Bio Kel 6
Bio Kel 6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanasan global (global warming) merupakan gejala kenaikan suhu di
muka bumi. Hal itu terjadi karena jumlah karbon dioksida makin naik, seiring
dengan kemajuan teknologi. Penyebab kenaikan itu, antara lain pemakaian bahan
bakar fosil pada mesin mesin industry dan makin berkurangnya populasi
tumbuhan. Dari segi lain yang menyebabkan terjadinya pemanasan global tersebut
adalah sebagian besar bahwa kegiatan manusialah yang menjadi penyebab utama
meningkatnya pemanasan global yang seringkali dikenal dengan efek rumahkaca.
Efek rumah kaca memanaskan bumi melalui suatu proses yang kompleks yang
berhubungan dengan sinar matahari, gas, dan partikel-partikel yang ada di
atmosfer. Gas-gas yang menahan panas di atmosfer disebut gas rumah kaca.
Peningkatan kandungan karbon dioksida dapat menghasilkan efek rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat menyebabkan suuhu di atmosfer naik. Jika kondisi ini
dibiarkan, diperkirakan suhu bumi akan naik sekitar 2-3o pada abab yang akan
datang.
Kegiatan manusia yang menimbulkan pemanasan global adalah pembakaran
minyak bumi, batu bara, dan gas alam dan pembukaan lahan. Sebagian besar
pembakaran berasal dari asap mobil, pabrik, dan pembangkit tenaga listrik.
Pembakaran minyak fosil ini menghasilkan carbon dioxide (CO2), yakni gas
rumah kaca yang menghambat radiasi panas ke angkasa ruang. Pohon-pohon dan
berbagai tanaman menyerap CO2 cari udara selama proses fotosintesis untuk
menghasilkan makanan. Pembukaan lahan dengan menebangi pohon-pohon ikut
meningkatkan jumlah CO2 karena menurunkan penyerapan CO2, dan dekomposisi
dari tumbuhan yang telah mati juga meningkatkan jumlah CO2.
Tak dapat disangkal bahwa kemajuan teknologi dan industri yang tumbuh
pesat belakangan ini telah membawa kesejahteraan bagi umat manusia. Akan
tetapi disisi lain juga membawa malapetaka, karena lewat aktivitas yang
dilakukannya, industri acapkali melepaskan ke atmosfer berbagai gas dan partikel-
1
partikel buangan seperti debu-debu pabrik, karbon dioksida, beberapa oksida
belerang dan oksida nitrogen. Dalam jangka waktu panjang penambahan zat-zat
tersebut ke atmosfir dapat memberi dampak yang kurang menyenangkan dan
menyebabkan terjadinya hujan asam.
Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam dan memiliki pH kurang dari
5,7. Hujan secara alami memang bersifat asam, namun kisaran pH diatas 5,7.
Keasaman hujan biasanya disebabkan oleh karbon dioksida di udara yang bereaksi
dengan uap air menjadi asam lemah bikarbonat. Jenis asam dalam hujan ini
sangat bermanfaat karena dapat melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan
oleh tumbuhan dan binatang. Namun jika keasaman air hujan menjadi sangat
rendah yaitu di bawah pH 5,7 maka akan menimbulkan masalah terhadap
lingkungan. karena keasaman hujan yang seperti ini dapat bersifat korosif dan
dapat menyebabkan berbagai jenis gangguan kesehatan pada makhluk hidup, baik
itu hewan, tumbuhan ataupun manusia.
Hujan asam terjadi apabila kandungan sulfur dioxide (SO2) dan nitrogen
oxides (NO) diudara sangat tinggi. Sulfur dioxide dan nitrogen oxide merupakan
hasil reaksi antara belerang dan nitrogen dengan oksigen diudara. Zat SO2 dan
NO kemudian akan terdifusi ke atmosfir dan bereaksi dengan air (H2O)
membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian jatuh kebumi bersamaan
dengan air hujan. Itulah yang menyebabkan pH air hujan menjadi rendah sehingga
di sebut hujan asam.
