OLEH:
NI MADE PUTRI RARAS ISWARA
1302105050
Salah satu komplikasi diabetes mellitus adalah Peripheral Artery Disease (PAD)
adalah suatu penyakit dimana terganggunya atau tersumbatnya aliran darah dari
atau ke jaringan organ. Sumbatan itu disebabkan oleh plak yang terbentuk di
arteri yang membawa darah ke seluruh anggota tubuh. Plak ini terdiri atas lemak,
kalsium, jaringan fibrosa dan zat lain di dalam darah (Prasetyo, 2003). Menurut
Fran (2004), Peripheral Artery Disease (PAD) adalah semua penyakit yang
menyangkut sindrome arterial non koroner yang disebabkan oleh kelainan
struktur dan fungsi arterial yang mengaliri otak, organ viseral dan keempat
ekstremitas.
kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
ciri khas diabetes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton.Oleh karena itu,
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut
lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik.
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka
awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, pilidipsia,
luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang
kabur. (Brunner and Suddarth, 2010)
Pada PAD, arteri yang terganggu tidak dapat berespon terhadap stimulus untuk
vasodilatasi. Selain itu, endotel yang mengalami disfungsi pada aterosklerosis tidak
dapat melepaskan substansi vasodilator seperti adenosin serta nitrit oksida dalam
jumlah yang normal. Jika aterosklerosis atau stenosis terjadi sedemikian parah
hingga menyebabkan tidak tercukupinya suplai darah atau oksigen bahkan pada saat
istirahat, akan terjadi kegawatan pada tungkai karena berpotensi besar terjadi
nekrosis jaringan dan ganggren. Iskemia yang terjadi secara intermiten lama
kelamaan dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi otot seperti
denervasi dan drop out. Hilangnya serat-serat otot dapat menyebabkan
penurunan kekuatan serta atropi otot. Selain itu, serat-serat otot yang masih
dapat digunakan sebenarnya juga sudah mengalami abnormalitas
metabolisme oksidatif pada mitokondria.
- Kesemutan
- Kulit terasa panas
- Terasa tebal dikulit
- Kram
- Lelah
- Mudah mengantuk
- Mata kabur Gatal disekitar kemaluan
- Gigi mudah goyah dan mudah lepas
- Kemampuan seksual menurun
Test ini merupakan test yang lebih lanjut dalam pendiagnosaan DM.
Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan nilai normalnya : 0,5 jam <
115 mg/dl, 1 jam < 200 mg/dl, dan 2 jam < 140 mg/dl.17
Pendidikan
Pasien diabetes dapat diberika pendidikan tentang penyakitnya dan dan
bagaimana cara menyuntikkan insulin. Pasien harus diajarkan untuk
menyiapkan peralatan, bagaimana cara menyiapkan penyuntikan,
daerah yang bisa disuntik, dan bagaimana teknik menyuntikkan
insulin.
8. Komplikasi
Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa komplikasi dari iabetes Mellitus
adalah
Komplikasi Akut
- Hipoglikemia
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga
normal. Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal
jarang melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6
mmol/L) masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10 %
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan
(whole blood) karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif
lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan vena,
sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara kadar arteri dan vena
(Wahono Soemadji, 2006).
- Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan
meningkatnya produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak
akan termetabolisme habis secara normal melalui glikolisis. Tetapi,
sebagian melalui perantara enzim aldose reduktase akan diubah menjadi
sorbitol, yang selanjutnya akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut
dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
Hiperglikemia terdiri dari:
1) Diabetes Keto Asidosis (DKA)
Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan dekompensasi-
kekacauan metabolik yang ditandai dengan trias hiperglikemia,
asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin
absolut atau relatif (Soewondo, 2006).
2) Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (KHHNK)
Sindrom KHHNK ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa
disertai adanya ketosis.Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat,
hiperglikemia berat dan sering kali disertai ganguan neurolis dengan
atau tanpa adanya ketosis (Soewondo, 2006).
Komplikasi Kronik
- Penyakit Makrovaskuler
Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler) (Avicenna, 2009).
Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah
koroner harus ditingkatkan terutama untuk yang mereka yang
mempunyai resiko tinggi terjadinya kelainan aterosklerosis seperti
mereka yang mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh darah
koroner ataupun riwayat keluarga DM yang kuat (Waspadji, 2006).
- Penyakit Mikrovaskuler,
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati Kelainan yang
terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya
mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang menjadi proteinuria
secara klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerular
dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal yangmemerlukan
pengelolaan dengan pengobatan substitusi (Waspadji, 2006).
Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai dari
retinopati diabetik nonproliferatif sampai perdarahan retina, kemudian
juga ablasio retina dan lebih lanjut lagi dapat menyebabkan
kebutaan.Diagnosa dini retinopati dapat diketahui melalui pemeriksaan
retina secara rutin (Waspadji, 2006).
Pencegahan Sekunder
Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes terutama
pada populasi resiko tinggi, dengan demikian pasien DM yang sebelumnya
tidak terdiagnosa dapat terjaring, sehingga dapat dilakukan upaya untuk
mencegah komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih
reversibel. Oleh karena itu, pada tahun 1994 WHO menyatakan bahwa
pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan dalam upaya
pencegahan sekunder supaya lebih diketahui lebih dini komplikasi dapat
dicegah karena dapat reversibel. Untuk negara berkembang termasuk
Indonesia upaya ini termasuk mahal.
Pencegahan Tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi
itu. Untuk mencegah kecacatan tentu saja harus dimulai dengan deteksi dini
komplikasi DM agar kemudian penyulit dapat dikelola dengan baik
disamping tentu saja pengelolaan untuk mengendalikan kadar glukosa
darah. Upaya ini meliputi:
- Mencegah timbulnya komplikasi diabetes
- Mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menjurus
menjadi kegagalan organ
- Mencegah terjadinya kecacatan tubuh disebabkan oleh karena
kegagalan organ atau jaringan
World Health Organization. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate
Hyperglycemia : Report of WHO/IDF Consultation. World Health Organization,
Geneva, Switzerland 2006 : 1-35.
Potter,Patricia A. Dan Anne Griffin Perry.2005.Fundamental of Nursing.Jakarta:EGC
Price,Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson.2006.Pathophysiology edisi
6.Jakarta:EGC
Smletzer, S & Bare,B (2001). Buku Ajar Keperawatan Bedah II, Jakarta :EGC
Soegondo, S.,2006.Farmakoterapi Pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus
Tipe2.Dalam:Sudoyo, A.W., ed Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Edisi ke
4.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1860-1863.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-maimunaham-5716-3-
babii.pdf(Sitasi 2 Oktober 2013 22:05)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32451/4/Chapter%20II.pdf (Sitasi 2 Oktober
2013 22:10)
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. PK Hiperglikemi Setelah dilakukan tindakan a. NIC label: Hiperglikemi Management a. NIC label: Hiperglikemi Management
kolaborasi keperawatan selama 1. Monitor kadar glukosa darah pasien
1. Untuk mengetahui kadar glukosa darah terbaru,
x 24 jam, kadar glukosa darah melalui pemeriksaan laboratorium
serta untuk mengetahui apakan terjadi penurunan
px dapat kembali turun.
2. Gunakan prinsip 6 benar dalam kadar glukosa darah atau tidak
pemberian obat
2. Untuk melakukan asuhan keperawatan yang benar
3. Kaji respon px sebelum maupun
3. Untuk mengetahui ada tidaknya efek samping dari
setelah pemberian obat
pemberian obat
4. Dokumentasikan tindakan dan respon
4. Untuk melakuakan asuhan keperawatan yang
pasien
benar
Ketidakefektifanpe Setelah dilakukan tindakan a. NIC label: Circulatory Care : 1. NIC label: Circulatory Care : Arterial
rfusi jaringan keperawatan selama x 24 Arterial Insufficiency Insufficiency
perifer jam, diharapkan nyeri yang 1. Melakukan penilaian 2. Untuk mengetahui tingkat kelancaran aliran
berhubungan dialami pasien terkontrol komperehensif sirkulasi perifer sirkulasi klien
dengan diabetes dengan kriteria hasil : 3. Agar sirkulasi klien lebih lancer
mellitus ditandai a. NOC label:Tissue 2. Mempertahankan hidrasi yang 4. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan,
dengan waktu Perfusion : Peripheral memadai untuk menurunkan sesuai kemampuan
pengisian kapiler> Dengan kriteria hasil: viskositas darah 5. Monitor tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
3 detik - Tekanan Darah sistol akibat latihan pada malam hari atau ketika
klien normal b. NIC label: Circulatory Care : beristirahat
- Tekanan Darah Mechanical Assist Device
diastole klien normal
- Pengisian kapiler kaki 1. Memantau output urine setiaphari NIC label: Circulatory Care : Mechanical
klien normal 2. Memantauelektrolit, BUN, dan Assist Device
kreatinin sehari-hari 1. Untuk mengetahui cairan yang dikeluarkan klien
2. Untuk mengetahui kadar cairan dan elektrolit
NIC label: dalam tubuh klien
Vital Signs Monitoring
1. Monitor tekanan darah ketika
pasien berbaring, duduk, berdiri,
dan berdiri sebelum dan sesudah
perubahan posisi
2. Monitor tekanan darah setelah
pasien mendapatkan terapi
pengobatan.