (m)
= Sudut geser dalam (o) L = Jumlah panjang bidang gelincir
(m)
(Kg / m)
= Tekanan air pori (Kg / m2) W = Luas tiap bidang sayatan
dikali berat jenis ( ), (Kg / m)
Menurut Bowles (1984), apabila harga Fs untuk suatu lereng > 1,25,
yang berarti gaya penahan lebih besar daripada gaya penggerak, maka lereng
tersebut berada dalam keadaan stabil. Tetapi, bila nilai Fs < 1,07, yang artinya
gaya penahan lebih kecil daripada gaya penggerak, maka lereng tersebut berada
dalam keadaan tidak stabil dan rawan terjadi longsor. Akan tetapi, jika nilai
kestabilan lerengnya 1,07 < Fs < 1,25, maka lereng tersebut berada dalam
keadaan kritis.
Gambar 4.5 Prinsip Gaya gaya Pada Kestabilan Lereng (dalam Zakaria, 2011)
Bowles (1984) juga menyatakan bahwa kondisi 1,07 < Fs < 1,25 tetap
tidak dikehendaki, karena apabila terjadi pengurangan gaya penahan atau
penambahan gaya penggerak sekecil apapun, lereng akan menjadi tidak stabil
dan rawan terjadi longsor. Oleh karena itu, nilai Fs selalu dibuat lebih dari 1,25.
Tabel 4.1 Hubungan Nilai Faktor Keamanan Lereng dan Intensitas Longsor
(Bowles, 1989)