Pendekatan Morfologi Sungai
Pendekatan Morfologi Sungai
Trimida Suryani
trimida_s@yahoo.com
Abstract
Abstrak
310
tekuk lereng, kemiringan landai yaitu sekitar 8-25%, lembah sungai yang
menyempit, dan derajat meander sungai yang semakin besar.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah sepanjang Sungai Putih, terutama
satu negara di dunia yang memiliki pada alur sungai di bagian hilir, yang
gunungapi dengan jumlah yang mengindikasikan bahwa morfologi
cukup banyak yaitu 129 gunungapi sungai berpengaruh terhadap luapan
aktif (Badan Geologi, 2011). lahar. Daerah di sekitar Sungai Putih
Gunungapi Merapi merupakan salah bagian hilir lebih dipadati oleh
satu gunungapi di Indonesia yang permukiman penduduk daripada di
mendapatkan perhatian paling bagian hulu, hal ini menyebabkan
intensif dari berbagai lapisan banyak terjadinya kerusakan pada
masyarakat karena termasuk permukiman penduduk akibat luapan
gunungapi paling aktif di Indonesia. lahar.
Gunungapi Merapi (2965 m) terletak Penelitian ini bertujuan untuk
di Propinsi Daerah Istimewa mengetahui bagaimana karakterisitk
Yogyakarta, tepatnya 30 km di utara morfologi Sungai Putih sebelum
Kota Yogyakarta. Lebih dari 61 erupsi Merapi tahun 2010, debit
kejadian erupsi dalam sejarah aman maksimum yang dapat
menyebabkan gunungapi ini menjadi ditampung Sungai Putih, perubahan
salah satu gunungapi teraktif di dunia penampang memanjang dan
(Volcanological Survey of Indonesia, melintang Sungai Putih sebelum dan
1990 dalam Lavigne, et al., 2000). sesudah erupsi Merapi tahun 2010,
Sungai Putih merupakan salah satu dan pengaruh morfologi sungai
sungai yang dialiri aliran lahar pasca terhadap luapan lahar.
erupsi Merapi tahun 2010. Aliran
lahar ini meluap pada titik tertentu di
METODE PENELITIAN penampang melintang Sungai Putih
sebelum erupsi Merapi tahun 2010.
Metode Penelitian Teknik sampling yang digunakan
Metode pengumpulan data adalah multi-stage sampling, dengan
yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama dilakukan adalah
adalah survey dan pengumpulan data systematic sampling, kemudian
instansional. Survei lapangan purposive sampling. Obyek
dilakukan untuk memperolah data pengambilan sampel dilakukan di
penampang melintang Sungai Putih sepanjang Sungai Utama Putih setiap
setelah erupsi Merapi tahun 2010. 1 km dari hulu hingga hilir serta titik
Pengukuran sedangkan tertentu di mana terjadi anomali atau
pengumpulan data instansional karakteristik khusus.
dilakukan untuk memperoleh data
311
Pengolahan data dilakukan Perhitungan debit aman
dengan beberapa tahapan. maksimum sebelum dan sesudah
Karakteristik morfologi Sungai erupsi dihitung dengan rumus :
sebelum erupsi Merapi tahun 2010 Q=AxV
diolah dari data kontur detil dan Keterangan :
penampang melintang sungai tahun Q = debit (m3/detik)
2005 dan citra. Dari penampang A = luas penampang melintang (m2)
melintang diperolah data lebar V = kecepatan aliran lahar (m/detik)
lembah, tinggi tebing, dan luas Luas penampang melintang
penampang melintang, dari citra dihitung dengan menggunakan
diperoleh data derajat meander, pola metode grid. Kecepatan aliran lahar
alur sungai, dan dari kontur detil diperoleh dengan melakukan
diperoleh data tekuk lereng dan pembobotan pada parameter yang
karakteristik topografi. Karakterisitk mempengaruhi kecepatan aliran
morfologi sungai sesudah erupsi lahar, yaitu koefisien Manning,
diolah dari hasil pengukuran derajat meandering, dan tekuk lereng
penampang melintang di lapangan akibat Sabo Dam, seperti yang
dan dihitung lebar lembah, tinggi terlihat pada Tabel 1.
tebing, dan luas penampang Analisis dari hasil penelitian
melintang dengan metode grid. menggunakan metode deskripstif
kualitatif.
.
