Anda di halaman 1dari 13

BLONG

KARYA : PRIE. GS

PARA PEMAIN :
IBU / NY LEGOWO
KEMUKUS
RENGGANIS
TOKOH 1
TOKOH 2
TOKOH 3
TOKOH 4

BABAK I
MUSIK PELAN-PELAN MERAYAPI PANGGUNG. PERLAHAN TOKOH-TOKOH MASUK
DENGAN PAKAIAN PENGEMIS. SINAR LAMPU PERLAHAN-LAHAN TERANG.
TokohTokoh : (bersama sama seperti membaca mantra) Marilah pak, marilah bu, beri kami
selagi mampu Barang halal nambah pahala, barang haram nanbahi dosa
MEREKA MELAKUKAN KOOR DENGAN LAGU DAN LIRIK YANG SAMA. TOKOH
1MELANJUTKAN DENGAN MANTRA SENDIRI DI BUAT RAP.
Tokoh 1 : Halal haram apa bedanya, sepanjang duit sama fungsinya. Kenapa harus mikir
caranya, kini yang penting banyak jumlahnya.
TOKOH 2 MENYAMBUNG DENGAN MANTRANYA SENDIRI YANG JAUH BERBEDA.
Tokoh 2 : Saya punya banyak doa lengkap dengan daftar harganya. Doa murah lama
manjurnya doa mahal cepat sampainya. Marilah tuan, marilah nyonya tinggal
pilih mana yang suka. Naik pangkat, murah rejeki, sampai gampang gaet istri
muda.
TIBA-TIBA TERDENGAR BENTAKAN, MEREKA PADA KAKU, TEGANG, DAN TAKUT.
Kemukus : (dengan lagak orang kesal) Cukup ! Cukup !!! (marah) Sudah saya duga
sebelumnya. Saudara pasti masih terjebak tata cara ngemis yang konvensional
! (jalan memandangi para tokoh) Sejak jaman pra sejarah hingga sekarang,
cara cara itu pula yang dipakai. Saudara hanya mbebek saja pada adat
istiadat nenek moyang saudara. Padahal, sebagai pengemis, saudara dituntut
untuk kreatif, untuk inovatif dan harus progresif menyakinkan klien ! Naa,
jangankan untuk menyakinkan klien ! untuk menyakinkan saya saja agar
saudara lolos seleksi di sekolah ini pun, saya sangat meragukan kemampuan
saudara.
SEMUA MAKIN TEGANG.
Kemukus : Saudara ! Saya ingin Tanya ! (menunjuk tokoh 1, yang ditunjuk maju dalam
keadaan siaga) Ini psikotest ! Maka semakin saudara berbohong, semakin
gampang tertebak kalau saudara memang menderita penyakit psikologis.
Sekolah ini menolak calon pengemis yang rendah inteligensinya !
Tokoh 1 : Siap bu !
Kemukus : Bagus ! Saudara sangat tegap dan sigap. Sangat berbeda dengan sikap
saudara tadi saat memperagakan cara ngemis saudara. (sinis) Saudara hanya
bermodal ngedumel ! Dan mantra mantra semcam itu sudah tidak dibutuhkan
para klien ! Mereka pusing mendengarnya.
Tokoh 1 : Tapi bu ! Dari awal tujuan kami adalah ngemis. Semakin sanggup memancing
belas kasihan, tentu kami akan semakin berhasil sebagai pengemis.
Kemukus : Itu kalau belas kasihan yang saudara maksudkan benar benar otentik.
Sebuah belas kasihan yang muncul dari lubuk sanubari klien ! Tapi keliru besar
kalau saudara merasa sanggup memancing belas kasihan itu keluar lewat
keadaan saudara yang begini tegap.
Tokoh 1 : Tegap kan sekarang bu. Lha tadi kan tidak !
1
Kemukus : Naaa, saudara masih percaya pada acting ngemis tradisional. Pura pura
buta, pincang, buntung Tapi begitu terima seperak dua perak langsung lari
lintang pukang ! Ini mentalitas ! Mentalitas ! Terus terang sekolah ini menolak
mentalitas amatiran semacam itu. Sekarang saudara ! (tokoh 2)
Tokoh 2 : Siap bu !
Kemukus : Apa motivasi saudara jadi pengemis ?
Tokoh 2 : (berbicaranya seperti melantunkan mantra) Berawal dari rasa heran bu.
Kemudian iri, kemudian saya sungguh terobsesi pada profesi ini bu
Kemukus : Saya ingin saudara memberi alasan bukan baca mantra !
Tokoh 2 : Begini bu (gugup) Hidup mereka tenteram sekali bu. Tidur mereka nyenyak
sekali. Sekarang ini, siapa coba yang bisa tidur nyenyak kalau bukan mereka !
Kemukus : Saudara ! Apa Saudara tidak melihat bahwa semua itu justru gambaran dari
sikap putus asa ! Pengemis konvensional sama sekali orang yang bersemangat
memupuk bakat besarnya untuk tidur ! Saudara jangan keliru ! Saudara jangan
percaya dengan segala macam dongeng tentang tidur nyenyak kalau sarana
pendukungnya tidak benar. Hanya tidur nyenyak yang dibangun oleh kerja
keraslah yang secara sah harus dianggap tidur yang bermutu ! Kembali
ketempat !!
TOKOH 2 MUNDUR TOKOH 3 MAJU. KEMUKUS KAGET DAN HERAN
Kemukus : Saya belum merasa memanggil saudara !
TOKOH 3 KAGET. BERDIRINYA AGAK SEDIKIT TEGANG
Kemukus : Apakah hanya karena saudara merasa punya nomer urut (marah) Setan apa
yang membelenggu otak saudara. Hingga saudara begitu fanatik dengan
nomer urut ! Siapa yang menjamin bahwa dalam hidup ini setelah nomer 2
harus nomer 3 ! Jawab !
Tokoh 3 : Bi biasanya bu !
Kemukus : Biasanya ! Biasanyaa ! Lagi lagi jawaban klise itu pula yang kuduga akan
keluar ! Saudara telah terjebak dengan sangat parah kebiasaan nenek
moyang ! Saudara adalah bebek ! Saudara menunggu datangnya nasib
semata, hanya dengan mengandalkan urut urutan ! Sekarang saya Tanya
pada saudara ! Siapa yang menjamin nomer urut itu akan sampai ke giliran
saudara. Bagaimana kalau nomer urut itu tiba tapi jatah saudara sudah habis !
Ayo jawab !
TOKOH 3 SEMAKIN GEMETAR
Kemukus : Apa saudara akan berdiri terus seperti patung mati ? Saudara tidak punya niat
untuk merebut giliran. Mengubah angka 3 menjadi 2 atau 1 atau malah kembali
ke 0 !
Tokoh 3 : Apa apa boleh bu Merubah giliran dari 3 menjadi 1. Apa itu tidak tidak
ngeblong namanya !
Kemukus : Siapa yang tidak boleh ! Revolusi itu apa artinya kalau tidak merebut giliran
orang lain ! Hanya dengan revolusilah hidup ini bergairah. Revolusi pula yang
telah menandai kemajuan kemajuan sejarah ! Mundur !!
TOKOH 3 MUNDUR DENGAN SISA GEMETAR. KEMUKUS MENUNGGU LAINNYA.
Kemukus : Giliran selanjutnya !!
TOKOH-TOKOH TEGANG DAN SALING TOLEH MENEBEK SIAPA YANG DIMAKSUD.
Kemukus : Giliran selanjutnyaaa.
TOKOH-TOKOH MASIH SALING PANDANG SATU SAMA LAINNYA.
Kemukus : (menunjuk tokoh 4) Saudaraaa !
Tokoh 4 : (kaget dan maju dengan ketakutan) Si siapa bu?
Kemukus : Tidak tahukah kalau sekarang giliran saudara !
Tokoh 4 : Saya saya menunggu panggilan bu ! Saya khawatir dianggap lancang !

