Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN

LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI SUNGAI PUTIH,


KABUPATEN MAGELANG

Trimida Suryani
trimida_s@yahoo.com

Danang Sri Hadmoko


danang@gadjahmada.edu

Abstract

The located of research is in Putih River, Magelang District, Central Java,


to know the effect of river morphological for lahar extension and change of river
morphological before and after Merapi eruption 2010. The research methods are
survey and instansional data collection.
The research result: (1) Wide of cross section, meandering degree, width of
valley, heigth of cliff, and slope tend to have smaller values, with the variaty of
topography from the very steep slope until ramps-flat. (2) Safe maximum debit
that can be stored by river before eruption is approximately 5625 m3/s, whereas
after eruption becomes 3337 m3/s. (3)Valley width increase occured but river cliff
high decrease occured after eruption. (4) Lahar extension start occuring at point 9
and 10 where at that points there are breaks of slope, slope 8-25%, river valley
which is getting narrow, and a value of river meander degree which is getting
higher.

Key words : morphology, lahar, Merapi, Putih River

Abstrak

Lokasi penelitian adalah di Sungai Putih Kabupaten Magelang, Jawa


Tengah, untuk mengetahui pengaruh morfologi sungai terhadap luapan lahar dan
perubahan morfologi sungai sebelum dan sesudah erupsi Merapi 2010. Metode
penelitian adalah survey dan pengumpulan data instansional.
Hasil penelitian: (1) Luas penampang melintang, derajat meandering, lebar
lembah, tinggi tebing, dan kemiringan lereng memiliki kecenderungan semakin
kecil nilainya dengan topografi bervariasi dari sangat curam hingga datar. (2)
Debit aman maksimum yang dapat ditampung oleh sungai sebelum erupsi Merapi
2010 rata-rata sebesar 5625 m3/detik, sedangkan sesudah erupsi menjadi 3337
m3/detik. (3) Lembah sungai sebagian besar mengalami pelebaran namun terjadi
pendangkalan dasar sungai pasca erupsi Merapi 2010. (4) Luapan lahar di Sungai
Putih mulai terjadi pada segmen 9 dan 10 di mana pada segmen tersebut terdapat

310
tekuk lereng, kemiringan landai yaitu sekitar 8-25%, lembah sungai yang
menyempit, dan derajat meander sungai yang semakin besar.

Kata kunci : morfologi, lahar, Merapi, Sungai Putih

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah sepanjang Sungai Putih, terutama
satu negara di dunia yang memiliki pada alur sungai di bagian hilir, yang
gunungapi dengan jumlah yang mengindikasikan bahwa morfologi
cukup banyak yaitu 129 gunungapi sungai berpengaruh terhadap luapan
aktif (Badan Geologi, 2011). lahar. Daerah di sekitar Sungai Putih
Gunungapi Merapi merupakan salah bagian hilir lebih dipadati oleh
satu gunungapi di Indonesia yang permukiman penduduk daripada di
mendapatkan perhatian paling bagian hulu, hal ini menyebabkan
intensif dari berbagai lapisan banyak terjadinya kerusakan pada
masyarakat karena termasuk permukiman penduduk akibat luapan
gunungapi paling aktif di Indonesia. lahar.
Gunungapi Merapi (2965 m) terletak Penelitian ini bertujuan untuk
di Propinsi Daerah Istimewa mengetahui bagaimana karakterisitk
Yogyakarta, tepatnya 30 km di utara morfologi Sungai Putih sebelum
Kota Yogyakarta. Lebih dari 61 erupsi Merapi tahun 2010, debit
kejadian erupsi dalam sejarah aman maksimum yang dapat
menyebabkan gunungapi ini menjadi ditampung Sungai Putih, perubahan
salah satu gunungapi teraktif di dunia penampang memanjang dan
(Volcanological Survey of Indonesia, melintang Sungai Putih sebelum dan
1990 dalam Lavigne, et al., 2000). sesudah erupsi Merapi tahun 2010,
Sungai Putih merupakan salah satu dan pengaruh morfologi sungai
sungai yang dialiri aliran lahar pasca terhadap luapan lahar.
erupsi Merapi tahun 2010. Aliran
lahar ini meluap pada titik tertentu di
METODE PENELITIAN penampang melintang Sungai Putih
sebelum erupsi Merapi tahun 2010.
Metode Penelitian Teknik sampling yang digunakan
Metode pengumpulan data adalah multi-stage sampling, dengan
yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama dilakukan adalah
adalah survey dan pengumpulan data systematic sampling, kemudian
instansional. Survei lapangan purposive sampling. Obyek
dilakukan untuk memperolah data pengambilan sampel dilakukan di
penampang melintang Sungai Putih sepanjang Sungai Utama Putih setiap
setelah erupsi Merapi tahun 2010. 1 km dari hulu hingga hilir serta titik
Pengukuran sedangkan tertentu di mana terjadi anomali atau
pengumpulan data instansional karakteristik khusus.
dilakukan untuk memperoleh data