HASIL DAN PEMBAHASAN lokasi penelitian menggunakan
beberapa parameter yang mendukung
Karakteristik morfologi Sungai terhadap perhitungan debit
Putih sebelum erupsi Merapi tahun maksimum aman yang dapat
2010 ditampung sungai seperti derajat
Pengamatan dan pengukuran meander sungai, tekuk lereng akibat
karakteristik morfologi sungai di Sabo Dam, dan koefisien Manning,
312
khususnya dalam penelitian ini penampang melintang sungai. Luas
adalah debit aliran lahar. Parameter- penampang melintang sungai, lebar
parameter yang digunakan meliputi lembah, dan tinggi tebing sangat
parameter morfometri dan dipengaruhi oleh gradien sungai, di
morfografi. Parameter morfometri mana gradien sungai bagian hulu
yang digunakan adalah luas lebih besar dan akan semakin kecil
penampang melintang sungai, lebar jika menuju ke hilir. Gradien sungai
lembah, tinggi tebing, derajat yang besar di bagian hulu
meandering, koefisien manning, mengakibatkan kekuatan aliran air
tekuk lereng (akibat Sabo Dam), dan menjadi besar dan memiliki daya
kemiringan lereng. Parameter erosi yang kuat (biasanya erosi
morfografi yang digunakan adalah vertikal). Daya erosi yang kuat ini
bentuk lembah, pola alur sungai, ada membentuk lembah sungai yang
atau tidaknya tekuk lereng (akibat lebar, tebing yang tinggi dan bentuk
sabo dam), dan topografi. Sebaran lembah pada umumnya berbentuk
titik pengukuran dapat dilihat pada seperti huruf V, sehingga luas
Gambar 1. penampang melintang sungainya
akan menjadi besar pula. Hasil
pengukuran derajat meandering di
Sungai Putih menunjukkan bahwa
karakter meander di sepanjang
Sungai Putih dari hulu hingga hilir
memiliki kecenderungan semakin
besar nilainya, artinya semakin ke
hilir, pembelokan alur sungai
semakin banyak terjadi dengan
Gambar 1. Peta sebaran sebaran titik ukuran pembelokan yang semakin
sampel besar. Bagian tengah hingga hilir
sungai memiliki kondisi topografi
Pengamatan dan pengukuran yang lebih landai bahkan hampir
terhadap penampang melintang datar, sehingga kekuatan aliran air
sungai di setiap titik sampel sungai mulai melemah. Aliran air
menunjukkan terdapat yang melemah ini akan mencari jalan
kecenderungan bahwa luas yang lebih mudah untuk dilewati
penampang melintang Sungai Putih (lebih datar) dengan menggerus
dari hulu hingga ke hilir semakin tebing-tebing sungai yang bisa
kecil, begitu pula dengan lebar dilewati aliran air tersebut. Erosi
lembah dan tinggi tebing. Analisis yang lebih dominan terjadi adalah
luas penampang melintang, lebar erosi ke samping atau erosi lateral
lembah, dan tinggi tebing hanya yang mengakibatkan terbentuknya
dapat dilakukan pada 13 titik sampel lembah yang lebar dan alur sungai
saja karena keterbatasan data yang berkelok-kelok di bagian hilir
sekunder terhadap pengukuran sungai.
313
Hasil pengamatan terhadap tergolong datar adalah segmen 20
material dasar lembah di setiap dan 21 dengan kemiringan 0-8 %.
segmen sungai dari titik sampel 1
hingga 21 menunjukkan bahwa
koefisien Manning di semua titik
sampel di sepanjang Sungai Putih
bernilai 0,03. Material di lembah
Sungai Putih dari hulu hingga ke hilir
cenderung memiliki karakteristik
yang hampir sama. Sungai Putih
tergolong tipe sungai pegunungan
yang memiliki tipe saluran berupa
dasar batuan kerikil, batuan bundar,
dan batu-batu besar. Gambar 2. Peta lereng lokasi
Kemiringan lereng merupakan penelitian
faktor yang penting dalam analisis
dinamika morfologi sungai, karena Debit maksimum aman yang dapat
kemiringan lereng berdampak ditampung oleh Sungai Putih
terhadap proses-proses yang terjadi sebelum dan sesudah erupsi
pada suatu daerah tertentu. Merapi tahun 2010
Kemiringan yang besar akan
mengakibatkan daya aliran air pada Aliran lahar yang mengalir di
suatu lembah sungai menjadi lebih Sungai Putih mulai meluap pada
besar sehingga tingkat erosinya segmen 10 hingga segmen 19.