2
Kemukus : Edan ! Sopan sekali calon pengemis yang satu ini. Ternyata tidak gampang
mengajak manusia konvensional ini menjadi manusia yang avant grade !
Manusia masa depan ! Saudara! Apa saudara tidak melihat betapa mulut
saya sampai pecah pecah karena terlalu lama bicara soal progresivitas !
Kenapa saudara menjadi pribadi yang loyo, yang hanya menunggu dan tidak
merebut kesempatan !
Tokoh 4 : Tapi bu tadi ada yang maju sebelum dipanggil, ternyata salah ! Dianggap
lancang !
Kemukus : Itu karena salah dia sendiri ! Kenapa dia mau saya katakana lancang. Saya
mestinya kagum pada saudara ! (menunjuk tokoh 3, yang ditunjuk malah salah
tingkah, senyam senyum) Tapi itu terjadi sebelum saya tahu apa alasan
saudara ini maju (tokoh 3 kaget) Lha setelah tahu, ternyata dia goblok, saya
benar benar marah dan putus asa. (menunjuk tokoh 3) mestinya saudara tadi
menolak saya katakan lancang. Saudara mestinya membalikkan tuduhan itu
dengan mengatakan : Saya maju bukan karena lancang. Tapi demi merebut
kesempatan, begituuu
Tokoh 3 : Bagaimana kalau diulangi bu
Kemukus : Ha ha ha saudara mau melucu ya ? Saudara mau mengatakan bahwa
sebenarnya tidak ada masalah yang sulit bukan ? Terlambat ! Tapi catat :
Bukan saudara yang membuat jadi gampang, tapi orang lain. Hingga
kesimpulannya saudara tetap go
Tokoh 3 : Goblok bu
Kemukus : Ha ha ha bagus ! Kamu jujur ! Meski ini jelas kejujuran karena kepepet ! (ke
tokoh 4) Sekarang saudara Apa motivasi saudara jadi pengemis !
Tokoh 4 : Dari pada saya jawab apapun tetap hasilnya salah, maka saya lebih bertanya
pada ibu, apa sebaiknya motivasi saya.
Kemukus : (kaget) Edaan ! Saudara mendadak saja jadi begini diplomatis
Tokoh 4 : Belajar dari pengalaman bu. Setiap guru yang ngetes kecerdasan murid, tak
pernah ada jawaban murid yang benar. Sepintar apapun otak si murid tersebut.
Kemukus : Tapi soal motivasi itu soal yang mendasar, soal pribadi saudara. Karena soal
itulah saudara punya alasan untuk masuk sekolah ini. Saudara harus punya
dasar. Punya alasan !
Tokoh 4 : Justru itu, saya datang kemari dalam rangka mencari dasar dan mencari alasan
bu.
Kemukus : Ha ha ha luar biasa luar biasa. Dengan cara begini semua jenis psiko test
akan rontok. Oke saudara. Saudara saya nyatakan lulus paling awal. Bimbing
teman teman saudara untuk belajar kelompok, kemudian kita adakan test
lanjutan. Oke ! Salam pengemis !
KEMUKUS KELUAR DENGAN RASA GEMBIRA DIBELAKANGNYA DI IKUTI PARA
TOKOH-TOKOH SAMBIL MENARI RIANG GEMBIRA.
BABAK 2
TERDENGAR MUSIK SYAHDU MENGIRINGI NY LEGOWO (IBU) TERMANGU SENDIRI.
Ibu : Rasa-rasanya ingin sekali aku melengkapi baktiku sebagai orang tua. Resep
suatu kebahagian, ternyata tak cuma ketika dilayani. Tapi juga saat melayani !
Sekarang saatnya saya harus berbuat sesuatu untuk anakku. Sesuatu yang dia
tak pernah sekalipun memintanya.
NY LEGOWO TETAP MENERAWANG SENDIRI MUNCUL KEMUKUS DAN RENGGANIS.
MEMBUYARKAN LAMUNAN NY. LEGOWO.
Ibu : Kemukus anakku yang cantik, Rengganis cucuku yang aku sayangi. Selamat
datang. Salam sejahtera untuk kalian berdua.
Kemukus : Tunggu ibu ! Tunggu ! Dimana-mana, anaklah yang harus lebih dulu memberi
salam pada orang tuanya.
Ibu : Ha.. ha.. ha bau kehormatan langsung merebak begitu kau masuk di ruangan
ini anakku. Padahal dimana ada kehormatan, disitu pula letaknya salam.
(menunduk)