311
Pengolahan data dilakukan Perhitungan debit aman
dengan beberapa tahapan. maksimum sebelum dan sesudah
Karakteristik morfologi Sungai erupsi dihitung dengan rumus :
sebelum erupsi Merapi tahun 2010 Q=AxV
diolah dari data kontur detil dan Keterangan :
penampang melintang sungai tahun Q = debit (m3/detik)
2005 dan citra. Dari penampang A = luas penampang melintang (m2)
melintang diperolah data lebar V = kecepatan aliran lahar (m/detik)
lembah, tinggi tebing, dan luas Luas penampang melintang
penampang melintang, dari citra dihitung dengan menggunakan
diperoleh data derajat meander, pola metode grid. Kecepatan aliran lahar
alur sungai, dan dari kontur detil diperoleh dengan melakukan
diperoleh data tekuk lereng dan pembobotan pada parameter yang
karakteristik topografi. Karakterisitk mempengaruhi kecepatan aliran
morfologi sungai sesudah erupsi lahar, yaitu koefisien Manning,
diolah dari hasil pengukuran derajat meandering, dan tekuk lereng
penampang melintang di lapangan akibat Sabo Dam, seperti yang
dan dihitung lebar lembah, tinggi terlihat pada Tabel 1.
tebing, dan luas penampang Analisis dari hasil penelitian
melintang dengan metode grid. menggunakan metode deskripstif
kualitatif.

Tabel 1. Pembobotan Kecepatan Aliran Lahar


Asumsi Level Tekuk
penyesuaian Koefisien Derajat
Kecepatan lereng akibat
nilai Manning (n) Meandering
(m/s) Sabo DAM
kecepatan
+2 <0,5 - -
+1 0,5-1 Lurus -
5
0 1-1,5 Sinous <2 m
-1 1,5-2 Meander 2-4 m
-2 >2 - >4 m

.
HASIL DAN PEMBAHASAN lokasi penelitian menggunakan
beberapa parameter yang mendukung
Karakteristik morfologi Sungai terhadap perhitungan debit
Putih sebelum erupsi Merapi tahun maksimum aman yang dapat
2010 ditampung sungai seperti derajat
Pengamatan dan pengukuran meander sungai, tekuk lereng akibat
karakteristik morfologi sungai di Sabo Dam, dan koefisien Manning,