Hujan asam pertama kali yang tercatat dalam sejarah adalah hujan asam yang
terjadi di Manchester, Inggris, yang merupakan pusat dari Revolusi Industri. Pada
tahun 1852, Robert Angus Smith melakukan penelitian dan menemukan fakta
bahwa hujan asam dapat menyebabkan kehancuran alam. Dan dari hasil
penelitiannya itulah Angus Smith menemukan hubungan antara hujan asam
dengan polusi udara. Walaupun hujan asam ditemukan pada tahun 1852, namun
baru pada tahun 1970-an para ilmuwan mulai melakukan penelitian mengenai
fenomena ini. Dan memberi peringatan akan dampak hujan asam kepada
masyarakat dunia.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pemanasan global (global warming) itu?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya pemanasan global (global warming)?
3. Apa penyebab dan dampak dari pemanasan global (global warming)?
4. Bagaimana cara mengatasi atau menanggulangi permasalahan pemanasan
global (global warming)?
5. Apakah pengertian hujan asam itu?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya hujan asam?
7. Apa penyebab dan dampak dari hujan asam?
8. Bagaimana cara mengatasi atau menanggulangi permasalahan hujan
asam?
3
BAB II
PEMBAHASAN
b. Mekanisme
Pemanasan global (global warming) ini terjadi sangat cepat yang
disebabkan peningkatan efek rumah kaca (green house effect) dan gas rumah
kaca (GRK).
4
Energi matahari yang masuk ke bumi mengalami 25% dipantulkan oleh
awan atau partikel lain oleh atmosfir, 25% diserap awan, 45% diadsorpsi
permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
Efek rumah kaca terjadi ketika gas seperti karbon dioksida mengijinkan
energi dari matahari mempenetrasi atmosfer dan memanaskan permukaan
bumi. Akan tetapi ketika permukaan bumi akan memancarkan energi kembali
ke luar angkasa maka gas karbon dioksida memantulkan energi kembali ke
permukaan bumi seperti terjadi pada rumah kaca. Hal ini terjadi karena gas
karbon dioksida mengabsorbsi sinar matahari pada panjang gelombang dekat
infra merah sehingga hanya sedikit yang teradsorbsi. Bumi hanya dapat
melepaskan sebagian panas yang terperangkap ini melalui penguapan. Uap
air mengabsorbsi panas dan pada saat terjadi penguapan maka energi ini
dilepaskan kembali pada saat terjadi kondensasi. Banyaknya energi yang bisa
terkondensasi sehingga proses ini dapat menetralisasi panas bumi. Akan
tetapi pada saat temperature bumi meningkat maka efisiensi bumi untuk
mengembalikan panas ke luar angkasa melalui proses penguapan menjadi
berkurang sehingga proses pemanasan global terjadi.
Karena di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah
kaca. Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi dari pada di luar, karena
Cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda
benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa
sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam
ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar
ruangan rumah kaca tersebut.
5
Kemudian dari pengalaman para petani di atas dikaitkan dengan apa yang
terjadi pada bumi dan atmosfir. Lapisan atmosfir yang terdiri dari, berturut-
turut : troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfir: Lapisan terbawah
(troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca atau
ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi.
Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan
ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan
dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel.
Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 %
diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51%
yang sampai ke permukaan bumi.
Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus
yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul
gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian
dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar
inframerah.
Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul
gas yang antara lain berupa uap air atau H2O, CO2, metan (CH4), dan ozon
(O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan
6
oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik.
Terjadilah Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar inframerah disebut
Gas Rumah Kaca disingkat dengan GRK.
Gambar di bawah ini merupakan contoh dari efek rumah kaca yang
sudah berubah komposisi gas rumah kacanya.
c. Faktor-Faktor Penyebab
Beberapa jenis gas yang dapat mengakibatkan pemanasan global
diantaranya adalah karbon dioksida, oksida nitrogen, metana, ozon,
halocarbon, dan klorofluorokarbon. Secara umum penyebab-penyebab
terjadinya pemanasan global yang diakibatkan oleh aktivitas manusia adalah
sebagai berikut :
7
1. Meningkatnya emisi Gas Karbon.
Bumi ini pada dasarnya memproduksi gas karbon secara alami, tetapi masih
dalam kadar yang rendah dan masih dapat diatasi oleh bumi itu sendiri.