3
Kemukus : Tunggu doong ! Ibu jangan memaksa saya merasa lebih terhormat di banding
orang tua saya sendiri. Saya bisa kuwalat !
Ibu : Kenapa ibu harus memaksanya kalau kehormatan itu telah dengan sendirinya
memancing salam.
Kemukus : Astagaaa, ibu Eee Mari anakku mari kita berlutut di hadapan orang tua
kita.
KEMUKUS SUJUD. NAMUN RENGGANIS MEMPERLIHATKAN KECONGKAANNYA
SEHINGGA NY. LEGOWO TERSINGGUNG.
Ibu : Hentikan anakku ! Hentikan ! (sinis) Tanpa menghormatpun, tak ada orang tua
yang tidak sayang pada anaknya. Begitu kamu lahir jebrol, Kamu justru
memberaki ibumu ketimbang menghormat. Tapi betapa karena berakmu itu
ibumu malah mati-matian mencintaimu, demi menahan nyawamu agar betah
bertahan, aku rela berbuat apa saja nak : Termasuk ngemis !
Kemukus : Selama ini, rasa-rasanya cuma ibu melulu yang berusaha membuat saya
bahagia. Saya belum melakukan apa-apa untuk ibu.
Ibu : Anakku. Kebahagiaanku, justru ketika kau tak berbuat apa-apa !
Kemukus : (tersinggung) Ibu ! ibu menyinggung perasaan saya.
Ibu : (balik tersinggung, keras) Apa saya tidak super tersinggung !
Kemukus : Bagaimana mungkin, niat mencintai malah membuat ibu tersinggung !
Ibu : Bagaimana mungkin kau bisa mengatasnamakan cinta kalau yang kau lakukan
justru sesuatu yang sangat kutakutkan.
Kemukus : (senewen lalu menangis) Ibu Ibu masih merasa diri ibu sebagai pengemis.
Ibu : (tegas) Apa kamu sudah tidak merasa dirimu sebagai anak pengemis?
Kemukus : Saya masih anak ibu ! Seperti yang dulu !
Ibu : Dan saya tetap pengemis ! Seperti yang dulu !
Kemukus : (menangis) Tuhan beri saya kekuatan untuk meyakinkan orang tua ku bahwa
segalanya telah berubah !
Ibu : Ya Ya ! Segalanya memang telah berubah menjadi lebih mengerikan.
Kemukus : Ibu menganggap perubahan status ini mengerikan ? Ibu lebih suka dengan
dunia ibu yang lama sebagai pengemis jalanan ? Ooh Jangan-jangan
Jangan-jangan ibu sedang dilanda post power syndrom ! (melangkah menjauh)
Oalah bu bu Post power syndrom itu kan kalau dulu ibu seorang pejabat !
Lha Orang ngemis saja kok di power syndromi ! Nyebut bu. Nyebut!!!
Ibu : Kemukus, anakku. Jangan dikira aku tidak malu jadi pengemis. Sangat malu.
Sangat amat malu sekali. Tapi pada puncak rasa malu itulah aku malah jadi
tidak malu sama sekali. Aku memang kagum dengan bakatmu yang luar biasa
itu, kamu sanggup merubah penderitaan orang tuamu menjadi sebuah lahan
kehormatan yang tak pernah aku sangka sangka. Dunia ngemis mengemis
telah kamu sentuh menjadi sebuah tambang emas. Hingga akhirnya. Lembaga
pusat pendidikan pengemismu kini telah tumbuh menjadi sebuah Holding
Company. Dan kini statusmu sudah melampaui raja midas. Jadi
kesimpulannya, hormat menghormat itu bukan soal yang mendesak benar.
(meninggi) Lebih lebih ketika tradisi hormat secara resmi baru baru ini saja
diberlakukan. Tegasnya setelah kau menikah, atau lebih tegasnya lagi setelah
kau merasa sukses !
Kemukus : Ibu (gugup) pasti ibu telah makan dengan menu yang salah ! Hati-hati ibu
menu yang salah tidak cuma akan meningkatkan kadar gula dan kolesterol.
Tapi bisa juga mengacaukan kejernihan pikir, serangan jantung, gangguan
kehamilan dan janin.
Ibu : Tidak anakku aku tak pernah berani mengkonsumsi makanan yang aku
sendiri tidak suka. Apalagi akhir-akhir ini penyakit rematikku sering kali
kambuh !
Rengganis : (menyela sinis) Mami Benarkah kutukan itu ada ?

4
Ibu : (kaget) Aku mendengar kata-kata mami disarang pengemis ini. Luar biasa,
panggilan yang cuma berlaku untuk orang-orang kaya dan orang yang baru
berangkat kaya itu, ternyata mulai dipakai kaum pengemis.

