Anda di halaman 1dari 4

Unsur-Unsur Kompetensi Auditor Syariah: A Concept Analysis

Segala sesuatu yang akan kita lakukan perlu memikirkan dan mempertimbangkan
kompetensi atau keterampilan yang kita miliki, sama halnya dengan seorang auditor
terlebih lagi seorang auditor syariah. Seorang auditor syariah harus memiliki
kompetensi yang handal dan lengkap karena auditor syariah merupakan pekerjaan
yang menuntut adanya profesionalisme agar fungsi dan tugasnya dapat dilaksanakan
dengan optimal dan efektif.

Banyak aspek kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang auditor
syariah. Sebelum kita membahas aspek aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang auditor syariah, terlebih dahulu kita harus mengetaui apa kompetensi itu
sendiri. Kompetensi dapat juga disebut sebagai kemampuan dan keterampilan.
Kompetensi dapat diklasifikasikan sebagai dimensi perilaku yang berhubungan
dengan pekerjaan dan kinerja yang optimal dan efektif di mana orang-orang tertentu
melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari pada yang lain. Selain itu, kompetensi
juga terkait dengan keterampilan teknis dan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan
terutama pekerjaan dengan unsur professionalisme dan membutuhkan skill
(keterampilan dan keahlian).

Unsur-Unsur Kompetensi untuk Auditor Syariah

Terdapat beberapa unsur atau elemen kompetensi yang menurut hemat penulis harus
dimiliki oleh seorang auditor syariah. Elemen dan unsur tersebut
yaitu: Pengetahuan(Knowladge), Keterampilan(Skills) dan Karakteristik(Other
Characteristics). Sebagaiman Unsure dan elemen yang tersebut, menurut hemat
penulis, merupakan unsure dan elemen kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
auditor syariah untuk dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan optimal dan
efektif. Unsure dan elemen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pengetahuan(Knowladge)

Pengetahuan (knowledge) pada umumnya mengacu pada pemahaman dasar seseorang


atas sesuatu baik itu informasi atau proses tertentu. Dalam konteks auditor Syariah,
pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang dapat bersumber dari pengetahuan yang
bersifat umum dan khusus. Seorang auditor syariah harus memiliki pengetahuan
(pengetahuan audit dan kesyariahan) sebagai modal yang mutlak dalam penjalankan
tugas dan fungsinya secara optimal dan lebih dari itu sebagai bukti akan pelaksanaan
dan ketaatan terhadap printah Allah SWT bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban
semua manusia karena sebagaiman firman Allah SWT dalam Al-Quran yang artinya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. An-Nahal (16): 78).

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang


tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. (QS. Az-Zumar (39): 9)

Berdasarkan uraian di atas, maka kedua sumber pengetahuan (umum dan khusus)
dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sebuah pengetahuan umum dapat diperoleh dari kurikulum formal berdasarkan


silabus atau dapat disebut sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan
formal seperti sekolah atau universitas. Dengan hal ini, universitas sebagai lembaga
pendidikan akan diharapkan berperan aktif dan berkontribusi dalam menghasilkan
lulusan berbagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan manusia dan sebagai sumber
kebutuhan akan tenaga yang memiliki kompetensi dan penguasaan di perbankan
khususnya perbankan syariah, Akuntansi syariah, Keuangan Syariah, Fiqih Muamalah
maupun sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kemampuan dalam
bidang auditor syariah secara khusus. Oleh karena itu, kita akan mengharapkan
lulusan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan tentang audit dan peraturan standar
serta konsep syariah.
2. satu-satunya pengetahuan khusus untuk mengembangkan kompetensi auditor syariah
adalah dalam bentuk pelatihan di lembaga pelatihan lokal. Di Malaysia terdapat
Beberapa lembaga yang memberikan pelatihan auditor syariah adalah Institute of
Banking and Finance Institution (IBFIM), International Centre for Education in
Islamic Finance (INCEIF), Centre for Research and Training (CERT) and RED-
money (IBFIM, 2014; INCEIF, 2014; CERT, 2014 & RED-Money, 2014). IBFIM
misalnya telah mengembangkan Kualifikasi Bersertifikat di Islamic Finance (CQIF)
yang terdiri dari tiga (3) tingkat, yaitu inti, menengah dan tingkat lanjutan (Ali, 2015).
Kemudian bagaimana di Indonesia, apakah ada lembaga pelatihan khusus sebagaiman
lembaga pelatihan di Malaysia ?.
Hingga saat
ini, menurut hemat penulis belum ada lembaga khusus yang memberikan pelatihan
untuk para calon auditor syariah atau praktisi lembaga keuangan syariah di Indonesia
layaknya seperti lembaga pelatihan di Malaysia. Sempat terdapat ide, gagasan dan
konsep dari bebrapa akademisi untuk membuat lembaga khusus pendidikan untuk
auditor syariah dan praktisi lembaga keuangan syariah agar dapat menghasilkan
auditor dan praktisi lembaga keuangan yang memiliki kompetensi handal. Ide dan
gagasan ini tercetus beberapa tahun yang lalu namun masih belum terealisasi hingga
saat ini.
Kita di Indonesia saat ini seharusnya memiliki lembaga
khusus untuk memberikan pelatihan kepada auditor syariah dan praktisi lembaga
keuangan syariah mengingat perkembangan lembaga keuangan yang menjalankan
operasionalnya dengan prinsip syariah sangat pesat dan hampir semua lembaga
keuangan yang awalnya hanya menjalankan operasionalnya dengan konsep
konvesional mulai berlomba-lomba membuka Unit Usaha Syariah dan Bank Umum
Syariah. Berangkat dari keadaan tersebut, maka sangat dipandang urgen untuk
membentuk lembaga pelatihan auditor dan praktisi lembaga keuangan syariah yang
kompeten, namun, hingga saat ini kita hanya memiliki ide dan keinginan saja.
Mengingat semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang muncul di Indonesia,
mengharuskan kita segera membentuk lembaga pelatihan karena permasalahan akan
kompetensi yang dimiliki oleh auditor dan praktisi lembaga keuangan syariah akan
berhimbas pada perkembangan dan kridibilitas lembaga keuangan syariah
kedepannya.

