Draf Journal Laporan Kemajuan
Draf Journal Laporan Kemajuan
Abstract:
Pineapple is one of the superior commodities of West Kalimantan and has a complex nutrient
content but easily damaged due to the heating process at high temperatures. Making instant
pineapple juice is one way to maintain the nutritional content, especially vitamin C also to
extend the life of the fruit that is easily damaged by the method of foam mat drying. The aim
of this research is to know the characteristic of instant pineapple juice with variation of
foaming materials (tween 80). This research consisted of several steps, namely: 1) making
instant pineapple with 15% maltodextrin filler, and variation of foaming materials (tween 80
0,1-0,3%); 2) testing of pH, color and yield; 3) testing of organoleptic test (scoring and
hedonic to color, flavor and aroma). The results showed that the instant pineapple juice
produced had a rendement of 14-20%, pH 4-5, L: 70-75, a: (-0,2) - (- 1), b: 13-16. Panelis
said that the instant pineapple juice had pineapple flavour, sour taste, slightly yellow color
and overall normal level (neutral).
PENDAHULUAN
Nenas merupakan salah satu sumber daya alam unggulan Kalimantan Barat (Kal-Bar),
dengan jumlah produksi nenas di Kal-Bar pada tahun 2012 mencapai 108.704 ton (BPS,
2012). Pengolahan nenas di Kota Pontianak masih terbatas pada olahan rumah tangga,
diantaranya: selai, manisan dan dijadikan sayuran. Namun sebenarnya nenas masih dapat
diolah menjadi nata de pina, sari buah nenas, sirup, keripik, dan sari nenas instan. Pada
dasarnya banyak bahan pangan yang dapat diolah menjadi sari instan, salah satunya adalah
buah nenas.
Pembuatan sari nenas instan selain merupakan salah satu bentuk diversifikasi olahan
buah nenas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, selain merupakan cara untuk
mempertahankan kandungan nutrisi serta memperpanjang umur simpan buah yang bersifat
mudah rusak. Buah nenas mempunyai kandungan nutrisi yang kompleks, selain karbohidrat
juga mempunyai kandungan vitamin C yang mudah mengalami kerusakan karena proses
pengolahan terutama karena pemanasan pada suhu tinggi sedangkan kita ketahui bahwa
vitamin C mempunyai peranan yang penting sebagai antioksidan.
Pembuatan sari siap saji (sari instan) dapat dilakukan dengan teknologi tinggi dengan
menggunakan alat yang canggih seperti freeze dryer dan spray dryer, namun alat ini cukup
mahal dan tidak terjangkau oleh kelompok tani atau industri rumah tangga. Salah satu metode
yang ditawarkan oleh peneliti adalah pembuatan sari nenas instan dengan foam mat drying.
Teknologi ini sederhana dan dapat diaplikasikan di tingkat industri rumah tangga. Foam-mat
drying adalah teknik pengeringan produk berbentuk cair dan peka terhadap panas melalui
teknik pembusaan dengan menambahkan zat pembuih. Keuntungan metode ini adalah
penghilangan air berlangsung lebih cepat, memungkinkan penggunaan suhu pengering yang
lebih rendah, produk yang dihasilkan memiliki kualitas warna dan rasa yang baik, serta lebih
mudah dilarutkan dalam air (P. Kandasamy N, et al., 2012 dan 2013). Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui karakteristik sari nanas instan dengan variasi bahan pembusa
(tween 80)
METODE PENELITIAN
acak lengkap (RAL), dengan variasi konsentrasi tween 80 (0,1-0,3%). Jika terdapat
perbedaan pengaruh maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncans. Penelitian
Pontianak.
Peralatan yang digunakan adalah: desikator, muffle (Heraus D-6450 Hanau tipe m-110), pH
meter, oven, lovibond, timbangan analit, blender, mixer, loyang, spatula. Bahan yang
dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari: buah nenas varietas queen yang diperoleh dari
Pasar Flamboyan, tween 80, maltodekstrin serta bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk
analisis vitamin C, alkohol 95% untuk analisis serat pangan; 6) bahan analisis dengan
kemurnian teknis adalah aquades.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Buah nenas yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sari nenas
instan adalah buah nenas varietas queen yang diperoleh dari Pasa Flamboyan Pontiak.