Rengganis : Saya bertanya lagi pada mami. Kalau saja kutukan itu terucapkan, benarkah
hidup kita taruhannya ? ( kemukus gelisah) Tenang mam Rileks ! Menjadi
orang miskin yang sukses memang jauh lebih mudah ketimbang menyakinkan
orang lain bahwa kita benar-benar telah sukses, Mam ! Bukan kita yang tak
siap sukses, tapi justru orang-orang itu. Mereka selalu merong-rong kita
dengan sebutan OKB ! Mereka menganggap semua tingkah laku kita tak lebih
dari sekedar dagelan. Sesungguhnya siapa sih Mam.., siapa yang sedang jadi
badut dalam hal ini. Kita atau mereka ?
Ibu : Gusti Ada badut tega-teganya mentertawakan badut ! Kenapa jarang ada
badut yang sadar kalau dirinya badut !
Rengganis : Heeh, Mami tidak juga menjawab pertanyaanku.
Kemukus : Lha bagaimana mau menjawab, sayang. Dari tadi kau ngomong melulu !
Ibu : Astagaaa ! Sayang ha.. ha.. ha
Rengganis : Saya melihat sinar mata Mami mulai ragu-ragu. Mami harus kuat, jangan jadi
ragu-ragu gara-gara OKB !
Kemukus : Sayang! Jangan salah paham dooong, mau dikatakan OKB, ABG, atau
EBIET G ADE siapa yang peduli. Aku ragu-ragu karena beliau orang tua kita !
Rengganis : Berarti Mami masih memperhitungkan kutukannya ?
Kemukus : Bu bukan ! Lha kutuk mengutuk itu hanya berlaku pada jaman sahibul
hikayat dulu, ketika jaman masih steril. Lha jaman sekarang kutukan apa lagi
yang bisa dipercaya. Bagaimana mungkin sama-sama pihak terkutuk bisa
saling kutuk.
Rengganis : Kalau begitu tunggu apa lagi, segera saja kirim dia ke panti jompo !
Kemukus : Ke panti jompo ? Tapi beliau orang tuaku, eyangmu sayang. Masak kita
korbankan ?
Rengganis : Mam, kalau mami sudah memilih sukses, jangan berpikir romantis soal korban !
Kemukus : Lhah, soal korban itu kan bukan barang baru bagi kita. Tapi begitu korban
adalah orang tua kita masalahnya jadi tidak sederhana, sayang !
Ibu : Ternyata aku keliru menganggap anak adalah tabungan hari tua. Untuk itu
orang tua jaman sekarang harus meninjau ulang kebanggaannya terhadap
ana-anaknya. Karena orang tua sekarang tidak bisa nunut urip secara gratis
pada anak-anaknya, Hanya karena alasan dia pernah melahirkan,
membesarkannya. Heh ternyata tidak ada yang gratis di dunia, bahkan
sampai kita merasa punya tabungan anak sekalipun.
Rengganis : Mam Kenapa dalam membuat daftar korban Mami jadi begini lemah. Mami
pikir saya tidak mengorbankan masa depan saya, masa remaja saya telah saya
sebratkan begitu saja. Jangan dikira saya mounster yang tidak lagi memiliki
rasa, saya masih manusia Mam Tapi apa yang aku lihat sekarang ini adalah
pemandangan yang akan mengacaukan cita-cita yang telah kita bangun
bersama.
Kemukus : Wouu bernafsu sekali kata-katamu sayang ?
Rengganis : Terpaksa.
Kemukus : Berhubung cara meyakinkanmu sudah sedemikian bernafsu, rugi to kalau aku
tidak terpengaruh. Oke, ku setujui kata-katamu. Korban adalah korban, soal
klasifikasi korban adalah persoalan kesekian.
Rengganis : Buktikan Mam!
Kemukus : Aku makin sadar akan peran seorang anak dalam keluarga. Sungguh ! Makin
membuat ketersesatan ini kian sempurna Mari mari kita singkirkan kerikil
dalam perasaan. Karena perasaan adalah hambatan bagi dunia baru !
Ibu : Oh tidak gusti tidak jangan biarkan aku mengutuk anakku sendiri
(merasa ada yang keluar dari mulutnya) Tahan mulutku gusti Oh Kutukan

5
itu telah mengalir begitu cepatnya Ah Dia sudah sampai ke ujung lidah
Tahanlah gusti Tahanlah!
Rengganis : Tahan saja! Ketimbang sudah keluar tapi tidak mempan. Lha Wong mau
ngutuk saja kok dasarnya like and dislike.

Ibu : Terima kasih gusti kutukan itu melorot lagi ke kerongkongan Jangan
biarkan dia naik Jangan biarkan dia naik lagi gusti!
Rengganis : (SINIS) Mam Barang kali korban itu tidak cuma hanya satu, bila perlu tambah
beberapa lagi !
Ibu : (meradang) Ooh demi revolusi yang telah membuat diriku menjanda
berabad-abad jiwa. Dengar! Siapapun boleh mendengarnya. Aku memang
malu jadi pengemis. Tapi ternyata aku harus lebih malu melihat darah biruku
tidak menetes pada keturunanku. Darah sebagai pengemis sejati ! Gusti
Ternyata kesejatian itu tak bisa secara otomatis menurun begitu saja. Karena
ternyata sebuah perkawinan bisa mengacaukan darah. Darahku bercampur
dengan darah orang lain, dan akhirnya darah biru pengemisku tercemar.
Meskipun orang itu adalah Suamiku sendiri ! Gusti ternyata aku lebih
merasa jadi manusia ketika aku masih berada dijalanan Aku akan kembali
padanya Aku akan kembali ke jalan Sekarang Ya sekarang Selamat
tinggal semuanya (lari keluar)
BABAK 3
TERDENGAR MUSIK PENGIRING TOKOH-TOKOH MASUK. MEREKA TELAH GANTI
PAKAIAN.
Tokoh 4 : Naa cocok saudara. Cocok. Ya begini ini kostum pengemis masa depan,
trendy (semua pada tertawa) Sekarang kita yakinkan pada Ibu Kemukus yang
mulia, bahwa kita telah siap menjadi pengemis masa depan !
SEMUA PADA GEMBIRA
Tokoh 4 : Nah, sekarang testing intern. Dengan rendah hati biarlah saya yang paling
cerdas diantara kalian ini menjadi testernya. Sekarang giliran yang pertama !
SEMUA PADA DIAM, BAHKAN SALING PANDANG.
Tokoh 4 : (menunjuk tokoh 1) Wee kamu goblog !
Tokoh 1 : Saya saudara ?
Tokoh 4 : Aduh, gimana sih ! Lha apa gunanya Ibu Kemukus bilang progresif
progresif dan progresif kalau ternyata belum nyantel di kuping saudara. Lha,
testing ulangan saja masih goblog begini, bagaimana mau minta lulus.
Tokoh 1 : (sombong) Eee Saudara jangan salah paham !
Tokoh 4 : Edaan, mbantah !
Tokoh 1 : Justru saudara yang terancam tidak lulus ! Saudara masih menjadi pengemis
konvensional ! Calon pengemis masa depan mengartikan progresif justru ketika
dia berani mundur, bukan maju.
Tokoh 4 : Ha ha ha baru dikuliahi sebentar saudara ini telah mendapat kecerdasan
ekstra. Meski kecerdasan untuk tersesat.
Tokoh 1 : (tegas) Tidak saudara. Saudara salah sangka. Progresif yang berarti maju
adalah kuno. Progresif yang sejati justru ketika kita sanggup menahan diri.
Saya adalah satu satunya pengemis yang akan menerapkan sikap sinis pada
pemberi sedekah !
SEMUA RAMAI, MENGGERUTU TANDA TAK SETUJU.
Tokoh 1 : Makin besar sedekahnya, saya justru akan makin sinis !
SEMUA TOKOH PADA GADUH. MENCEMOOH.
Tokoh 1 : Na too ! Kalian to yang akhirnya konvensional. Saudara tidak berani
menentang arus sih !
Tokoh 4 : Tunggu saudara tunggu ! Kalau buat teori itu yang masuk akal too ! Apapun
bentuk teorinya, esensi ngemis itu ya demi sedekah itu sendiri. Boleh saudara
sinis pada klien, boleh ! Tapi itu demi meningkatkan omset. Kalau sudah tinggi
6
omsetnya masih tetap sinis, ya nggak jadi dikasih sedekah too ! Goblog gitu
kok !
Tokoh 1 : (ngotot) Nah, toh. Saudara nanti yang terancam tidak lulus. Ngemis masa
depan itu orientasinya bukan sedekah. Lah kalau masih terima sedekah balik
lagi jadi tradisional too.