312
khususnya dalam penelitian ini penampang melintang sungai. Luas
adalah debit aliran lahar. Parameter- penampang melintang sungai, lebar
parameter yang digunakan meliputi lembah, dan tinggi tebing sangat
parameter morfometri dan dipengaruhi oleh gradien sungai, di
morfografi. Parameter morfometri mana gradien sungai bagian hulu
yang digunakan adalah luas lebih besar dan akan semakin kecil
penampang melintang sungai, lebar jika menuju ke hilir. Gradien sungai
lembah, tinggi tebing, derajat yang besar di bagian hulu
meandering, koefisien manning, mengakibatkan kekuatan aliran air
tekuk lereng (akibat Sabo Dam), dan menjadi besar dan memiliki daya
kemiringan lereng. Parameter erosi yang kuat (biasanya erosi
morfografi yang digunakan adalah vertikal). Daya erosi yang kuat ini
bentuk lembah, pola alur sungai, ada membentuk lembah sungai yang
atau tidaknya tekuk lereng (akibat lebar, tebing yang tinggi dan bentuk
sabo dam), dan topografi. Sebaran lembah pada umumnya berbentuk
titik pengukuran dapat dilihat pada seperti huruf V, sehingga luas
Gambar 1. penampang melintang sungainya
akan menjadi besar pula. Hasil
pengukuran derajat meandering di
Sungai Putih menunjukkan bahwa
karakter meander di sepanjang
Sungai Putih dari hulu hingga hilir
memiliki kecenderungan semakin
besar nilainya, artinya semakin ke
hilir, pembelokan alur sungai
semakin banyak terjadi dengan
Gambar 1. Peta sebaran sebaran titik ukuran pembelokan yang semakin
sampel besar. Bagian tengah hingga hilir
sungai memiliki kondisi topografi
Pengamatan dan pengukuran yang lebih landai bahkan hampir
terhadap penampang melintang datar, sehingga kekuatan aliran air
sungai di setiap titik sampel sungai mulai melemah. Aliran air
menunjukkan terdapat yang melemah ini akan mencari jalan
kecenderungan bahwa luas yang lebih mudah untuk dilewati
penampang melintang Sungai Putih (lebih datar) dengan menggerus
dari hulu hingga ke hilir semakin tebing-tebing sungai yang bisa
kecil, begitu pula dengan lebar dilewati aliran air tersebut. Erosi
lembah dan tinggi tebing. Analisis yang lebih dominan terjadi adalah
luas penampang melintang, lebar erosi ke samping atau erosi lateral
lembah, dan tinggi tebing hanya yang mengakibatkan terbentuknya
dapat dilakukan pada 13 titik sampel lembah yang lebar dan alur sungai
saja karena keterbatasan data yang berkelok-kelok di bagian hilir
sekunder terhadap pengukuran sungai.

313
Hasil pengamatan terhadap tergolong datar adalah segmen 20
material dasar lembah di setiap dan 21 dengan kemiringan 0-8 %.
segmen sungai dari titik sampel 1
hingga 21 menunjukkan bahwa
koefisien Manning di semua titik
sampel di sepanjang Sungai Putih
bernilai 0,03. Material di lembah
Sungai Putih dari hulu hingga ke hilir
cenderung memiliki karakteristik
yang hampir sama. Sungai Putih
tergolong tipe sungai pegunungan
yang memiliki tipe saluran berupa
dasar batuan kerikil, batuan bundar,
dan batu-batu besar. Gambar 2. Peta lereng lokasi
Kemiringan lereng merupakan penelitian
faktor yang penting dalam analisis
dinamika morfologi sungai, karena Debit maksimum aman yang dapat
kemiringan lereng berdampak ditampung oleh Sungai Putih
terhadap proses-proses yang terjadi sebelum dan sesudah erupsi
pada suatu daerah tertentu. Merapi tahun 2010
Kemiringan yang besar akan
mengakibatkan daya aliran air pada Aliran lahar yang mengalir di
suatu lembah sungai menjadi lebih Sungai Putih mulai meluap pada
besar sehingga tingkat erosinya segmen 10 hingga segmen 19.
menjadi lebih besar. Erosi yang Perhitungan debit aliran lahar
biasanya terjadi adalah erosi vertikal, diperoleh dari perkalian antara
di mana aliran air cenderung kecepatan alirah lahar dengan luas
menggerus dasar lembah sehingga penampang melintang sungai.
lembah menjadi lebih dalam. Berdasarkan hasil perhitungan debit
Berdasarkan peta kemiringan lereng aliran lahar di Sungai Putih sebelum
lokasi penelitian pada Gambar 2, dan sesudah erupsi Merapi tahun
diketahui bahwa segmen yang berada 2010 pada Tabel 4.4, diketahui
pada kemiringan yang curam adalah bahwa terjadi perubahan daya
segmen 1 hingga 3 dengan tampung Sungai Putih yang sangat
kemiringan >25%. Segmen yang besar. Perubahan tersebut terjadi
berada pada kemiringan yang karena perubahan morfologi Sungai
tergolong miring adalah segmen 4 Putih yang berubah setelah terjadinya
hingga 8 dengan kemiringan 15-25 erupsi Merapi tahun 2010. Debit
%. Segmen yang berada pada maksimum aman yang dapat
kemiringan yang tergolong landai ditampung Sungai Putih sebelum
adalah segmen 9 hingga 19 dengan erupsi Merapi tahun 2010 rata-rata
kemiringan 8-25 %, dan segmen yang 5.625 m3/detik, dan menurun menjadi
berada pada kemiringan yang 3.337 m3/detik setelah terjadinya

