Anda di halaman 1dari 12

STUDI PEMBANGUNAN SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 70 KV UNTUK

PELANGGAN BESAR DI PT. PLN JAKARTA RAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti sidang proposal skripsi

pada Jurusan S1 Teknik Elektro Konsentrasi Tenaga Listrik

FENI VERONIKA PURBA

NIM : 2013-11-014

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA STRATA SATU

TEKNIK ELEKTRO

JAKARTA, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Permintaan energi listrik di Indonesia khususnya di daerah Jakarta raya


cenderung meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan
pertambahan penduduk. Berdasarkan data statistik PT. Perusahaan Listrik Negara
(PLN), sejak tahun 2008 permintaan akan energi listrik terus meningkat dengan rata-
rata 7,5% dari tahun ke tahun. Pada saat ini tenaga listrik telah menjadi kebutuhan
pokok bagi seluruh konsumen tenaga listrik. Dengan semakin pentingnya peranan
tenaga listrik dalam kehidupan sehari-hari, maka kontinyuitas penyediaan tenaga
listrik juga menjadi tuntutan yang semakin besar dari konsumen tenaga listrik. Oleh
karena hal tersebut, maka dituntut adanya suatu sistem tenaga listrik yang handal.
Untuk mengetahui keandalan dalam distribusi tenaga listrik ke konsumen, maka
perlu dihitung indeks keandalannya.

Saat ini PT. Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jakarta Raya menggunakan
saluran udara tegangan menengah (SUTM) dan saluran kabel tanah (SKTM) 20 kv
dalam pendistribusian listrik ke konsumen kecil maupun besar. Jaringan distribusi ini
berfungsi untuk menyalurkan listrik ke pusat-pusat beban. Saluran distribusi yang
panjang akan mengakibatkan penurunan kuantitas daya yang terkirim. Rugi-rugi
daya dan jatuh tegangan menjadi penyebab penurunan kuantitas daya yang diterima
konsumen. Penurunan tegangan listrik ini akan sangat merugikan pihak produsen
listrik terutama dari segi ekonomis karena besarnya biaya produksi. Secara tidak
langsung hal ini juga akan merugikan konsumen karena akan berakibat mahalnya
harga jual listrik. Untuk itu perlu diketahui berapa besar rugi-rugi daya yang terjadi
pada saluran distribusi. Dengan bertambahnya beban seperti di daerah jakarta raya
dan sekitarnya, khususnya beban seperti gedung-gedung bertingkat, saluran udara
20 kv hanya mampu menyalurkan daya sekitar 10 mw, sehingga hanya mampu
melayani daerah beban dengan luas sekitar 4 hektar (ha), lalu bagaimana jika beban
tersebut berupa gedung bertingkat.

Penyaluran tenaga listrik melalui jaringan distribusi dari pusat gardu induk ke
beban mengakibatkan adanya energi yang hilang pada saluran karena berubah
menjadi panas. Energi yang berubah menjadi panas ini sering disebut rugi-rugi daya
jaringan atau susut energi jaringan. Rugi energi jaringan ini merupakan hal yang
alamiah, sehingga tidak dapat dihindari. Rugi energi jaringan ini merupakan kerugian
energi yang dialami oleh penyedia yang akhirnya menjadi tanggungan konsumen
berupa bertambahnya harga energi. Dengan demikian sangat diperlukan upaya
untuk memperkecil rugi energi jaringan untuk mendukung upaya efisiensi
penggunaan energi secara global dan harga energi listrik yang relatif murah sampai
ke konsumen.

Skripsi ini akan menganalisa keandalan dan rugi daya pada pembangunan
saluran udara tegangan tinggi 70 Kv.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah agar penulis
ataupun pembaca mengetahui bagaimana keandalan dan kerugian daripda saluran
udara tegangan tinggi 70 kv yang akan digunakan bagi pelanggan besar.

1.3 Manfaat Penelitian

i. Bagi mahasiswa dapat memahami keandalan dan kerugian daya pada


saluran udara tegangan tinggi 70 kv
ii. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
PT.Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jakarta Raya untuk mengatasi
kesulitan penggunaan jaringan 20 kv khususnya bagi daerah yang kerapatan
bebannya tinggi

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang


akan dibahas adalah :

i. Berapa besar kerugian daya yang terjadi pada saluran udara 70 kv?