Tetapi saat ini, tingkat produksi gas tersebut sudah sangat berlebihan. Seiring
dengan meningkatnya kebutuhan pokok dan sekunder manusia maka
meningkat pula kebutuhan mereka terhadap energi yang paling utama adalah
BBM, yang hampir digunakan di seluruh kehidupan. Sumber energi ini
memberi kontribusi besar tehadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca,
terutama karbon dioksida. Banyak sekali seperti pabrik, mobil, motor dan
lain-lainnya harta pembangkit listrik yang menggunakan minyak bumi untuk
menghasilkan energi yang sama menghasilkan emisi gas rumah kaca sekitar
581~798 gr karbon dioksida.
8
3. Berkurangnya konverter Gas Karbon
Sebelum era modern, dimana industri belum berkembang,kehidupan di planet
ini sudah memproduksi gas karbon. Tetapi jumlahnya tidak sedahsyat
sekarang. Apalagi masih banyak konverter gas karbon yang tersedia yang
masih mampu mengkonversi semua gas karbon tersebut menjadi gas yang
ramah lingkungan, bahkan dibutuhkan oleh kehidupan, seperti oksigen.
Salah satu konverter tersebut adalah hutan. Hutan merupakan rumah bagi
pohon dan tumbuhan lain yang dianugerahi kemampuan untuk
mengkonsumsi gas karbon tersebut dan menghasilkan gas oksigen. Tetapi
akibat meningkatnya populasi,yang diiringi dengan meningkatnya kebutuhan
akan lahan pemukiman, lahan industri, lahan pertanian, lahan untuk fasilitas
umum seperti jalan dan gedung, menyebabkan jumlah hutan berkurang
drastis. Belum lagi permintaan pasar akan kayu yang semakin melambung
tinggi.
4. Sampah
Sudah tak ada cara untuk mengelak lagi bahwa keberadaan sampah telah
menjadi salah satu problem terbesar masyarakat dunia, jika setiap orang
membuang hingga 2 kg sampah organik atau bukan di setiap harinya maka
dengan jumlah penduduk minimal 10 juta jiwa , maka akan terkumpul 20.000
ton sehari . Sampah yang bisa menjadi kontributor besar bagi gas metana
yang bisa menjadi emisi gas rumah kaca.
9
industri utilitas. Setiap hari pasar semakin banyak dibanjiri gadget
penggunaannya membutuhkan daya listrik, padahal tidak didukung oleh
energi alternatif. Dengan demikian kita akan semakin tergantung pada
pembakaran batu bara untuk memasok kebutuhan listrik di seluruh dunia.
10
bongkahan es. Apabila metana keluar dari dasar laut Kutub Utara, maka
tingkat pemanasan global akan meningkat secara signifikan.
11
Dampak pemanasan global terhadap lingkungan
1. Peningkatan permukaan laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan
yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan
lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan
menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak
es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air
di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 25 cm (4 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan
lebih lanjut 9 88 cm (4 35 inchi) pada abad ke-21. Namun, banyak negara
di seluruh dunia akan mengalami dampak naiknya permukaan air laut, yang
bisa memaksa jutaan orang untuk mencari pemukiman baru.
12
3. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke
atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari
daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies
yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau
lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak
mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
4. Mencairnya Gketser Dunia
Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan pada
jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia.
NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005 saja, jumlah gletser-
gletser di berbagai belahan dunia yang hilang tidak kurang dari 8.000 meter
kubik. Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser,
cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara global,
hingga meningkatnya level air laut merupakan bukti-bukti bahwa planet bumi
sedang terus memanas.
