Anda di halaman 1dari 9

Embung

Latar belakang pembuatan embung

Air merupakan sumber daya dan faktor determinan yang menentukan


kinerja sektor pertanian, karena tidak ada satu pun tanaman pertanian dan
ternak yang tidak memerlukan air. Meskipun perannya sangat strategis,
namun pengelolaan air masih jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang
semestinya merupakan sehabat petani berubah menjadi penyebab bencana
bagi petani. Indikatornya, di musim kemarau, ladang dan sawah sering kali
kekeringan dan sebaliknya di musim penghujan, ladang dan sawah banyak
yang terendam air.

Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama di lahan kering


adalah persoalan ketidaksesuaian distribusi air antara kebutuhan dan
pasokan menurut waktu ( temporal) dan tempat ( spatial). Persoalan
menjadi semakin kompleks, rumit dan sulit diprediksi karena pasokan air
tergantung dari sebaran curah hujan di sepanjang tahun, yang sebarannya
tidak merata walau di musim hujan sekalipun. Oleh karena itu, diperlukan
teknologi tepat guna, murah dan aplicable untuk mengatur ketersediaan air
agar dapat memenuhi kebutuhan air ( water demand) yang semakin sulit
dilakukan dengan cara-cara alamiah ( natural manner).

Pengertian

Dari beberapa literatur seputar embung, seperti Pedoman Membuat Desain


Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia (1997) oleh
Departemen Pekerjaan Umum, diperoleh definisi bahwa embung adalah
bangunan penyimpan air yang dibangun di daerah depresi, biasanya di luar
sungai.

Embung akan menyimpan air di musim hujan, kemudian airnya dapat


dimanfaatkan oleh suatu desa hanya selama musim kemarau atau saat
kekurangan air. Itu pun dalam memenuhi kebutuhan harus dengan urutan
prioritas, yaitu penduduk, ternak, dan sedikit kebun.

Sementara, menurut Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan


Embung (2007) oleh Departemen Pertanian, dinyatakan bahwa embung
merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm reservoir)
yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan yang
memenuhi kriteria air bersih.
Air bersih yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber
irigasi suplementer untuk budi daya komoditas pertanian bernilai ekonomi
tinggi (high added value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan
makin jarang.

Berdasar peristilahan di atas maka embung dapat digolongkan sebagai salah


satu upaya atau teknik pemanenan air (water harvesting) yang sangat
sesuai di segala jenis agroekosistem.

Tujuan Pembuatan Embung

Pembuatan embung untuk pertanian bertujuan antara lain untuk :

1. Menampung air hujan dan aliran permukaan ( run off) pada wilayah
sekitarnya serta sumber air lainnya yang memungkinkan seperti mata
air, parit, sungai-sungai kecil dan sebagainya.
2. Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi di musim kemarau
untuk tanaman palawija, hortikultura semusim, tanaman perkebunan
semusim dan peternakan.

Pelaksanaan Pembuatan Embung

A. Persyaratan Lokasi

1. Daerah pertanian lahan kering/perkebunan/ peternakan yang


memerlukan pasokan air dari embung sebagai suplesi air irigasi.
2. Air tanahnya sangat dalam.
3. Bukan lahan berpasir.
4. Terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa air hujan,
aliran permukaan dan mata air atau parit atau sungai kecil.
5. Wilayah sebelah atasnya mempunyai daerah tangkapan air atau
wilayah yang mempunyai sumber air untuk dimasukkan ke embung,
seperti mata air, sungai kecil atau parit dan lain sebagainya.

B. Persyaratan Petani/Kelompok Tani

1. Bersedia menyediakan lahan untuk embung tanpa ganti rugi dan


dinyatakan dalam surat pernyataan.
2. Kelompok tani yang terpilih adalah kelompok tani yang telah ada
sebelumnya, bukan kelompok tani yang baru dibentuk karena ada
kegiatan ini.
3. Bersedia mengoperasikan, memelihara bangunan secara berkelompok
dan bersedia menanggung biaya operasional dan pemeliharaan dan
dinyatakan dalam surat pernyataan.

D. Pencatatan Koordinat

Lokasi embung yang akan dibuat supaya dicatat koordinat geografisnya


yang meliputi :

Lintang dan bujur


Ketinggian lokasi (dpl)
dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) atau dengan
ekstrapolasi peta topografi yang tersedia. Data koordinat sumur resapan ini
selanjutnya diperlukan untuk menyusun sistem basis data pengelolaan lahan
dan air sekaligus memantau kinerja pelaksanaan kegiatan yang telah
berjalan.