Tokoh 4 : (marah) Lah lalu hasilnya ?


Tokoh 1 : Lhoo ya tidak mengharapkan hasil to yaa. Tapi yang penting kita kan bisa
ngemis sambil sinis. Saya tidak mau ngemis dengan cara yang ngemis-ngemis.
Tokoh 4 : Lha terus makan apa ! Mati lho kamu !
Tokoh 1 : Memang ! Tapikan mati dengan sombong !
Tokoh 4 : Ha ha ha Oke, oke ! Minimal teori saudara sudah aneh mesti konyol. Ini
sudah lumayan. Giliran berikutnya sekarang.
Tokoh 2 : Saya saudara !
Tokoh 4 : Apa konsep ngemis saudara.
Tokoh 2 : Eeng konsep yang dikembangkan saudara saya tadi agaknya tidak masuk
akal saudara. Kalau niat dia agar dia bisa mati dengan sombong, ya langsung
mati saja. Kenapa harus jadi pengemis segala !
Tokoh 4 : Trus !
Tokoh 2 : Saya dengan rendah hati masih tetap mengaku sebagai pengemis. Bedanya
saya berusaha mendekatinya dengan sikap yang lebih artistic.
Tokoh 4 : Wee sebuah gagasan baru. Pengemis artistic. Konkretnya saudara ?
Tokoh 2 : Lihat disain tambalan di pakaian saya. Tambalan ini mengilhami saya. Dan ini
sebetulnya kapling iklan buat investor !
Tokoh 4 : Edaaan ! Trus ! Maksudnya kepiye itu piye ?
Tokoh 2 : Selama ini, pengemis tradisional itu selalu membiarkan tambalan bajunya
sebagai tambalan. Sekarang kita harus merubahnya !
Tokoh 4 : Merubahnya ! Caranya saudara, caranya ha ha ha !
Tokoh 2 : Satu tambalan berarti satu logo sponsor. Semakin banyak tambalan berarti kita
pengemis yang sukses meraup iklan !
Tokoh 4 : Ha ha ha fantastis ! Pengemis jenius ! Oke oke ! Kalau dulu semakin
susah, sekarang mbalik jadi gemah ripah, toto tentrem kerto raharjo ha ha ha
baik ! Kita jadikan diri kita proposal berjalan. Sekarang giliran yang paling
akhir ! Saudara !
TOKOH TIGA MAJU
Tokoh 4 : Siap dengan konsep ?
Tokoh 3 : Seorang yang kreatif tidak buru buru berkonsep, saudara !
Tokoh 4 : Jangan waton aneh to
Tokoh 3 : Biarkan para pendahulu merumuskan konsepnya. Beramai ramai melempar
konsep. Kita tinggal pasang kuping dan membajaknya
Tokoh 4 : Ha ha ha bagus bagus ! Sorot mata saudara memang sangat identik
dengan pembajak.
Tokoh 3 : Terima kasih.
Tokoh 4 : Tapi jangan dikira pembajak itu tidak penting. Semakin banyak pembajak
dilahirkan para penemu juga akan semakin banyak bermunculan. Pembajak
adalah katalisator ! Jadi semua ini ada fungsinya, tak usah di kutuk, apalagi
dimusuhi. Truss kokretnya !
Tokoh 3 : Kembali ke soal logo sponsor itu, saudara. Gagasan kawan kita tadi, sangat
cerdas, namun masih sangat dasar sifatnya.
Tokoh 4 : Truss maksudmu !
Tokoh 3 : Sebagai mana sifat kaum pembajak, ide harus dijual secara sophisticated.
Lebih meyakinkan klien, begitulah.
7
Tokoh 4 : Iyaa tapi piyee !
Tokoh 3 : Tentang tambalan ini ya, saudara. Ini adalah gambaran konkret bagaimana
para pengemis itu nanti punya daerah pemasarannya sendiri sendiri.
Tokoh 4 : Woo pangsa pasarrr !
Tokoh 3 : Naa itu istilahnya, saudara. Soal segmentasi. Karena yang namanya klien
itukan segmented saudara.
Tokoh 4 : Wuaa bahasa asing he he pengemis intelek ! Truss ?
Tokoh 3 : Artinya, pendekatan pemasaran kita benar benar harus dengan strata
ekonomi pasar Saudara. Bagi yang kadar bakatnya rendah seperti saudara kita
ini (merangkul tokoh 1) Cukup melayani iklan eceran. Persis seperti wajah
tambalannya itu saudara.
Tokoh 4 : Ha.. ha.. ha.. seperti iklan bengkel las, kenteng magic, pabrik garam dsb dsb
itu ya ? Ha ha ha bagus, truss !
Tokoh 3 : Makin cerdas pengemisnya, makin selektif menerima iklan. Contohnya saya
dan teman kita yang satu ini, saudara (merangkul tokoh 2) cukup dua atau tiga
tambalan, karena kami memang Cuma butuh iklan yang bergengsi.
Tokoh 4 : Fantastis. Lha kalau kecerdasannya itu diatas kalian, seperti saya misalnya.
Tokoh 3 : Persis seperti kostum saudara. Tambalan satu tapi besaarrr
Tokoh 4 : Artinya ?
Tokoh 3 : Itu berarti saudara Cuma menerima sponsor tunggal.
Tokoh 4 : Yaak ! Saya puas melihat perkembangan kecerdasan saudara semua. Kita
minta ujian pada ibu kemukus. Kita tawarkan segenap proposal yang
spektakuler ini.
TOKOH TOKOH MENARI BERGEMBIRA. MUNCUL KEMUKUS DAN RENGGANIS.
Kemukus : Lihatlah sayang inilah generasi dunia baru. Pengemis masa depan !
Tokoh 4 : Begini bu non kami disini dalam rangka ingin menempuh ujian akhir
Kalau perlu sekaligus pengujian skripsi.
TOKOH TOKOH PADA CENGENGESAN.
Kemukus : Oke oke. Kami berdua akan bertindak sebagai dosen penguji. Silahkan
anakku sekarang saatnya giliranmu untuk mengujinya !
Rengganis : Saudara nomer 1 (naik level) Apa judul skripsi saudara ?
Tokoh 1 : Setelah meneliti secara seksama fenomena kepengemisan di negri ini, saya
menyiapkan judul : Ngemis, antara Mentalitas dan Kebudayaan !
SEMUA PADA CENGENGESAN.
Kemukus : Waah gagah sekali saudara he.. he.. he
Rengganis : (tegas) Saudara ! Saya tidak ingin skripsi saudara hanya terjebak gagah di
judul, seperti judul di seminar seminar. Ini riset soal kehidupan. Teori saudara
harus konkret !
Tokoh 1 : Konkret non !
Rengganis : Tapi judul yang saudara pilih memberi kesan mengangbang. Di mana letak
pengemis di antara mentalitas dan kebudayaan seperti yang saudara
maksudkan ?
TOKOH TOKOH MULAI RAMAI MEMBICARAKANNYA.
Tokoh 1 : Begini non. Ngemis itu adalah persoalan mental non. Tapi bisa juga persoalan
kebudayaan. Artinya mental yang dibudidayakan dan budaya yang
dimentalkan. Jadi mentalitas itu adalah kebudayaan dan kebudayaan bisa juga
adalah mentalitas. Sebab non, apakah gunanya mental tanpa kebudayaan dan
kebudayaan tanpa mental. Bagi saya hal ini harus mengalami transformasi ide.
Yang transformasi itu akan menimbulkan dampak kontaminasi skripsi.
TOKOH TOKOH TEPUK TANGAN RIUH.
Tokoh 2 : Ha ha ha ruwet ruwet