5. Kebakaran hutan besar-besaran
Bukan hanya di Indonesia, sejumlah hutan di Amerika Serikat juga ikut
terbakar ludes. Dalam beberapa dekade ini, kebakaran hutan meluluhlantakan
lebih banyak area dalam tempo yang lebih lama juga. Ilmuwan mengaitkan
kebakaran yang merajalela ini dengan temperatur yang kian panas dan salju
yang meleleh lebih cepat. Musim semi datang lebih awal sehingga salju
meleleh lebih awal juga. Area hutan lebih kering dari biasanya dan lebih
mudah terbakar.
6. Situs purbakala cepat rusak
Akibat alam yang tak bersahabat, sejumlah kuil, situs bersejarah, candi dan
artefak lain lebih cepat rusak dibandingkan beberapa waktu silam. Banjir,
suhu yang ekstrim dan pasang laut menyebabkan itu semua. Situs bersejarah
13
berusia 600 tahun di Thailand, Sukhotai, sudah rusak akibat banjir besar
belum lama ini.
7. Ketinggian gunung berkurang
Tanpa disadari banyak orang, pegunungan Alpen mengalami penyusutan
ketinggian. Ini diakibatkan melelehnya es di puncaknya. Selama ratusan
tahun, bobot lapisan es telah mendorong permukaan bumi akibat tekanannya.
Saat lapisan es meleleh, bobot ini terangkat dan permukaan perlahan terangkat
kembali.
8. Satelit bergerak lebih cepat
Emisi karbon dioksida membuat planet lebih cepat panas, bahkan berimbas ke
ruang angkasa. Udara di bagian terluat atmosfer sangat tipis, tapi dengan
jumah karbondioksida yang bertambah, maka molekul di atmosfer bagian atas
menyatu lebih lambat dan cenderung memancarkan energi, dan mendinginkan
udara sekitarnya. Makin banyak karbondioksida di atas sana, maka atmosfer
menciptakan lebih banyak dorongan, dan satelit bergerak lebih cepat..
9. Pelelehan Besar-besaran
Bukan hanya temperatur planet yang memicu pelelehan gunung es, tapi juga
semua lapisan tanah yang selama ini membeku. Pelelehan ini memicu dasar
tanah mengkerut tak menentu sehingga menimbulkan lubang-lubang dan
merusak struktur seperti jalur kereta api, jalan raya, dan rumah-rumah. Imbas
dari ketidakstabilan ini pada dataran tinggi seperti pegunungan bahkan bisa
menyebabkan keruntuhan batuan.
10. Mekarnya Tumbuhan di Kutub Utara
Saat pelelehan Kutub Utara memicu problem pada tanaman dan hewan di
dataran yang lebih rendah, tercipta pula situasi yang sama dengan saat
matahari terbenam pada biota Kutub Utara. Tanaman di situ yang dulu
terperangkap dalam es kini tidak lagi dan mulai tumbuh. Ilmuwan menemukan
terjadinya peningkatan pembentukan fotosintesis di sejumlah tanah sekitar
dibanding dengan tanah di era purba.
14
11. Habitat Makhluk Hidup Pindah ke Dataran Lebih Tinggi
Sejak awal dekade 1900-an, manusia harus mendaki lebihtinggi demi
menemukan tupai, berang-berang atau tikus hutan. Ilmuwan menemukan
bahwa hewan-hewan ini telah pindah ke dataran lebih tinggi akibat pemanasan
global. Perpindahan habitat ini mengancam habitat beruang kutub juga, sebab
es tempat dimana mereka tinggal juga mencair.
12. Korban akibat topan badai yang semakin meningkat.
Tingkat keparahan badai seperti angin topan dan badai semakin meningkat,
dan penelitian yang dipublikasikan dalam Nature mengatakan:
"Para ilmuwan menunjukkan bukti yang kuat bahwa pemanasan global secara
signifikan akan meningkatkan intensitas badai yang paling ekstrim di seluruh
dunia. Kecepatan angin maksimum dari siklon tropis terkuat meningkat secara
signifikan sejak tahun 1981. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh suhu air
laut yang semakin meningkat, tidak mungkin mengalami penurunan dalam
waktu dekat. "
15
dan kerusakan ekosistem. Hal ini menyebabkan perubahan suasana lebih
ekstrim antara banjir dan kekeringan.