314
erupsi Merapi tahun 2010 yang lalu, 1.987,69 m3/detik.
dengan jumlah penurunan sebesar

Tabel 2. Hasil Perhitungan Debit Aliran Lahar di Sungai Putih


Luas Penampang
3
Melintang Sungai Debit (m /s)
2
No. Kecepatan (m )
Keterangan
Sampel lahar (m/s) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Selisih
Erupsi Erupsi Erupsi Erupsi
Debit
2010 2010 2010 2010

1 8 1.110 380 8.880 3.040 -5.840 Penurunan daya tampung

2 8 1.280 1.210 10.240 9.680 -560 Penurunan daya tampung

3 8 2.020 330 16.160 2.640 -13.520 Penurunan daya tampung

4 8 490 560 3.920 4.480 560 Peningkatan daya tampung

5 8 1.340 640 10.720 5.120 -5.600 Penurunan daya tampung

6 8 230 690 1.840 5.520 3.680 Peningkatan daya tampung

7 8 460 620 3.680 4.960 1.280 Peningkatan daya tampung

8 8 450 260 3.600 2.080 -1.520 Penurunan daya tampung

9 8 390 200 3.120 1.600 -1.520 Penurunan daya tampung

10 8 650 210 5.200 1.680 -3.520 Penurunan daya tampung

11 8 570 350 4.560 2.800 -1.760 Penurunan daya tampung

12 8 50 90 400 720 320 Peningkatan daya tampung

13 8 100 370 800 2.960 2.160 Peningkatan daya tampung

14 8 - 240 - 1.920 - -

15 8 - 200 - 1.600 - -

16 8 - 240 - 1.920 - -

17 8 - 200 - 1.600 - -

18 8 - 180 - 1.440 - -

19 8 - 170 - 1.360 - -

20 8 - 640 - 5.120 - -

21 8 - 980 - 7.840 - -

RATA-RATA 5.625 3.337 -1.988 Penurunan daya tampung

Hampir di semua segmen Gunungapi Merapi yang


sungai mengalami penurunan daya tersedimentasi di lembah-lembah
tampung, meskipun terdapat sungai di sepanjang Sungai Putih
beberapa segmen yang mengalami sehingga mengakibatkan
peningkatan daya tampung yaitu pendangkalan sungai. Debit aman
segmen 4, 7, 12, dan 13. Penurunan maksimum yang dapat ditampung
daya tampung ini diakibatkan oleh oleh Sungai Putih dari hulu ke hilir
banyaknya sedimen hasil letusan
315
memiliki kecenderungan semakin kemiringan lereng antara 8-15%,
kecil nilainya. sedangkan pada kemiringan lereng
0-8% justru tidak terjadi luapan lahar,
Perubahan profil memanjang dan hal ini terjadi karena kondisi lembah
melintang Sungai Putih sebelum akibat pengaruh penggunaan lahan di
dan sesudah erupsi Merapi tahun daerah tersebut. Daerah di sekitar
2010 terjadinya luapan lahar memang lebih
Karakteristik morfologi padat bangunan. Daerah di sekitar
Sungai Putih yang sangat jelas titik sampel 10-13 merupakan daerah
terlihat mengalami perubahan adalah yang cukup padat oleh aktivitas
perubahan luas penampang sungai, manusia karena adanya jalan antar
lebar lembah, dan tinggi tebing provinsi yang menghubungkan
sungai. Aliran lahar yang mengalir di Provinsi Daerah Istimewa
sepanjang Sungai Putih menggerus Yogyakarta dengan Jawa Tengah,
tebing dan menimbun dasar sungai sehingga daerah tersebut menjadi
yang menyebabkan pelebaran lembah pusat kegiatan perdagangan dan
dan pendangkalan lembah. Luas aktivitas yang cukup padat. Adanya
penampang melintang Sungai Putih bangunan dan infrastruktur yang
pada seluruh titik sampel mengalami dibangun di daerah tersebut
penurunan. Hal tersebut tentunya berpengaruh pada kondisi lembah
terjadi karena proses sedimentasi yang sudah tidak alami lagi.
oleh aliran lahar yang mengalir di Kondisi lembah tentu
Sungai Putih. Luas penampang merupakan faktor yang tidak dapat
melintang Sungai Putih yang rata-rata dihilangkan dalam analisis mengenai
memiliki luas 703,08 m2 sekarang luapan lahar, karena kondisi lembah
menjadi 417,1 m2 setelah terjadinya sungai sebagai wadah mengalirnya
erupsi Merapi tahun 2010. lahar akan menentukan kondisi
luapan lahar di samping adanya
beberapa faktor yang lain. Lokasi di
Pengaruh morfologi Sungai Putih sekitar titik sampel 10 sudah mulai
terhadapa luapan lahar terlihat landai dan banyak
Berdasarkan Gambar 2 pada permukiman serta bangunan lain.
pembahasan karakteristik morfologi Luas penampang melintang pada titik
sungai sebelum erupsi Merapi 2010, sampel 11, 12, dan 13 semakin kecil,
lahar mulai meluap pada titik sampel sehingga pada segmen tersebut
9 dan 10, di mana titik sampel luapan lahar semakin melebar.
tersebut terletak di daerah terjadinya Berdasar Gambar 3, nilai
perubahan kemiringan lereng. derajat meander pada segmen 11
Kemiringan lereng pada sampel 8 terlihat naik cukup signifikan
berkisar antara 15-25 %, sedangkan dibandingkan dengan derajat
pada titik sampel 9 terjadi perubahan meander pada titik segmen 10. Hal
menjadi 8-25%. Luapan lahar hanya ini sesuai dengan kejadian luapan
terjadi pada daerah dengan lahar di mana pada titik sampel 11,