Sebelumnya buah nenas terlebih dahulu dikupas kulit dan dibuang matanya, lalu dibersihkan
dengan mencuci buah nenas pada air mengalir. Komposisi Kimia dari buah nenas segar dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Buah Nenas Segar
Parameter Pengujian Bubur Buah Filtrat Buah
Air (%) 90,5116 95,13725
Vitamin C (mg/100g) 40,307 29,5679
Total Asam 2,1167 2,1167
Serat Pangan 3,75945 0,50735
Warna (L) 57,04 37,485
Warna (a) -1,615 0,365
Warna (b) 28,61 28,015
Buah nenas segar lalu dianalisa bubur buah dan filtrat buahnya. Dari Tabel 5.1
menunjukkan bahwa bubur buah nenas mempunyai kandungan Vitamin C dan Serat Pangan
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dibandingkan filtrat buah. Hal ini dikarenakan filtrat
buah lebih dominan mempunyai kandungan air yang jauh lebih tinggi sehingga komponen
lainnya lebih sedikit, termasuk vitamin C dan Serat pangan. Menurut Daftar Komposisi
Bahan Pangan (1995) kandungan air (88,9%), vitamin C (22 mg/100 g) dan serat nenas
(0,6%). Bila dibandingkan dengan nanas yang dipergunakan dapat dilihat bahwa jika
dibandingkan dengan bubur buah nenas kandungan vitamin C dan serat pangannya jauh lebih
tinggi dari literatur.
Tabel 2 menunjukkan bahwa rendemen sari nenas instan yang diperoleh berkisar 12-
16%. Semakin banyak tween 80 yang ditambahkan akan menghasilkan rendemen yang
semakin tinggi (berbeda nyata pada uji statistik). Hal ini dikarenakan tween berperan sebagai
agen pembusa yang membantu dalam pembentukan pori-pori pada bahan sehingga proses
pengeringan menjadi lebih cepat dan mempengaruhi pada rendemen bahan.
Hasil yang sama juga ditunjukkan pada nilai total padatan terlarut. Pada pengujian
TSS dilakukan dengan melarutkan 10 g sampel dalam 200 mL air pada suhu ruang. Lalu
diukur minuman nanas instan dengan menggunakan Hand refraktometer. Semakin bayak
tween yang ditambahkan menunjukkan peningkatan pada nilai TSS.
Waktu larut dilakukan dengan melarutkan 10 g sampel dalam 200 mL air pada suhu
ruang sampai larut sempurna. Total waktu larut berkisar 80 sampai 170 detik. Semakin tinggi
konsentrasi matodekstrin dan tween 80 menunjukkan waktu kecepatan larut yang juga
semakin cepat. Hal ini dikarenakan tween berperan dalam proses pembentukan pori-pori bada
busa sehingga kontak dengan panas menjadi lebih besar sehingga penguapan air menjadi
lebih cepat, yang akhirnya berdampak pada kelarutan dalam air. Selain itu adanya
maltodekstrin sebagai pengisi juga membantu dalam prosess kelarutan karena sifatnya yang
mudah larut dalam air. Sedangkan untuk pH tidak menunjukkan adanya perbedaan, namun
tren data yang dihasilkan cenderung menurun dengan penambahan tween semakin tinggi.
Warna sari nanas instan yang dihasilkan dengan semakin banyak penambahan tween
dengan nilai L semakin rendah jika dibandingkan dengan tween 0,1 dan 0,25. Sedangkan
tingkat kekuningan (b) semakin banyak tween yang ditambahkan akan lebih mempertahankan
warna kuning dari sari nenas. Walaupun semua data menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata pada uji statistik,
Tabel 2. Hasil Uji Panelis Sari Nenas Instan dengan variasi Tween 80
Sama halnya dengan warna adanya penambahan tween memberikan hasil yang tidak
berbeda nyata terhadap aroma dan rasa. Aroma dan rasa memberikan nilai berkisar 3
(beraroma nenas) dengan rasa asam. Aroma dan rasa sangat diengaruhi oleh buah nenas yang
digunakan pada pembuatan sari nenas instan. Rasa asam yang dihasilkan pada uji panelis
didukung dengan pH yang berkisar 4,7-4,9. Secara keseluruhan panelis menganggap semua
produk sama (netral/biasa saja). Hal ini didukung oleh tidak adanya perbedaan yang nyata
terhadap warna, rasa, dan aroma.
KESIMPULAN
Tinggi (Kemenristek-Dikti) yang telah mendanai penelitian ini melalui Hibah Penelitian
Produk Terapan Tahun Anggaran 2017 dan kepada semua pihak yang telah membantu
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Proses Pembusaan
Pengeringan dalam kabinet drier Sari Nenas Instan