1.5 Batasan Masalah

Dalam skripsi ini permasalahan akan dibatasi pada perhitungan besar kerugian
daya pada saluran udara tegangan tinggi 70 kv .
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik meliputi sistem pembangkit, sistem transmisi, dan


sistem distribusi. Pada sistem pembangkit merupakan pusat yang menghasilkan
energi listrik yang seperti : PLTA, PLTU, PLTGU, PLTG, PLTP, dan PLTD.
Untuk menyalurkan energi listrik memerlukan banyak persyaratan, terutama
masalah lokasi yang tidak selalu bisa dekat dengan pusat beban seperti kota,
kawasan industri dan lainnya. Akibatnya tenaga listrik tersebut harus disalurkan
melalui sistem transmisi yaitu : - Saluran Transmisi - Gardu Induk - Saluran
Distribusi. Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan
maka akan berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga
Saluran transmisi, Gardu induk dan Saluran distribusi merupakan satu kesatuan
yang harus dikelola dengan baik. Apabila salah satu bagian sistem transmisi
mengalami gangguan maka akan berdampak terhadap bagian transmisi yang
lainnya, sehingga Saluran transmisi, Gardu induk dan Saluran distribusi
merupakan satu kesatuan yang harus dikelola dengan baik.

Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik


Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET) adalah sarana di udara untuk menyalurkan tenaga listrik berskala besar
dari Pembangkit ke pusat-pusat beban dengan menggunakan tegangan tinggi
maupun tegangan ekstra tinggi. SUTT/SUTET merupakan jenis Saluran Transmisi
Tenaga Listrik yang banyak digunakan di PLN daerah Jawa dan Bali karena
harganya yang lebih murah dibanding jenis lainnya serta pemeliharaannya mudah.
Pembangunan SUTT/SUTET sudah melalui proses rancang bangun yang aman bagi
lingkungan serta sesuai dengan standar keamanan internasional, diantaranya :

- Ketinggian Kawat penghantar


- Penampang Kawat Penghantar
- Daya Isolasi
- Medan Listrik dan Medan Magnet
- Desis Korona

Macam Saluran Udara yang ada di Sistem Ketenagalistrikan PLN P3B Jawa Bali
antara lain :

a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV

b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV

c. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV

Pada daerah tertentu (umumnya perkotaan) yang mempertimbangkan masalah


estetika, lingkungan yang sulit mendapatkan ruang bebas, keandalan yang tinggi,
serta jaringan antar pulau, dipasang Saluran Kabel.

a. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 70 kV

b. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV

c. Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi (SKLTT) 150 Kv

Mengingat bahwa Saluran kabel biaya pembangunannya mahal dan


pemeliharaannya sulit , maka jarang digunakan. Saluran Isolasi Gas (Gas Insulated
Line/GIL) adalah Saluran yang diisolasi dengan gas, misalnya: gas SF6. Karena
mahal dan resiko terhadap lingkungan sangat tinggi maka saluran ini jarang
digunakan.
2.1.1 Jaringan Distribusi

Distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat-pusat GI


sampai ke konsumen. Ditinjau dari konfigurasi, jaringan distribusi dapat dibedakan
atas tiga system yaitu :

1. Sistem Jaringan Radial

Struktur dengan system ini merupakan jaringan yang paling sederhana,


metode pengoperasiannya mudah, hubungan langsung dari titik pengisian ke
pemakai. Ciri-ciri sistem jaringan ini :

a) Bentuk sederhana, mudah pelaksanaannya, system paling murah.


b) Pengoperasian dan perawatan mudah
c) Aliran pada jaringan berasal hannya dari satu arah sumber pengisian
d) Bila feeder utama terganggu, feeder cabang pun terganggu, maka
keandalan rendah.

2. Sistem Gelang dan Jala

Pada system ini terdapat dua sumber dan arah pengisian yang satu dapat
sebagai cadangan, sehingga keandalan cukup tinggi, banyak dipakai pada
jaringan umum dan industri. Jika terjadi gangguan atau pekerjaan pada salah
satu jaringan, penyaluran tidak terputus karena mempergunakan sumber
pengisian cadangan atau arah yang lain.

3.Sistem Jaringan Spindel


Pada dasarnya struktur spindle merupakan struktur radial dimana spindle
adalah kelompok kumparan yang pola jaringannya ditandai dengan ciri
adanya sejumlah kabel yang keluar dari gardu induk (feeder), kearah suatu
titik temu yang disebut gardu hubung. Kumpulan kabel dalam satu spindle
dimaksudkan untuk menyalurkan energi ke suatu daerah konsumen, yang
terdiri dari maksimum enam buah kabel kerja. Di sepanjang kabel inilah gardu
distribusi ditempatkan dengan satu buah kabel cadangan.
2.2 Beban Distribusi
Beban listrik pada prinsipnya berupa penerangan dan tenaga. Beban
penerangan yaitu lampu-lampu penerangan dan beban tenaga adalah semua beban
listrik yang tidak termasuk beban penerangan yaitu peralatan yang menggunakan
daya listrik.

2.2.1 Faktor Daya Beban


Beban listrik secara garis beban terdapat beban resistif mempunyai faktor daya 1,
beban induktif mempunyai faktor daya lagging dan beban kapasitif mempunyai faktor
daya leading.