8
Tokoh 1 : (kian semangat) Bayangkan saudara saudara kalau saja dunia pengemis
ini telah dibekukan dalam status quo, maka yang quo itu pasti akan menjadi
quo vadis. Lha bayangkan kalau sudah timbul gejolak cultural semacam ini.
Pasti semua yang cultural itu akan bergejolak dong !
SEMUA TOKOH MEMBERIKAN REAKSI.
Kemukus : Lulussss !
Rengganis : Mam ! Calon seperti apa yang mami bawa kemari. Dia golongan manusia yang
suka berlagak tanpa ngerti arti bicaranya sendiri.
Kemukus : Sudah to sayang sudah ! Jangan ketat ketat to. Kendor sedikitlaah. Siapa
tahu skripsi itu memang jiplakan. Kan ya repot orang njiplak harus pinter
sungguhan. Sudah kamu kembali ketempat ! Ganti giliran berikutnya!!!
TOKOH 2 MAJU
Kemukus : Apa judul skripsimu??
Tokoh 2 : Judul saya sederhana bu. Judul ini saya pilih setekah saya melakukan
penelitian intensif pada dunia pengemis dan mengalaminya sendiri selama 2
tahun. Judul skripsi saya adalah Ngemis, sebuah alternatif bagi pengentasan
desa tertinggal dan pemasok sumber daya non mi gas
Kemukus : Weee seremm sereemm. Lulusss ijazahnya mau diambil sekalian ?
Tokoh 2 : Titip dulu saja bu Terima kasih.
Rengganis : Mam, dia belum sempat ditanya bagaimana judul itu di jabarkan secara konkret
!
Kemukus : Ayoolah sayang sudah too. Bayangkan saja, dia kan memberi gambaran
yang jelas mengenai pemecahan kesulitan di negri ini. Kita dukung too
didukung Ayo selanjutnya !
TOKOH 3 MAJU
Rengganis : Program apa yang saudara tawarkan ?
Tokoh 3 : Kalau saya lebih pada pembenahan kedalam non. Karena dunia kami ini
belum akan menjadi alternatif sebelum sumber dayanya sendiri solid. Skripsi
saya nanti Cuma berisi data yang memuat profil seratus tokoh pengemis
sukses lengkap dengan alamat, nomer telepon, berapa perusahaannya, berapa
sahamnya, berapa simpanannya serta filsafat hidupnya. Buku ini nanti akan
menjadi acuan yang sangat berharga bagi generasi berikutnya yang akan
mengikuti jejak pendahulunya.
Kemukus : Luluuusss ha ha ha langsung lulus ! Ayo sekarang yang terakhir !
RENGGANIS SEWOT, MASUK TOKOH 4
Kemukus : Skripsi saudara ?
Tokoh 4 : Saya pikir, saya sudah tidak perlu membuat skripsi lagi bu.
Kemukus : Edaannn Lancang ! Umpak umpakan.
Tokoh 4 : Maaf ibu Kemukus yang terhormat. Saya lihat, ibu telah menyetujui semua
judul skripsi rekan rekan saya.
Kemukus : Bener !
Tokoh 4 : Perlu ibu ketahui, bahwa ketiga gagasan yang cemerlang tadi adalah hasil
pikiran saya. Artinya, begitu otak mereka bertiga bila digabungkan, baru bisa
menyamai kadar gagasan saya.
Kemukus : Weee sembronooo ha.. ha.. ha.. tapi baik : Lembaga ini membutuhkan
orang congkak sepertimu ! Konon kesombongan disayang oleh nasib ! Oke.
Lulusss !
TOKOH TOKOH PADA GEMBIRA, KEMUKUS MENEMPATKAN DIRI DI LEVEL LAIN.
Kemukus : Saya sudah plong saudara. Sudah blong. Dengan sumber daya seperti kalian,
kita akan membangun sebuah dunia baru. Dunia dimana kita yang menjadi
arsiteknya. Hanya satu kelengkapan dari saya yang akan melengkapi gagasan
saudara. Yaitu soal kostum ! (tokoh tokoh pada bereaksi tegang) Saya
bangga ! Saudara telah melakukan terobosan yang sangat kreatif dalam hal
kostum. Tapi ada cacat dasar yang saudara lupakan, yakni soal tambalan.
9
Apapun tawaran kemewahan pakaian saudara, semasa tambalan itu ada,
maka saudara tetap saja konvensional ! Jadi sempurnakan gagasan itu dengan
membuang semua cap yang selama ini menodai dunia pengemis. Buang
semua tambalan. Kostum kita saat ini adalah jas dan dasi ! (Kemukus
memberikan kostum pada tokoh tokoh) Nah, sekarang dengarkan ! Kita
sedang menyiapkan rancangan dunia baru. Dunia yang butuh citra, butuh
image. Tapi kami telah kehilangan seorang pesakitan yang telah lari dari
rumahku. Pesakitan itu adalah ibuku sendiri, dia adalah skrup yang telah lepas
dari fungsinya, kalau sampai dia turun ke jalan dan melakukan praktek liar dia,
akan mencermarkan nama baik perusahaan ini. Brangus pesakitan itu. Ini
perintah !
BABAK 4
SEMUA PADA KAGET, NAMUN TETAP SAJA MENURUTI PERINTAH. TOKOH TOKOH
KELUAR DI IKUTI KEMUKUS DAN RENGGANIS DI TEMPAT LAIN TERDENGAR SUARA
NYANYIAN SEDIH.
Ibu : (menangis) Gusti beri saya kuat, gusti. Beri saya sabar menghadapi
perbedaan pendapat yang telah menjadi perbedaan ideologi ini. Jangan duh
gusti jangan sampai hambamu ini gagal membendung rasa marah. Karena
kemarahan orang tua adalah kemarahanmu juga. Dan jangan sampai mulutku
gagal mengendalikan kutuk yang telah merambat hampir ke ujung lidah ini.
Biarlah hak mengutuk yang engkau berikan ini menjadi tabungan hari
terakhirku, yang tidak akan kucairkan kalau tidak benar benar kepepet.
(terkejut) Berubah semuanya telah berubah. Di mana mana telah
terpasang papan larangan. Di larang ngemis ! (mengendap endap) di
traffic light, dijalan jalan protocol di semua pos pos basah telah ditutup
dan dijaga. Gusti dimana dimana semua relasiku yang dulu. (naik level)
Duuh gusti ternyata mereka telah disingkirkan dan dilenyapkan. Ooh
kota ini agaknya sedang bersemangat menjadi peserta lomba kebersihan antar
propinsi, mereka menukar manusia dengan sebuah piala. Ooo tidak kawan
kawanku, tidak. Kita adalah bagian dari hidup dan kehidupan mereka. Kita tidak
bisa lenyap dan dilenyapkan begitu saja. Ternyata kota ini sedang merias
dirinya menjadi badut. Haahh, tebal sekali gincunya ha.. ha.. ha Barang siapa
tebal gincunya maka sudah pasti tebal pula boroknya. Ha.. ha.. ha (asyik
dengan diri sendiri)
TIBA TIBA ROMBONGAN TOKOH TOKOH MASUK
Tokoh 4 : Kawan kawan, coba lihat ! Itu orang yang sedang kita cari. Kita tanyai saja.
(menedekati) Maaf bu. Nuwun sewuuu Apakah benar ibu ini adalah
ibundanya ibu Kemukus, yang menghebohkan itu
Ibu : He.. he.. he betul nak, betul. Walau semestinya aku malu disebut sebagai
ibunya. Masak, ada pengemis beranak pengusaha. Ini keterlaluan too.
TOKOH TOKOH BINGUNG PADA SALAH TINGKAH.
Tokoh 4 : Gimana ini saudara saudara. Piye too kii. Tak tahunya kita harus menghadapi
konsep sukses yang demikian dramatis.
Tokoh 1 : Benar, sukses ya sukses tapi kalau sampai harus minta tumbal orang tua
sendiri kan mengerikan. Tumbal kan cukup orang lain.
Tokoh 2 : Saya ini gigih meraih sukses juga karena dorongan orang tua, terutama mertua
saya je. Lha kalau sudah sukses tidak bisa pamer mertua apa artinya
Tokoh 3 : Begini saudara saudara. (lagaknya berdakwah) Saya punya ide, saya punya
ide. Tata cara meraih sukses memang harus progresif. Harus edan edanan.
Tapi kalau sudah sukses harus kembali ke konvensional. Adalah bohong kalau
manusia itu bukan mahluk primitif. Jujur saja, dorongan sukses itu siapa coba
yang berperan. Adalah anak, istri, mertua, orang tua, pacar dan kampung
halaman. Kalau mereka semua dibuang, kapan kita bisa jual tampang. Kalian
akan menderita kalau sudah sukses tapi tidak lagi punya kampung halaman.
Kalian tidak bisa lagi mudik. Gawat ! Ketika manusia tidak lagi bisa mudik
adalah bencana. Tidak, saya tegas tegas menolak sukses kalau tak ada lagi
yang ditugasi untuk kagum pada kesuksessan !
Ibu : Ha.. ha.. ha aku terharu nak. aku terharu. Kalian ini semua masih
menyisakan hati nurani meski tetap saja bajingan. Ayo tangkaplah. Jalankan
tugasmu dengan baik. (tokoh tokoh pada melongo) Ayolah. Aku memang
10
bersimpati pada kalian. Tapi bukan berarti aku minta belas kasihan. Karena
betapapun rasa simpatiku tetap tak bisa menghapus kenyataan kalau kalian ini
adalah bandit !
Tokoh 4 : Maaf bu, maaf. Ibu juga jangan salah sangka. Kalau kami menolak menangkap
ibu bukan berarti kami kasihan sama ibu. Tidak bu tidak. Kami menolak
karena kami sedang bersimpati pada nasib kami sendiri.