Desain Penyusunan Pelaksanaan Pembuatan Embung

Dalam penyusunan Desain perlu diperhatian hal-hal sbb:

1. Melakukan observasi lapangan untuk menentukan kontruksi embung


yang paling sesuai dengan kondisi lokasi setempat. Misalnya pada
kondisi tanah yang porus, dinding embung harus lebih kuat dan kedap
air. Embung dapat dibangun dengan memanfaatkan alur alami,
saluran drainase,
menampung mata air atau menggali tanah, atau langsung
menampung air hujan.
2. Menentukan letak geografis embung. Dalam menentukan letak
embung harus diperhatikan posisi
lahan dan areal pertanaman, lokasi sumber air, ketinggian dan
kemiringan lahan. Sebaiknya letak embung lebih tinggi dibandingkan
lahan usahatani agar distribusi dan pengaliran air ke lahan
pertanian/peternakan dapat dilakukan dengan sistem gravitasi.
3. Daerah atas calon lokasi embung sebaiknya merupakan daerah
tangkapan air hujan, yang aliran permukaannya dapat diarahkan
masuk ke embung.

Konstruksi Pembuatan Embung

Konstruksi pembangunan embung dilakukan oleh pelaksana yang telah


ditunjuk (kelompok tani) dan dilaksanakan secara padat karya agar petani
mampu mengembangkan embung dan merasa ikut memiliki sejak dini.
Pelaksanaaan pembuatan embung dilakukan dalam beberapa tahap antara
lain :

1. Bentuk permukaan embung

Gambar 1. Bentuk Permukaan Embung (Tidak Beraturan) Sesuai Kondisi Di Lapangan

a. Bentuk permukaan embung disesuaikan dengan kondisi di lapangan


b. Volume galian merupakan volume air yang akan ditampung. Besaran
volume yang dibuat minimal 170 m3. Besaran volume embung ini akan
tergantung kepada konstruksi embung yang akan digunakan atau ada
partisipasi dari masyarakat. Embung dengan kontruksi sederhana (tanpa
memperkuat dinding) dimungkinkan akan lebih luas dari volume minimal
tersebut.

Gambar 2. Sketsa Bentuk Embung Tampak Atas Dan Samping

2. Menggali Tanah
Penggalian dapat pula dilakukan di dekat alur alami/saluran drainase/mata
air untuk dapat dijadikan sebagai sumber pengisian air ke dalam embung.

3. Dinding pinggir embung

Dinding pagar embung dibuat miring atau tegak dengan kedalaman 2 s/d
2,5 m (tergantung kondisi lapangan). Tanggul dibuat agak tinggi untuk
menghindari kotoran yang terbawa air limpasan.

4. Memperkokoh dinding embung

a. Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retakdan air yang
telah berada embung tidak bocor. Jika struktur tanah yang ada kuat dan
memungkinkan air di embung tidak bocor, maka kegiatan ini tidak
diperlukan. Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada
bagian-bagian tertentu yang rawan bocor, seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Dinding Embung Yang Tidak Diperkokoh (Tanah Asli)


b. Untuk memperkokoh dinding embung, ada beberapa bahan yang bisa
digunakan tergantung dari bahan/material yang mudah diperoleh di lokasi
dan biaya yang tersedia. Adapun bahan/material yang dapat dipakai untuk
dinding embung antara lain pasangan batu bata, pasangan batu kali,
pasangan beton. Proses pembuatan dinding embung seperti membangun
kolam, kemudian permukaan dinding embung dapat dilapisi dengan adukan
pasir dan semen.

c. Jika diperlukan dasar embung dapat dipasangi batu bata/batu kali yang
dilapisi semen agar tidak bocor.

d. Untuk mengurangi longsor pada dinding embung, dapat dibuat tangga


atau undakan di sekeliling dinding selain dapat juga berfungsi untuk
mempermudah pengambilan air.

Gambar 4. Tangga Atau Undakan Di Sekeliling Dinding Embung

4. Pembuatan saluran pemasukan ( inlet).


Pembuatan saluran pemasukan berupa sudetan dari saluran air ke embung
sangatlah penting. Saluran pemasukan dibuat untuk mengarahkan aliran air
yang masuk ke dalam embung, sehingga tidak merusak dinding/tanggul.
Saluran pemasukan ini dapat dilengkapi dengan pintu pembuka/penutup
berupa sekat balok yang mudah dibuka dan ditutup.

5. Membuat pelimpas air/saluran pembuangan ( outlet).

Pelimpas air sangat diperlukan bagi embung yang dibuat pada alur alami
atau saluran drainase. Hal ini untuk melindungi bendung sekaligus
mengalirkan air berlebih. Demikian pula pembuatan saluran pembuangan
bagi embung. Secara skematis embung dapat direpresentasikan pada
gambar berikut:

Gambar 5. Desain Sederhana Embung

Anda mungkin juga menyukai