Segala sesuatu yang akan kita lakukan perlu memikirkan dan mempertimbangkan
kompetensi atau keterampilan yang kita miliki, sama halnya dengan seorang auditor
terlebih lagi seorang auditor syariah. Seorang auditor syariah harus memiliki
kompetensi yang handal dan lengkap karena auditor syariah merupakan pekerjaan
yang menuntut adanya profesionalisme agar fungsi dan tugasnya dapat dilaksanakan
dengan optimal dan efektif.
Banyak aspek kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang auditor
syariah. Sebelum kita membahas aspek aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang auditor syariah, terlebih dahulu kita harus mengetaui apa kompetensi itu
sendiri. Kompetensi dapat juga disebut sebagai kemampuan dan keterampilan.
Kompetensi dapat diklasifikasikan sebagai dimensi perilaku yang berhubungan
dengan pekerjaan dan kinerja yang optimal dan efektif di mana orang-orang tertentu
melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari pada yang lain. Selain itu, kompetensi
juga terkait dengan keterampilan teknis dan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan
terutama pekerjaan dengan unsur professionalisme dan membutuhkan skill
(keterampilan dan keahlian).
Terdapat beberapa unsur atau elemen kompetensi yang menurut hemat penulis harus
dimiliki oleh seorang auditor syariah. Elemen dan unsur tersebut
yaitu: Pengetahuan(Knowladge), Keterampilan(Skills) dan Karakteristik(Other
Characteristics). Sebagaiman Unsure dan elemen yang tersebut, menurut hemat
penulis, merupakan unsure dan elemen kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
auditor syariah untuk dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan optimal dan
efektif. Unsure dan elemen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pengetahuan(Knowladge)
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. An-Nahal (16): 78).
Berdasarkan uraian di atas, maka kedua sumber pengetahuan (umum dan khusus)
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Keterampilan(Skills)
Adapun auditor syariah sebagai auditor internal dalam lembaga keuangan syariah,
mampu menerapkan pengetahuan syariah dalam bentuk pengetahuan tentang produk
lembaga keuangan syariah memungkinkan mereka untuk memahami aliran transaksi
yang telah terjadi dalam lembaga keuangan syariah, sehingga mampu mendeteksi
setiap produk atau kegiatan non-kepatuhan syariah (Non Syariah Compliance). Untuk
melakukannya, pengetahuan auditor syariah perlu melampaui pengetahuan auditor
internal konvensional pada operasional perbankan. Dalam hal ini, keterampilan dapat
diklasifikasikan menjadi dua (2) kategori yaitu keterampilan teknis dan perilaku.
Karakteristik(Other Characteristics)
Other Characteristics mengacu pada faktor perilaku seseorang yang bisa menjadi
suatu sifat. Tahap perekrutan untuk auditor syariah junior akan mampu melacak sifat-
sifat tertentu dari potensial kandidat melalui tes psikologi yang merupakan proses
normal bagi banyak organisasi yang menginginkan kandidat terbaik untuk mengisi
kekosongan. Karakteristik tersebut dapat dibangun melalui dua tahap yaitu pelatihan
berkesinambungan (terus menerus) dan interpersonal skill seperti identifikasi masalah
dan pemecahan keterampilan, kemampuan komunikasi verbal dan screening tertulis.
Setelah ditunjuk lulus maka akan dilatih sebagai auditor syariah junior selama
beberapa tahun sebelum mereka dapat diangkat sebagai auditor syariah (Ali, 2015).
Sumber Referensi
Ali, N. A. M., Mohamed, Z. M., Shahimi, S., & Shafii, Z. (2015). Competency of
Shariah Auditors in Malaysia: Issues and Challenges. Journal of Islamic Finance,
Volume. 4,Nomor.(1).