2.3 Keandalan

Jika kita berbicara keandalan kuantitatif, maka kita berbicara dalam konteks
peluang (probability). Nilai keandalan ini adalah fungsi waktu, artinya keandalan
sebuah sistem/komponen akan bervariasi sesuai dengan waktu dimana evaluasi
keandalan tersebut dilakukan. Sistem/komponen yang sama dan diukur saat waktu
operasi yang sama akan mungkin memiliki keandalan yang berbeda jika kondisi
operasi kedua sistem/komponen sejenis tersebut berbeda. Pengertian keandalan
yang sampai saat ini sering digunakan adalah: Probability of a device performing its
purpose adequately for the period of time intended and under the operating
conditions encountered. Atau dengan kata lain, Peluang suatu sistem atau
komponen untuk dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya.

2.4 Faktor Nilai Keandalan

Banyak faktor yang harus diketahui dan dihitung sebelum akhirnya melakukan
perhitungan analisa keandalan, faktor-faktor tersebut adalah: MTTF, MTTR, Laju
Kegagalan, Laju Perbaikan, Ketersediaan.
2.4.1 Mean Time to Failure

Mean Time To Failure (MTTF) adalah waktu rata-rata kegagalan yang terjadi
selama beroperasinya suatu sistem, dapat dirumuskan:

dimana: T=waktu operasi (up time)


n=jumlah kegagalan

2.4.2 Mean Time to Repair

Mean Time To Repair adalah waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan
perbaikan terhadap terjadinya kegagalan suatu sistem yang dapat dirumuskan:

++++
MTTR=

dimana: L=waktu perbaikan (down time)


n=jumlah perbaikan

2.4.3 Laju Kegagalan


Laju Kegagalan Laju kegagalan atau hazard rate adalah frekuensi suatu
sistem/komponen gagal bekerja, dilambangkan dengan (lambda), laju
kegagalan dari suatu sistem biasanya tergantung dari waktu tertentu selama
sistem tersebut bekerja. Rumus laju kegagalan:

Semakin besar nilai maka semakin jelek keandalan suatu sistem/komponen


tersebut.
2.4.4 Laju Perbaikan
Laju perbaikan atau Downtime rate adalah frekuensi lamanya suatu
sistem/komponen dalam masa perbaikan (kondisi OFF). Rumus laju perbaikan:

1
=

Jadi semakin besar nilai maka semakin bagus nilai keandalan suatu sistem
tersebut.

2.4.5 Ketersediaan
Ketersediaan atau Availability didefinisikan sebagai proporsi waktu dimana
sistem dalam keadaan siap beroperasi. Nilai dari availability sistem bergantung
pada frekuensi komponen-komponen sistem yang gagal bekerja (laju kegagalan)
dan lama perbaikan dari komponen yang rusak hingga sistem berfungsi kembali
(laju perbaikan).


A=
+

2.5 Rugi Daya


Dalam menentukan distribusi beban secara ekonomis diantara stasiun-stasiun
dijumpai keperluan untuk mempertimbangkan kehilangan daya dalam saluran-
saluran distribusi. Hilang daya (rugi daya) utama pada saluran adalah besarnya
daya yang hilang pada saluran, yang besarnya sama dengan daya yang
disalurkan dari sumber daya yang dikurangi besarnya daya yang diterima pada
perlengkapan hubungan bagi utama. Rugi daya dipengaruhi oleh tahanan dan
besarnya arus yang mengalir pada saluran, hingga timbul rugi energi berupa
panas yang hilang pada saluran.
Besarnya rugi daya satu phasa dinyatakan dengan persamaan :

P= 2 R (WATT)
Keterangan :
P = Rugi daya pada saluran (watt)
I = Arus beban pada saluran (Ampere)
R = Tahanan Murni (Ohm)
Untuk rugi-rugi daya pada saluran tiga phasa dinyatakan oleh persamaan :

P = 3 2 R (watt)

Dengan mengabaikan arus kapasitif pada saluran, maka arus di sepanjang kawat
dapat dianggap sama dan besarnya adalah sama dengan arus pada ujung penerima


I= (Ampere)
3
Besarnya daya pada saluran tiga phasa :

P = V I COS 3 (Watt)
Keterangan :
P = daya beban pada ujung penerima saluran (Watt)
V = tegangan phasa (Volt)
Cos = faktor daya beban
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dasam penyusunan seminar ini adalah sebagai


berikut:

1. Studi literatur
Mengambil bahan dari buku-buku, referensi, jurnal, dan sumber yang
berhubungan dengan materi skripsi.
2. Studi lapangan
Mengambil data dari tempat/perusahaan yang berhubungan dengan materi
skripsi.
3. Studi bimbingan
Diskusi dan tanya jawab dengan dosen pembimbing serta pakar yang ahli
dalam bidang yang bersangkutan dengan materi skripsi.

Anda mungkin juga menyukai