16
rata-rata hampir 4 km - ada indikasi bahwa hal ini mendekati titik kritis. Bagi
terumbu karang, pemanasan dan pengasaman air mengancam hilangnya
ekosistem global. Jadi diperlukan upaya yang besar untuk menyelamatkan
terumbu karang dari kepunahan.
17
kekeringan parah. Penurunan produksi pangan sehingga bisa meningkatkan
risiko bencana kelaparan, peningkatan kerusakan pesisir akibat banjir dan
badai, peningkatan kasus gizi buruk dan diare, serta perubahan pola distribusi
hewan dan serangga sebagai vektor penyakit. Dari segi kesehatan, para ilmuan
memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal
karena stress udara panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah
tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa
penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke
daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen
penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk
pembawa parasit malaria. Persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen
jika temperatur meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat
menyebar seperti malaria, demam berdarah dengue, demam kuning, dan
encephalitis.
B. Hujan Asam
a. Pengertian
Hujan asam adalah istilah popular yang menggambarkan kehadiran
senyawa asam dalam bentuk basah (air hujan, salju, kabut) dan bentuk kering
(partikel ber-asam dan gas) di atmosfir. Istilah yang paling tepat adalah
penumpukan asam. Hujan asam adalah jenis hujan atau bentuk lainnya yang
bersifat asam karena adanya peningkatan kadar ion hidrogen di dalam air (pH
rendah). Kebanyakan senyawa oksida nitrogen dan oksida belerang yang
terdapat di atmosfer diubah menjadi asam, misalnya belerang dioksida diubah
menjadi asam sulfat, dan nitrogen dioksida diubah menjadi asam nitrat.
Apabila asam ini bergabung dengan buangan asam klorida akan dapat
menyebabkan presipitasi asam yang disebut sebagai hujan asam.
18
Hujan asam dapat juga diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH
di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6)
karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki
bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat
karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dan binatang. Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert
Angus Smith pada tahun 1972. Ia menguraikan tentang keadaan di
Manchester, sebuah kawasan industri di bagian utara Inggris.
b. Mekanisme
Proses mengubah gas menjadi asam dan mencucinya dari atmosfir sudah
ada sejak manusia belum menggunakan segala jenis mesin industri. Sebutir
air yang terdapat di awan dapat mengikat partikel yang bergerak bebas di
atmosfir atau gas-gas yang langsung dapat larut sehingga atmosfir akan
bersih dari gas-gas pengotor tersebut. Senyawa sulfur dan nitrogen yang
merupakan salah satu pengotor atmosfir, umumnya dihasilkan oleh aktivitas
alam. Misalnya, ledakan gunung berapi dan aktivitas bakteri di permukaan
tanah. Meningkatnya aktivitas perekonomian manusia dan majunya
industrialisasi, memacu peningkatan reaksi hujan asam ini. Namun, tidak
semua gas dapat dibawa turun oleh hujan.
Reaksi awal terjadi di troposfir. Sinar matahari dengan energi tertentu
atau biasa disebut foton cahaya, menyinari molekul ozon (O3). Proses ini
biasanya terjadi di sekitar lapisan stratosfir atau di sekitar lapisan troposfir.
Pada lapisan ini, molekul ozon telah bercampur dengan senyawa nitrogen dan
polutan karbon. Hasil reaksi ini menghasilkan molekul oksigen (O2) dan atom
oksigen yang sangat reaktif. Atom oksigen ini kemudian bergabung dengan
molekul air membentuk dua radikal hidroksil (HO). Radikal ini kemudian
bereaksi dengan nitrogen dioksida membentuk asam nitrat (HNO3).
NO2 + OH- HNO3
Dalam bentuk fasa gas, belerang dioksida bereaksi dengan radikal
hidrogen melalui intermolekul di dalam atmosfir dan diikuti reaksi dengan
19
reaksi oksidasi menghasilkan belerang trioksida dan hydrogen oksida dalam
bentuk radikal, selanjutnya oleh kehadiran uap air akan diubah secara cepat
menjadi asam sulfat.
