GANGGUAN CEMAS
OLEH :
Pembimbing :
Wahana :
Sulawesi Tengah
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Alamat : Donggala
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
2
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Pasien baru pertama kali mau berobat
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering mengeluhkan sakit ulu hati yang datang kambuh-kambuhan sudah 5
tahun yang lalu
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, merokok dan obat terlarang.
3
Pasien merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Ayah pasien telah
meninggal sejak usia pasien 5 tahun.
e. Riwayat Kehidupan Sosial
Pasien dapat bergaul dengan baik dengan orang sekitarnya.
f. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam dan cukup taat menjalankan ibadah.
g. Impian, fantasi dan nilai-nilai
Pasien dahulu memiliki impian menjadi perawat
4
d. Jangka panjang : Baik
5. Pikiran Abstrak : Baik
6. Bakat Kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan Menolong diri sendiri: Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : (-)
2. Ilusi : (-)
3. Depersonalisasi : (-)
4. Derealisasi : (-)
E. Proses Berfikir
1. Arus Pikiran
a. Produktivitas : normal
b. Kontiniuitas : koheren
c. Hendaya berbahasa : (-)
2. Isi pikiran
a. Preokupasi : (-)
b. Gangguan isi pikiran : (-)
F. Pengendalian impuls : Baik
G. Daya Nilai
1. Normo Sosial : baik
2. Uji Daya Nilai : Baik
H. Tilikan (Insight) :6
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat Dipercaya
5
B. Status neurologis
GCS: E4V5M6, Fungsi motorik keempat ekstremitas tampak normal, fungsi sensorik
normal, fungsi nervus kranial normal.
C. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normochepal
Konjungtiva Anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-/-)
Pembesaran Kelenjar Tiroid (-/-)
Thoraks
Paru-Paru :I : Simetris bilatera, Eflurosensi (-), Massa (-), Retraksi (-)
P : Nyeri Tekan (-), Krepitasi (-)
P : Sonor di kedua paru
A : Bunyi pernafasan vesikular, Rhonki (-/-), Whezing (-/-)
Jantung :I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus kordis teraba pada SIC V midclavicula sinistra
P : Pekak
A : Bunyi jantung I/II Reguler, Bunyi tambahan (-)
Abdomen :I : Tampak datar
A : Peristaltik usus (+)/ Kesan normal
P : Tympani
P : Nyeri tekan (-), Organomegali (-)
6
lalu jika mendengar kabar tentang kematian. Rasa cemas bertambah 3 bulan yang lalu, ketika
pasien dirawat di rumah sakit, karena keluhan sakit ulu hati yang disertai muntah-muntah,
jantung berdebar, sesak dan keringat dingin. Tiga bulan terakhir, pasien juga memikirkan belum
memiliki anak setelah 3 tahun pernikahan sehingga rasa cemas bertambah, susah tidur sering
dialami ketika rasa cemas muncul dan gelisah. Menurut pasien, hubungan dalam keluarga tidak
ada masalah, tidak ada perselisihan, tidak ada pertengkaran.
Pada pemeriksaan status mental dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
TD 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, Pernafasan 18 x/menit, Suhu 360C
VIII. PROGNOSIS
A. Prognosis : Dubia ad Bonam
Kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa
mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Gejala cemas dapat bersifat fisik maupun mental. Gejala-gejala yang bersifat fisik
diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin,
7
kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat
mental adalah :ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian,
tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan.
Berdasarkan PPDGJ III untuk mendiagnosis pasien Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1):
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau
mengambang )
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
Pada anak-anak, sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas
fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).
Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala berupa kecemasan yang timbul tiap hari,
terus-menerus dan biasa muncul tiba-tiba, yang disertai adanya overaktivitas otonomik
berupa nyeri ulu hati, sesak napas, jantung berdebar-debar dan keringat dingin sehingga
menurut buku PPDGJ III , didiagnosis sebagaiGangguan Cemas Menyeluruh (F41.1).
b. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung
Psikoterapi yang dapat diberikan pada pasien ini yaitu psikoterapi suportif, ventilasi
dan konseling. Psikoterapi suportif bertujuan memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri. Konseling diberikan kepada pasien dengan tujuan memberikan penjelasan kepada
pasien sehingga dapat membantu pasien dalam memahami penyakit dan cara mengatasinya.
9
X. RENCANA TERAPI
1. Terapi farmakologis : Alprazolam 0,5 mg 2x1
2. Terapi nonfarmakologi
Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
Rencana untuk mengonsultasikan dengan dokter kejiwaan
10
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Kaplan dan sadock-Sinopsis Psikiatri (Edisi
Bahasa Indonesia), Edisi VII, Jilid II. Binarupa Aksara, Jakarta.
Maramis WF. 1994. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press, Surabaya.
Muslim R. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III,
Jakarta.
Muslim R. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Edisi III. Jakarta.
11