316
lahar mulai meluap cukup jauh ke Putih sebelum erupsi Merapi
luar dari badan sungai. tahun 2010 rata-rata sebesar
5625 m3/detik, sedangkan
sesudah erupsi Merapi tahun
2010 menjadi rata-rata
sebesar 3337 m3/detik.
3. Lembah Sungai Putih
sebagian besar mengalami
pelebaran lembah namun
terjadi pendangkalan di dasar
sungai pasca erupsi Merapi
tahun 2010.
Gambar 3. Peta luapan lahar pasca 4. Luapan lahar di Sungai Putih
erupsi Merapi tahun 2010 di segmen mulai terjadi pada titik sampel
10, 11, 12, 13 Sungai Putih 9 dan 10 di mana pada titik
sampel tersebut terdapat
KESIMPULAN tekuk lereng, kemiringan
Berdasarkan hasil analisis dan yang mulai landai yaitu
pembahasan di atas, dapat sekitar 8-25%, lembah sungai
dikemukakan beberapa kesimpulan yang semakin menyempit,
sebagai berikut : dan derajat meander sungai
1. Luas penampang melintang, yang semakin besar nilainya.
derajat meandering, lebar
lembah, tinggi tebing, dan DAFTAR PUSTAKA
kemiringan lereng di Sungai Badan Geologi. 2011. Informasi
Putih memiliki Umum Merapi. Diterima 8 Agustus
kecenderungan dari hulu 2011, dari
hingga ke hilir semakin kecil http://merapi.bgl.esdm.go.id/index.ph
nilainya. Koefisien manning p
dan tekuk lereng akibat sabo
dam memiliki nilai yang Sutikno, Santosa, L. W., Widiyanto,
relatif sama dari hulu hingga Kurniawan, A., Purwanto. T. H.
ke hilir. Bentuk lembah (2007). Kerajaan Merapi.
sungai bervariasi menyerupai Yogyakarta : Badan Penerbit
huruf U dan V. Alur sungai Fakultas Geografi Universitas Gadjah
berpola lurus dengan sedikit Mada
meander di bagian tengah
hingga hilir. Tekuk lereng Lavigne, F., J.C. Thouret, B. Voight,
terjadi di beberapa titik. H. Suwa, and A. Sumaryono (2000).
Topografi sangat curam di Lahars at Merapi volcano, Central
bagian hulu hingga datar di Java: an overview. Journal of
bagian hilir sungai. Volcanology and Geothermal
2. Debit aman maksimum yang Research 100, 423456.
dapat ditampung oleh Sungai
317

Anda mungkin juga menyukai