SO2 + OH- HOSO2-
HOSO2- + O2 HO2- + SO3
SO3 (g) + H2O (l) H2SO4 (l)
Konsentrasi radikal hidroksil di atmosfir tidak lebih dari 1 ppt (satu
bagian per satu triliun), namun radikal ini tidak pernah habis di atmosfir
bumi, karena beberapa proses oksidasi di dalam radikal ini selalu
menghasilkan radikal lainnya.
Asam sulfat dan asam nitrat yang dibentuk dari gas polutan (hasil polusi)
ini, dengan mudah mencapai awan. Asam-asam tersebut sebahagian
tercampur langsung dengan awan. Sebahagian lagi terbentuk setelah fasa
reaksi kondensasi membentuk butir-butir kecil dengan diameter 0,1 sampai
beberapa micrometer. Asam-asam ini memiliki derajat keasaman yang biasa
disimbolkan dengan pH.
20
c. Faktor-Faktor Penyebab
Beberapa faktor hujan asam sebagai berikut:
2. NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa
organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping
aktifitas jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap
tumbuhan juga mengalami kimi-fisik dan biologik sehingga
menghasilkan N karena itu semakin banyak menggunakan pupuk N,
makin tinggi pula produksi oksida tersebut.
3. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas
sulfur dioxide atau sulfur dan nitrogen mengendap pada logam serta
mengering bersama debu atau partikel lainnya.
Danau
21
danau kurang dari 5 maka lebih dari 75% spesies ikan akan hilang. Ini
disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan
berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau
yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah
ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan
keasaman.
Hujan asam yang larut bersama nutrisi di tanah dapat menjadi racun bagi
tumbuhan pada saat nutrisi tersebut diserap dan hendak di jadikan
sumber makanan melalui proses fotosintesis sehingga hal ini akan
menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran,
selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati.
Spesies hewan tanah pun memiliki ambang toleransi terhadap hujan
asam sehingga mereka dapat mati karena perubahan lingkungan yang
ekstrim. Hutan juga mempunyai kemampuan unuk menetralisir hujan
asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat
keasaman.
22
Kesehatan manusia
Korosi
23
Meningkatkan kadar logam dalam ekosistem air sehingga menurunkan
kualitasnya.
Ikan dan beberapa jenis zooplankton akan punah dan beberapa jenis
avertebrata pemangsa akan tumbuh. Sehingga hujan asam akan
mengubah status tropik pada rantai makanan.
24
Bahan Bakar Dengan Kandungan Belerang Rendah
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah Lime
Injection In Multiple Burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO 2
dapat dikurangi sampai 80% dan Nox 50%.
25
gas buang teroksidasi oleh oksigen menjadi SO3. Gas buang selanjutnya
didinginkan dengan air, sehingga SO3 beraksi dengan air (H2O)
membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya direaksikan
dengan Ca(OH)2 sehinggan diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum
(gypsum). Gas buang yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas dari
oksida sulfur. Hasil samping proses FGD disebut gipsum sintetis karena
memiliki senyawa kimia yang sama dengan gipsum alam.
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.
Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah Fle Gas Desulfurization (FGD).
Prinsip teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di
cerobong asap dengan absorben, yang disebut scubbing. Dengan cara ini
70-95% SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah
terbentuknya limbah. Akan tetapi limbah itu dapat pula diubah menjadi
gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai industri. Cara lain ialah
dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah
yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai pupuk.
26
Hendaknya prinsip ini djadikan landasan saat memproduksi suatu barang,
dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur
ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat
dikurangi. Teknologi yang digunaan juga harus diperhatikan, teknologi
yang berpotensi mengeluarkan emisi hendaknya diganti dengan teknologi
yang lebih baik dan bersifat ramah lingkungan. Hal ini juga bekaitan
dengan perubahan gaya hidup, kita sering kali berlomba membeli
kendaraan pribadi, padahal tranportasi inilah yang merupakan penyebab
tertinggi pencemaran udara. Oleh karena itu kita harus memenuhi kadar
baku mutu emisi, baik di industri maupun transportasi.
27