menjadi lebih besar. Erosi yang Perhitungan debit aliran lahar
biasanya terjadi adalah erosi vertikal, diperoleh dari perkalian antara
di mana aliran air cenderung kecepatan alirah lahar dengan luas
menggerus dasar lembah sehingga penampang melintang sungai.
lembah menjadi lebih dalam. Berdasarkan hasil perhitungan debit
Berdasarkan peta kemiringan lereng aliran lahar di Sungai Putih sebelum
lokasi penelitian pada Gambar 2, dan sesudah erupsi Merapi tahun
diketahui bahwa segmen yang berada 2010 pada Tabel 4.4, diketahui
pada kemiringan yang curam adalah bahwa terjadi perubahan daya
segmen 1 hingga 3 dengan tampung Sungai Putih yang sangat
kemiringan >25%. Segmen yang besar. Perubahan tersebut terjadi
berada pada kemiringan yang karena perubahan morfologi Sungai
tergolong miring adalah segmen 4 Putih yang berubah setelah terjadinya
hingga 8 dengan kemiringan 15-25 erupsi Merapi tahun 2010. Debit
%. Segmen yang berada pada maksimum aman yang dapat
kemiringan yang tergolong landai ditampung Sungai Putih sebelum
adalah segmen 9 hingga 19 dengan erupsi Merapi tahun 2010 rata-rata
kemiringan 8-25 %, dan segmen yang 5.625 m3/detik, dan menurun menjadi
berada pada kemiringan yang 3.337 m3/detik setelah terjadinya
314
erupsi Merapi tahun 2010 yang lalu, 1.987,69 m3/detik.
dengan jumlah penurunan sebesar
14 8 - 240 - 1.920 - -
15 8 - 200 - 1.600 - -
16 8 - 240 - 1.920 - -
17 8 - 200 - 1.600 - -
18 8 - 180 - 1.440 - -
19 8 - 170 - 1.360 - -
20 8 - 640 - 5.120 - -
21 8 - 980 - 7.840 - -
316
lahar mulai meluap cukup jauh ke Putih sebelum erupsi Merapi
luar dari badan sungai. tahun 2010 rata-rata sebesar
5625 m3/detik, sedangkan
sesudah erupsi Merapi tahun
2010 menjadi rata-rata
sebesar 3337 m3/detik.
3. Lembah Sungai Putih
sebagian besar mengalami
pelebaran lembah namun
terjadi pendangkalan di dasar
sungai pasca erupsi Merapi
tahun 2010.
Gambar 3. Peta luapan lahar pasca 4. Luapan lahar di Sungai Putih
erupsi Merapi tahun 2010 di segmen mulai terjadi pada titik sampel
10, 11, 12, 13 Sungai Putih 9 dan 10 di mana pada titik
sampel tersebut terdapat
KESIMPULAN tekuk lereng, kemiringan
Berdasarkan hasil analisis dan yang mulai landai yaitu
pembahasan di atas, dapat sekitar 8-25%, lembah sungai
dikemukakan beberapa kesimpulan yang semakin menyempit,
sebagai berikut : dan derajat meander sungai
1. Luas penampang melintang, yang semakin besar nilainya.
derajat meandering, lebar
lembah, tinggi tebing, dan DAFTAR PUSTAKA
kemiringan lereng di Sungai Badan Geologi. 2011. Informasi
Putih memiliki Umum Merapi. Diterima 8 Agustus
kecenderungan dari hulu 2011, dari
hingga ke hilir semakin kecil http://merapi.bgl.esdm.go.id/index.ph
nilainya. Koefisien manning p
dan tekuk lereng akibat sabo
dam memiliki nilai yang Sutikno, Santosa, L. W., Widiyanto,
relatif sama dari hulu hingga Kurniawan, A., Purwanto. T. H.
ke hilir. Bentuk lembah (2007). Kerajaan Merapi.
sungai bervariasi menyerupai Yogyakarta : Badan Penerbit
huruf U dan V. Alur sungai Fakultas Geografi Universitas Gadjah
berpola lurus dengan sedikit Mada
meander di bagian tengah
hingga hilir. Tekuk lereng Lavigne, F., J.C. Thouret, B. Voight,
terjadi di beberapa titik. H. Suwa, and A. Sumaryono (2000).
Topografi sangat curam di Lahars at Merapi volcano, Central
bagian hulu hingga datar di Java: an overview. Journal of
bagian hilir sungai. Volcanology and Geothermal
2. Debit aman maksimum yang Research 100, 423456.
dapat ditampung oleh Sungai
317