Tokoh 1 : Ya bu. Pada nasib orang tua kami, mertua kami. Kami menolak sukses kalau
harus menghilangkan mereka.
Ibu : He.. he.. he.. boleh ! boleh ! Itu sepanjang orang tua kalian, mertua kalian
adalah skrup dari kesuksessan itu sendiri. Tapi sepanjang mereka kalian
tempatkan sebagai manusia konvensional ha.. ha.. ha.. jangan mimpi. Kalian
kepalang terikat doktrin !
Tokoh 2 : Kalau begitu ! Saya menolak sukses edan semacam ini. Saya Stresss saya
streesss.
Tokoh 3 : Tunggu saudara jangan panik. Ini godaan keyakinan. Tapi jangan enak saja
mbalik ke jaman dulu. Miskin stress, kaya juga stress. Mendingan pilih yang
terakhir saja. Kita jangan stress sambil miskin ! Rugi dua kali !
Ibu : Ha.. ha.. ha ternyata sestres sestresnya saya, masih lebih leluasa
menikmati stress orang lain. Ayolah nak, tangkap aku ! Biarkan anakku yang
hebat itu membuktikan teori suksesnya. Ayolah ! Kalian juga termasak generasi
pemburu sukses ayolah ! Kalian juga termasuk generasi hunter itu bukan ?
(Ibu mendekati para tokoh, namun para tokoh malah lari kebingungan) Piye to
iki ! Kalian mau nangkap aku apa mau bingung !
TOKOH TOKOH PADA BINGUNG, AKHIRNYA LARI KELUAR DAN DIIKUTI IBU.
Kemukus : Sayang ! Semua teori yang telah kita pelajari ternyata terbukti. Saya betul
betul plong sekarang. Ketika rumus menghilangkan perasaan ini saya
praktekan, enteng kepala saya. Ringan. Malah saya seperti tidak berkepala
lagi.
Rengganis : Godaan mami saat ini Cuma tinggal satu yaitu kalau bayangan tentang
hubungan antara orang tua dan anak muncul kembali.
Kemukus : Oohh jangan kuatir sayang. Jangan kuatir ! Saat ini, aku betul betul telah
murtad dengan sempurna. Apalagi mengingat perkembangan usaha ini telah
mencatat rekor yang fantastis. Dalam waktu singkat akademi kita sudah
menjalin network. Ha.. ha.. ha sungguh ternyata hidup ini penuh dengan
humor. Hanya dengan ngemis kita telah sanggup menguasai hampir tiga
perempat pos ekonomi negri ini. Kita sudah cukup modal untuk merubah cokro
manggilingan alias wolak waliking jaman. Sekarang ganti kita yang memaksa
orang lain untuk ngemis di depan pintu rumah kita. Ha.. ha.. ha ini hiburan
sayang Dan kita telah memiliki tim yang solid, para staf kita adalah tenaga
ahli yang cemerlang intelegensinya !
Rengganis : Karena factor intelegensi itu mam meraka bisa menjadi sumber maslah !
Kemukus : Lha khok !
Rengganis : Apa dikira gampang punya staf yang pinter ! Itu sama saja seperti memelihara
anak macan !
Kemukus : Lha ! Segalak galaknya macan, dia akan menjadi jinak dan manis kalau kita
pelihara dari kecil.
Rengganis : Siapa bilang mam ! Kalau ada macan bersikap manis itu bukan karena ia benar
benar berubah. Hanya ada dua jalan untuk membuat macan menjadi jinak !
Membuatnya ompong atau membiarkannya selalu dalam keadaan kenyang.
Sedikit saja dia lapar, nalurinya akan kembali seperti kodratnya. Ia akan lebih
berpikir soal perut ketimbang patuh pada tuannya.
Kemukus : Woow sebuah riset biologi baru ya ! Jadi ?
Rengganis : Kita harus membuatnya ompong !
Kemukus : Ooo itu tidak mungkin too, sayang. Ompong mereka, ompong pula kita.
Rengganis : Kalau begitu, buat mereka kenyang ! Dan itu mahal ongkosnya mam.
11
Kemukus : (angkuh) Seberapa mahalnya sih ?
Rengganis : Seharga perusahaan baru, satu bakat, satu badan usaha, empat bakat berarti
empat badan usaha !
Kemukus : Fantastis ! (termangu) Tapi uang kita akan terkuras habis, hanya untuk
memanjakan mereka.