Keterampilan(Skills)

Keterampilan (Skills)pada umumnya mengacu pada kemampuan individu untuk


menerapkan pengetahuan dan menerapkan seperti pengetahuan untuk menyelesaikan
tugas-tugas dalam pemecahan masalah. Keterampilan dalam bentuk kognitif yang
pada dasarnya melibatkan penggunaan pemikiran logis, intuitif dan kreatif.
Keterampilan ini dianggap sangat penting untuk mengaktualisasikan pengetahuan
tentang audit. Audit pada dasarnya merupakan sebuah keahlian (skills) layaknya
advokat dalam hukum.

Adapun auditor syariah sebagai auditor internal dalam lembaga keuangan syariah,
mampu menerapkan pengetahuan syariah dalam bentuk pengetahuan tentang produk
lembaga keuangan syariah memungkinkan mereka untuk memahami aliran transaksi
yang telah terjadi dalam lembaga keuangan syariah, sehingga mampu mendeteksi
setiap produk atau kegiatan non-kepatuhan syariah (Non Syariah Compliance). Untuk
melakukannya, pengetahuan auditor syariah perlu melampaui pengetahuan auditor
internal konvensional pada operasional perbankan. Dalam hal ini, keterampilan dapat
diklasifikasikan menjadi dua (2) kategori yaitu keterampilan teknis dan perilaku.

Keterampilan teknis diidentifikasi dalam memahami bisnis, analisis risiko dan


penilaian teknik kontrol, mengidentifikasi jenis control, pemerintahan, risiko dan alat
control, dan teknik selain analisis proses bisnis. Di Sebaliknya, keterampilan perilaku
diidentifikasi dalam bentuk kerahasiaan, objektivitas, komunikasi, penghakiman
selain pemerintahan dan etika (Ali, 2015).

Karakteristik(Other Characteristics)

Other Characteristics mengacu pada faktor perilaku seseorang yang bisa menjadi
suatu sifat. Tahap perekrutan untuk auditor syariah junior akan mampu melacak sifat-
sifat tertentu dari potensial kandidat melalui tes psikologi yang merupakan proses
normal bagi banyak organisasi yang menginginkan kandidat terbaik untuk mengisi
kekosongan. Karakteristik tersebut dapat dibangun melalui dua tahap yaitu pelatihan
berkesinambungan (terus menerus) dan interpersonal skill seperti identifikasi masalah
dan pemecahan keterampilan, kemampuan komunikasi verbal dan screening tertulis.
Setelah ditunjuk lulus maka akan dilatih sebagai auditor syariah junior selama
beberapa tahun sebelum mereka dapat diangkat sebagai auditor syariah (Ali, 2015).

Secara umum, integritas ketiga unsure tersebut dapat menghasilkan kompetensi


auditor syariah yang kompeten di bidangnya sehingga dapat memaksimalkan peran
dan tugas auditor syariah yang menjadi tanggung jawabnya yang nantinya akan
berhimbas pada kridibilitas lembaga keuangan syariah di masa depan.

Sumber Referensi

Ali, N. A. M., Mohamed, Z. M., Shahimi, S., & Shafii, Z. (2015). Competency of
Shariah Auditors in Malaysia: Issues and Challenges. Journal of Islamic Finance,
Volume. 4,Nomor.(1).

Anda mungkin juga menyukai