Rengganis : Manajemen Modern itu, membiarkan orang lain jadi pemimpin, tapi masih tetap
jadi anak buah. Dan biarkan mereka bekerja keras mencari laba, akhirnya toh
kita yang mengaturnya.
Kemukus : Jenius ! Hebat ! Dahsyat sekali Cleopatraku !
Rengganis : Tapi tunggu dulu mam ! Mereka harus menemukan dulu pesakitan itu !
MUSIK MERAYAP PERLAHAN, IBU MASUK DENGAN PARA TOKOH BERIRINGAN.
Ibu : (dari dalam) Aku datang
Kemukus : Tepat pada waktunya ! Staf ku yang canggih
MEREKA MASUK DENGAN MEMAKAI KOSTUM PENGEMIS, KEMUKUS KAGET.
Kemukus : Demi Yupiter, ada barang antik lewat !
Rengganis : Mereka pelarian dan para staf, mam
Tokoh 1 : (membaca mantra seperti awalnya masuk)
Kemukus : Lhoh ! Lha kok malih ke jaman dulu lagi. Kok kere lagi ?
Tokoh 2 : (membaca mantra seperti awalnya masuk)
Kemukus : Ini juga ikut ikutan mbalik lagi, jadi kere lagi. Setan apa yang membelenggu
kepalanya ?
Tokoh 3 : (membaca mantra seperti awalnya masuk)
Kemukus : Bergajul ini juga mbalik jadi manusia primitif. (mendekati tokoh 4) Oh tidak
kamu stafku yang paling cemerlang paling cerdas ayo cukup kalian
pasti sedang gojeg to, sedang bercanda ? Ayolah kamu pasti Cuma pura
pura bukan ?
Tokoh 4 : (membaca mantra seperti awalnya masuk)
Rengganis : Ini pasti karena hasutan orang tua itu. Membunuh ular harus kepalanya dulu
yang dipenggal. Brangus dia mam !
KEMUKUS MENCOBA MERANGSAK IBUNYA NAMUN DIHALANGI OLEH PARA TOKOH.
Kemukus : Ayolaah hentikan segala lelucon kalian. Hentikan ! Hentikan ! (semakin
bingung) Ayolaah hentikan ! Ooh kiamaatt kiaamaaattt ! (jatuh)
KEMUKUS TERJATUH, RENGGANIS MENGHAMPIRINYA DAN IKUT TERJATUH. LAMPU
PADAM DAN SELESAI.

UCAPAN TERIMA KASIH, UNTUK :

MAS PRIE GS
MAS TON
KELUARGA BESAR TEATER LINGKAR
KELUARGA BESAR TEATER SUKMA
PECINTA, PEMERHATI SENI PERAN DI SEMARANG
REKAN PEKERJA SENI PERAN DI SEMARANG

12
13

Anda mungkin juga menyukai